OLEH
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
KUPANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah
Organisasi Keperilakuan yang berjudul “SIKAP DAN KEPUASAN KERJA ” dengan tepat
waktu.
Kami menyadari didalam penulisan dan pembahasan materi didalam makalah masih
memiliki kekurangan, dan keterbatasan. kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari dosen pembimbing mata kulia ini maupun dari para pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih atas semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan.
A. Latar Belakang ………………….………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………….………...…………………………………... 2
C. Tujuan Penulisan ……………….…………………………………………… 2
Bab II. Pembahasan.
A. Sikap ...................……………………….…………………………….……. 3
B. Kepuasan Kerja .................................………………………………….……. 19
Bab III.Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………………........ 27
Daftar Pustaka …………………………………………………………………. 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam manajemen, fungsi organisasi terutama dalam hal pengawasan, organisasi perlu
memantau para pekerjanya terhadap sikap, dan hubungannya dengan perilaku. Adakah kepuasan
atau ketidakpuasan karyawan dengan pengaruh pekerjaan di tempat kerja. Dalam organisasi,
sikap amatlah penting karena komponen perilakunya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif
tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan
yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Keterlibatan pekerjaan, mengukur tingkat sampai mana
individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja
yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri.
Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi sangat memihak
dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Tingkat keterlibatan
pekerjaan dan pemberian wewenang yang tinggi benar-benar berhubungan dengan kewargaan
organisasional dan kinerja pekerjaan. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada
pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisosial yang tinggi berarti
memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sikap
2. Komponen sikap
3. Apa itu kepuasan
4. Kepuasan kerja
5. Aspek aspek kepuasan kerja
C. Tujuan Penulisan
A. Sikap
Pengertian sikap menurut para ahli.
Menurut Robbins (2007), sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif – baik
yang diinginkan atau yang tidak diinginkan – mengenai obyek, orang atau
peristiwa. Tiga komponen sikap, antara lain: kognitif, afektif dan perilaku.
Komponen kognitif sikap adalah segmen pendapat atau keyakinan dari sikap.
Komponen afektif sikap adalah segmen emosional atau perasaan dari sikap.
Komponen perilaku sikap adalah maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu.
Tipe-tipe sikap yang dibahas pada perilaku organisasi, antara lain: kepuasan kerja,
keterlibatan dan komitmen pada organisasi. Istilah kepuasan kerja merujuk ke sikap umum
individu terhadap pekerjaannya seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan
sikap yang positif terhadap pekerjaan itu; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Keterlibatan kerja merupakan tingkat
dimana seseorang mengaitkan dirinya ke pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi di dalamnya,
dan menganggap kinerjanya penting bagi nilai-nilainya karyawan dengan tingkat keterlibatan
kerja yang tinggi dengan kuat mengaitkan dirinya ke jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar
peduli dengan jenis kerja itu. Komitmen pada organisasi adalah tingkat dimana karyawan
mengaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya, dan berharap mempertahankan
keanggotaan dalam organisasi tersebut. Tingkat komitmen organisasi seorang individu
merupakan indikator yang lebih baik mengenai pengunduran diri karyawan daripada indikator
kepuasan kerja yang lebih sering digunakan
Menurut G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah
kesiapan seseorang untuk bertindak. Seiring dengan pendapat G.W. Alport di
atas Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental
dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan
situasi yang berkaitandengannya”.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1992: 39) mengemukakan lima pengertian sikap,
yaitu:
· 1. sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap Bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap boleh berupa benda,orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
kelompok.
· 2. sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukansekedar rekaman
masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap
sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak di inginkan,apa nyang harus dihindari.
3. sikap lebih menetap. berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok
cenderung di pertahankan dan jarang mengalami pembahan.
· 4. sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
· 5. sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil
belajar. Karena itu sikap dapat di perteguh atau diubah.
Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli
sosial yang telah terkondisikan.
menurut Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa
diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan
kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap, tetapiberdasarkan pendapat-
pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkanbahwa sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk meresponyang sifatnya positif atau negatif
terhadap obyek atau situasi.
Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluasi, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana
perasaan seseorang tentang sesuatu. Untuk benar-benar memahami sikap, kita harus
mempertimbangkan karakteristik fundamental seseorang.
Komponen Sikap
Para peneliti telah berasumsi bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu:
1. Kesadaran
2. Perasaan
3. Perilaku
Dari tiga komponen di atas sangat bermanfaat dalm memahami kerumitan sikap dan
hubungan potensial antara sikap dan perilaku.komponen-komponen ini sangat berkaitan. Secara
khusus, cara kesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, bayangkan ketika
anda menyimpulkan seseorang tidak adil kepada anda, kemungkinan besar anda mempunyai
perasaan-perasaan akan hal itu, yang muncul pada saat bersamaan dengan pikiran tersebut. Jadi,
kesadaran dan perasaan saling berkaitan.
Dalam organisasi, sikap sangatlah penting karena komponen perilakunya. Sebagai contoh,
apabila para pekerja percaya bahwa pengawas, auditor, atasan dan teknisi efisiensi untuk
membuat karyawan berkerja lebih keras untuk bayaran yang sama atau lebih sedikit, bila
seseorang berusaha memahami bagaimana sikap ini terbentuk, hubungan mereka dengan
perilaku pekerjaan yang aktual dan bagaimana mereka bisa diubah.
b. Sikap konsisten
Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap
mereka serta diantara sikap dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa individu berusaha untuk
menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan perilaku mereka sehingga mereka
terlihat rasional dan konsisten. Ini bisa dilakukan dengan cara mengubah sikap maupun perilaku,
atau dengan mengembangkan rasionalisasi untuk ketidaksesuaian.
Pada akhir tahun 1950-an, Leon Festinger mengemukakan teori ketidaksesuaian kognitif
(cognitive dissonance). Teori ini berusaha menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku.
Ketidaksesuaian berarti ketidakkonsistenan. Ketidaksesuaian kognitif merujuk pada ketidak
sesuaian yang dirasakan oleh seseorang individu antara dua sikap atau lebih. Festinger
berpendapat bahwa bentuk ketidak konsistenan apa pun tidaklah menyenangkan dan bahwa
individu akan berusaha mengurangi ketidak sesuaian dan ketidaknyamanan tersebut. Oleh karena
itu, individu akan mencari keadaan yang stabil dimana hanya ada sedikit ketidaksesuaian.
Sebagai contoh, apabila perilaku yang menghasilkan ketidaksesuaian dianggap sebagai hasil
dari instruksi atasan, tekanan untuk mengurangi ketidaksesuaian akan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan jika perilaku tersebut ditampilkan secara sukarela. Meskipun ada
ketidaksesuaian, hal ini masuk akal dan dapat dijelaskan. Penghargaan juga mempengaruhi
tingkat sampai mana individu termotivasi untuk mengurangi ketidaksesuaian. Penghargaan tinggi
yang menyertai ketidaksesuaian yang tinggi cenderung mengurangi ketegangan yang melekat
pada ketidaksesuaian.
Penelitian yang sebelumnya tentang sikap menganggap bahwa sikap mempunyai hubungan
sebab akibat dengan perilaku, yaitu sikap yang dimiliki individu menentukan apa yang mereka
lakukan.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi
memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak
puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Ketika individu
membicarakan sikap karyawan yang sering dimaksudkan adalah kepuasan kerja.
Keterlibatan pekerjaan adalah tingkat mengukur sampai mana individu secara psikologis
memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk
penghargaan diri. Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi sangat
memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Konsep
pemberian wewenang psikologis (psychological empowerment), yaitu keyakinan karyawan
terhadap sejauh apa mereka memiliki lingkungan kerja, kompetisi, makna pekerjaan, dan
otonomi dalam pekerjaan, juga sangat berkaitan dengan sikap kerja.
