Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merah merupakan keluhan utama yang paling sering muncul pada penderita
penyakit mata. Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan sampai yang disertai
penurunan visus.
Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui
bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva
terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran
darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.
Pada konjungtiva terdapat dua pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva posterior yang
memperdarahi konjungtiva bulbi dan arteri siliar anterior atau episklera. Arteri siliar
anterior/episklera memberikan tiga cabang yaitu arteri episklera masuk ke dalam bola mata
dan bergabung dengan arteri siliar posterior longus membentuk arteri sirkular mayor/pleksus
siliar yang memperdarahi iris dan badan siliar,arteri perikornea memperdarahi kornea dan
arteri episklera yang terletak dia atas sklera dan merupakan bagian arteri siliar anterior yang
memberikan perdarahan ke dalam bola mata.
Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan akut. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga dapat terjadi akibat
pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di konjungtiva, sehingga darah tertimbun di
bawah jaringan konjungtiva.
Meskipun mata merah biasanya hasil dari kelainan yang tidak berarti, dalam beberapa
kasus mungkin merupakan tanda serius dari kemungkinan kondisi yang mengancam
penglihatan.
Penegakan diagnosis yang tepat dan evaluasi dini merupakan hal yang sangat penting
pada keluhan mata merah agar pegangan yang diberikan efektif, tepat dan efisien.
BAB II
PENDARAHAN DAN INJEKSI PADA ORBITA

A.PENDARAHAN MATA 2

Pemasok arteri utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ofthalmica, yaitu
cabang besar pertama arteria carotis interna bagian cranial. Cabang ini berjalan dibawah
nervus opticus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju orbita. Cabang intraorbital
pertama adalah arteri centralis retinae yang memasuki nervus opticus sekitar 8-15 mm di
belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri oftalmica adalah arteri lacrimalis, yang
mempendarahi glandula lacrimal dan kelopak mata atas ; cabang muskularis ke berbagai otot
orbita ; arteri ciliaris longus dan brevis ; arteri palpebrales mediales ke kedua kelopak mata ;
dan arteri supraorbitalis serta suprathoclearis. Arteriae ciliares posteriors breve mendarahi
koroid dan bagian-bagian nervus opticus. Kedua arteri ciliaris posterior longa mendarahi
corpus ciliare, beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteria ciliaris anterior
membentuk circulus arteriosus major iris. Arteria ciliaris anterior berasal dari cabang-cabang
muskularis dan menuju ke musculi recti. Arteri ini memasok darah ke slera, epislera, limbus,
dan conjungtiva, serta ikut memberntuk circulus arterialis major iris. Cabang-cabang arteri
oftalmica yang paling anterior membentuk aliran arteri yang berkelok-kelok di keplopak
mata, yang membuat anastomosis dengan circulasi karotis externa melalui arteria fasialis.
Drainase vena di orbita terutama melalui vena oftalmica superior dan inferior, yang juga
menampung darah dari vena vorticosae, vena ciliaris anterior, dan vena centralis retinae.
Vena oftalmica berhubungan dengan sinus cavernosus melalui fisura orbitalis superior dan
dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fissure orbitalis inferior. Vena oftalmica mula-
mula terbentuk dari vena supraorbitalis dan supratrochlearis serta satu cabang vena angularis.
Ketiga vena tersebut mengalirkan darah dari kulit di daerah periorbita. Vena ini membentuk
hubungan langsung antara kulit wajah dan sinus cavernosus sehingga dapat menimbulkan
thrombosis sinus cavernosus yang fatal pada infeksi superfisialis di kulit orbita.

B. INJEKSI KONJUNGTIVAL
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival
dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
Injeksi konjungtival ini mempunyai tanda-tanda :
• Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior
melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari sclera.

• Pembuluh darah didapatkan terutama di daerah forniks

• Ukuraan pembuluh darah makin besar ke bagian perifer karena asalnya dari bagian
perifer atau arteri siliar anterior.

• Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara


• Berwarna merah yang segar

• Gatal

• Tidak ada fotofobia

• Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.

Gambar 3 Injeksi Konjungtiva

C.INJEKSI SILIAR 1

Melebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau
injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea,
radang jaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis
Injeksi siliar ini mempunyai tanda-tanda

Gambar 4 Injeksi Siliar


• Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtiva

• Pembuluh darah tidak tampak

• Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel
erat dengan jaringan perikornea.

• Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kearah forniks

• Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat sekitar kornea dan
berkurang ke arah forniks.

• Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut.

• Hanya lakrimasi

• Terdapat fotofobia

• Sakit tekan di sekitar kornea

• Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler (Iritis) dan lebar (glaucoma)

Perbandingan injeksi pada mata

Injeksi konjungtiva Injeksi siliar/ Injeksi episkleral


perikorneal

Asal A.Conjungtiva A siliar A.siliar longus


posterior

Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen Intraocular


anterior

Lokalisasi Konjungtiva Dasar konjungtiva Episklera

Warna Merah Ungu Merah gelap

Arah aliran / lebar Ke perifer Ke sentral Ke sentral

Konjungtiva Ikut bergerak Tidak ikut bergerak Tidak bergerak


digerakkan

Dengan epinefrin Menciut Tidak menciut Tidak menciut


1:1000

Penyakit Konjungtiva Kornea, iris, glaucoma Glaucoma,


endoftalmitis,
panoftalmitis

Secret + - -

Penglihatan Normal Menurun Sangat turun

Injeksi episkleral

Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikan gejala
bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti:
a. Penglihatan menurun

b. Terdapat atau tidak terdapatnya secret

c. Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,sehingga diperlukan


pemeriksaan tekanan bola mata.

Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah
dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yang merah
yang selanjutnya akan dibahas pada bab berikutnya.
BAB III
MATA MERAH VISUS NORMAL

Penyebab mata merah dengan visus normal diantaranya:


• Pterigium

• Pseudopterigium

• Pinguekula

• Episkleritis

• Skleritis

• Konjungtivitis

• Perdarahan subkonjungtiva

Yang selanjutnya akan dibahas satu per satu :

