Anda di halaman 1dari 11

VARIASI RASIO VOLUME TULANGAN TRANSVERSAL DENGAN

INTI BETON TERHADAP DAKTILITAS AKSIAL


KOLOM BETON BERTULANG
Ari Wibowo, M. Taufik Hidayat, Ainur Rochim
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 147 Malang 65145
E-mail : ariwibowo74@yahoo.com

ABSTRAK

Pengekangan pada kolom beton dipengaruhi beberapa parameter. Parameter-parameter tersebut


antara lain adalah rasio volume tulangan transversal, spasi, kekuatan leleh, susunan tulangan transversal, kuat
tekan beton, dimensi penampang, kandungan dan susunan tulangan longitudinal, dan cover beton. Dalam
studi kali ini dibahas tentang pengaruh rasio tulangan transversal ( ρs ) terhadap nilai kekakuan aksial dan
daktilitas aksial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi volume tulangan transversal ( ρs
) terhadap nilai kekakuan aksial dan daktilitas aksial dengan mengambil variasi sebesar 0,37%; 0,68%; dan
1,05% dengan menggunakan benda uji kolom beton bertulang ukuran 15 x 15 cm dan panjang kolom 70 cm.
Benda uji dibebani dengan beban tekan aksial sentris.
Berdasarkan data hasil penelitian maka dilakukan analisis statistik dari pengujian hipotesis dengan
mengambil resiko kesalahan 5 % di dapat nilai fhitung = 138,503 > f tabel = 3,040 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variasi rasio volume tulangan transversal terhadap
nilai kekakuan aksial.Untuk perhitungan pengaruh variasi rasio volume tulangan transversal terhadap nilai
daktilitas aksial, tidak dapat dilakukan analisis statistik sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan. Hal ini
disebabkan besarnya kuat tekan beton yang didapatkan dari hasil eksperimen dibandingkan dengan kuat
tekan beton dari prediksi awal sehingga alat uji tekan kolom tidak mampu membebani sampai dengan beban
runtuh.

Kata kunci : daktilitas aksial, tulangan transversal, tulangan longitudinal kekakuan aksial,