Tingkat keterlibatan pekerjaan dan pemberian wewenang yang tinggi benar - benar
berhubungan dengan kewargaan organisasional dan kinerja pekerjaan. Selain itu, telah diketahui
bahwa keterlibatan pekerjaan yang tinggi berhubungan dengan ketidak hadiran yang lebih sedikit
dan angka pengunduran diri yang lebih rendah.
Hasil yang lemah untuk komitmen berkelanjutan adalah masuk akal karena hal ini
sebenarnya bukan merupakan sebuah komitmen yang kuat. Dibandingkan kesetiaan (komitmen
afektif) atau kewajiban (komitmen normatif) untuk seseorang pemberi kerja, sebuah komitmen
berkelanjutan mendeskripsikan seorang karyawan yang terikat dengan seorang pemberi kerja
hanya karena tidak ada hal lain yang lebih baik.
Komitmen organisasional sebagai sikap yang berkaitan dengan pekerjaan bila dibandingkan
dengan sebelumnya mungkin tidak begitu penting. Di tempat tersebut, kita mungkin
mengharapkan sesuatu yang sama dengan komitmen pekerjaan untuk menjadi baik. Keterlibatan
mungkin cukup sebuah variabel yang lebih relevan karena hal ini mencerminkan angkatan kerja
yang berubah-ubah dengan lebih baik pada zaman sekarang.
e. Sikap Karyawan
sikap karyawan bisa bermanfaat bagi manajer dalam usaha untuk memprediksi perilaku
karyawan. sikap yang umum memberi karyawan pernyataan dengan skala penilian yang
menunjukan tingkat kecocokan.
Nilai sikap individual diperoleh dengan cara menjumlahkan respon terhadap soal-soal
kuisioner. Nilai-nilai ini kemudian bisa dirata-rata untuk kelompok kerja, tim, departemen atau
organisasi secara keseluruhan. Hasil survei sering kali mengejutkan manajemen.
Manajemen merespon dengan menciptakan sebuah komite yang terdiri atas perwakilan dari
setiap departemen. Komite tersebut menemukan bahwa ada banyak hal kecil yang dilakukan oleh
divisi tersebut yang mengasingkan karyawan.Dari komite ini, ada banyak saran setelah di
implementasikan, memperbaiki persepsi karyawan secara signifikan tentang pengaruh
pembuatan keputusan dan peluang karir dalam devisi tersebut.
Sikap secara teratur memberi manejer umpan balik yang berharga mengenai bagaimana
karyawan menerima kondisi kerja mereka. Kebijaksanaan dan praktik yang dianggap objektif
dan adil oleh manajemen mungkin dianggap tidak adil oleh karyawan pada umumnya. Apabila
persepsi yang menyimpang ini menimbulkan sikap negatif tentang pekerjaan dan organisasi
adalah penting bagi manajemen untuk mengetahuinya.
Para manajer semakin khawatir dengan sikap karyawan yang berubah untuk mencerminkan
perspektif yang berubah mengenai ras, gender, dan persoalan perbedaan lainnya. Seperti halnya,
organisasi mulai melakukan investasi dalam pelatihan untuk membantu membentuk kembali
sikap para karyawan. Hampir semuanya meliputi frase evaluasi diri, individu didesak untuk
memeriksa diri sendiri serta menghadapi stereotif etnis dan kultural yang mungkin mereka
miliki. Kemudian, para partisipan biasanya ambil bagian dalam diskusi kelompok atau panel-
panel dengan wakil berbagai kelompok
Aktivitas tambahan yang dirancang untuk mengubah sikap termasuk mengatur individu
untuk melakukan pekerjaan sekarela di pusat-pusat layanan sosial atau masyarakat guna bertemu
secara langsung dengan individu atau kelompok dari latar belakang yang berbeda serta
mengunakan latihan yang membiarkan para partisipan merasakannya.
B. KEPUASAN KERJA
Pengertian Kepuasan Kerjamenurut para ahli :
1. Lock (1995)
Menurut Locke, seorang individu akan merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya
merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya
kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dengan hasil keluarannya (yang
didapatnya). Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau
menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja.
2. Robbins (1996)
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yag diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima (Robbin, 2003:78). Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang
karyawan terhadap pekerjaannya.