PTERIGIUM

Definisi
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea

Pterigium
Etiologi dan Faktor resiko
Faktor Intrinsic
Faktor intrinsik meliputi faktor herediter, beberapa defisiensi, misalnya defisiensi
vitamin A, bertanggung jawab terhadap perubahan mukosa lakrimal dan pergantian
sel epitel kornea-konjungtiva dan dipertimbangkan sebagai factor intrinsic.
Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik karena terpapar dengan UV light dan mikrotrauma kronis pada
permukaan mata yang sering disebabkan oleh pekerjaan pasien. Pengaruh pemaparan
mikrotrauma di lingkungan kerja misal seperti allergen, angin, debu, rokok dan
stimuli toksik lain, petani, pelaut, tukang kayu termasuk dalam kelompok beresiko
tinggi terhadap pemaparan.Infeksi mikroba dan virus tidak signifikan tetapi pada
populasi tertentu terdapat predisposisi kerusakan konjungtiva.
Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemui pada daerah dengan iklim tropis. Penyakit ini sangat
berhubungan dengan faktor lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan gaya
hidup pasien. Terutama eksposure terhadap sinar UV dan iritasi kronis dari mata
karena pekerjaan.
Klasifikasi Pterygium
Secara klinis Pterigium terbagi atas :
o Grade I : Pterigium terbatas pada limbus kornea
o Grade II : Pterigium sudah melewati limbus kornea tapi tidak lebih dari 2 mm.
o Grade III : Pterigium sudah melewati tepi limbus lebih dari 2 mm tapi tidak
melewati pinggiran pupil dalam keadaan cahaya
normal ( diameter pupil 3-4 mm)
o Grade IV : Pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga sudah ada
gangguan pengelihatan.
Klassifikasi pterigium
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum
akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan
karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan
dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
2. Mata kering
3. Iritasi
4. Keluar air mata (berair)
5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata
6. Penglihatan yang kabur
Diagnosis
Pasien biasa tidak datang dengan keluhan apabila masih pada tipe 1. Pada pasien tipe
2 dan 3 dapat terjadi keluhan visus yang menurun. Selain itu karena pterigium ini
mudah meradang, pada saat fase peradangan akan ditemukan tanda-tanda iritasi non
spesifik seperti fotofobia, sensasi benda asing, dan mata berair secara kontinyu. Dapat
juga timbul rasa nyeri yang di provokasi oleh mikroulserasi kornea pada bagian
kepala dari pterygium.
Pada pterygium yang berprogresi terus menerus kadang dapat terjadi penglihatan
ganda akibat terganggunya motilitas okular karena jaringan konjungtiva yang terluka.
Pengobatan
Tindakan non bedah
Tindakan non bedah meliputi pemberian lubrikasi dengan tetes mata buatan atau tetes
mata dekongestan untuk mengurangi keluhan iritasi, tetes mata dan salep steroid juga
dapat di berikan untuk mengurangi reaksi peradangan. Tetes mata vasokonstriktor
juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan mata merah. Obat-obat ini tidak
menghambat progresifitas pterigium.
Tindakan bedah
Pengobatan pterigium tipe progresif yang merah, tebal dan meradang lebih sulit bila
dibandingkan dengan tipe nonprogresif yang putih, tipis dan avaskular. Beberapa
peneliti menganjurkan pemberian obat-obat, seperti obat steroid topikal sebelum
tindakan bedah.
Tindakan bedah dapat dilakukan bila pterigium menyebabkan gangguan visus,
keluhan iritasi kronik, gangguan pergerakan bulbus okuli yang mengakibatkan
diplopia dan gangguan kosmetik.
Pembedahan pterigium dilakukan menurut enam cara yaitu : Avulsi, Trasposisi apeks
pterigium, Rotasi flep konjungtiva, Bare sclera, Cangkok konjungtiva otologus dan
cangkok membran amnion homologus
Prognosis
Biasanya sering terjadi rekurensi. Apabila terjadi rekurensi maka harus dilakukan
keratoplasty untuk menggantikan lapisan bowman kornea yang sakit. Apabila tidak
akan terus menjadi substrat untuk pertumbuhan pterigium baru.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin,
misalnya dengan memakai kacamata hitam.

PSEUDOPTERIGIUM

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.


Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga
konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva
yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

Gambar 8. Pseudopterigium

Tabel 2. Perbedaan Pterigium dan Pseudopterigium.


PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM
1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi
2.Progresifitas Bisa progresif atau Selalu stasioner
stasioner
3.Riwayat Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)
penyakit
4.Tes sondase Negatif Positif
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat
mengganggu visus, atau alasan kosmetik. Bisa dengan melakukan lisis dari adhesinya,
eksisi pada konjugtiva yang terluka, dan penutupan defeknya dengan “free
conjunctival graft” yang didapat dari bagian temporal.

PINGUEKULA

Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi
hialin jaringan submukosa konjungtiva.
Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua
mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan
limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna
kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous).

Pinguekula
Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar
mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain
adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering1.
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut
pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Definisi
Pembuluh darah pada konjungtiva yang rapuh dan pecah yang mengakibatkan
perdarahan subkonjungtiva (daerah dibawah konjungtiva) . Tampak sebagai patch
merah terang (paling banyak) atau merah gelap.

Subconjungtival bleeding
Etiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis kelamin
dengan proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang daat menyebabkan perdarahan
subkonjungtiva antaralain,
1. Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah konjungtiva.
2. Batuk, berusaha, bersin, muntah.
3. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang
rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga
menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.
4. Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, SLE, dan
kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan.
5. Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.
6. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia,
scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (misal
influenza, smallpox, measles, yellow fever, sandfly fever).
7. Gejala sisa dari operasi mata.
8. Trauma.
9. Menggosok mata.