PENDAHULUAN struktur dengan demikian tergantung


Indonesia merupakan zona yang pada pengendalian daktil efektif yang
rentan terhadap gempa, sehingga untuk meningkatkan daktilitas beton adalah
pembangunan gedung-gedung dan dengan mengontrol secara khusus desain
struktur yang lain di Indonesia diperlukan penulangannya yaitu memberikan
struktur bangunan yang mampu menahan pengekangan (confinement).
beban gempa tersebut. Efek disipasi Model kekangan yang
energi yang diberikan oleh gempa (gaya dikembangkan untuk beton kekuatan
lateral) pada sebuah struktur dapat normal belum tentu cocok untuk beton
direduksi oleh beberapa faktor. mutu tinggi. Akan tetapi pada pengujian
diantaranya adalah nilai kekakuan dan untuk mencapai beton mutu tinggi
daktilitas dari struktur tersebut. Elemen sangatlah sulit, karena pembuatan beton
struktur yang paling utama dalam mutu tinggi memerlukan alat-alat dan
menahan gaya lateral adalah elemen bahan-bahan tertentu. Sedangkan alat dan
struktur kolom. Beton mempunyai sifat bahan yang tersedia di laboratorium
yang getas bila dibandingkan dengan terbatas. Pada kenyataannya, model-
bahan struktur yang lain seperti baja. model pada beton mutu normal
Walaupun mampu menahan tekan cukup menunjukkan prediksi daktilitas yang
tinggi tetapi tidak mampu secara terlampaui tinggi ketika diaplikasikan ke
proporsional meningkatkan kekuatan beton mutu tinggi.
tariknya. Pemakaian sebagai bahan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 181
TUJUAN peringatan yang jelas, bersifat mendadak.
Sebagai penelitian awal, Oleh karena itu dalam merencanakan
penelitian kali ini dititikberatkan pada struktur kolom harus memperhitungkan
kekakuan dan daktilitas kolom persegi secara cermat dengan memberikan
untuk beton mutu normal dibawah beban cadangan kekuatan lebih tinggi daripada
aksial konsentris secara monoton untuk komponen untuk komponen struktur
mengetahui prilaku kolom tersebut yang lainnya.
dapat memberikan informasi dan
masukan studi selanjutnya untuk Efek Kekangan Pada Kolom
penelitian daktilitas kurvatur dengan Kolom beton bertulang
beban lateral yang mewakili beban mempunyai tulangan longitudinal, yang
gempa. Sehingga untuk pengujian paralel dengan arah keja beban, dan
penelitian kali ini hanya dibatasi pada disusun menurut pola segi empat, bujur
beton normal dengan beban konsentris. sangkar, atau lingkaran. Batasan 1 –
8% dari luas penampang kolom beton Ag
TINJAUAN PUSTAKA lazim digunakan untuk menentukan
Kolom jumlah tulangan ini karena persentase
Kolom adalah batang tekan yang lebih besar tidak ekonomis dan
vertikal dari rangka (frame) struktural sering kali mempersulit pemasangannya.
yang memikul beban dari balok. Kolom Tulangan ini umumnya diikat oleh
meneruskan beban-beban dari elevasi tulangan melintang yang ditempatkan
atas ke elevasi yang lebih bawah hingga dalam interval tertentu, yang disebut
akhirnya sampai ke tanah melalui tulangan sengkang. Sengkang berfungsi
fundasi. (Edward G. Nawy, 1990: 306) untuk mengurangi bahaya pecah
SNI 03–2847–2002 memberikan (spliting) beton yang dapat
definisi kolom adalah komponen struktur mempengaruhi daktilitas kolom tersebut.
dengan rasio tinggi terhadap dimensi R. Park telah melakukan berbagai
lateral terkecil melebihi tiga yang studi tentang kekuatan dan daktilitas
digunakan terutama untuk mendukung kolom beton bertulang. Hasil pengujian
beban aksial tekan. Sedangkan komponen menunjukkan bahwa penampang yang
struktur tekan tegak yang mempunyai diberi tulangan melintang atau
rasio tinggi bebas terhadap dimensi transversal, dalam bentuk sengkang
lateral terkecil rata-rata kurang dari tiga ataupun spiral, akan meningkatkan
disebut dengan pedestal. kekuatan dan daktilitas betonnya. Lilitan
Sebagai bagian dari suatu melingkar atau spiral memberikan
kerangka bangunan dengan fungsi dan tekanan kekangan (confine) di sekeliling
peran seperti tersebut, kolom menempati penampang, sedangkan sengkang biasa
posisi penting dalam sistem struktur hanya memberikan gaya kekang
bangunan. Kegagalan kolom akan (confine) di daerah sudut karena tekanan
berakibat langsung pada runtuhnya pada sisi sengkang ini cenderung akan
komponen struktur lain yang membengkokkan bagian sisi sengkang ke
berhubungan dengannya, atau bahkan arah luar. Meskipun tidak sebaik lilitan
merupakan batas runtuh total keseluruhan spiral, sengkang bisa dapat memberikan
struktur bangunan. Pada umumnya peningkatan kekuatan dan daktilitas
kegagalan atau keruntuhan komponen beton. (Laurentius Wahyudi, Syahril A.
tekan tidak diawali dengan tanda Rahim 1999: 189)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 182
(a) Sengkang lingkaran atau spiral (b) Sengkang segi-4 dengan (c) Sengkang segi-4 dan sengkang
pengikat tambahan segi-8

bagian beton tak


dikekang

(d) Pengengkangan dengan (e) pengengkangan dengan


tulangan transversal tulangan longitudinal

Gambar 1. Pengekangan penampang kolom dengan tulangan transversal dan longitudinal.