3. Porter (1995)
Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima
dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima.
4. Mathis dan Jackson (2000)
Kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional yang positif yang merupakan hasil evaluasi
dari pengalaman kerja.
5. T.M. Fasher (1992)
Kepuasan kerja, atau dalam arti yang lebih khusus kepuasan karyawan dalam bekerja, yang
muncul bila keuntungan yang dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya marjinal yang
dikeluarkan oleh karyawan tersebut dianggap cukup memadai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi
kerja.
2. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas (negatif). Bila secara
emosional puas berarti kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak aka berarti karyawan
tidak puas.
3. Kepuasan kerja dirasakan karyawan setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa
yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh
dari hasil kerjanya.
4. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan.
Kepusaan kerja merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur yang bersifat subjektif
karena setiap orang selalu mempunyai keinginan-keinginan yang ingin dipenuhi namun setelah
terpenuhi muncul lagi keinginan-keinginan lainnya, seakan-akan manusia itu tidak mempunyai
rasa puas dan setiap pegawai mempunyai kriteria sendiri yang menyatakan bahwa dirinya telah
puas.
Kepuasan kerja bisa dilihat atau dikatakan puas dalam bekerja jika pendapatan yang
diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja tersebut, dan dalam perusahaan tersebut
pegawai merasakan nyaman dalam bekerja dan tidk mempunyai kekhawatiran lain seperti kurang
cukup gaji yang diterima, tidak adanya jaminan kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa
tua atau pension.
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu,
dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan
kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi
individu.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga
kerja meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah satu
pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting pekerjaan.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka.Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja ini nampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerajaan dan segala sesauatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Kepuasan kerja menggambarkan perasaan seorang individu terhadap
pekerjaannya.Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan sekerja atau atasan, mengikuti aturan
dan kebijakan organisasi serta memenuhi standar kerja.Sikap seseorang terhadap pekerjaan
menggambarkan pengalaman yang menyenangkan dan juga tidak menyenangkan serta
berhubungan juga dengan harapan di masa mendatang. Kepuasan kerja dari masing-masing
individu berlainan, karena memang pada dasarnya kepuasan kerja bersifat individual dimana
masing-masing individu akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berlainan sesuai dengan
perasaan individu masing-masing.
Kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
hasil dari sebuah evaluasi karaktristiknya.Defenisi ini benar-benar merupakan sebuah defenisi
yang sangat luas. Pekerjaan seseorang lebih dari sekedar aktivitas mengatur kertas, menulis kode
program, menunggu pelanggan atau mengendarai sebuah truk.Setiap pekerjaan menuntut
interaksi dengan rekan kerja dan atasan, mengikuti peraturan dan kebijaksanaan organisasional,
memenuhi standar kinerja, menerima kondisi kerja.
Untuk mengukur kepuasan kerja ada dua pendekatan yang paling luas yaitu, penilaian
tunggal secara umum dan nilai penyajian akhir yang terdiri atas sejumlah aspek
pekerjaan.Metode penilaian tunggal secara umum sekedar meminta individu untuk merespon
satu pertanyaan. Sementara pendekatan yang lain, penyajian akhir aspek pekerjaan lebih rumit.
Pendekatan ini mengidentifikasi elemen-elemen penting dalam suatu pekerjaan dan menanyakan
perasaan karyawan tentang setiap elemen.
Faktor-faktor khusus yang akan dimasukkan adalah sifat pekerjaan, pengawas, bayaran saat
ini, peluang promosi dan hubungan dengan rekan-rekan kerja. Faktor-faktor ini dinilai
berdasarkan skala standar dan kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kepuasan kerja
secara keseluruhan.
Berbagai studi indenpenden, yang diadakan diantara para pekerja As selama 30 tahun
terakhir, pada umumnya menunjukan bahwa mayoritas pekerja merasa puas dengan pekerjaan
mereka. Meskipun jarak persentasenya lebar, lebih banyak individu melaporkan bahwa mereka
merasa puas dibandingkan tidak puas.Selain itu hasil-hasil ini berlaku untuk negara-negara maju
lainnya.Penelitian menunjukan bahwa kepuasan mengalami banyak perubahan, tergantung pada
segi kepuasan kerjayang di miliki.
