Disusun oleh :
dr. Rien Herdiyani
Pendamping :
dr. H. Budi Prasetyo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumalah 1,49%. Lajunya
Keluarga Berancana sebagai program nasional. Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu
saja akan berimplikasi secara signifikan terhadap ekonomi dan kesejahteraan negara
(Sulistyawati, 2014).
yang digunakan yaitu evektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal
tersebut kontrasepsi, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari
agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi
metode kontrasepsi yang digunakan yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan,
nilai, dan persepsi), faktor pendukung (ketrampilan, sumber daya pribadi, dan komuitas),
serta faktor pendorong (perilaku petugas kesehatan, termasuk tokoh masyarakat, dan tokoh
agama).
Akseptor KB aktif di Indonesia yang menggunakan KB pada tahun 2015 terbanyak
pertama terdiri dari akseptor suntik (47,54%), terbanyak ke dua adalah akseptor Pil (23,58%),
terbanyak ke tiga akseptor IUD (11,07%), terbanyak ke empat adalah akseptor implant
(10,46%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit di pilih oleh peserta KB aktif
kondom sebanyak (3,15%) , kemudian Metode Oprasi Pria (MOP) sebanyak (0,69%)
(BKKBN, 2015).
2
Menurut hasil penelitian Atikah (2009) pemakaian kontrasepsi implant dipengaruhi
oleh banyak faktor. Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pemakaian
Rumah Tangga 66 responden (48,2%), mayoritas paritas multipara 136 responden (99,3%).
Disarankan bagi petugas pemberi pelayanan Kontrasepsi (Dokter & bidan) perlu
pasangannya, yang dapat dilakukan melalui pemberian informasi secara lengkap tentang KB
Implant pada saat konsultasi pertama sebelum memutuskan memilih salah satu alat
kontrasepsi tertentu.
Metode kontrasepsi implant yang merupakan salah satu dari metode yang tersedia
pada saat ini, nampaknya mulai diminati masyarakat khususnya pasangan usia subur
meskipun banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh
ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi
tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping
potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang
direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya dan lingkungan serta orang tua
namun dengan pelayanan yang berkualitas dan berkesinambungan program KB diharapkan
kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi. (Prawirohardjo , 2010)
Menyadari hal tersebut yang merupakan kondisi yang kondusif bagi pengguna
kontrasepsi maka pada saat ini lebih dititik beratkan pada strategi agar pelayanan
lebih mudah dijangkau, diperoleh dan diterima oleh berbagai sub kelompok masyarakat
3
dengan tujuan utama pemberian pelayanan yang didasarkan pada mutu yang baik, sehingga
kepedulian dalam meningkatkan kualitas pelayanan KB dan semangat untuk mencapai yang
terbaik khususnya dalam pelayanan KB tetap terpelihara.
Umur seorang wanita menjadi indikator dalam masa reproduksi terutama dalam
menentukan/mengatur kehamilannya. Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat dilihat dari
faktor-faktor resiko suatu kehamilan antara umur < 20 tahun > 35 tahun, wanita yang hamil
dan melahirkan adalah umur 20 - 35 tahun. Wanita yang hamil dan melahirkan pada umur <
20 tahun mempunyai resiko terhadap kejadian-kejadian yang dapat membahayakan
keselamatan ibu dan bayinya, hal ini karna belum sempurnanya perkembangan alat-alat
reproduksi. Untuk itu dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah/
menunda kehamilan.
Paritas adalah banyaknya bayi yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam
keadaan hidup atau lahir mati. Pada umumnya paritas yang tinggi(>3 kali) merupakan faktor
resiko bagi wanita/ibu untuk hamil dan melahirkan. Hal ini dijelaskan bahwa setiap
kehamilan akan menyebabkan kelainan pada uterus. Dan ideal seorang wanita /ibu untuk
hamil dan melahirkan adalah dua kali selama hidupnya karena masa tersebut secara biologis
dan pisikologis dalam keadaan sehat unutk menjalani proses kehamilan/persalianan.
(wiknjosastro H, 2006)
Pendidikan diartikan sebagai proses belajar yang ditempuh oleh seseorang untuk
meningkatkan kemampuan intelektual secara formal, karena tingkat pendidikan seseorang
akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi dengan demikian akan meningkatkan
motivasi untuk menunda atau membatasi kelahiran dan semakin mudah mencerna dan
mengerti informasi yang diperoleh khususnya masalah kontrasepsi.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian yakni mengetahui Gambaran Penggunaan Kontrasepsi
Implant pada PUS di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh Gambaran Tentang Penggunaan Kontrasepsi Implant pada PUS di
Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh imformasi tentang penggunaan kontrasepsi implant berdasarkan umur
b. Untuk memperoleh imformasi tentang penggunaan kontrasepsi implant berdasarkan paritas
c. Untuk memperoleh imformasi tentang penggunaan kontrasepsi implant berdasarkan tingkat
pendidikan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama untuk menambah wawasan
dalam hal mengetahui bagaimana Gambaran Tentang Penggunaan Kontrasepsi Implant
pada PUS di Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu serta menjadi suatu
kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh selama masa kuliah.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penilitian diharapkan sebagai masukan bagi pengelolah pelayanan KB khususnya di
Puskesmas Kedokanbunder Kabupaten Indramayu.