Anda di halaman 1dari 40

Kasus 1

Topik : Vertigo Perifer e.c BPPV + DM Tipe 2


Tanggal (kasus) : 6 Juni 2018 Presenter : dr. Meta Alvionita
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Ibrahim Muhammad
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 minggu yang lalu
□ Tujuan : Menegakkan diagnosis
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara □ Presentasi dan □ Pos
□ Diskusi □ E-mail
Membahas : Diskusi
Data Pasien : Nama : Ny.Rosmini, 56 Tahun No. Registrasi : 16008817
Telp :
Nama RS: RS.AR Bunda Terdaftar sejak : 5 Juni 2018
082281569354
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Gambaran Klinis: Pasien datang ke IGD RS AR.Bunda dengan keluhan pusing berputar
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan pusing berputar muncul secara tiba-tiba, saat pasien
bangun dari tempat tidur. Pasien merasakan kesekelilingnya yang berputar. Keluhan
dirasakan lebih ringan bila pasien menutup mata dan berbaring. Pasien merasa lebih pusing
ketika melihat cahaya dan berubah posisi. Pasien tidak mengalami nyeri kepala dan pingsan.
Pasien mengeluh terasa mual, muntah 5 kali berwarna kuning sejak pusing terasa dan nyeri
ulu hati terutama pada saat muntah. Sebelum terasa pusing nafsu makan normal namun
pasien merasa badan sangat lemas. Pasien mengaku keluhan ini sangat mengganggu
aktivitas. Penglihatan ganda disangkal, lemah tubuh sebagian disangkal, bicara cadel dan
pelo disangkal, pasien tidak ada riwayat terjatuh ataupun kepala pasien terbentur sebelun
keluhan ini muncul. Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini. Riwayat alegi
obat disangkal
2. Riwayat Pengobatan: (-)
Riwayat kesehatan/Penyakit: Pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes yang tidak
terkontrol
3. Riwayat Keluarga : Riwayat dalam keluarga yang mengalami penyakit yang sama
disangkal
4. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Riwayat Alergi : Tidak ada alergi obat maupun makanan

Hasil Pembelajaran :
1. Definisi Vertigo
2. Penyebab Vertigo
3. Gejala-gejala Vertigo
4. Tanda-tanda Vertigo
5. Penatalaksanaan Vertigo
6. Komplikasi Vertigo

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Pasien datang ke IGD RS AR.Bunda dengan keluhan pusing berputar sejak 1 minggu
yang lalu. Keluhan pusing berputar muncul secara tiba-tiba, saat pasien bangun dari
tempat tidur. Pasien merasakan kesekelilingnya yang berputar. Keluhan dirasakan lebih
ringan bila pasien menutup mata dan berbaring. Pasien merasa lebih pusing ketika
melihat cahaya dan berubah posisi. Pasien tidak mengalami nyeri kepala dan pingsan.
Pasien mengeluh terasa mual, muntah 5 kali berwarna kuning sejak pusing terasa dan
nyeri ulu hati terutama pada saat muntah

2. Objektif :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6
Vital Sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Gizi : Baik
a. Pemeriksaan Fisik :

KEPALA
Rambut : Normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), pendengaran kiri < kanan,
serumen (+/+), nyeri tarik (+/+)
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-),
sekret (-)
Mulut : tidak ada kelainan

LEHER
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
Tekanan vena jugularis : 5 – 2 cmH2O
Trakhea : tidak terdapat deviasi trachea

THORAKS
COR
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup
Kanan : Batas atas, ics II linea parasternalis dextra
Batas bawah, ics IV linea parasternalis dextra
Kiri : Batas atas, ics II linea parasternalis sinistra
Batas bawah, ics V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, murmur (-), gallop (-)
PULMO
Inspeksi : Dinding thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris, Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi Kanan : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)
Kiri : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Dinding perut cembung, asistes (-), pulsasi abnormal (-), massa (-)
Distended (-), venektasi(-), caput medusa (-), ikterik (-).
Auskultasi : Peristaltik (+) 8x/menit, bruit hepar (-), bruit epigastrium (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : Nyeri tekan (-), tidak teraba
Limpa: Tidak teraba
Ginjal: Nyeri ketok CVA (-/-), ballotement (-/-)
Perkusi : Timpani