Tanda dan Gejala


Pasien datang dengan keluhan matanya yang bagian putih merah, pusing, berair,
dalam waktu 24 jam sejak munculnya warna merah, bentuknya semakin membesar,
kemudian mengecil, awalnya merah cerah lama-lama berwarna agak gelap . Hal yang
harus ditanyakan adalah adanya riwayat trauma, mengangkat benda berat, batuk
kronis, hipertensi.
Tanda yang tampak pada pemeriksaan antara lain:
- Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau
merah tua (tebal).

- Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasnya peradangan yang ringan.

- Lingkungan sekitar peradangan tampak normal.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah:


- Penlight. Pada konjungtiva bulbi tampak adanya patch kemerahan.

- Tekanan darah untuk mengetahui risiko hipertensi.

- Cek darah lengkap untuk memastikan adanya gangguan pembekuan darah.

Manajemen
Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena darah
akan terabsorbsi dengan baik selama 3 -4 minggu. Tetapi untuk mencegah perdarahan
yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan
multivitamin. Airmata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya
untuk mencegah risiko perdarahan berulang.

EPISKLERITIS

Definisi
Reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan
sklera.
Etiologi
- Reaksi hipersensitivitas ( toksik, alergik, atau infeksi) terhadap penyakit sistemik :
TBC, rheumatoid arthritis, SLE, polyarthritis nodosa, inflammatory bowel disease,
sarcoidosis, Wegener's granulomatosis, herpes zoster virus atau sifilis.

- Terjadi spontan atau idiopatik

- Terutama pada anita usia pertengahan.

Klasifikasi

- Epiksleritis simple

- Episkleritis nodular

Tanda dan gejala


- Umumnya unilateral

- Mata kering

- Rasa sakit ringan yang mengganjal

- Gambaran khusus : benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di
bawah kojungtiva yang apabila konjungtiva atasnya ditekan akan menimbulkan rasa
sakit yang menjalar disekitar mata.

- Kadang – kadang , ada bintil putih translusen terpusat didaerah yang


meradang (episkleritis nodular)

- Perjalanan penyakit akut, beberapa minggu-bulan, dapat berulang.

- Pembuluh darah mengecil dengan vasokonstriktor.

Manajemen
- Self-limiting disease, dapat sembuh sendiri sekitas 2-3 minggu tanpa pengobatan.

- Vasokonstriktor Fenilefrin 2,5% topikal

- Pada keadaan berat diberi kortikosteroid tetes mata (prednisolone acetate 1% atau
fluorometholone acetate) , sistemik, atau salisilat.

- Kompres dingin dan artificial tears untuk menyamankan mata.


- Untuk epiksklertis nodular dapat diberi OAINS untuk meringankan inflamasi.

episkleritis

SKLERITIS

Definisi
Peradangan (inflamasi) yang melibatkan sklera.
Etiologi
- Pada 50% kasus berhubungan dengan penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan
oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, gout. Terkadang disebabkan oleh
tuberculosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca
bedah.

- Biasanya kondisinya berat, destruktif dan mengancam penglihatan

- Penting utk mengobati peny sistemiknya

- Skleritis posterior melibatkan sklera posterior sampai ora serata


- Mengancam kebutaan

Klasifikasi
a. Skleritis anterior difus , nodular, nekrotik dengan inflamasi, nekrotik tanpa inflamasi.

b. Skleritis posterior.

Tanda dan gejala :


- Biasanya bilateral, sering pada perempuan

- Perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu

- Terkadang penderita bangun dari tidurnya karena nyeri kambuh.

- Mata merah berair

- Fotofobia dengan penglihatan menurun

- Onset mendadak

- Kondisi berat, nyeri menetap,

- Pemb drh slera tdk menghilang dg tetes phenylephrine 10%

- Penglihatan kabur, diplopia, nyeri saat ada gerakan bola mata

- Tidak mengeluarkan kotoan.