Unconfined concrete

Effectively confined Confined concrete


concrete

Cover concrete

Gambar 2. Ilustrasi daerah kekangan efektif

Selain hubungan tegangan-regangan beton (fc- ε c) hasil penelitian Kent dan Park, dipakai
pula hubungan tegangan-regangan baja (fs- ε s) seperti Gambar 3

Gambar 3. Kurva hubungan tegangan dan regangan baja.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 183
Syarat Penulangan Sengkang Kolom jika terdapat balok atau konsol pendek
( Tulangan Transversal ) yang menyatu pada keempat sisi suatu
Berdasarkan SK SNI 03 xxxx kolom, sengkang dan kait ikat boleh
2000, persyaratan penulangan sengkang dihentikan tidak lebih dari 75 mm di
kolom untuk kolom harus menuhi bawah tulangan terbawah dari balok atau
ketentuan sebagai berikut : konsol pendek yang paling kecil dimensi
1. semua batang tulangan non-pratekan vertikalnya.
harus diikat dengan sengkang dan
sengkang ikat lateral, paling sedikit Kekakuan Aksial
ukuran D-10 untuk tulangan Elemen kaku biasanya sebagai
longitudinal lebih kecil dari D-32, dan batang, tidak mengalami perubahan
paling tidak D-13 untuk tulangan D- bentuk yang cukup besar di bawah
36, D-44, D-56, dan bundle tulangan pengaruh gaya atau pada perubahan gaya
longitudinal. Sebagai alternative yang diakibatkan oleh beban. Elemen
boleh juga digunakan kawat ulir atau fleksibel atau tidak kaku, misalnya kabel,
jaringan kawat las dengan luas cenderung mempunyai bentuk tertentu
penampang ekivalen. pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk
2. Spasi vertikal sengkang dan sengkang tersebut dapat berubah apabila
ikat tidak boleh melebihi 16 kali pembebanan berubah. Elemen kaku
diameter tulangan longitudinal, 48 contohnya adalah kayu dan baja.
kali diameter batang atau kawat Sedangkan contoh dari elemen fleksibel
sengkang dan kait ikat, atau ukuran adalah kabel baja.
terkecil dari komponen struktur tekan Kekakuan merupakan rasio antara
tersebut. beban dengan perpendekan. Kekakuan
3. Sengkang dan kait ikat harus diatur aksial dipengaruhi oleh nilai modulus
sedemikian hingga setiap sudut dan elastisitas dan luas penampang kolom
tulangan longitudinal yang berselang terhadap panjang efektif kolom tersebut.
harus mempunyai dukungan lateral Daktilitas Aksial
yang didapat dari sudut sebuah Daktilitas merupakan kemampuan
sengkang atau kait ikat yang sudut suatu struktur gedung untuk mengalami
dalamnya tidak lebih dari 135 derajat, simpangan pasca-elastik yang besar
dan tidak boleh ada batang tulangan secara berulang kali dan bolak-balik
yang jarak bersihnya lebih dari 150 akibat beban gempa di atas beban gempa
mm pada setiap sisi sepanjang yang menyebabkan terjadinya pelelehan
sengkang atau sengkang ikat terhadap pertama, sambil mempertahankan
batang tulangan yang didukung secara kekuatan dan kekakuan yang cukup,
lateral. Jika tulangan longitudinal sehingga struktur gedung tersebut tetap
terletak di sekeliling perimeter suatu berdiri, walaupun sudah berada dalam
lingkaran, maka sengkang berbentuk kondisi diambang keruntuhan.
lingkaran penuh dapat dipergunakan. Daktilitas struktur adalah rasio
4. Sengkang dan sengkang ikat diatas antara simpangan maksimum struktur
fondasi atau lantai pada tiap tingkat tersebut akibat pengaruh gempa rencana
harus diletakkan secara vertical tidak pada saat mencapai kondisi diambang
lebih dari ½ jarak spasi sengkang dan keruntuhan dengan simpangan struktur
sengkang ikat, sedangkan di bawah kolom pada saat terjadinya pelelehan
tulangan horizontal terbawah dari pertama. Hal yang mempengaruhi
panel atau drop panel yang berada di daktilitas suatu kolom salah satunya
atas harus berjarak tidak lebih dari ½
jarak spasi sengkang.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 184
adalah jarak spasi susunan tulangan 3. Diduga dengan bertambahnya nilai
transversal kolom tersebut. rasio volume tulangan transversal
Hipotesis Penelitian pada kolom beton bertulang terhadap
1. Diduga dengan bertambahnya nilai akan meningkatkan nilai daktilitas
rasio volume tulangan transversal Rancangan Penelitian yang akan
pada kolom beton bertulang terhadap dilakukan sebagai berikut :
akan meningkatkan nilai kekakuan
aksial kolom beton bertulang akibat Tabel 1. Rancangan Benda uji kolom 15
beban aksial sentris. /15 cm dengan tinggi 70 cm dengan
2. Diduga dengan bertambahnya nilai variasi rasio volume tulangan transversal
rasio volume tulangan transversal (ρs) = 0,77%, 1,30%, dan 1,93%. Tata
pada kolom beton bertulang akan nama benda uji kolom adalah sebagai
meningkatkan ketegaran dengan berikut:
mengacu analisa hubungan tegangan
– regangan.
Tabel 1. Tata nama benda uji
Diameter Rasio Volume
Nama Benda Uji Sengkang Tulangan
(mm) Transversal
(ρ)

