Nurul Qhamariah Gagal Ginjal
Nurul Qhamariah Gagal Ginjal
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel (tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit), sehingga
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil. Itu merupakan proses
normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia. Namun hal ini tidak menyebabkan
kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang dapat ditolerir
ginjal dan tubuh. Tetapi karena berbagai sebab, dapat terjadi kelainan di mana penurunan fungsi
ginjal terjadi secara progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat.
Kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (Colvy, 2010).
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel dari berbagai penyebab :
e. Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
h. Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis retroperitoneal)
dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital apada
leher kandung kemih dan uretra).
Berikut ini tahap-tahap perkembangan penyakit gagal ginjal kronik menurut Muhammad
(2012), yaitu:
a. Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40-75%)
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
4) pasien asimtomatik
Tahap ini merupakan tahap perkembangan penyakit ginjal yang paling ringan, karena faal
ginjal masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu, penderita juga belum merasakan gejala apapun.
Bahkan, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa faal ginjal masih berada dalam
batas normal.
Selain itu, kreatinin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) masih berada dalam batas
normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal baru diketahui setelah pasien diberi
beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih dalam waktu lama atau melalui tes GFR
dengan teliti.
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
Pada tahap ini, penderita masih dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa, walaupun daya
dan konsentrasi ginjal menurun. Pengobatan harus dilakukan dengan cepat untuk mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, dan gangguan jantung. Selain itu, penderita juga harus
diberi obat untuk mencegah gangguan faal ginjal. Apabila langkah-langkah ini dilakukan dengan
cepat dan tepat, perkembangan penyakit ginjal yang lebih berat pun dapat dicegah.
Pada stadium ini, lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak. Selain itu, kadar
BUN dan kreatinin serum juga mulai meningkat melampaui batas normal.
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
6) oliguria, dan
Pada stadium akhir, kurang lebih 90% massa nefron telah hancur. Nilai GFR 10% di bawah
batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan kurang dari jumlah tersebut.
Selain itu, peningkatan kreatinin serum dan kadar BUN juga meningkat secara mencolok.
Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita tidak sanggup mempertahankan homeostatis
cairan dan elektrolit didalam tubuh. Biasanya, penderita menjadi oliguri (pengeluaran kemih
kurang dari 500ml/hari karena kegagalan glomerulus). Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
harus mendapatkan pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa awalnya penderita penyakit gagal ginjal
tidak menunjukan gejala apapun. Kemudian, penyakit ini berkembang secara perlahan-lahan.
Kelainan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Pada tahap ringan
dan sedang, penderita penyakit gagal ginjal kronik masih menunjukan gejala-gejala ringan,
meskipun terjadi peningkatan urea didalam darahnya.
Pada stadium ini, ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sehingga volume air kemih
bertambah. Oleh karena itu, penderita mengalami nokturia (sering berkemih pada malam hari).
Selain itu, penderita juga mengalami tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang
kelebihan garam dan air. Hal inilah yang memicu penyakit stroke atau gagal jantung.
Lambat laun, limbah metabolik yang tertimbun didalam darah semakin banyak. Maka,
penderita menunjukan berbagai macam gejala, seperti mudah lelah, letih, kurang siaga, kedutan
otot, kelemahan otot, kram, anggota gerak seperti tertusuk jarum, dan hilangnya rasa pada
daerah-daerah tertentu. Selain itu, nafsu makan penderita menurun, merasa mual dan muntah,
terjadi peradangan pada lapisan mulut (stomatitis), rasa tidak enak dimulut, dan penderita
mengalami penurunan berat badan dan malnutrisi. Apabila tekanan darah tinggi, penderita akan
kejang. Dan kelainan kimia darah menyebabkan kelainan fungsi otak penderita (Muhammad,
2012).
D. Patofisiologi
Fungsi ginjal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah,
sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine
tampung 24 jam yang menunjukan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi
dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah
dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk (Nursalam
dan Fransisca, 2008).
