Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PENGELASAN


Mas Subentar¹, Qomariyatus Sholihah², Sulastni³
Abstrak
Pengaruh pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap perilaku pekerja konstruksi pengelasan di perusahaan CV. Javteg akan
menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Sektor konstruksi merupakan penyumbang tertinggi kasus
kecelakaan dan sakit akibat kerja di Banjarmasin, maraknya perbaikan kapal di Banjarmasin dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi bahaya dan risiko dominan apa saja yang terdapat pada proses perbaikan kapal serta
memberikan tindakan pencegahan dalam mereduksi risiko tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diidentifikasi melalui JSA (Job Safety
Analysis). Penyebaran kuisioner dilakukan untuk mendapat tanggapan mengenai paparan potensi bahaya yang teridentifikasi dari para expert di lapangan.
Penilaian risiko yang berkategori dominan diperingkat melalui konsep ALARP (As Low As Reasonably Practicable). Lokasi penelitian di perusahaan CV. JAVTEG
Banjarmasin pada bagian pengelasan. Populasi berjumlah 30 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sumber data yang digunakan
adalah primer dan skunder. Menggunakan skala likert, akan menunjukan tingkatan dari responden terhadap risiko yang teridentifikasi.
Hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 45 risiko dominan yang terdapat pada tahapan pekerjaan struktur antara lain 43 risiko yang tergolong
risiko tinggi (high risk) seperti : terkena manuver alat berat dan kendaraan, alat berat terjatuh karena tidak menggunakan safety harnes, tali seling Tower
Crane terputus/ terjerat pada pengoperasian, muatan jatuh dari Tower Crane sebanyak 2 risiko tergolong risiko sangat tinggi (extreme risk) yaitu : terkena
manuver alat swing Tower Crane melewati batas area proyek. Dalam meminimalkan dampak risiko K3 perlu dilakukan pengendalian risiko, evaluasi secara
periodik harian, mingguan, dan evaluasi bulanan, pertimbangan jarak aman sumber bahaya dari pekerja, pengaturan jam kerja, penetapan prosedur skenario
keadaan darurat dan instruksi kerja.
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Teridentifikasi sebanyak 275 jenis risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada proyek pengelasan yang teridentifikasi pada 3 tahapan pekerjaan yaitu, tahap pekerjaan persiapan sebanyak 32 jenis risiko
(12%), tahap pekerjaan struktur sebanyak 199 jenis risiko (72%), dan tahap pekerjaan pemotongan plat sebanyak 44 risiko (16%). Berdasarkan faktor risiko
teridentifikasi faktor manusia (people) sebesar 92 risiko (33%), faktor peralatan (equipment) sebesar 57 risiko (21%), faktor lingkungan kerja (environment)
sebesar 86 risiko (31%) dan faktor bahan (material) sebesar 40 risiko (15%). Terdapat 45 jenis risiko yang tergolong kategori dominan (major risk) antara lain
dipengaruhi oleh faktor manusia (people) sebanyak 13 jenis risiko (29%), faktor peralatan (equipment) sebanyak 14 risiko (31%), faktor lingkungan kerja
(environment) sebanyak 17 risiko (38%) dan faktor bahan (material) sebanyak 1 risiko (2%).

Kata Kunci: Pengetahuan K3, Perilaku Pekerja, Proyek Pengelasan, JSA, K3 Kontruksi

PENDAHULUAN terbakar, sesak nafas.


Pemakaian alat pelindung diri sering dianggap tidak penting Kecamatan Banjarmasin Barat merupakan salah satu
ataupun remeh oleh para pekerja, terutama pada pekerja yang kecamatan yang memiliki banyak usaha pengelasan yang tersebar di
bekerja pada sektor informal. Padahal penggunaan alat pelindung diri beberapa tempat.
(APD) ini sangatlah penting dan berpengaruh terhadap keselamatan Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh setiap kantor Desa
dan kesehatan kerja pekerja. atau Kelurahan masing-masing, usaha pengelasan mencapai 57 usaha.