KS11 Ø6 0,77%
KS1 KS12 Ø6 0,77%
KS13 Ø6 0,77%
KS21 Ø8 1,30%
KS2 KS22 Ø8 1,30%
KS23 Ø8 1,30%
KS31 Ø10 1,93%
KS3 KS32 Ø10 1,93%
KS33 Ø10 1,93%

Total benda uji sebanyak 9 buah, • Perlakuan III  kolom beton


dengan tiap perlakuan sebanyak 3 benda bertulang dengan sengkang Ø = 10
uji. Hal ini dapat ditunjukan pada mm.
kolom Masing – masing perlakuan memakai 3
Variasi buah benda uji sehingga total benda uji
No KS1 KS2 KS3 adalah 9 buah dan pengujian dilakukan
Benda Uji
Adapun prosedur yang kami laksanakan
1 Kolom 3 benda uji 3 benda uji 3 benda uji adalah sebagai berikut :
1. Setelah perawatan selama 28 hari
Benda uji berupa kolom ini dibuat sejak pengecoran, pembebanan
dengan tiga perlakuan. dilakukan. Kolom beton ditempatkan
pada alat uji. Kemudian kolom diberi
• Perlakuan I  kolom beton bertulang
beban aksial sentris seperti gambar
dengan sengkang Ø = 6 mm.
dibawah ini :
• Perlakuan II  kolom beton
bertulang dengan sengkang Ø = 8
mm.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 185
P P P

φ6−100 φ6−100 φ8−100 φ8−100 φ10−100 φ10−100

4 φ10 4 φ10 4 φ10

4 φ10 4 φ10 4 φ10

pot. I-I pot. I-I pot. I-I

Benda uji I Benda uji II Benda uji III


(sengkang φ 6 mm ) (sengkang φ 8 mm ) (sengkang φ 10 mm )

Gambar 4. Sketsa benda uji

1). Benda uji KS1 dengan Ø 3). Benda uji KS3 dengan
sengkang 6 mm dibebani sampai Ø sengkang 10 mm dibebani
dengan beban runtuh benda uji dan catat beban
2). Benda uji KS2 dengan maksimum yang terjadi selama
Ø sengkang 8 mm dibebani pemeriksaan benda uji.
sampai dengan beban runtuh