- Terlihat benjoan berwarna sedikit biru jingga, terkadang mengenai seluruh lingkaran
kornea sehingga terlihat sebagai skleritis anular.

- Dalam kasus yang parah skleritis nekrosis, slklera dapat menjadi transparan karena
peradangan kronis, mengungkapkan biru gelap yang mendasari koroid tersebut.

Manajemen
- Medikasi topical tidak cukup untuk pengobatan skleritis.

- Selain obat sikoplegik (scopolamine 0,25% atau atropine 1%) ,juga diberi OAINS
(ibuprofen 600mg)
- Jika peradangan parah atau necrotizing, atau jika non-steroidals sendiri gagal untuk
menekan peradangan, gunakan steroid sistemik seperti prednison oral 80 mg kafein
QD selama dua sampai tiga hari, lalu perlahan-lahan tapering off 10 sampai 20mg
setiap hari.

Penyulit
- Keratitis perifer

- Glaukoma

- Granuloma subretina

- Uveitis

- Keratitis sklerotikan  kekeruhan kornea akibat peradangan sklera terdekat.


Bentuknya segitiga yang terletak dekat skleritis yang sedang meradang akibat
gangguan susunan serat kolagen stroma.

skleritis

KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut


dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok,
virus, klamidia, alergi toksis, dan molluscum contagiosum.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva
bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih nyata di pagi
hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda
asing, dan adenopati preaurikular. Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.
Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis yang Lazim

Klinik & Sitologi Viral Bakteri Klamidia Atopik

Gatal Minim Minim Minim Hebat

Hyperemia Umum Umum Umum Umum

Air mata Profuse Sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minim Mengucur Mengucur Minim

Adenopati Lazim Jarang Lazim hanya Tak ada


preaurikular konjungtivitis
oklusi

Pewarnaan Monosit Bakteri, PMN PMN, plasma sel Eosinofil


kerokan & badan inklusi
eksudat

Sakit tenggorok Kadang Kadang Tak pernah Tak pernah


yang menyertai

Klasifikasi Konjungtivitis
- Konjungtivitis akut

• Konjungtivitis bakterial
o Konjungtivitis Bakterial Akut
o Konjungtivitis gonore
o Konjungtivitis Angular
• Konjungtivitis akut viral
o keratokonjungtivitis epidemic
 demam faringokonjungtiva
 keratokonjungtivitis herpetic
 keratokonjungtivitis New Castle
 konjungtivitis hemoragik akut
• Konjungtivitis jamur
• Konjungtivitis alergi
 konjungtivitis vernal
 konjungtivitis flikten
- Konjungtivitis Kronis

• Trachoma

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

A. Konjungtivitis bakteri akut

Etiologi

- Streptokokus, Corynebacterium Diphterica, Pseudomonas, Neisseria, dan


Haemophilus,

Gejala

- Konjungtivitis Mukopurulen dan konjungtivitis purulen

- Hiperemi Konjungtiva

- Edema Kelopak

- Papil dan Kornea jernih

Diagnosis

- Pemeriksaan sediaan langsung,

Terapi

- Antibiotik tunggal seperti Neosporin, basitrasin, gentamicin, kloramfenikol,


tobramisin, eritromisin dan sulfa.
- Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka
pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi

Konjungtivitis Bakterial Akut

B.Konjungtivitis Gonore
Etiologi
- Neisseria gonorrhea, kuman yang sangat pathogen, virulen, dan bersifat invasive.

Epidemiologi
- Penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia secara endemic

Patofisiologi
• Pada neonates infeksi terjadi pada saat berada pada jalan lahir, merupakan penyebab
utama oftalmia neonatum.

• Pada bayi infeksi terjadi ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut

• Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.