Kepatuhan para pekerja dalam penggunaan alat pelindung Hasil survey pendahuluan pada pekerja pengelasan di kecamatan
diri tergolong masih rendah sehingga resiko terjadinya kecelakaan banjarmasin barat, dari 30 pekerja pengelasan semua pekerja tidak
kerja yang dapat membahayakan pekerja dalam bekerja cukup besar. memakai APD lengkap pada saat melakukan pekerjaanya, sehingga
dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja seperti luka
Angka kecelakaan kerja berdasarkan laporan International
bakar, tergores benda tajam, iritasi mata, mata berair dan sesak nafas.
Labour Organization (ILO) tahun 2010, di seluruh dunia terjadi lebih
dari 337 juta kecelakaan dalam pekerjaan per tahun. Setiap hari, 6.300 Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
orang meninggal karena kecelakaan kerja atau penyakit yang melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan keselamatan dan
berkaitan dengan pekerjaan. kesehatan kerja terhadap perilaku pekerja konstruksi pengelasan pada
perusahaan CV. Javteg Banjarmasin.
Berdasarkan data 5 tahun terakhir pada Kantor Wilayah
(Kanwil) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Banjarmasin METODE
diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah kasus kecelakaan kerja Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
21.966 atau 60 kasus tiap hari. Tahun 2009 jumlah kasus kecelakaan Penelitian dilakukan pada Proyek pengelasan kapal pada pelaksanaan
kerja menurun menjadi 19.086 atau 55 kasus tiap hari. Tetapi pada pekerjaan dari tahap persiapan sampai dengan tahap mekanikal
tahun 2010 terjadi peningkatan kembali menjadi 27.865 kasus atau 77 elektrikal. Populasi penelitian adalah karyawan cv. javteg daerah
kasus kecelakaan kerja setiap harinya. Tahun 2011 mengalami banjarmasin pada bagian pengelasan. Sampel penelitian meliputi 30
penurunan jumlah angka kecelakaan kerja menjadi 25.648 kasus atau responden.
71 kasus kecelakan kerja tiap harinya. Tahun 2012 jumlah angka Jenis dan Sumber Data
kecelakaan kerja semakin menurun menjadi 22.172 kasus atau 61
kasus kecelakaan kerja setiap harinya. Dapat disimpulkan bahwa a. Data Primer
angka kecelakaan kerja tetap tinggi setiap tahunnya meskipun angka Data primer berupa gambaran identifikasi potensi bahaya
kecelakaan kerja cenderung turun. melalui JSA (Job Safety Analysis) dan penilaian risiko Keselamatan
Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua dan Kesehatan Kerja (K3) yang akan diperoleh melalui survei di
potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, lapangan dengan teknik wawancara (interview) dan pengamatan
dengan atau tanpa tekanan. Selama proses itu berlangsung sering (observation) di area kerja proyek perbaikan kapal. Kemudian
menimbulkan bahaya-bahaya misalnya terpapar sinar las, debu, asap kuesioner dibagikan kepada para responden dan dipandu pada
las, dan luka bakar. Untuk menghindari hal tersebut salah satu upaya saat pengisiannya, sehingga diperoleh penilaian risiko (risk
pencegahan bahaya industri pengelasan yaitu dengan menggunakan assesment) terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
APD dikarenakan lebih efektif. Akibat yang ditimbulkan dari pekerja meliputi frekuensi dan konsekuensi.
pengelasan yang tidak menggunakan APD antara lain dapat b. Data Sekunder
menyebabkan iritasi mata, mata berair, kulit wajah terkelupas, tangan
Data sekunder berupa studi literatur, buku, papers, media
online dan laporan yang diperoleh dari penelitian-penelitian Teridentifikasi sebanyak 92 risiko (33%) bersumber pada manusia
terdahulu sejenis. Data yang akan ditinjau pada proyek (people), 57 risiko (21%) bersumber pada peralatan (equipment), 40
konstruksi seperti : risiko (15%) bersumber pada bahan (material), dan 86 risiko (31%)
1) Gambar Kerja, 2) Bill of Quantity 3) Daftar Alat 4) Struktur bersumber dari lingkungan (environtment).
Unit K3 dikaji untuk mendapatkan identifikasi risiko.

Populasi dan Teknik Sampling


Populasi dalam metode penelitian ini diartikan sebagai
penyebutan sekelompok objek yang akan menjadi sasaran dari
penelitian. Populasi penelitian ini merupakan orang-orang yang
terlibat langsung pada proyek tempat penelitian. Environtment
21% 31%
Penelitian menggunakan teknik purposive sampling adalah
pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria penilaian pada 15% People
kemampuan dan pengetahuan responden yang diyakini dapat 33% Material
memberikan jawaban sesuai dengan topik penelitian.