HIDROLIK
JACK

DIAL GAUGE

STRAIN
GAUGE

BENDA UJI
KOLOM BETON

Gambar 5. Set up benda uji


Variabel Penelitian 2. Variabel terikat (dependent variable),
1. Variabel bebas (independent yaitu variabel yang perubahnya
variable), yaitu variabel yang tergantung pada variabel bebas. Pada
perubahnya bebas ditentukan oleh penelitian ini yang digunakan sebagai
peneliti. Pada penelitian ini yang variabel terikat adalah nilai kekakuan
digunakan sebagai variabel bebas aksial dan daktilitas aksial yang
adalah rasio volume tulangan terjadi pada kolom beton bertulang.
transversal.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 186
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis tentang pengaruh terikat. Hipotesis yang diambil sebagai
variasi volume tulangan transvesal berikut :
terhadap nilai kekakuan aksial Ho : Hipotesis awal yang menyatakan
Untuk mengetahui ada tidaknya bahwa variasi volume tulangan
pengaruh variasi rasio volume tulangan transversal tidak memberikan
transversal kolom beton bertulang pengaruh terhadap nilai daktilitas
terhadap niali kekakuan maka dilakukan pada kolom beton bertulang.
teknik analisis statistik Anova satu arah Ha : Hipotesis alternatif yang
yang mempunyai kemampuan menyatakan bahwa variasi
membedakan antar banyak kelompok volume tulangan transversal
dengan resiko kesalahan yang sekecil memberikan pengaruh terhadap
mungkin serta dapat memberikan nilai daktilitas pada kolom beton
informasi tentang interaksi yang lebih bertulang.
signifikan sehubungan dengan hubungan Dan dapat ditentukan pula dari ketiga
antara variabel bebas terhadap variabel variasi tersebut yang dapat memberikan
terikat. Hipotesis yang diambil sebagai nilai positif (signifikan) pada kolom
berikut : beton bertulang.
Ho : Hipotesis awal yang menyatakan
bahwa variasi volume tulangan Pembahasan Pengaruh Variasi Rasio
transversal tidak memberikan Volume Tulangan Transversal
pengaruh terhadap nilai kekakuan Terhadap Nilai Kekakuan Aksial
pada kolom beton bertulang. Kekakuan aksial suatu elemen
Ha : Hipotesis alternatif yang kolom dipengaruhi oleh beberapa
menyatakan bahwa variasi parameter, diantaranya adalah :
volume tulangan transversal 1. kuat tekan beton
memberikan pengaruh terhadap 2. tegangan leleh tulangan baja
nilai kekakuan pada kolom beton 3. nilai volume tulangan transversal
bertulang. Dari uji keseragaman kuat tekan
Dan dapat ditentukan pula dari ketiga beton, didapat nilai keseragaman Fhitung =
variasi tersebut yang dapat memberikan 0,49 < Ftabel = 3,71. hal ini berarti tidak
nilai positif (signifikan) pada kolom terdapat perlakuan yang sangat nyata dari
beton bertulang. mutu beton dengan kata lain mutu beton
dianggap seragam. Untuk uji
Pengujian hipotesis tentang pengaruh keseragaman mutu baja didapat nilai
variasi volume tulangan transvesal keseragaman Fhitung = 0,00078 < Ftabel =
terhadap nilai daktilitas aksial 5,41. Sehingga dianggap mutu baja juga
Untuk mengetahui ada tidaknya seragam. Dalam hal ini berarti nilai mutu
pengaruh variasi rasio volume tulangan beton dan mutu baja dianggap tidak
transversal kolom beton bertulang maka memberikan pengaruh terhadap nilai
dilakukan teknik analisis statistik Anova kekakuan aksial kolom.
satu arah yang mempunyai kemampuan Dari hasil pengujian laboratorium
membedakan antar banyak kelompok benda uji kolom didapatkan nilai
dengan resiko kesalahan yang sekecil perpendekan untuk kolom dengan
mungkin serta dapat memberikan masing-masing variasi dengan
informasi tentang interaksi yang lebih melakukan pembacaan dial gauge, selain
signifikan sehubungan dengan hubungan itu nilai regangan tulangan tarik baja
antara variabel bebas terhadap variabel diperoleh dari strain gauge dan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 187
pembacaan alat tersebut dengan strain data yang di rata-rata untuk setiap variasi.
meter. data yang diperoleh sangat Dari hasil pengujian laboratorium di
berbeda jauh antara benda uji 1 dan dapatkan persamaan nilai beban dan
benda uji 2 untuk variasi yang sama yang perpendekan kolom beton bertulang dari
diakibatkan oleh perbedaan nilai slump berbagai variasi rasio volume tulangan
saat pengecoran, sehingga data yang transversal.
digunakan dalam pembahasan ini adalah