3. PenyebabKepuasan kerja
Pada kenyatannya, dari segi kepuasan kerja (kerja itu sendiri, bayaran, kenaikan jabatan,
pengawasan, dan rekan kerja), menikmati kerja itu sendiri hampir selalu merupakan segi yang
paling berkaitan erat dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi secara keseluruhan.Pekerjaan
menarik yang memberikan palatihan, variasi, kemerdekaan, dan kendali memuaskan sebagian
besar karyawan. Dengan perkataan lain, sebagian besar individu lebih menyukai kerja yang
menantang dan membangkitkan semangat dari pada kerja yang dapat diramalkan dan rutin.
4. Pengaruh dari Karyawan yang Tidak Puas dan Puas di Tempat Kerja
Ada konsekuensi ketika karyawaan menyukai pekerjaan mereka, dan ada konsekuensi ketika
karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka.Sebuah kerangka teoretis kerangka keluar pengaruh
kesetiaan pengabaian sangat bermanfaat dalam memahami konsekuensi dari ketidakpuasan. Ada
empat respons kerangka yang berbeda dari satu sama lain bersama dengan dua dimensi:
konstruktif/ destruktif dan aktif/ pasif. Respons-respons tersebut didefinisikan seperti berikut:
Keluar (exit) yaitu: Perilaku yang dtujukan untuk meninggalkan organisasi, termasuk
mencari posisi baru dan mengundurkan diri.
Aspirasi (voice) yaitu: Secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaikan kondisi,
termasuk menyarakan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan dan beberapa
bentuk aktivitas serikat kerja.
Kesetiaan (loyalty) yaitu: Secara pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi,
teramasuk membela organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan
mempercayai organisasi dan manajemennya untuk “melakukan hal yang benar”.
Pengabaian (neglect) yaitu: Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk,
termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-menerus, kurangnya usaha, dan
meningkatnya angka kesalahan.
Pekerjaan yang bahagia cenderung lebih produktif, meskipun sulit untuk mengatakan kearah
hubungan sebab akibat tersebut.Ketika seseorang pindah dari tingkat individual ke tingkat
organisasi, kita juga menemukan dukungan untuk hubungan kepuasan kinerja.Ketika data
produktivitas dan kepuasan secara keseluruhan dikumpukan untuk organisasi, kita menemukan
bahwa organisasi yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif bila
dibandingkan organisasi yang mempunyai karyawan yang kurang puas.
Tampaknya logis untuk menganggap bahwa kepuasan kerja seharusnya menjadi faktor
penentu utama dari perilaku karyawan organisasional (organizational citizenship behavior-OCB)
seorang karyawan. Karyawan yang puas nampaknya cenderung berbicara secara positif tentang
organisasi, membantu individu lain dan melewati harapan normal dalam pekerjaan mereka.
Selain itu, karyawan yang puas mungkin lebih mudah berbuat lebih dalam pekerjaan mereka
karena mereka ingin merespon pengalaman positif karyawan, mengakui bahwa kepuasan
karyawan bisa memberi kontribusi terhadap tujuan mereka untuk memiliki pelanggan yang
bahagia.
Kepuasan juga berhubungan secara negatif dengan perputaran karyawan, tetapi korelasi
tersebut lebih kuat dari pada apa yang kita ketahui untuk kehadiran. Namun, faktor-faktor lain
seperti kondisi pasar tenaga kerja, harapan tentang peluang pekerjaan alternatif dan lamanya
masa jabatan dengan organisasi merupakan batasan penting tentang keputusan yang aktual untuk
meninggalkan pekerjaan.
