Hasil Pembelajaran :
1. Definisi Vertigo
2. Penyebab Vertigo
3. Gejala-gejala Vertigo
4. Tanda-tanda Vertigo
5. Penatalaksanaan Vertigo
6. Komplikasi Vertigo
1. Subjektif :
Pasien datang ke IGD RS AR.Bunda dengan keluhan pusing berputar sejak 1 minggu
yang lalu. Keluhan pusing berputar muncul secara tiba-tiba, saat pasien bangun dari
tempat tidur. Pasien merasakan kesekelilingnya yang berputar. Keluhan dirasakan lebih
ringan bila pasien menutup mata dan berbaring. Pasien merasa lebih pusing ketika
melihat cahaya dan berubah posisi. Pasien tidak mengalami nyeri kepala dan pingsan.
Pasien mengeluh terasa mual, muntah 5 kali berwarna kuning sejak pusing terasa dan
nyeri ulu hati terutama pada saat muntah
2. Objektif :
GCS : E4V5M6
Vital Sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Gizi : Baik
a. Pemeriksaan Fisik :
KEPALA
Rambut : Normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), pendengaran kiri < kanan,
serumen (+/+), nyeri tarik (+/+)
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-),
sekret (-)
Mulut : tidak ada kelainan
LEHER
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
Tekanan vena jugularis : 5 – 2 cmH2O
Trakhea : tidak terdapat deviasi trachea
THORAKS
COR
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup
Kanan : Batas atas, ics II linea parasternalis dextra
Batas bawah, ics IV linea parasternalis dextra
Kiri : Batas atas, ics II linea parasternalis sinistra
Batas bawah, ics V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, murmur (-), gallop (-)
PULMO
Inspeksi : Dinding thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris, Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi Kanan : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)
Kiri : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Dinding perut cembung, asistes (-), pulsasi abnormal (-), massa (-)
Distended (-), venektasi(-), caput medusa (-), ikterik (-).
Auskultasi : Peristaltik (+) 8x/menit, bruit hepar (-), bruit epigastrium (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : Nyeri tekan (-), tidak teraba
Limpa: Tidak teraba
Ginjal: Nyeri ketok CVA (-/-), ballotement (-/-)
Perkusi : Timpani
EKSTREMITAS
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem ( - ), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Nyeri sendi (-) Ptechie (-)
Kekuatan otot 5/5, CTR < 2 detik teraba hangat
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Nyeri sendi (-), Ptechie (-)
Kekuatan otot 5/5, CTR < 2 detik teraba hangat
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf Cranialis
N. Olfaktorius (N.I)
Daya penciuman hidung : Normosmia/Normosmia
N. Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : 1/60, 1/60 (pemeriksaan posisi duduk)
Lapang penglihatan : Tidak ada penyempitan lapang pandang
Tes Warna : Tidak buta warna
Fundus Oculi : Tidak dilakukan
N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen (N.III-N.IV-N.VI)
Kelopak Mata :
Ptosis : (-/-)
Endoftalmus : (-/-)
Exsoftalmus : (-/-)
Strabismus : (-/-)
Pupil
Diameter : 3mm/ 3mm
Bentuk : Bulat/Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : Ditengah, simetris
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya tidak langsung : (+/+)
Gerakan bola mata
Media : +/+
Lateral : +/+
Superior : +/+
Inferior : +/+
Obliqus Superior : +/+
Obliqus Inferior : +/+
N. Trigeminus (N. V)
Sensibilitas :
Ramus oftalmikus : tidak ada kelainan
Ramus maksilaris : tidak ada kelainan
Ramus mandibularis : tidak ada kelainan
Motorik :
M. Master : tidak ada kelainan
M. Temporalis : tidak ada kelainan
M. peterigoideus : tidak ada kelainan
Refleks