Hubungan Beban-Perpendekan KS1, KS2, KS3

900 y = 2.7736x + 51.755 KS3 (Rata-rata)


800 y = 2.0246x - 6.384
KS2 (Rata-rata)
700 y = 1.679x - 79.707
600 KS1 (Rata-rata)
Beban (KN)

500 Teoritis
y = 0.9115x + 4E-13
400 Regresi KS3
300 Regresi KS1
200 Regresi KS2
100 Linear (Teoritis)
0
-100 0 200 400 600 800 1000
-200

δ c (10
-02
mm)

Gambar 6. Grafik Hubungan Beban - Perpendekan kolom KS1, KS2, KS3.

Dari Gambar 6 terlihat nilai transversal memberikan pengaruh


kekakuan aksial terbesar ditunjukkan terhadap nilai kekakuan aksial kolom
oleh kolom KS3 dengan variasi rasio beton bertulang. Dari grafik tersebut,
tulangan transversal ρs = 1,05%. Hal ini nilai kekakuan ditunjukkan sebagai
menunjukkan variasi rasio tulangan berikut :
1. Nilai kekakuan kolom teoritis 3. Nilai kekakuan kolom KS2 =
= 91,15 KN/mm. 202,46 KN/mm.
2. Nilai kekakuan kolom KS1 = 4. Nilai kekakuan kolom KS3 =
167,9 KN/mm. 277,36 KN/mm.
Pembahasan Hubungan Tegangan – dengan pembacaan dial gauge, selain itu
Regangan Benda Uji Beton Bertulang data yang diperoleh sangat berbeda jauh
Dari hasil pengujian laboratorium antara benda uji 1 dan benda uji 2 untuk
didapatkan nilai regangan tulangan tarik variasi yang sama yang diakibatkan oleh
dan regangan beton dengan masing- perbedaan nilai slump saat pengecoran,
masing variasi. Nilai regangan tulangan sehingga data yang digunakan dalam
tarik baja diperoleh dari strain gauge dan pembahasan ini adalah data yang di rata-
pembacaan alat tersebut dengan strain rata untuk setiap variasi.
meter. Nilai regangan beton diperoleh

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 188
Hubungan Tegangan-Regangan KS1, KS2, KS3
y = 8E+06x 2 + 59116x - 6.8032
350
KS1 (Rata-rata)
300 y = -1E+07x 2 + 134699x - 4.1155
KS2 (Rata-rata)
250
KS3 (Rata-rata)

f'c (Mpa)
200
y = -2E+06x 2 + 74055x - 12.87
150 Regresi KS3

100 Regresi KS1

50 Regresi KS2
0
0.0000 0.0010 0.0020 0.0030 0.0040 0.0050 0.0060
-50

ε c (mm/mm)

Gambar 7. Grafik Hubungan Tegangan – Regangan kolom KS1, KS2, KS3

Pada saat tegangan maksimum Pembahasan Pengaruh Variasi


yang terjadi, untuk kolom setiap variasi Volume Tulangan Transversal
(ρs), terlihat bahwa regangan terkecil di Terhadap Nilai Daktilitas Aksial
alami oleh kolom KS3 dengan ρs terbesar Daktilitas aksial merupakan
yaitu 1,05%. hal ini menunjukkan bahwa perbandingan antara regangan maksimum
variasi rasio volume tulangan transversal kolom terhadap regangan pada saat
mempengaruhi nilai ketegaran kolom tulangan mengalami leleh pertama, Nilai
tersebut. Akan tetapi data yang didapat εy akan diperoleh pada saat kondisi
belum mencapai keruntuhan kolom, regangan tulangan tarik pertama kali
maka tidak dapat mewakili penelitian. mencapai regangan leleh baja (fy) yang
dipakai, maka kondisi yang demikian
disebut regangan leleh pertama (εy).