Bukti menunjukan bahwa pengait penting dari hubungan kepuasan perputaran karyawan
adalah tingkat kinerja karyawan.Khususnya, tingkat kepuasan tidak begitu penting dalam
memprediksi perputaran karyawan untuk pekerja. Organisasi biasanya melakukan banyak upaya
untuk mempertahankan orang-orang ini, baik dengan cara kenaikan gaji, pujian, pengakuan,
peluang promosi yang meningkat dan lain-lain. Hal yang sebaliknya terjadi pada pekerja yang
tidak baik, organisasi hanya mengerahkan sedikit usaha untuk memelihara mereka.
Apabila para pemberi kerja ingin mengendalikan konsekuensi yang tidak diinginkan dari
ketidakpuasan kerja, mereka lebih baik menyelesaikan sumber masalahketidakpuasannya dari
pada berusaha mengendalikan respon-respon yang berbeda.
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki :225)
yaitu sebagai berikut :
b. Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual
yang penting.
d. Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja.
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini menyiratkan
perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disampng
karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya adalah
gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja).
a. Gaji/Upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang
diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji
diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari
pencapaian (achievement), keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.
Berdasarkan teori keadilan Adams, orang yang menerima gaji yang dipersepsikan terlalu
kecil atau terlalu besar akan mengalami ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan
tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk
kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan kerja.
Jika dianggap gajinya terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas. Tapi jika gaji
dirasakan tinggi atau sesuai dengan harapan, pekerja tidak lagi tidak puas, artinya tidak ada
dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi
kerja seseorang jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable) akan
menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja
yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan
menimbulkan kepuasan kerja.
c. Hubungan Kerja
Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam jumlah tertentu berada dalam satu
ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi. Bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan
peningkatan motivasi kerja. Dalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja
sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi
mereka seperti harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi
kerja mereka.
2. Pelibatan Kerja.
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran
kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran
atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk
meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3. Organizational Citizenship Behavior.
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4. Organizational Commitment.
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan
mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan
terdapat hubungan yang siknifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan
menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
5. Ketidakhadiran (Absenteisme).
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain
apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6. Perputaran (Turnover).
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat
mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat
meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
7. Perasaan stres.
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana
dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
8. Prestasi Kerja/Kinerja.
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan
kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih
produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja
sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sikap adalah pernyataan evaluasi seseorang yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan, terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana
perasaan seseorang tentang sesuatu untuk benar-benar memahami sikap kita harus
mempertimbangkan karakteristik mental mereka.
Kepuasan adalahsuatu respon yang menggambarkan perasaan dari individu terhadap
pekerjaannya. Kepuasan kerja adalah kombinasi dari kepuasan kognitif dan efektif individu
dalam perusahaan. Kepuasan afektif didapatkan dari seluruh penilaian emosional yang positif
dari pekerjaan karyawan. Kepuasan afektif ini difokuskan pada suasana hati mereka saat
bekerja.Perasaan positif atau suasana hati yang positif mengindikasikan kepuasan
kerja.Sedangkan kepuasan kerja negatif adalah kepuasan yang didapatkan dari penilaian logis
dan rasional terhadap kondisi, peluang.faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang
memiliki peran yang penting bagi perusahaan dalam memilih dan menempatkan karyawan dalam
pekerjaannya dan sebagai partner usahanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau
sepantasnya dilakukan. Cara menghindari ketidak puasan kerja. Kepuasan kerja karyawan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, jika faktor pemuas ini tidak diperoleh karyawan maka akan
muncul ketidakpuasan yang dapat memunculkan perilaku negatif pada karyawan.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Motivasi adalah keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada
pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu.
2. Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi
kerja.
3. Aspek-aspek kepuasan kerja : kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang
pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, dan kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan.
4. Ada beberapa teori tentang motivasi dan kepuasan kerja, di antaranya adalah sebagai berikut :
Discrepancy Theory, Equity Theory, Opponent Theory – Process Theory, Teori Maslow, Teori
ERG Alderfer, Teori dua faktor dari Herzberg, dan Teori McClelland.
5. Ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, di antaranya akan dijelaskan sebagai
berikut : Pengukuran kepuasan kerja dengan skala job description index, pengukuran kepuasan
kerja
DAFTAR PUSTAKA