Reflek kornea : +/+ tidak ada kelainan
N. Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu :
Diam : Simetris
Tersenyum : Simetris
Meringis : Simetris
Bersiul : Simetris
Menutup Mata : Simetris
Pasien disuruh untuk :
Mengerut dahi : Simetris
Menutup mata kuat-kuat : Simetris
Mengembungkan pipi : Simetris
Sensoris:
Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal
N. Acusticus (N. VIII)
N. cochlearis :
Ketajamam pendengaran : kiri < kanan
Tinitus : -/-
Tes Rinne : Normal
Tes Weber : Normal
Tes Swabach : Normal
N. vestibularis :
Tes Dix-Hallpike manuver : Nistagmus (+)
Tes romberg :
-Buka mata : normal
-Tutup mata : miring
Tes Tandem : (+) Pasien berjalan menyerong
Tes Past Pointing : (+)
N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)
Suara bindeng/nasal : Tidak ada
Posisi uvula : Ditengah
Palatum mole : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus palatoglossus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus pharingeus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Daya pengecapan 1/3 posterior : Normal
Reflek batuk : (+)
Reflek muntah : (+)
Peristaltik usus : (+)
Bradikardi : Tidak ada
Takikardi : Tidak ada
Bersuara : Normal
Menelan : Tidak ada gangguan
N. Accesorius (N.XI)
M. sternocleidomastoideus : (+/+)
M. trapezius : (+/+)
N. Hipoglossus (N.XII)
Atropi : Tidak ada
Fasikulasi : Tidak ada
Deviasi : Tidak ada
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Kernig test : (-/-)
Lasseque test : (-/-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-/-)
Sistem motorik superior ka/ki inferior ka/ki
- Gerak Bebas Bebas
- Kekuatan otot 5/5 5/5
- Tonus Normal Normal
- Klonus Tidak ada Tidak ada
- Atrophi Tidak ada Tidak ada
- Reflek fisiologis Bicep (+/+) Pattela (+/+)
Trisep (+/+) Achiles (+/+)
- Reflek patologi Hoffman trommer (-/-) Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-) Oppenheim(-/-)
Schafner (-/-) Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
- Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/inferior )
Rasa raba : (+/+)
Rasa nyeri : (+/+)
Rasa suhu panas : (+/+)
Rasa suhu dingin : (+/+)
-Propioseptif / Rasa dalam (Superior/Inferior)
Rasa Sikap : Normal
Rasa Nyeri dalam : Tidak dilakukan
Rasa Getar : Normal
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Asteriognosis : tidak dilakukan
Grafognosis : tidak dilakukan
Koordinasi dan Keseimbangan
Tes Romberg : (+) Pada mata tertutup badan penderita bergoyang sedangkan
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Tes Pronasi-Supinasi : (-) normal
Tes Tandem : (+) Pasien berjalan menyerong
Stepping test : (+)
Tes past Pointing : (+)
Dix-Hallpike manuver : (+)
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-3%
Neutrofil 1 1-6 %
Lk: 40-54 %
Hematokrit 38%
Wn: 38-47 %
MCV 77 80-100 fl
MCH 25 26-34 pg
Hasil EKG
DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinis = Vertigo perifer
- Diagnosis Topis = Sistem vestibular
- Diagnosis Etiologi = Idiopatik
- Diagnosis Sekunder = DM tipe II
VII. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan dan tidak merubah
posisi secara mendadak. Tidak secara langsung merubah posisi, terutama posisi kepala.
Melakukan terapi manuver Brandt-Darof.
2. Medikamentosa
Terapi :
IVFD RL xx tpm
Inj. Ketorolac 3x1
Inj. Ondansentron 2x1
Inj. Esomax 1x1
Inj. Mecobalamin 3x1
Betahistin 3x1 tablet
Flunarisin 1x1 tablet
Metformin 2x1 tablet
IX. FOLLOW UP
Rabu , 6 /6/ 2018 Kamis, 7 /6/2018
S : kepala pusing berputar, mual (+), S : pusing (+), mual (+), muntah (-),
muntah (+),nyeri ulu hati, badan terasa nyeri ulu hati (+).
lemas dan nafsu makan berkurang.