Hubungan Tegangan Baja-Regangan Beton KS1, KS2, KS3

250

200
KS1 (Rata-rata)
f's (Mpa)

150
KS2 (Rata-rata)

100 KS3 (Rata-rata)

50

0
0.0000 0.0010 0.0020 0.0030 0.0040 0.0050 0.0060

ε c (mm/mm)

Gambar 8. Grafik Hubungan Regangan beton – f’s Kolom KS1, KS2, KS3

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 189
Dari ketiga grafik hubungan signifikan terhadap variasi rasio volume
regangan beton – f’s untuk berbagai tulangan transversal tersebut.
variasi, tegangan yang dialami oleh baja
tulangan tidak ada yang mencapai Nilai Rasio Volume Tulangan
tegangan leleh (fy), sehingga regangan Transversal Yang Signifikan Terhadap
beton pada saat leleh pertama tidak dapat Nilai Daktilitas Aksial
diketahui. Jadi untuk penelitian kali ini Dengan adanya variasi rasio
tidak dapat disimpulkan pengaruh variasi volume tulangan transversal dapat dicari
rasio volume tulangan transversal apakah terdapat perbedaan rata-rata
terhadap nilai daktilitas aksial. antara perlakuan rasio volume tulangan
Dari hasil yang ada, tidak dapat transversal yang memberikan nilai
dilakukan pengujian statistik untuk signifikan terhadap daktilitas aksial.
menyatakan seberapa besar pengaruh Untuk menarik kesimpulan tersebut
variasi rasio volume tulangan transversal dilakukan teknik analisis anova satu arah.
terhadap nilai daktilitas aksial. Dari hasil yang ada, tidak dapat
Penelitian kali ini dapat dikatakan dilakukan pengujian statistik untuk
penelitian yang gagal, karena tidak menyatakan seberapa besar pengaruh
mendapatkan hasil yang ingin dicapai. variasi rasio volume tulangan transversal
Kegagalan tersebut disebabkan oleh terhadap nilai daktilitas aksial. Hal ini
beberapa faktor, faktor yang paling utama disebabkan tidak tercapainya nilai
adalah perancangan mix design yang daktilitas aksial.
tidak akurat. Kuat tekan yang didapat
pada saat eksperimen jauh lebih kuat dari KESIMPULAN
kuat tekan yang ada pada hipotesis Dari hasil penelitian dan pembahasan
penelitian. Kapasitas alat tidak mampu yang telah diuraikan, maka dapat
membebani benda uji tersebut sampai disimpulkan sebagai berikut :
beban maksimum, sehingga daktilitas 1. Berdasarkan uji statistik analisis
aksial tidak dapat dicapai. varian satu arah, terdapat perubahan
yang signifikan terhadap nilai
Nilai Rasio Volume Tulangan kekakuan aksial kolom dengan
Transversal Yang Signifikan Terhadap adanya variasi rasio volume tulangan
Nilai Kekakuan Aksial transversal yaitu ρs (KS1) = 0,37; ρs
Dengan adanya variasi rasio (ΚS2) = 0,68; dan ρs (KS3) = 1,05.
volume tulangan transversal dapat dicari Peningkatan nilai kekakuan KS1
apakah terdapat perbedaan rata-rata terhadap KS2 sebesar 17,07%, KS1
antara perlakuan rasio volume tulangan terhadap KS3 sebesar 65,19% dan
transversal yang memberikan nilai KS2 terhadap KS3 sebesar 36,99%.
signifikan terhadap kekakuan aksial. Semakin besar rasio volume tulangan
Untuk menarik kesimpulan tersebut transversal yang diberikan maka nilai
dilakukan teknik analisis anova satu arah. kekakuan aksial akan semakin besar.
Dari uji statistik anova satu arah 2. Dari analisa grafik hubungan
diperoleh nilai Fhitung < Ftabel, 138,503 > tegangan – regangan, terlihat bahwa
3,040 sehingga Ha diterima berarti regangan terkecil di alami oleh
terdapat perbedaan rata-rata antara nilai kolom KS3. Hal ini menunjukkan
kekakuan dengan variasi rasio volume bahwa variasi rasio volume tulangan
tulangan transversal KS1(ρs) = 0,37%, transversal (ρs) mempengaruhi nilai
KS2(ρs) = 0,68%, dan KS3(ρs) = 1,05%.. ketegaran kolom tersebut. Akan
Melalui uji analisis pasca anova pun juga tetapi data yang didapat belum
memberikan nilai kekakuan aksial yang mencapai keruntuhan kolom, maka