EKSTREMITAS
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem ( - ), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Nyeri sendi (-) Ptechie (-)
Kekuatan otot 5/5, CTR < 2 detik teraba hangat
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Nyeri sendi (-), Ptechie (-)
Kekuatan otot 5/5, CTR < 2 detik teraba hangat

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf Cranialis
 N. Olfaktorius (N.I)
Daya penciuman hidung : Normosmia/Normosmia
 N. Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : 1/60, 1/60 (pemeriksaan posisi duduk)
Lapang penglihatan : Tidak ada penyempitan lapang pandang
Tes Warna : Tidak buta warna
Fundus Oculi : Tidak dilakukan
 N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen (N.III-N.IV-N.VI)
Kelopak Mata :
Ptosis : (-/-)
Endoftalmus : (-/-)
Exsoftalmus : (-/-)
Strabismus : (-/-)
Pupil
Diameter : 3mm/ 3mm
Bentuk : Bulat/Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : Ditengah, simetris
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya tidak langsung : (+/+)
Gerakan bola mata
Media : +/+
Lateral : +/+
Superior : +/+
Inferior : +/+
Obliqus Superior : +/+
Obliqus Inferior : +/+
 N. Trigeminus (N. V)
Sensibilitas :
Ramus oftalmikus : tidak ada kelainan
Ramus maksilaris : tidak ada kelainan
Ramus mandibularis : tidak ada kelainan
Motorik :
M. Master : tidak ada kelainan
M. Temporalis : tidak ada kelainan
M. peterigoideus : tidak ada kelainan
Refleks
Reflek kornea : +/+ tidak ada kelainan
 N. Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu :
Diam : Simetris
Tersenyum : Simetris
Meringis : Simetris
Bersiul : Simetris
Menutup Mata : Simetris
Pasien disuruh untuk :
Mengerut dahi : Simetris
Menutup mata kuat-kuat : Simetris
Mengembungkan pipi : Simetris
Sensoris:
Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal
 N. Acusticus (N. VIII)
N. cochlearis :
Ketajamam pendengaran : kiri < kanan
Tinitus : -/-
Tes Rinne : Normal
Tes Weber : Normal
Tes Swabach : Normal
N. vestibularis :
Tes Dix-Hallpike manuver : Nistagmus (+)
Tes romberg :
-Buka mata : normal
-Tutup mata : miring
Tes Tandem : (+) Pasien berjalan menyerong
Tes Past Pointing : (+)
 N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)
Suara bindeng/nasal : Tidak ada
Posisi uvula : Ditengah
Palatum mole : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus palatoglossus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus pharingeus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Daya pengecapan 1/3 posterior : Normal
Reflek batuk : (+)
Reflek muntah : (+)
Peristaltik usus : (+)
Bradikardi : Tidak ada
Takikardi : Tidak ada
Bersuara : Normal
Menelan : Tidak ada gangguan
 N. Accesorius (N.XI)
M. sternocleidomastoideus : (+/+)
M. trapezius : (+/+)
 N. Hipoglossus (N.XII)
Atropi : Tidak ada
Fasikulasi : Tidak ada
Deviasi : Tidak ada
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Kernig test : (-/-)
Lasseque test : (-/-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-/-)
Sistem motorik superior ka/ki inferior ka/ki
- Gerak Bebas Bebas
- Kekuatan otot 5/5 5/5
- Tonus Normal Normal
- Klonus Tidak ada Tidak ada
- Atrophi Tidak ada Tidak ada
- Reflek fisiologis Bicep (+/+) Pattela (+/+)
Trisep (+/+) Achiles (+/+)
- Reflek patologi Hoffman trommer (-/-) Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-) Oppenheim(-/-)
Schafner (-/-) Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
- Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/inferior )
Rasa raba : (+/+)
Rasa nyeri : (+/+)
Rasa suhu panas : (+/+)
Rasa suhu dingin : (+/+)
-Propioseptif / Rasa dalam (Superior/Inferior)
Rasa Sikap : Normal
Rasa Nyeri dalam : Tidak dilakukan
Rasa Getar : Normal
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Asteriognosis : tidak dilakukan
Grafognosis : tidak dilakukan
Koordinasi dan Keseimbangan
Tes Romberg : (+) Pada mata tertutup badan penderita bergoyang sedangkan
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Tes Pronasi-Supinasi : (-) normal
Tes Tandem : (+) Pasien berjalan menyerong
Stepping test : (+)
Tes past Pointing : (+)
Dix-Hallpike manuver : (+)