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H⁺) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men sekresi ammonia dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain
terjadi (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menhasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin
menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan sesak napas
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Menurut Muhammad (2012), manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus
seperti ammonia dan metal gaunidin, serta sembabnya mukosa .
2) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri di
mulut menjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia.
3) Ensefalopati metabolik
Klien tampak lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus, kejang.
4) Miopati
Klien tampak mengalami kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas
proximal.
d. Sistem kardiovaskular
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit, dan klasifikasi
metastatik
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual/libido; fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki serta gangguan
menstruasi pada wanita.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menetapkan adanya GGK, menentukan ada tidaknya
kegawatan, menentukan derajat GGK, menetapkan gangguan sistem, dan membantu menetapkan
etologi. Dalam menentukan ada atau tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal ginjal perlu diuji.
Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi glomerulus. Disamping
diagnosis GGK secara faal dengan tingkatanya, dalam rangka diagnosis juga ditinjau factor
penyebab (etiologi) dan faktor pemburukanya. Kedua hal ini disamping perlu untuk kelengkapan
diagnosis, juga berguna untuk pengobatan.
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis (misalnya voltase
rendah), aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia).
c. Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem,
pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari adanya factor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena batu atau masa tumor, juga
untuk menilai apakah proses sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai oleh karena
non-infasif, tak memerlukan persiapan apapun.
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan
besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto polos yang disertai tomogram memberi
keterangan yang lebih baik.
Pada GGK lanjut tak bermanfaat lagi oleh karena ginjal tak dapat memerlukan kontras dan pada
GGK ringan mempunyai resiko penurunan faal ginjal lebih berat, terutama pada usia lanjut,
diabetes melitus, dan nefropati asam urat. Saat ini sudah jarang dilakukan pada GGK. Dapat
dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter.
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura,
kardiomegali dan efusi pericardial. Tak jarang ditemukan juga infeksi spesifik oleh karena
imunitas tubuh yang menurun.
Menurut Colvy (2010), Penanganan dan pengobatan penyakit gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
a. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara mencangkokkan sebuah ginjal sehat
yang diperoleh dari donor. ginjal yang dicangkokkan ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi
ginjal yang sudah rusak. Orang yang menjadi donor harus memiliki karakteristik yang sama
dengan penderita. Kesamaan ini meliputi golongan darah termasuk resus darahnya, orang yang
baik menjadi donor biasanya adalah keluarga dekat. Namun donor juga bisa diperoleh dari orang
lain yang memiliki karakteristik yang sama. Dalam proses pencangkokkan kadang kala kedua
ginjal lama, tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang kecuali jika ginjal lama ini
menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi. Namun, transplantasi ginjal tidak
dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik. Individu dengan kondisi seperti
kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskuler (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan
untuk menerima transplantasi ginjal. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya kegagalan
transplantasi yang cukup tinggi. Transplantasi ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal
dicangkokkan dapat bekerja sebagai penyaring darah sebagaimana layaknya ginjal sehat dan
pasien tidak lagi memerlukan terapi cuci darah.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang bertujuan untuk
menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh.
Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga
tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi.
Selama ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi
sebagai ginjal buatan. Pada prose ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin
dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan
ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai
dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan membran
peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk
dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
c. Obat-obatan
1) Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan pengeluaran urin. Obat ini
membantu pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat membantu
munurunkan tekanan darah.
2) Obat antihipertensi untuk mempertahankan agar tekanan darah tetap dalam batas normal
dan dengan demikian akan memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh
tingginya tekanan darah.
3) Eritropoietin
Gagal ginjal juga menyebabkan penderita mengalami anemia. Hal ini terjadi karena salah satu
fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo) terhambat. Hormon ini bekerja
merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah. Kerusakan fungsi ginjal
menyebabkan produksi hormon Epo mengalami penurunan sehingga pembentukan sel darah
merah menjadi tidak normal, kondisi ini menimbulkan anemia (kekurangan darah). Oleh karena
itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh PGK. Epo biasanyan
diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali seminggu.
