Anda di halaman 1dari 5

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA


PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI PUSKESMAS
KEDOKANBUNDER KABUPATEN INDRAMAYU
BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2018

Disusun oleh :
dr. Rien Herdiyani

Pendamping :
dr. H. Budi Prasetyo

PUSKESMAS KEDOKAN BUNDER


KABUPATEN INDRAMAYU
2018

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 

Masalah   kependudukan   merupakan   masalah   yang   dihadapi   oleh   semua   negara

termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumalah 1,49%. Lajunya

tingkat   pertumbuhan   penduduk   tidak   diimbangi   dengan   peningkatan   kualitas   penduduk

sehingga   memengaruhi   tingkat   kehidupan   dan   kesejahteraan   penduduk.   Dalam   rangka

menanggulangi   hal   itu,   pemerintah   telah   mencanangkan   program   kependudukan   dan

Keluarga Berancana sebagai program nasional. Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu

saja   akan   berimplikasi   secara   signifikan   terhadap   ekonomi   dan   kesejahteraan   negara

(Sulistyawati, 2014). 

Banyak   faktor   yang   memengaruhi   seseorang   dalam   pemilihan   metode   kontrasepsi

yang   digunakan   yaitu   evektivitas,   keamanan,   frekuensi   pemakaian,   efek   samping   serta

kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal

tersebut kontrasepsi, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari

agama   dan   kultur   budaya   mengenai   kontrasepsi   tersebut,   faktor   lainnya   adalah   frekuensi

melakukan   hubungan   seksual   (Sulistyawati,   2014).   Menurut   teori   Lawrence   Green

(Notoatmodjo,   2007)   menemukan   beberapa   faktor   yang   berpengaruh   terhadap   pemilihan

metode kontrasepsi yang digunakan yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan,

nilai, dan persepsi), faktor pendukung (ketrampilan, sumber daya pribadi, dan komuitas),

serta faktor pendorong (perilaku petugas kesehatan, termasuk tokoh masyarakat, dan tokoh

agama). 

Akseptor KB aktif di Indonesia yang menggunakan KB pada tahun 2015 terbanyak

pertama terdiri dari akseptor suntik (47,54%), terbanyak ke dua adalah akseptor Pil (23,58%),

terbanyak   ke   tiga   akseptor   IUD   (11,07%),   terbanyak   ke   empat   adalah   akseptor   implant

(10,46%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit di pilih oleh peserta KB aktif

kondom   sebanyak   (3,15%)   ,   kemudian   Metode   Oprasi   Pria   (MOP)   sebanyak   (0,69%)

(BKKBN, 2015). 

2
Menurut hasil penelitian Atikah (2009) pemakaian kontrasepsi implant dipengaruhi

oleh   banyak   faktor.   Penelitian   tentang   faktor   yang   berhubungan   dengan   pemakaian

kontrasepsi  yang dilakukan akseptor  implant mayoritas  umur  20­35 tahun 127 responden

(92,7%),   mayoritas   berpendidikan   SMP   76   responden   (55,5%),   mayoritas   pekerjaan   Ibu

Rumah Tangga 66 responden (48,2%), mayoritas paritas multipara 136 responden (99,3%).

Disarankan   bagi   petugas   pemberi   pelayanan   Kontrasepsi   (Dokter   &   bidan)   perlu

meningkatkan   pengetahuan   tentang   KB   Implant   bagi   calon   Akseptor   KB   baru   dan

pasangannya, yang dapat dilakukan melalui pemberian informasi secara lengkap tentang KB

Implant   pada   saat   konsultasi   pertama   sebelum   memutuskan   memilih   salah   satu   alat

kontrasepsi tertentu. 

Di Puskesmas Kedokanbunder sebagai lokasi penelitian dimana pada tahun 2017,


jumlah PUS sebanyak 11.925 dan jumlah peserta KB aktif kontrasepsi yang paling banyak
digunakan adalah suntik 5.244 orang, pil 3017 orang, implant 497 orang, IUD 335 orang, dan
kondom 193 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa program KB cukup berhasil diterima
masyarakat, hal ini sesuai dengan harapan pemerintah untuk senantiasa meningkatkan
inisiatif dan partisipasi masyarakat dalam mensukseskan program KB ( profil puskesmas).