O: O:
KU : tampak sakit sedang KU : baik
Kesadaran compos mentis Kesadaran: Compos mentis
GCS : E4V5M6 GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg TD : 110/80 mmHg
N : 84x/m N: 80x/m
R: 20x/m R : 22x/m
S : 36,60 S: 36,50
GDS : 369 (konsul penyakit dalam)
Tes Romberg : (-)
Tes Romberg : (+)
Tes Pronasi-Supinasi: (-)
Tes Pronasi-Supinasi: (-)
Tes Tandem : (-)
Tes Tandem : (+)
Stepping test : (-)
Stepping test : (+)
Tes past Pointing : (-)
Tes past Pointing : (+)
Dix-Hallpike manuver: (-)
Dix-Hallpike manuver: (+)
P: P:
X. PROGNOSA
o Quo ad Vitam : ad bonam
o Quo ad Fungtionam : ad bonam
o Quo ad Sanationam : ad bonam
Analisis Kasus
Sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh keluhan pusing berputar sejak 3 jam SMRS
atau lingkungan sekitarnya (tanpa sensasi muncul secara tiba-tiba, saat bangun dari
perputaran sebenarnya dg gejala lain yg tempat tidur, merasakan kesekelilingnya
timbul terutama dari jaringan otonomik yg yang berputar, mual, muntah, nyeri pada ulu
disebabkan gangguan alat keseimbangan hati (+), Fotofobia (+), fonofobia (-), nyeri
tubuh (ekuilibrium). Gangguan vestibular kepala (-), pingsan (-), kelemahan 1 sisi (-),
sering mengakibatkan nausea (mual), dan pelo (-), diplopia (-), trauma (-)
bila berat dapat mengakibatkan muntah,
sensitif terhadap cahaya dan suara. Vertigo
yang berasal dari telinga dalam umunya
timbul mendadak.2
1. Trauma Kepala : terdapat trauma kepala 1. Tidak terdapat riwayat trauma kepala
2. Tidak terdapat riwayat keluar cairan
sebelumnya
2. Infeksi telinga tengah : terdapat riwayat berbau dari telinga, tidak terdapat riwayat
keluar cairan berbau dari telinga, terdapat rasa penuh dalam telinga
3. tidak terdapat riwayat trauma, tidak keluar
riwayat rasa penuh dalam telinga
3. Idiopatik : tidak terdapat riwayat trauma, cairan berbau dari telinga, tidak ada rasa
tidak keluar cairan berbau dari telinga, tidak penuh dalam telinga, dan terjadi tanpa
ada rasa penuh dalam telinga, dan tanpa diketahui penyebabnya.
diketahui penyebabnya.
Berdasarkan teori pemeriksaan fisik pada vertigo adalah : - Pada pasien tes
romberg (+)
Tes Romberg : pada kelainan vestibular hanya pada mata tertutup -Tes Tandem gait
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah dan (+)
kemuadian kembali lagi. Pada mata terbuka badan penderita tetap -Tes past pointing
tegak. Pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang baik (+)
-Dix-Hallpike
pada mata terbuka maupun tertutup.
Tes Tandem Gait : pada kelainan vestibular perjalanannya akan manoeuvre
menyimpang dan pada kelainan serebelar penderita akan cenderung muncul nistagmus
Konsultasi : -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo
tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang
dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.
Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar - merujuk pada
2.2 Epidemiologi
yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada
perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 3-5
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau
banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan
keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi
tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo: 6
multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau
keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral dan
arteri basiler.
a. Vertigo Perifer
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti
nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks.Berbagai
penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi : 7
b. Vertigo sentral
1. Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
2. Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler
3. Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi
dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala
vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi
berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler
tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa
adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang
2.4 Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar
penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat bila
sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara
lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness). Pada
keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis
dan otolit.
Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh
karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik :
- sentral
- perifer 7
Vertigo Perifer
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. 5 Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga
dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik
tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan horizontal. Otoli mengandung Kristal-
kristal kecil kalsium karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit
distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan
nistagmus.9
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi dapat juga
diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumny,
meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahun-
2. Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan keluhan
pendengaran.11 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris
10
pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga. Ménière’s
disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik. Ménière’s disease merupakan
akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin
endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau bakteri
8
telinga atau gangguan metabolic.
3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini
berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan
komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya
Vertigo Sentral
1. Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering dilaporkan pada
27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal sebagai bagian dari aura
(selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria) untuk basilar migraine dimana juga
didapatkan keluhan sakit kepala sebelah. Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan
aura lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine. 10
2. Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari suatu vertigo
dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi beberapa detik sampai
beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki factor resiko
3. Tumor Intrakranial
adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi sentral. Gejala yang
lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala neurologis . Tumor pada fossa
posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering tidak
terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada batang
otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat
gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya. 8
Habituasi Ya Tidak
Nistagmus spontan + -
2.5 Patofisiologi
- Teori Cupulolithiasis; Partikel otolit yang terlepas dari makula utrikulus menempel pada
permukaan kupula. Kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat
Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai
dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel
ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung kanalis. Hal ini menyebabkan
cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok
(deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala
ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus
sementara gangguan pada sistem otolit dapat menyebabkan sensasi linear/ terayun. Vertigo
akut seperti pada labirinitis, memiliki fase iritatif dan fase paretik. Ketika mata ditutup pasien
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,
sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada
sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran.
Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi.
Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari
telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi
pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang
terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya
berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas.
Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya
disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai
didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada
telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit. Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang
dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut
untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan
mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami
dengan vertigo otologik dan sentral. Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus,
pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga. Gejala sekunder
meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensivitas visual. Gejala
nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak terlalu memiliki
makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien dengan disfungsi telinga
namun sering digunakan pada pasien vertigo yang berhubungan dengan problem medic.
12
Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan untuk
Karekteristk dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi berputar,
atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya suatu
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute vestibular
neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari kedepan.
Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian
vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo perifer
umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular
attack. Perbedaan onset dan durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table
4. 2
Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo sentral yang
berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya menyebabkan tanda neurologis
vertical, horizontal atau torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada
objek.
neuronitis
Detik sampai menit Benign paroxysmal positional vertigo;
perilymphatic fistula
Beberapa menit sampai satu Posterior transient ischemic attack;
jam
perilymphatic fistula
Beberapa jam Ménière’s disease; perilymphatic fistula from
Perifer Sentral
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak balik,
ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks
vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan
manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung
berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test
3. Test posisional
Gejala Penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan gejala
penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer, kecuali pada
penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior
cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga
tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering
bersamaan dengan muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa
kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motoris lebih
atau multiple sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang
berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral,
kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan
3
migraine mengeluhkan vertigo.
system cardiovascular.
Pemeriksaan Neurologik
- Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli sensorineural,
nistagmus. 2
Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis cerebellar.
- Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat
berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan
seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah
vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak
berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya terbatas
pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.
3
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan
titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita
akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
Gambar 3. Uji Romberg 5
tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada
sisi tersebut). 2
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat
lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal
ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
1. Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre 1
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya
vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau
sentral.
Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah periode
laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak ada periode laten,
nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulangulang reaksi tetap
Gambar 6. Dix-hallpike 5
- Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal. Pasien
diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan
tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien
merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi.
Jika nistagmus terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5
- Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang
(menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam
posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi
akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh
karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kirakira 7º di bawah suhu badan) air
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak
nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang
disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua
sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es
detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5
menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila
ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak
berfungsi.6
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.
- Posturografi
penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6
tahap :
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam
tes romberg).
c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang
terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat
bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah
dapat diganggu.
e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau, tidak akurat)
sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input (informasi).
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif
zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura et Newell, 2010).
- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong tragus dan
perikimfatik. 2
- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkat
tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada
Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan
untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai
denganpemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu
pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20odengan cepat. Pada orang
yang normal tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika
ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer
evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini
diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak
jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan
Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan dizziness.
Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories
meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi thyroid dapat menentukan etiologi
memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA, tuli unilateral
yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan
2.9 Terapi
Medikasi
Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik di susunan saraf
pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai
obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada
penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
- Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga
dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah
beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50
mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping
mengantuk.
Antagonis Kalsium
kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap
akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x
75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak
(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas
obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali
sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal
- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini
dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis
yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah
sedasi (mengantuk).
Obat Simpatomimetik
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat
obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek
samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita
yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan
menjadi kabur.
- Lorazepam
- Diazepam
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
Terapi fisik
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan
lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau
proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.
duduk.
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
1. BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat membaik
dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan deposit kalsium yang
bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa maneuver
epley, modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah
vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi vestibular terjasi lebih
cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera
3. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah garam dan
diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif dalam mengobati ketulian
dan tinnitus.
Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt
4. Iskemik Vascular
Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui control
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum diobati
dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan meminimalisrir pergerakan kepala pada
hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi obat-obatan harus di
vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan pada cerebellum dan
batang otak member risiko kompresi sehingga diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.
2.10 Prognosis
Keberhasilan terapi dikonfirmasi dengan melakukan manuver provokasi ulang, jika
masih terdapat gejala vertigo dan nistagmus, maka manuver terapi diulang kembali.
Umumnya pada manuver provokasi yang ketiga, gejala vertigo dan nistagmus tidak muncul
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 May 30th].
Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin duniakedokteran .html