Penentuan Skala Penilaian Equipment
Penilaian dilakukan terhadap tingkat penilaian responden,
dengan menggunakan skala likert, akan menunjukan tingkatan dari
responden terhadap risiko yang teridentifikasi.
Instrumen Penelitian Grafik 4.2 Presentase jumlah risiko berdasarkan
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan serta sumber risiko
mengolah informasi yang diperoleh dari para responden dengan
menggunakan pola ukur ketepatan yang sama.
Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian
Uji Validitas Konstruk dan Realibilitas Alpha Cronbach Sampel yang digunakan untuk uji validitas adalah 20 sampel responden
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada dengan taraf signifikan 5%. Terdapat 4 faktor variabel yang dinyatakan
pernyataan-pernyataan pada instrumen dalam hal ini kuesioner yang tidak valid pada uji validitas dan realibilitas frekuensi, dengan nilai
diganti karena dianggap tidak valid dari masing-masing pernyataan korelasi terkecil 0,121 dan terbesar 0,966 dengan nilai uji realibilitas
dengan skor total Sugiyono (2010). 0,998. Variabel yang tidak valid akan digantikan sehingga tetap dapat
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana digunakan, sedangkan pada uji validitas dan realibilitas konsekuensi
hasil pengukuran tetap konsisten, apakah responden yang sama akan didapat nilai korelasi terkecil 0,608 dan terbesar 0,746 dengan nilai uji
menghasilkan data yang konsisten atau sama pada waktu yang realibilitas 0,995 maka dinyatakan valid dan reliabel, dengan nilai Alpha
berbeda. Dengan kata lain, reliabilitas mencirikan tingkat konsistensi. Cronbach ≥ 0,6.
Uji reliabilitas kuesioner dilakukan menggunakan metode Alpha
Cronbach, Sampel yang diambil berjumlah sebanyak 20 responden Analisis Risiko
dari total 23 kuisioner yang disebarkan untuk menguji validitas dan Nilai modus yang diterima melalui kuisioner dapat mewakili
relliabilitas dilakukan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS representasi terhadap responden. Dari modus jawaban responden
20. Untuk uji validitas r hitung > r Tabel maka dinyatakan valid. Nilai r terhadap frekuensi (likelihood) dan konsekuensi (consequence)
Tabel untuk N= 20 adalah 0,444. Jika r hitung < r Tabel maka besarnya risiko merupakan hasil kali antara frekuensi dan konsekuensi
dinyatakan tidak valid sedangkan untuk uji reliabilitas diukur dengan (risk= likelihood x consequences).
skala 0 sampai 1. Nilai Alpha mendekati 1 menunjukan realibilitas
atau alat ukur mendekati akurat Sugiyono (2010). Evaluasi Risiko
Pengevaluasian peringkat risiko dilakukan melalui ALARP (As Low As
Reasonably Practicable). Dengan memasukan nilai besarnya risiko K3
HASIL DAN PEMBAHASAN maka dapat ditentukan peringkat risiko K3 dalam pelaksanaan
Pengumpulan Data pekerjaan tersebut. Terdapat 143 jenis risiko (48%) tergolong risiko
rendah (low risk), 98 jenis risiko (35%) tergolong sedang (medium risk),
Data yang diperoleh dari JSA (Job Safety Analysis) ini bertujuan untuk
43 jenis risiko (16%) tergolong risiko tinggi (high risk), dan 2 jenis risiko
mengidentifikasi risiko dari setiap aktivitas pekerjaan yang dilakukan
(1%) tergolong risiko sangat tinggi (extreme risk).