Konjungtivitis Gonorea

Gejala
• Secret purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam hingga 5 hari

• Perdarahan subkonjungtiva

• Konjungtivitis kemotik

• Pada orang dewasa terdapat 3 stadium


o Infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva kaku disertai rasa sakit pada
perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku hingga sulit dibuka. Keluhan
disertai rasa nyeri pada mata disertai tanda infeksi umum. Pada umumnya
menyerang satu mata terlebih dahulu

o Supuratif terdapat secret yang kental biasanya mengenai kedua mata dengan
secret kuning kental.

o Penyembuhan

• Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu

Diagnosis
 Pemeriksaan secret dengan pewarnaan metilen biru, akan terlihat diplokokus didalam
sel lekosit. Dengan pewarnaan gram terdapat sel intraselular atau ekstreaselular.

 Pemeriksaan sensitivitas pada agar darah dan coklat

Terapi
• Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air /NaCl setiap 15 menit. Kemudian
diberi salep penisilin tiap 15 menit.

• Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 – 20.000
unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit, kemudian diberi salep

• Antibiotik sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus,

Penyulit
• Tukak kornea marginal yang mudah perforasi akibat daya lisis kuman gonokokus

• Perforasi kornea dapat mengakibatkan endoftalitis dan panoftalmitis sehingga terjadi


kebutaan total

Pencegahan
• Membersihkan mata bayi segera setelah lahir dan memberikan salep kloramfenikol

C.Konjungtivitis angular
Definisi
Konjungtivitis pada daerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit di sekitar daerah
meradang

konjungtivitis angularis

Etiologi
- Moraxella axenfeld

Gejala
- Secret mukopurulen dan pasien sering mengedip

Penatalaksanaan:
- Tetrasikin atau basitrasin

Penyulit:
- Blefaritis

D.Konjungtivitis mukopurulen
Definisi
- Konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral mukoid

gambar 16. Conjungtivitis mucopurulent


Etiologi
- Staphylococcus atau basil Koch Weeks

Gejala
- Hyperemia konjungtiva dengan secret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak
melekat terutama pada bagun pagi. Gejala terberat muncul pada hari ketiga dan bila
tidak diobatiakan berjalan kronis.

KONJUNTIVITIS VIRAL

Etiologi
- Biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New
castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya.

Manifestasi Klinis
- Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul
preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan demam.
Terdapat folikel atau papil, sekret yang serous atau mukoserous, perdarahan
subkonjungtiva (”small and scattered”), limadenopati preaurikuler dan infiltrat
kornea.

- Konjungtivitis viral yang disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama


mengenai anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang.

- Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan gejala
injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi pada
infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.

Pemeriksaan Penunjang
- Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur
virus, dan sel inklusi intranuklear.

Komplikasi
- Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia; katarak;
glaukoma; kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan kebutaan.

Penatalaksanaan
- Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan
sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan
kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.

- Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri
sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan
lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder serta steroid topikal.

- Konjungtivitis herpetik sembuh sendiri. Penatalaksanaannya dengan debriment kornea


atau salep mata idosuridin 4x/hari selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3% 5x/hari
selama 10 hari dan diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari.
Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan
iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik.
Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat
diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen
dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat
antivirus, dan ditutup selama 24 jam.

- Demam faringokonjungtiva biasanya sembuh sendiri dalam 10 hari. Untuk pasien


keratokonjungtivitis epidemika , pencegahan penularan saat pemeriksaan adalah
penting. Penyakit ini berlangsung 3-4 minggu.Konjungtivitis New Castle sembuh
sendiri dalam waktu kurang dari 7 hari. Konjungtivitis hemoragik akut sembuh dalam
5-7 hari

KONJUNGTIVITIS JAMUR

A.Konjungtivitis Kandida
Etiologi:
- Candida spp. (biasanya Candida albicans)

Epidemiologi:
- Jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih

Faktor risiko:
- Pasien yang mengalami diabetes mellitus atau pasien immunocompromised.