Susunan saraf otonom


Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Fungsi luhur
Fungsi bahasa : Normal
Fungsi orientasi : Normal
Fungsi memori : Normal
Fungsi emosi : Normal
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan Kesadaran : tidak ada
Nyeri kepala : tidak ada
Refleks babinsky :-
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Lk: 14-18 gr%


Hemoglobin 12,6
Wn: 12-16 gr%

Leukosit 8.500 4500-10.700 ul

Hitung jenis leukosit

 Basofil 0 0-1 %

 Eosinofil 1 1-3%

 Neutrofil 1 1-6 %

Lk: 4.6- 6.2 ul


Eritrosit 4,9
Wn: 4.2- 5,4 ul

Lk: 40-54 %
Hematokrit 38%
Wn: 38-47 %

Trombosit 196.000 159-400 u\l

MCV 77 80-100 fl

MCH 25 26-34 pg

MCHC 33 32-36 g/L

Glukosa Sewaktu 369 74-139 mg/dl

 Hasil EKG
DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinis = Vertigo perifer
- Diagnosis Topis = Sistem vestibular
- Diagnosis Etiologi = Idiopatik
- Diagnosis Sekunder = DM tipe II

VI. DIAGNOSIS BANDING


 Vertigo Sentral
 BPPV
 Penyakit Meniere
 Acute Vestibular Neuronitis

VII. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan dan tidak merubah
posisi secara mendadak. Tidak secara langsung merubah posisi, terutama posisi kepala.
Melakukan terapi manuver Brandt-Darof.
2. Medikamentosa
 Terapi :
 IVFD RL xx tpm
 Inj. Ketorolac 3x1
 Inj. Ondansentron 2x1
 Inj. Esomax 1x1
 Inj. Mecobalamin 3x1
 Betahistin 3x1 tablet
 Flunarisin 1x1 tablet
 Metformin 2x1 tablet

IX. FOLLOW UP
Rabu , 6 /6/ 2018 Kamis, 7 /6/2018
S : kepala pusing berputar, mual (+), S : pusing (+), mual (+), muntah (-),
muntah (+),nyeri ulu hati, badan terasa nyeri ulu hati (+).
lemas dan nafsu makan berkurang.

O: O:
KU : tampak sakit sedang KU : baik
Kesadaran compos mentis Kesadaran: Compos mentis
GCS : E4V5M6 GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg TD : 110/80 mmHg
N : 84x/m N: 80x/m
R: 20x/m R : 22x/m
S : 36,60 S: 36,50
GDS : 369 (konsul penyakit dalam)
Tes Romberg : (-)
Tes Romberg : (+)
Tes Pronasi-Supinasi: (-)
Tes Pronasi-Supinasi: (-)
Tes Tandem : (-)
Tes Tandem : (+)
Stepping test : (-)
Stepping test : (+)
Tes past Pointing : (-)
Tes past Pointing : (+)
Dix-Hallpike manuver: (-)
Dix-Hallpike manuver: (+)

A : Vertigo Periferm + DM Tipe II A: Vertigo perifer + DM Tipe II

P: P:

 IVFD RL xx tpm  IVFD RL xx tpm


 Inj. Ketorolac 3x1  Inj. Ketorolac 3x1
 Inj. Ondansentron 2x1  Inj. Ondansentron 2x1
 Inj. Esomax 1x1  Inj. Esomax 1x1
 Inj. Mecobalamin 3x1  Inj. Mecobalamin 3x1
 Betahistin 3x1 tablet  Betahistin 3x1 tablet
 Flunarisin 1x1 tablet  Flunarisin 1x1 tablet
 Metformin 2x1 tablet  Metformin 2x1 tablet

X. PROGNOSA
o Quo ad Vitam : ad bonam
o Quo ad Fungtionam : ad bonam
o Quo ad Sanationam : ad bonam

Analisis Kasus

Berdasarkan teori : Anamnesis kasus:

Sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh keluhan pusing berputar sejak 3 jam SMRS
atau lingkungan sekitarnya (tanpa sensasi muncul secara tiba-tiba, saat bangun dari
perputaran sebenarnya dg gejala lain yg tempat tidur, merasakan kesekelilingnya
timbul terutama dari jaringan otonomik yg yang berputar, mual, muntah, nyeri pada ulu
disebabkan gangguan alat keseimbangan hati (+), Fotofobia (+), fonofobia (-), nyeri
tubuh (ekuilibrium). Gangguan vestibular kepala (-), pingsan (-), kelemahan 1 sisi (-),
sering mengakibatkan nausea (mual), dan pelo (-), diplopia (-), trauma (-)
bila berat dapat mengakibatkan muntah,
sensitif terhadap cahaya dan suara. Vertigo
yang berasal dari telinga dalam umunya
timbul mendadak.2