dari tahapan Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Struktur, dan Pekerjaan
Pemotogan Plat yang berpotensi terhadap timbulnya bahaya dalam
pelaksanaannya, dari tahapan tersebut dapat diidentifikasi risiko/ 1%
potensi bahaya yang terjadi pada setiap aktivitas yang ada pada
masing-masing tahapan. Secara keseluruhan teridentifikasi total 16% Rendah
48%
sebanyak 275 risiko yang masing-masing terdapat 32 risiko (12%) dari Sedang
Pekerjaan Persiapan, 199 risiko (72%) dari Pemotongan Plat, dan 44 35%
risiko (16%) dari Pekerjaan Pemotongan Plat. Tinggi
Sangat Tinggi
Pekerjaan
Persiapan
16%
12% Pemotongan Grafik 4.3 Presentase peringkat risiko berdasarkan
Plat kategori risiko
72%
Pekerjaan
Terdapat sebanyak 45 macam risiko yang termasuk kategori dominan
Struktur (major risk) yaitu risiko dengan tingkat kategori tinggi (high risk) dan
risiko dengan tingkat kategori sangat tinggi (extreme risk). Faktor
lingkungan (environment) cenderung berkontribusi paling besar sebagai
Grafik 4.1 Presentase jumlah risiko pada setiap penyebab kecelakaan pada pelaksanaan proyek yaitu sebesar 38%,
faktor peralatan (equipment) sebesar 31%, manusia (people) sebesar
aktivitas pekerjaan 29%, dan bahan (material) sebesar 2%.
blication/315809147_Effect_of_Household_Life_Behavior_to_Cle
an_and_Healthy_Life_in_District_Marabahan_Barito_Kuala/links/
58e75613aca27222a03f9819/Effect-of-Household-Life-Behavior-
Environtment to-Clean-and-Healthy-Life-in-District-Marabahan-Barito-
24% 42% Kuala.pdf, diakses tanggal 09 Desember 2017)
2% People 6. Adityanto, B. & Irawan, S. 2012. Manajemen Risiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Struktur Bawah dan
32% Material Struktur Atas Gedung Bertingkat. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro
Equipment 7. AS/NZS 4360 2004. The Australian And New Zealand Standard
on Risk Management. Broadleaf Capital International Pty. NSW
Australia
8. Andhika, S. K. 2013. Perbandingan Tingkat Kinerja Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Sebelum dan Sesudah Penerapan OHSAS
Grafik 4.4 Presentase risiko dominan berdasarkan
18001 Di PT.PHARPOS, Tbk. Jurnal.Volume 10, Nomor 2, Juli,
sumber risiko Tahun 2013, Halaman 99-120. Semarang: Universitas
Diponegoro
Melalui metode pengendalian risiko berdasarkan sumber risiko yang 9. Bennet, N.B & Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan
ada, pekerja diharapkan dapat mengenali potensi bahaya melalui Kesehatan Kerja. PT. Binaan PustakaPresindo. Jakarta
sumbernya sehingga pekerja termotivasi untuk melakukan kegiatan 10. Bhardwaj, J. R. 2010. Industrial Disaster Risk Management
Training Modules. Bhopal Available from: http://www.hrdp-idrm.in
pekerjaan dengan keadaan sehat dan aman. 11. Bird, F.E. and Germain, George L. 1985. Practica Loss Control
Leadership, Institute publishing, Loganville, GA. U.S.A. Colling,
KESIMPULAN DAN SARAN A.D. 1990. Industrial Safety Management and Technology.
Prentice Hall.
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat 12. Djoko.S. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
diambil kesimpulan bahwa Teridentifikasi sebanyak 275 jenis risiko Kerja Proyek (Project Safety & Health Management).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek pengelasan yang Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
teridentifikasi pada 3 tahapan pekerjaan yaitu, tahap pekerjaan 13. Depnakertrans Jatim. 2014. Tinjauan Filsafat dan Perspektif K3
Era Kekinian. Avaible from URL:
persiapan sebanyak 32 jenis risiko (12%), tahap pekerjaan struktur
http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/disnak
sebanyak 199 jenis risiko (72%), dan tahap pekerjaan pemotongan erlama/index.php?option=com_content&view
plat sebanyak 44 risiko (16%). Berdasarkan faktor risiko teridentifikasi =article&id=649:tinjauan-filsafat-danperspektif- k3-era-kekinian
faktor manusia (people) sebesar 92 risiko (33%), faktor peralatan 14. Flanagan, R.N. 1993. Risk Management and Construction.