4) Zat besi
Anemia juga disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi. Pada penderita gagal ginjal konsumsi
zat besi (Ferrous Sulphate) menjadi sangat penting. Zat besi membantu mengtasi anemia.
Suplemen zat besi biasanya diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi (disuntik).
Pada penderita gagal ginjal kronik, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya kadar
fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral ini,
diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan kalsium.
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggal pengkajian :
No. Med. Rec :
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia, anoreksia,
tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian
yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan (Lismidar, 2005).
a. Aktivitas/istirahat.
b. Sirkulasi.
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak,
tangan.
Distritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Perasaan yang tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut). Abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria,
dapat menjadi anuria.
e. Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan
ammonia).
f. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah” bebas
rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Penurunan DTR.
Tanda chvostek dan trosseau positif, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang,
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari).
Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum kental
dan banyak.
h. Keamanan.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritis.
Fraktur tulang; deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan
lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
i. Seksualitas.
Interaksi sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.
j. Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit polikistik, nefritis,
herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
Kriteria :
3. Tekanan darah dalam batas ketentuan (140/90 mmHg) dan elektrolit K, Ca, Mg, Fosfat, Na
pada batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji adanya edema a. Merupakan tanda-tanda lethargi cairan yang
dengan distensi vena menambah kerja dari jantung dan menuju edema
jugolaris, dispnea, pulmoner dan gagal jantung.
tachikardi, peningkatan
tekanan darah crakles pada
auskultasi.
b. Kaji kelemahan otot tidak b. Tanda-tanda hipernatremia dihasilkan dari tanda
adanya reflek tendon fungsi tubular ginjal.
dalam, kram abdomen
dengan diare, tidak
teraturnya nadi.
c. Kaji kelemahan,
c. Tanda-tanda hipertermia dihasilkan dari
kelelahan, penurunan
ketidakmampuan nefron untuk memfiltrasi keluar
reflek tendon
Na.
d. Kaji kram otot, kaku atau
d. Tanda-tanda hipokalsemia dihasilkan dari
gatal-gatal jari, ibu jari,
ketidakmampuan ginjal untuk memetabolisme
perubahan dalam 10 hari.
vitamin D diperlukan aibsorps Ca dari intestinum.
e. Kaji kram otot parastesia
e. Tanda-tanda hipokalsemia dihasilkan dari
f. Kaji nausea, muntah, ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan
hipotensi, bradikardi dan fosfat.
perubahan reflek tendon
f. Tanda-tanda dari hipermagnesia di hasilkan dari
dalam ketidakmampuan untuk mengeluarkan
g. Monitor intake dan output magnesium.
setiap 4-8 jam dengan
memperhatikan output di
bawah 30 ml/jam b. Gangguan
h. Monitor tanda-tanda vital g. Ketentuan batas cairan jika terjadi oliguri. pemenuhan
setiap 4 jam untuk kebutuhan
meningkatkan tekanan
nutrisi
darah
berhubungan
i. Monitor BUN, kreatinin,
dengan ureum
asam urat
h. Tanda-tanda peningkatan elektrolit pada saliva
j. Monitor urinalisasi
sampai hematuria, mulut/peningka
penurunan kreatinin tan asam gastrin
clerence, ekskesi Tujuan :
elektrolit, penurunan gaya Kebutuhan
berat khas dan ketidak i. Fungsi ginjal diketahui dan peningkatan BUN
normalan lainnya. nutrisi
lebih dari 25 mg/dl dan kreatiniin lebih dari 1,5
mg/dl. adekuat
k. Monitor elektrolit untuk
K, Na, Ca, Mg dan P j. Ketentuan kemampuan ginjal untuk dalam batas
tingkatkan. mengkonsentrasi urine ekskresi elekrolit dan normal
l. Kolaborasi pemberian kerusakan pada ginjal. Kriteria :
obat diuretik, HCT 1. Hilangnya
anoreksia
2. Hilangnya mual
dan muntah
3. Intake 2000
kalori perhari
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji anoreksia, nausea a. Merupakan tanda dan gejala dari peningkatan
dan muntah azotemia.