Diagnosis:
- Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear

Terapi
Amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air atau dengan pemberian nystatin kulit
100.000 unit/g 4-6 kali sehari

KONJUNGTIVITIS ALERGI

Konjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap


noninfeksi.
Etiologi
- Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I) atau lambat (tipe IV), atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari sindrom
Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada
orang dengan predisposisi alergi obatobatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa
kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.

Manifestasi Klinis
- Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan
menahun bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau
dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva
palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan
komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.

Gambar 17 Konjungtivitis Alergi


Pemeriksaan Penunjang
- Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah
ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE.
Penatalaksanaan
- Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan
penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya
vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal
dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan
diberikan natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi
sel mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
Penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus,
katarak, hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit
bermanfaat.

- Pada sindrom Steven Johnson, pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan


umum. Pada mata dilakukan pembersihan sekret, midriatik, steroid topikal, dan
pencegahan simblefaron.

KONJUNGTIVITIS KRONIS

A.Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh
Chlamydia trachromatis.
Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda
dan anak-anak. Daerah yang banyak terkena adalah di Semenanjung Balkan. Ras yang
banyak terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli Australia dan Indian Amerika
atau daerah dengan higiene yang kurang.
Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita
trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan
dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar dari 5 sampai 14 hari),
Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis dengan pewamaan
Giemsa terutama terlihat reaksi sel-sel polimorfonuklear, tetapi sel plasma, sel leber dan
sel folikel (limfoblas) dapat juga ditemukan. Sel leber menyokong suatu diagnosis
trakoma tetapi sel Limfoblas adalah tanda diagnostik yang penting bagi trakoma.
Terdapat badan inklusi Halber StatlerProwazeck di dalam sel epitel konjungtiva yang
bersifat basofil berupa granul, biasanya berbentuk cungkup seakan-akan menggenggam
nukleus. Kadang-kadang ditemukan lebih dari satu badan inklusi dalam satu sel.
Gambar 18 Trakoma
Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair. Menurut klasifikasi Mac
Callan, penyakit ini berjalan melalui empat stadium:
1. Stadium insipien
2. Stadium established (dibedakan atas dua bentuk)
3. Stadium parut .
4. Stadium sembuh.
Stadium 1 (hiperplasi limfoid): Terdapat hipertrofi papil dengan folikel yang kecil-
kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlihatkan penebalan dan kongesti
pada pembuluh darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila tidak ada infeksi
sekunder. Kelainan kornea sukar ditemukan tetapi kadang-kadang dapat ditemukan
neovaskularisasi dan keratitis epitelial ringan.
Stadium 2: Terdapat hipertrofi papilar dan folikel yang matang (besar) pada
konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini dapat ditemukan pannus trakoma yang
jelas. Terdapat hipertrofi papil yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran
folikel pad a konjungtiva superior. Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di
daerah limbus atas dengan infiltrat.
Stadium 3 : Terdapat parut pad a konjungtiva tarsus superior yang terlihat sebagai garis
putih yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut folikel pad a limbus kornea
disebut cekungan Herbert. Gambaran papil mulai berkurang. .
Stadium 4 : Suatu pembentukan parut yang sempurna pada konjungtiva tarsus superior
hingga menyebabkan perubahan bentuk pada tarsus yang dapat menyebabkan
enteropion dan trikiasis.
Diagnosis banding adalah konjungtivitis inklusi.
Pengobatan trakoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4 minggu,
sulfonamid diberikan bila ada penyulit. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan
makanan yang bergizi dan higiene yang baik mencegah penyebaran.
Penyulit trakoma adalah enteropion, trikiasis, simblefaron, kekeruhan kornea, dan
xerosis/keratitis sika.
Pasien trachoma bisa diobati dengan Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4 takaran
yang sama selama 3-4 mingu, Doksisiklin 100 mg, 2 x/hari p.o selama 3 minggu,
Eritromisin 1 gr/hari p.o dibagi dalam 4 takaran selama 3-4 minggu, dan salep mata
atau tetes mata termasuk sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin dan rifampisin 4x/hari
selama 6 minggu.

Anda mungkin juga menyukai