Gejala lesi Sentral Pada Kasus

- Onset bertahap dalam hari – minggu - Onset mendadak dan berlangsung


(permanen) beberapa detik dan menit
- Pusing tidak tergantung perubahan - pusing memberat jika berubah posisi
- Serangan berat
posisi
- Nistagmus posistif (arah horizontal)
- Serangan ringan
- Tidak ada gejala gangguan batang otak,
- Nistagmus bisa (-) dan bila (+) arah
serebelum, korteks serebri
vertikal atau multidireksi
- Terdapat gejala gangguan:
-Batang otah : diplopia, disatria, disfagia,
disfonia
-Serebelum : gangguan koordinasi, kesulitan
melakukan gerakan yang butuh ketrampilan
-Korteks serebral : gejala iritatif, gejala
fokal, defisit sensoris dan motorik

Gejala Lesi Perifer Pada kasus ditemukan


- Gejala berlangsung dalam beberapa detik- - Gejala berlangsung 3 jam dan pusing
menit dan intermiten serta tergantung posisi memberat jika bergerak
- Serangan berat
dan gerakan kepala
- Tes nistagmus (+)
- serangan berat - Mual (+), muntah (+)
- Pendengaran telinga kiri berkurang
- selalu disertai nistagmus

-Terdapat gejala otonom, mual, muntah,


berkeringat banyak
-Biasanya ada disfungsi pendengaran

Etiologi dan gejala Pada kasus

1. Trauma Kepala : terdapat trauma kepala 1. Tidak terdapat riwayat trauma kepala
2. Tidak terdapat riwayat keluar cairan
sebelumnya
2. Infeksi telinga tengah : terdapat riwayat berbau dari telinga, tidak terdapat riwayat
keluar cairan berbau dari telinga, terdapat rasa penuh dalam telinga
3. tidak terdapat riwayat trauma, tidak keluar
riwayat rasa penuh dalam telinga
3. Idiopatik : tidak terdapat riwayat trauma, cairan berbau dari telinga, tidak ada rasa
tidak keluar cairan berbau dari telinga, tidak penuh dalam telinga, dan terjadi tanpa
ada rasa penuh dalam telinga, dan tanpa diketahui penyebabnya.
diketahui penyebabnya.

Pemeriksaan fisik Teori

Berdasarkan teori pemeriksaan fisik pada vertigo adalah : - Pada pasien tes
romberg (+)
 Tes Romberg : pada kelainan vestibular hanya pada mata tertutup -Tes Tandem gait
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah dan (+)
kemuadian kembali lagi. Pada mata terbuka badan penderita tetap -Tes past pointing

tegak. Pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang baik (+)
-Dix-Hallpike
pada mata terbuka maupun tertutup.
 Tes Tandem Gait : pada kelainan vestibular perjalanannya akan manoeuvre

menyimpang dan pada kelainan serebelar penderita akan cenderung muncul nistagmus

jatuh. arah horizontal


 Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany) Dengan jari telunjuk ekstensi
dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya
ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan
pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan
penderita kearah lesi. Gambar Uji Tunjuk Barany Pemeriksaan untuk
menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
 Dix-Hallpike manoeuvre : vertigo perifer  nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti
semula (non-fatigue).

Terapi pada Vertigo berdasarkan Teori Pada kasus

Terapi medikamentosa Terapi medikamentosa :

- Antihistamin  IVFD RL xx tpm


- Antagonis kalsium  Inj. Ketorolac 3x1
- Fenotiazin  Inj. Ondansentron 2x1
- Obat anti kolinergik  Inj. Esomax 1x1
- Obat simptomatik  Inj. Mecobalamin 3x1
Non-medikamentosa : Terapi fisik dan  Betahistin 3x1 tablet
 Flunarisin 1x1 tablet
manuver Brandt-Daroff dianggap lebih
 Metformin 2x1 tablet
efektif daripada

Konsultasi : -
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Vertigo

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar

mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo

tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang

dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.

Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh

berkurangnya perfusi cerebral), light-headness, disequilibrium (perasaan goyang atau

tidak seimbang ketika berdiri).1

Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar - merujuk pada

sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan

oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3

2.2 Epidemiologi

Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer

yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada

perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 3-5

tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala.3


2.3 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau

banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan

keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini

memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh

kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di

dalam otaknya sendiri. 5

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi

tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo: 6

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.


2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di

dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional


4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis

multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau

keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran

darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral dan

arteri basiler.

a. Vertigo Perifer

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti

nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks.Berbagai

penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi : 7

1. Labirin, telinga dalam


- vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma
- penyakit menierre
- labirinitis (viral, bakteri)
- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- oklusi peredaran darah di labirin
- fistula labirin
2. Saraf otak ke VIII
- neuritis iskemik (misalnya pada DM)
- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
- neuritis vestibular
- neuroma akustikus
- tumor lain di sudut serebelo-pontin
3. Telinga luar dan tengah
- Otitis media
- Tumor

b. Vertigo sentral

1. Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
2. Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler
3. Obat

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan

hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi

nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin

lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin

dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala

vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi

berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler

tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa

adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang

dapat dikacaukan dengan vertigo.7

2.4 Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau

di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).


1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar

penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang

termasuk dalam kelompok ini antara lain :

- Mabuk gerakan (motion sickness)

Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)

berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat bila

sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara

lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.

- Mabuk ruang angkasa (space sickness)

Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness). Pada

keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis

dan otolit.

- Vertigo ketinggian (height vertigo)

Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh

karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-gejala vegetatif.

2. Patologik :
- sentral
- perifer 7

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum


b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis

vestibulocochlear (N. VIII).


c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula darah yang

rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau infeksi sistemik. 2

Vertigo Perifer

Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama vertigo.

Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. 5 Benign Paroxysmal Positional

Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga

dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik

tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan horizontal. Otoli mengandung Kristal-

kristal kecil kalsium karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit

distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan

nistagmus.9

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi dapat juga

diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumny,

meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahun-

tahun setelah episode. 8

2. Ménière’s disease

Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan keluhan

pendengaran.11 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris
10
pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga. Ménière’s

disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik. Ménière’s disease merupakan

akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin

bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume

endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau bakteri
8
telinga atau gangguan metabolic.

3. Vestibular Neuritis

Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini

berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan
komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya

terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik. 11

Vertigo Sentral

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral :

1. Migraine

Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering dilaporkan pada

27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal sebagai bagian dari aura

(selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria) untuk basilar migraine dimana juga

didapatkan keluhan sakit kepala sebelah. Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan

aura lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine. 10

2. Vertebrobasilar insufficiency

Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari suatu vertigo

dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi beberapa detik sampai

beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki factor resiko

cerebrovascular disease. Sering juga berhungan dengan gejala visual meliputi

inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal. 9

3. Tumor Intrakranial

Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan kebanyakan

adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi sentral. Gejala yang

lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala neurologis . Tumor pada fossa

posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering tidak

terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada batang

otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat

gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya. 8

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Perifer Dan Vertigo Sentral 7


Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo Sentral

Lesi Sistem vestibular (telinga Sistem vertebrobasiler dan


dalam, saraf perifer) gangguan vaskular (otak, batang
otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal iskemik batang otak,


vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit
maniere, insufisiensi, neoplasma, migren
basiler
neuronitis vestibuler, labirintis,

neuroma akustik, trauma

Gejala gangguan SSP Tidak ada Diantaranya :diplopia,


parestesi,

gangguan sensibilitas dan


fungsi

motorik, disartria, gangguan


serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga berdenging dan atau Kadang-kadang Tidak ada


tuli

Nistagmus spontan + -

2.5 Patofisiologi

Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain:2

- Teori Cupulolithiasis; Partikel otolit yang terlepas dari makula utrikulus menempel pada

permukaan kupula. Kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat

partikel yang melekat pada kupula.

- Teori Canalithiasis: partikel otolith bergerak bebas di dalam kanalis semisirkularis.

Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai

dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel

ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung kanalis. Hal ini menyebabkan
cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok

(deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala

ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus

yang bergerak ke arah berlawanan.