b. Kaji penerimaan b. Penurunan intake nutrisi akan mengubah
ketidaksukaan diet kebutuhan nutrisi
pembatasan protein. c. Bertugas untuk mengurangi muntah dengan
c. Kolaborasi pemberian menambah asam gastrin
obat anti emetik d. Melengkapi dukungan pembatasan diet
(metociropmid)
d. Kolaborasi pemberian e. Protein ditentukan dengan kegagalan ginjal dan
multivitamin tingkat BUN: karbohidrat untuk mencegah lemak
untuk menghancurkan katabolisme jaringan
f. Peningkatan merupakan indikasi ketidakadekutan
e. Batasi protein 20-60 gram intake nutrisi.
perhari, intake karbohidratg. Informasi peningkatan keluhan, makan sedikit
100 gram perhari 2000 tapi sering mengurangi nausea
kalori perhari keseluruhan
intake. h. Iritasi stomatistik meningkatkan nausea
f. Kaji berat badan perhari i. Protein komplek mengandung seluruh asam
dengan (pakaian, waktu amino
skala yang sama)
g. Beri informasi alasan
untuk pembatasan protein
dan bagaimana
memantang makanan
selama 24 jam.
h. Hindari minum berkafein,
juice makanan
panas/berbau
i. Berikan intake ayam, ikan
sebagai sumber protein.
c. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan produksi eritrosit menurun
Tujuan : Kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat terpenuhi
Kriteria :kontinuitas partisipasi ADL, mengemukakan kemampuan untuk memelihara tingkat
energi, hilangnya komplikasi.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi, a. Merupakan data dasar terhadap
pola aktivitas kemampuan dalam ADL kemampuan beraktivitas dan untuk
keadaan bedrest tindakan berikutnya.
b. Kaji perubahan tekanan darah dan polab. Peningkatan yang cepat indikasi
selama aktivitas terhadap aktivitas
c. Kaji kelemahan dyspnoe, pucat dan c. Tanda dan gejala anemia dengan
pusing penurunan produksi eritropoetin
d. Kaji perdarahan dari gusi, luapan yang menstimulasi produksi.
menstruasi berat saluran d. Hasil dan penurunan fungsi
gastrointestinal. penurunan
e. Monitor jumlah darah merah,
hematokrit, hemoglobin, jumlah platelete. Penurunan merupakan indikasi
RBC kurang dari 6 juta Hct kurang dari suspek anemia, kehilangan darah.
20% Hgb kurang dari 10 g/dl
f. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
INTERVENSI RASIONAL
a. Lakukan aktivitas yang cukup a. Membantu dalam melancarkan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk bolus dan feacese untuk keluar
pemberian nutrisi yang tinggi serat b. Dapat membant dalam usus
dan dapat melembabakan feacese
c. Kolaborasi dengan dokter
yang keras
pemberian laksative
c. Dapat membantu melembabkan
feacese
h. Kurang perawatan diri berhubungan dengna intoleren aktivitas
Tujuan : perawatan diri terpenuhi
Kriteria :
1. Berpartisipasi pada aktivitas sehari-hari
2. Personal hygiene terjaga
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan kemampuan pasien untuk a. Kondisi dasar akan menentukan
berpartisipasi dalam aktivitas tingkat kekurangan/kebutuhan.
perawatan diri.
b. Berikan dengan aktivitas yang b.