(equipment) sebesar 57 risiko (21%), faktor lingkungan kerja Blackwell Science. London Godfrey, P. 1996. A Guide to
(environment) sebesar 86 risiko (31%) dan faktor bahan (material) Systematic Management of Risk from Construction. CIRIA.
sebesar 40 risiko (15%). Terdapat 45 jenis risiko yang tergolong London.
kategori dominan (major risk) antara lain dipengaruhi oleh faktor 15. Heinrich, H.W. 1931. Industrial Accident Prevention, A Scientific
Approach. McGraw-Hill Book Company Inc. New York
manusia (people) sebanyak 13 jenis risiko (29%), faktor peralatan
16. Ibrahim, J. K. 2011. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan
(equipment) sebanyak 14 risiko (31%), faktor lingkungan kerja Kesehatan Kerja Karyawan PT. BITRATEX INDUSTRIES.
(environment) sebanyak 17 risiko (38%) dan faktor bahan (material) Skripsi.Semarang: Universitas Diponegoro.
sebanyak 1 risiko (2%) . 17. Juliansyah. N. 2011. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada
Disarankan agar perusahaan menguupayakan peningkatan Media. Jakarta
rasa aman dalam bekerja pada proyek konstruksi diperlukannya 18. Khurnia, K. A. P. 2012. “Identifikasi dan Analisis Risiko
evaluasi yang bersifat rutin untuk selalu mengingatkan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Area Produksi di PT.
bekerja dalam keadaan sehat dan aman seperti melakukan siklus SIERAD PRODUCE,Tbk”. Skripsi. Departemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok:
aktivitas penanganan K3 secara periodik harian, mingguan, dan Universitas Indonesia
evaluasi bulanan dapat dimulai dari kelompok-kelompok kecil pekerja 19. Puspita, I. 2012. Statistik Deskriptif. (makalah online) April 11.
yang menangani pekerjaan sejenis, dipimpin langsung oleh kepala Avaible from : http://www.scribd.com/doc/88868567/STATISTIK-
grup kerja. DESKRIPTIF#scribd Runtu, D. 2016. “K3 Jangan Jadi Beban”.
Tokoh, 11 – 17 Januari, Edisi 883 hal: 23
UCAPAN TERIMA KASIH 20. Soehatman, R. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. OHSAS 18001. Dian Rakyat, Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan 21. Sucita, I. K. & Broto, A. B. 2011. Identifikasi dan Penanganan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada perusahaan CV JAVTEG, Risiko K3 Pada Proyek Konstruksi Gedung. Jurnal.VOL.10, NO.
1,Januari 2011. Jakarta.
yang telah banyak berkontribusi kepada penulis, baik dalam 22. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. R&D
pemberian data penunjang untuk penyelesaian Jurnal ini, maupun Alfabeta. Bandung
dalam hal berbagi pengalaman dan informasi. Ucapan terima kasih 23. Winjani, D. 2010. “Analisis Kualitatif Hubungan Antara Hasil
juga penulis ucapkan kepada kampus Universitas Islam Kalimantan Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Kejadian Kecelakaan
(UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari Kerja yang Telah Terjadi pada Pekerja di Unit Shredder Facility
PT HOLCIM INDONESIA Tbk”. Skripsi. Program Studi
Referensi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
1. Sholihah Qomariatus & Hanafi Satria Aprizal 2016. Buku Ajar Kesehatan. Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidyattulah.
Manajemen Epidemiologi Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 24. Wiyasa, W. 2014. Manajemen Risiko Keselamatan Dan
Banjarmasin : Lambung Mangkurat University Press. Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ciputra World
2. Sholihah Qomariyatus 2013,. Ergonomi dan Keselamatan Kerja Jakarta
Di Industri. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
(UAP)
3. Vidhi Thakkar, 2017. Public Spending on Health Service and
Policy Research in Canada, the United Kingdom, and the
United States: A Modest Proposal 1948-2015. International
Jounrnal of Health Policy and Management; (online),
(http://ijhpm.com/article_3419.html, diakses tanggal 7 Oktober
2017).
4. Sholihah Qomariatus, 2008. Pajanan Debu Batubara Dan
Gangguan Pernafasan Pada Pekerja Lapangan Tambang
Batubara;(www.journal.unair.ac.id/filerPDF/1.Debu%20batubar
a_Qoqom.pdf, diakses tanggal 09 Desember 2017)
5. Sholihah Qomariatus, 2014. Effect of Household Life Behaviour
to Clean an Healty Life in District Marabahan, Barito Kuala;
(https://www.researchgate.net/profile/Qomariyatus_Sholihah/pu

Anda mungkin juga menyukai