Lesi pada kanalis semisirkularis dapat menginduksi sensasi berputar (rotatoar)

sementara gangguan pada sistem otolit dapat menyebabkan sensasi linear/ terayun. Vertigo

akut seperti pada labirinitis, memiliki fase iritatif dan fase paretik. Ketika mata ditutup pasien

merasa sensasi berputar.8

2.5 Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,

sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada

sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran.

Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi.

Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari

telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi

pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang

terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya

berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas.

Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya

disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai

dengan rotator nistagmus. 12

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais

didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada
telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit. Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang

dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut

untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan

mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami

gangguan. Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien

dengan vertigo otologik dan sentral. Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus,

pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga. Gejala sekunder

meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensivitas visual. Gejala

nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak terlalu memiliki

makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien dengan disfungsi telinga

namun sering digunakan pada pasien vertigo yang berhubungan dengan problem medic.
12

Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan untuk

membedakan perifer atau sentral meliputi: 2

 Karekteristk dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi berputar,

atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya suatu

perasaan yang berbeda (kebingungan)

 Keparahan

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute vestibular

neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari kedepan.

Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian

berkurang setelahnya. Sedangakan pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan

konstan mungkin memilki penyebab psikologis. 3

 Onset dan durasi vertigo


Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama durasi

vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo perifer

umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular

attack. Perbedaan onset dan durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table

4. 2

Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo sentral yang

berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya menyebabkan tanda neurologis

tambahan selain vertigonya, menyebabkan ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni

vertical, horizontal atau torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada

objek.

Tabel 2. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab vertigo 2

Durasi episode Kemungkinan diagnosis

Beberapa detik Peripheral cause: unilateral loss of vestibular

function; late stages of acute vestibular

neuronitis
Detik sampai menit Benign paroxysmal positional vertigo;

perilymphatic fistula
Beberapa menit sampai satu Posterior transient ischemic attack;
jam
perilymphatic fistula
Beberapa jam Ménière’s disease; perilymphatic fistula from

trauma or surgery; migraine; acoustic


neuroma
Beberapa hari Early acute vestibular neuronitis*; stroke;

migraine; multiple sclerosis


Beberapa minggu Psychogenic
Tabel 3. Klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral
9

Perifer Sentral

Bangkitan vertigo Mendadak Lambat

Derajat vertigo Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala (+) (-)

Gejala otonom (++) (-)

Gangguan pendengaran (+) (-)

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan

nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak balik,

ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks

vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan

manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung

berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test

posisional atau gerakan kepala. 7

Tabel 4. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut

No Nystagmus Vertigo sentral Vertigo perifer

1. Arah Berubah-ubah Horizontal/horizontal


rotatoar

2. Sifat Unilateral/bilateral Bilateral

3. Test posisional

- Latensi Singkat Lebih lama


- Durasi
- Intensitas Lama Singkat
- Sifat
Sedang Larut/sedang

Susah ditimbulkan Mudah ditimbulkan

4. Test dengan Dominasi arah jarang ditemukan Sering ditemukan


rangsang (kursi
putar, irigasi telinga)

5. Fiksasi mata Tidak pengaruh Terhambat

 Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan gejala

neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo. Kebanyakan

penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer, kecuali pada

penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior

cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga

tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering

bersamaan dengan muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere

disease yang parah dan BPPV.

Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa

kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan

kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motoris lebih

mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma,

atau multiple sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang

berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral,

kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan
3
migraine mengeluhkan vertigo.

2.7 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan leher dan

system cardiovascular.
 Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :

- Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli sensorineural,

nistagmus. 2

Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis cerebellar.

Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus rotator

konsisten dengan acute vestibular neuronitis.

- Gait test

1. Romberg’s sign

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat

berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan

seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah

vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.

Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak

berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya terbatas

pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.
3

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata

terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus

dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan

titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan

penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata

terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita

akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
Gambar 3. Uji Romberg 5

2. Heel-to- toe walking test


1
3. Unterberger's stepping test (Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata

tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada

sisi tersebut). 2

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan

mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi

penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar

cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi

dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus

dengan fase lambat ke arah lesi.