Memenuhi kebutuhan dengan
diperlukan. mendukun partisipasi dan
c. Dorong dan gunakan tehnik kemandirian pasien
penghematan energi, contoh duduk c.Menghemat energi, menurunkan
tidak berdiri; mandi duduk; kelelahan dan meningkatkan
melakukan tugas dalam peningkatan kemampuan pasien untuk
bertahap. melakukan tugas.
d. Pendekatan yang tenang
d. Jadwalkan aktivitas yang menurunkan frustasi,
memungkinkan pasien cukup waktu meningkatkan partisipasi pasien,
untuk menyelesaikan tugas pada meningkatkan harga diri.
kemampuan paling baik
i. Cedera, resiko tinggi terhadap (profil darah abnormal) penekanan produksi/sekresi eritroetin berhubungan dengan
penurunan produksi,gangguan faktor pembekuan; peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan : Tidak mengalami tanda/perdarahan
Kriteria : Klien dapat mempertahankan/menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
INTERVENSI RASIONAL
a. Perhatikan keluhan peningkatan a. Dapat menunjukkan anemia dan
kelelahan, kelemahan. Observasi respon jantung untuk
takikadi, kulit/membran mucosa mempertahankan aksigen sel.
pucat, dispnea dan nyeri dada.
Rencanakan aktivitas pasien untuk
menghindari kelelahan.
b. Awasi tingkat kesadaran dan
prilaku b. Anemia dapat menyebabkan
hipoksia serebral dengan perubahan
mental, orientasi dan respon
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas, prilaku.
kemampuan untuk melakukan c. Anemia menurunkan oksigenasi
tugas. Bantu sesuai kebutuhan dan jaringan dan meningkatkan
buat jadwal untuk istirahat. kelelahan sehingga memerlukan
intervensi, perubahan aktivitas dan
d. Batasi contoh vaskuler, istirahat.
kombinasikan tes laboratium bila
mungkin. d. Pengambilan contoh darah
berulang/kelebihan dapat
e. Observasi perdarahan terus memperburuk anemia
menerus dari tempat penusukan,
perdarahan/area ekimosis karena e. Pedarahan dapat terjadi dengan
trauma kecil, petekie; mudah karena kerapuhan
pembengkakan sendi atau kapiler/gangguan pembekuan dan
membran mucosa, contoh dapat memperburuk anemia
perdarahan gusi, epitaksis
berulang, hematemesis, melena dan
urine merah/berkabut.
f. Hematemesis sekresi GI/darah
feces f. Stres dan abnormalitas hemostatik
dapat mengakibatkan perdarahan GI
g. Berikan sikat gigi halus, pencukur g. Menurunkan resiko perdarahan /
elektrik; gunakan jarum kecil bila pembentukan hematoma.
mungkin dan lakukan penekanan
lebih lama seteleah
menyuntikan/penyusunan vaskular.
j. Gangguan kebutuhan sexual berhubungan dengan gagal ginjal kronik
Tujuan : Kebutuhan sexual terpenuhi
Kriteria :
1. Klien dapat mengidentifikasi keterbatasan seksual yang disebabkan oleh masalah kesehatan (GGK)
2. Klien dapat mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap keterbatasannya
3. Melaporkan adanya kepuasan dalam aktivitas seksual.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji faktor penyebab dan a. Untuk mengetahui tindakan apa
penunjang yang dapat dilakukan sesuai kondisi
pasien.
b. Hilangkan atau kurangi faktor- b. Untuk mengurangi masalah
faktor penyebab bila mungkin
c. Berikan informasi yang tepat padac. Keterangan dibutuhkan oleh klien
pasien dan pasangan tentang dan pasangan bahwa penyakitnya
keterbatasan fungsi seksual yang (GGK) dapat menyebabkan
disebabkan oleh keadan penyakit gangguan seksual agar klien dan
d. Ajarkan modifikasi yang mungkin pasangan tidak cemas
dalam kegiatan menyesuaikan d. Untuk mengurangi kelemahan dan
dengan keterbatasan akibat sakit kepuasan seksual tetap terpenuhi
e. Berikan tujuan sesuai indikasi e. Terapi medis dapat membantu
kebutuhan akan seksual.