Metode kontrasepsi implant yang merupakan salah satu dari metode yang tersedia
pada saat ini, nampaknya mulai diminati masyarakat khususnya pasangan usia subur
meskipun banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh
ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi
tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping
potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang
direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya dan lingkungan serta orang tua
namun dengan pelayanan yang berkualitas dan berkesinambungan program KB diharapkan
kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi. (Prawirohardjo , 2010)

Menyadari hal tersebut yang merupakan kondisi yang kondusif bagi pengguna
kontrasepsi maka pada saat ini lebih dititik beratkan pada strategi agar pelayanan
lebih mudah dijangkau, diperoleh dan diterima oleh berbagai sub kelompok masyarakat

3
dengan tujuan utama pemberian pelayanan yang didasarkan pada mutu yang baik, sehingga
kepedulian dalam meningkatkan kualitas pelayanan KB dan semangat untuk mencapai yang
terbaik khususnya dalam pelayanan KB tetap terpelihara.

Umur seorang wanita menjadi indikator dalam masa reproduksi terutama dalam
menentukan/mengatur kehamilannya. Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat dilihat dari
faktor-faktor resiko suatu kehamilan antara umur < 20 tahun > 35 tahun, wanita yang hamil
dan melahirkan adalah umur 20 - 35 tahun. Wanita yang hamil dan melahirkan pada umur <
20 tahun mempunyai resiko terhadap kejadian-kejadian yang dapat membahayakan
keselamatan ibu dan bayinya, hal ini karna belum sempurnanya perkembangan alat-alat
reproduksi. Untuk itu dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah/
menunda kehamilan.

Paritas adalah banyaknya bayi yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam
keadaan hidup atau lahir mati. Pada umumnya paritas yang tinggi(>3 kali) merupakan faktor
resiko bagi wanita/ibu untuk hamil dan melahirkan. Hal ini dijelaskan bahwa setiap
kehamilan akan menyebabkan kelainan pada uterus. Dan ideal seorang wanita /ibu untuk
hamil dan melahirkan adalah dua kali selama hidupnya karena masa tersebut secara biologis
dan pisikologis dalam keadaan sehat unutk menjalani proses kehamilan/persalianan.
(wiknjosastro H, 2006)

Pendidikan diartikan sebagai proses belajar yang ditempuh oleh seseorang untuk
meningkatkan kemampuan intelektual secara formal, karena tingkat pendidikan seseorang
akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi dengan demikian akan meningkatkan
motivasi untuk menunda atau membatasi kelahiran dan semakin mudah mencerna dan
mengerti informasi yang diperoleh khususnya masalah kontrasepsi.

Studi tentang gambaran penggunaan kontrasepsi implant oleh askeptor KB


diharapkan dapat memberi gambaran mengenai penggunaan kontrasepsi oleh masyarakat
(PUS) dalam upaya mencegah kehamilan / mengatur kelahiran, hal ini membuat peniliti
merasa tertarik untuk melakukan penilitian pada akseptor implant di
Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian yakni mengetahui Gambaran Penggunaan Kontrasepsi
Implant pada PUS di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh Gambaran Tentang Penggunaan Kontrasepsi Implant pada PUS di
Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh imformasi tentang penggunaan kontrasepsi implant berdasarkan umur
b. Untuk memperoleh imformasi tentang penggunaan kontrasepsi implant berdasarkan paritas
c. Untuk memperoleh imformasi tentang penggunaan kontrasepsi implant berdasarkan tingkat
pendidikan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama untuk menambah wawasan
dalam hal mengetahui bagaimana Gambaran Tentang Penggunaan Kontrasepsi Implant
pada PUS di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu serta menjadi suatu
kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh selama masa kuliah.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penilitian diharapkan sebagai masukan bagi pengelolah pelayanan KB khususnya di
Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu.

Anda mungkin juga menyukai