Gambar 4. Uji Unterberger 5

4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat

lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal

ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan

vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Gambar 5. Uji Tunjuk Barany 5

Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

1. Fungsi Vestibuler

- Dix-Hallpike manoeuvre 1
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan

cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian

kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya

vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau

sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah periode

laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau

menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak ada periode laten,

nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulangulang reaksi tetap

seperti semula (non-fatigue) 5

Gambar 6. Dix-hallpike 5

- Test hiperventilasi

Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal. Pasien

diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan

tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien
merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi.

Jika nistagmus terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5

- Tes Kalori

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang

(menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam

posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi

akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh

karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kirakira 7º di bawah suhu badan) air

disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang

telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.

Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak

nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang

disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga

frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung

dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2

menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua

sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es

diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20

detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5

menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila

ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak

berfungsi.6

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif

atau tidak berfungsi.


- Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam

gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis

secara kuantitatif.

- Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan

penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6

tahap :

a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam

keadaan biasa (normal).


b. Pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan

tes romberg).
c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang

terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat

digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.


d. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan

bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah

dapat diganggu.
e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau, tidak akurat)

sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input (informasi).

2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif

dan tuli perseptif


b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :


- Pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya herpes

zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura et Newell, 2010).
- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong tragus dan

meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah) mengindikasikan fistula

perikimfatik. 2
- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkat

tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada

pasien dengan fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis semisirkularis anterior.

Namun nilai diagnostic berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3


- Head impulses test

Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan

untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai

denganpemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu

pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20odengan cepat. Pada orang

yang normal tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika

ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer

pada siis itu. 5

Gambar 7. Head impulses test 5

2.8 Diagnosis Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular testing,

evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini

diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak
jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan

gangguan pendengaran (Chain.

Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan dizziness.

Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories

meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi thyroid dapat menentukan etiologi

vertigo pada kurang dari 1 persen pasien. 11

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang

memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA, tuli unilateral

yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan

periventrikular white matter, dan kompleks nervus VIII. 11

2.9 Terapi

2.9.1 Prinsip umum terapi Vertigo

 Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat

terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan

simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat

dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat

meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin

yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik di susunan saraf

pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai

obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada

penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
- Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga

dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah

gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.

 Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

 Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam

beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1

tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50

mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping

mengantuk.

Antagonis Kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium

Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat

supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan

kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti

kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi

vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap

akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x

75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau

konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak

semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine

(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun

kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas

obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali

sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping

yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal

lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini

dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis

yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah

sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat

obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek

samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.

Obat Penenang Minor

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita

yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan

menjadi kabur.

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg

- Diazepam

Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

Obat Anti Kholinergik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem

vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai

khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.

 Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan

adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan

lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau

proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau

mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.

Terapi Fisik Brand-Darrof

Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

 Ambil posisi duduk.


 Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi

duduk.
 Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing

gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.


 Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

2.9.2 Terapi Spesifik

1. BPPV

Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat membaik

dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan deposit kalsium yang

bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa maneuver

epley, modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah

reposisi kanalit utnuk mencegah deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,

2. Vestibular neuronitis dan Labirynthis

Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang mensipresi

vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi vestibular terjasi lebih

cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera

mungkin setelah vertigo berkurang dengan obat-obatan.

3. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah garam dan

diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif dalam mengobati ketulian

dan tinnitus.

Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt

endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten terhadap

pengobatan diuretic dan diet.

4. Iskemik Vascular

Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui control

tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok, menginhibisi fungsi

platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin).

Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum diobati

dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan meminimalisrir pergerakan kepala pada

hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi obat-obatan harus di

tapper off dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera dimulai.

Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis arteri

vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan pada cerebellum dan

batang otak member risiko kompresi sehingga diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.

2.10 Prognosis
Keberhasilan terapi dikonfirmasi dengan melakukan manuver provokasi ulang, jika

masih terdapat gejala vertigo dan nistagmus, maka manuver terapi diulang kembali.

Umumnya pada manuver provokasi yang ketiga, gejala vertigo dan nistagmus tidak muncul

lagi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 May 30th].
Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin duniakedokteran .html

2. Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2000. p.341-59

3. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N,


Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9

4. Sura, Dj, Newell, S. 2010. Vertigo-Diagnosis and management in primary care,


BJMP 2010;3(4);a351

5. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine, and vestibular


migrain in Journal Neurology 2009

6. Maedjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.2008

7. Kovar, M, Japson, T, Jones. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal


Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006

Anda mungkin juga menyukai