Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena
dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka kematian bayi
tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Angka Kematian Bayi (AKB) di
negara-negara berkembang

Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa setiap tahunnya,
kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal
pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal.
(JNPK-KR 2008 hal.143). Pada tahun 2011, jumlah angka kematian bayi baru lahir
(neonatal) di negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup.
Angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi
dibangdingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Karena
itu masalah ini harus menjadi perhatian serius.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, mengestimasikan AKB
di Indonesia dalam periode 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per
1.000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut,
yaitu salah satunya asfiksia sebesar 37% yang merupakan penyebab kedua kematian bayi
baru lahir (Depkes.RI, 2008). Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2015 adalah 32 / 1. 000 KH.

Usaha pemerintah indonesia untuk menanggulangi dalam mengurangi angka kematian


bayi (AKB) adalah menciptakan pelayanan kesehatan dasar, yaitu pelayanan kesehatan ibu
dan anak, pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
koompetensi kebidanan, deteksi resiko, rujukan kasus resti dan penanganan komplikasi,
penanganan neonatus resti / komplikasi yang meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis,
trauma lahir, BBLR, dan sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Dimana tenaga kesehatan mampu untuk
menjalankan manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan pelayanan dan masalah yang
terjadi (upaya kesehatan Depkes RI).
Adapun penyebab kematian bayi, yaitu : bayi berat lahir rendah, asfiksia, trauma jalan
lahir, tetanus neonatorum , infeksi lain dan kelainan kongenital. Banyak faktor yang
mempengaruhi angka kematian tersebut diantaranya asfiksia 27 % yang merupakan penyebab
ke dua kematian bayi baru lahir setelah bayi berat lahir rendah (Depkes RI 2008).
Angka kematian bayi merupakan angka jumlah kematian perinatal dikalikan 1000 dan
kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama.
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir(Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan
hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstra uterine(Gabriel Duc,1971). Penilaian statistik dan pengalaman
kilinis patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Bernedes (1966)
yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada
saat bayi lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi. Adapun penyebab dari
asfiksia neonatorum adalah faktor ibu, faktor plasenta, faktor fetus dan faktor neonatus.
Berdasarkan data profil kesehatan provinsi bengkulu tahun 2011 dari sebanyak 33.343
kelahiran hidup di provinsi Bengkulu terdapat 205 bayi lahir mati dan jumlah kematian bayi
sebesar 319. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup di provinsi bengkulu pada
empat tahun terakhir mengalami naik turun dimana pada tahun 2007, mencapai 10,45 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menurun menjadi 7,3 per 1.000 kelahiran hidup,
tahun 2009 meningkat menjadi 10,22 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2010 turun menjadi
5,2 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2011 kembali meningkat 9,6 per 1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan angka kematian bayi masih cukup tinggi pada
tahun 2009 sebesar 10,22 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi tersebut mengalami
penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 5,2 per seribu kelahiran hidup, akan tetapi
terjadi lagi peningkatan kematian bayi pada tahun 2011 sebesar 10.8 per seribu kelahiran
hidup.

Data bayi baru lahir dengan asfiksia di ruang perinatologi RSUD Dr.M.Yunus
bengkulu....

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia di ruang Perinatologi RSUD dr.M.Yunus Bengkulu, dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP?”dan bisa melihat penerapan asuhan
kebidan bayi baru lahir dengan asfiksia antara teori dan praktek.
C. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat
menambah wawasan khususnya mengenai penatalaksanaan kasus bayi baru lahir dengan
asfiksia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Di harapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menggali wawasan serta
mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang penatalaksanaan bayi baru lahir
dengan asfiksia agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi permasalahan dan
pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia.

b. Bagi profesi
Menambah keterampilan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan neonatal serta
motivasi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang cara pencegahan dan
komplikasi neonatal.
c. Bagi instansi
1. Bagi RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu
Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi permasalahan yang ada
khususnya permasalahan bayi baru lahir dengan asfiksia.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya Politeknik Kesehatan
Provinsi Bengkulu Jurusan Kebidanan dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penatalaksanaan
“Asuhan kebidanan pada by.A dengan ASFIKSIA sesuai dengan teori manajemen kebidanan
yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan dengan metode SOAP”.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1. Penulis mampu mengkaji data subjektif pasien bayi baru lahir dengan asfiksia.
2. Penulis mampu mengkaji data objektif pada pasien bayi baru lahir dengan asfiksia
3. Penulis mampu menegakkan diagnosa bayi baru lahir dengan asfiksia
4. Penulis mampu melakukan tindakan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia.
5. Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep dasar teori dengan
aplikasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia.
c. Penulis mampu mencari alternatif pemecahan masalah jika terdapat kesenjangan pada asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Anda mungkin juga menyukai