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 190
tidak dapat mewakili penelitian. Dari Gideon K, P. Kole, R. Sagel. (1993).
analisa tersebut tidak dapat dibuat Dasar –Dasar Perencanaan
kesimpulan mengenai variasi rasio Beton Bertulang. Seri 1.
volume tulangan transversal terhadap Penerbit Erlangga, Jakarta
analisa hubungan tegangan – Gideon K, A. Takim. (1993). Desain
regangan beton bertulang.
Struktur Rangka Beton
3. Nilai daktilitas aksial kolom tidak
Bertulang di Daerah Rawan
dapat dibuat kesimpulan, hal ini Gempa. Seri 3. Penerbit
disebabkan perencanaan mix desain Erlangga, Jakarta
yang tidak akurat. Prediksi awal
untuk perencanan mix desain Nawy, Edward G. (1990). Beton
ditetapkan dengan kuat tekan beton Bertulang Suatu Pendekatan
f’c sebesar 20 Mpa dengan berbagai Mendasar. PT. Eresco,
pertimbangan. Pertimbangan yang Bandung
paling utama adalah kapasitas alat Park, R. dan Paulay, T. (1975).
pengujian kolom yang terdapat pada Reinforced Concrete
laboratorium sangat terbatas. Akan Structures. John Wiley & Sons
tetapi dalam perancangan didapatkan Inc., New York
nilai kuat tekan beton yang jauh dari Pendyala, R., Mendis, P., Patnaikuni, I.
prediksi awal yaitu sebesar 35,93 (1996) Full-Range Behavior of
Mpa, sehingga alat pengujian tidak High-Strength Concrete
mampu membebani benda uji kolom Flexural Members:
sampai beban runtuh. Dari data yang Comparison of Ductility
ada hanya dapat dibahas nilai Parameters of High and
kekakuan aksial saja. Normal- Strength Concrete
Members. ACI Structural
UCAPAN TERIMA KASIH Journal. Vol. 93. No. 1,
Terima kasih kepada Laboratorium January-February 1996, pp. 30-
Bahan Konstruksi, Jurusan Sipil Fakultas 35.
Teknik Universitas Brawijaya Malang Saleh, S. (1996). Statistik Induktif. UPP
sebagai tempat pelaksanaan penelitian AMP YKPN, Jogyakarta
serta semua pihak atas dukungan dan
partisipasinya selama penelitian. Usman, H., dan R. P. S. Akbar. (2003)
Pengantar Statistika. PT.
DAFTAR PUSTAKA Bumi Aksara, Jakarta
Wahyudi, L., S. A. Rahim. (1999).
Anonim. (1971). Peraturan Beton Struktur Beton Bertulang
Bertulang Indonesia Tahun Standar Baru SNI T-15-1991-
1971. Ditjen Cipta Karya, 03. Penerbit PT. Gramedia
Jakarta Pustaka Utama, Jakarta
Anonim. (2002). Standard Nasional
Indonesia (SK SNI 03 – 2847 -
2002) Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, Bandung.
Dipohusodo, I. (1996). Struktur Beton
Bertulang. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 191

Anda mungkin juga menyukai