Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap,
atau adat-istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan di wariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur adalah juga merupakan
kumpulan dari keyakinan, praktik, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, normal,
adat-istiadat, ritual yang dipelajari dari keluarga selama sosialisasi bertahun-
tahun. Banyak keyakinan, pikiran, dan tindakan masyarakat, baik yang disadari
maupun yang tidak disadari, ditentukan oleh latar belakang budaya
(Spector,1991).
Perbedaan adalah sesuatu yang alami dan wajar. Dalam setiap suku
bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda. Selain itu masing-masing suku
juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar taat
dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Dalam hal ini keluarga
merupakan sarana pewarisan bagi individu. Keluarga adalah kelompok
perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai budaya kepada anak-anak.
Keluarga merupakan sarana pewarisan budaya bagi individu, seperti cara-cara
pelamaran (menuju pernikahan), hukum perkawinan/pola adat menetap, dan
sistem kekerabatan.
Keluarga dalam pelaksanaan tugas-tugas kesehatan tidak terlepas dari
pengaruh suatu kebudayaan yang dianut lingkungan sekitarnya, dimana tingkah
laku sakit yang didefinisikan sebagai cara dimana gejala-gejala dari suatu
penyakit ditanggapi dan diperankan oleh seseorang individu yang mengalami
sakit dipengaruhi oleh faktor perbedaan suku bangsa dan budaya.
Keluarga merupakan konteks sosial primer untuk promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit (Potter & Perry, 2009). Keluarga bertindak sebagai
yang pertama sekali mengenal adanya gangguan kesehatan pada salah satu
anggota keluarga. Masalah kesehatan dalam keluarga dapat diatasi jika keluarga
dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, yaitu sesuai dengan
fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai lima tugas dibidang

1
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan (Suryanto, 2008). Seorang
individu dalam pelaksanaan tugas-tugas kesehatan keluarga tentunya tidak
terlepas dari pengaruh suatu kebudayaan yang dianut lingkungan sekitarnya.
Seperti yang ditekankan oleh Anderson dan Foster (2008), tingkah laku sakit
yang didefinisikan sebagai cara dimana gejala-gejala dari suatu penyakit
ditanggapi dan diperankan oleh seseorang individu yang mengalami sakit
dipengaruhi oleh faktor perbedaan suku bangsa dan budaya. Konsep sehat dan
sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor
lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan
lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian
tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan
baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Definisi sakit, seseorang
dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan
kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi
bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap
tidak sakit. Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan
tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan antara lain:
lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku,
keturunan, dan pelayanan kesehatan. Selanjutnya Blum juga
menjelaskan,bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi
status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari
banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka
ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia
yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan beranekaragam budaya,
menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam
perilaku kesehatan.

2
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika,
dan sebagainya. Dalam praktik sehari-hari, perawat memberikan peawatan
kepada pasien dan keluarga yang mewakili kominitas global kita. Dengan
masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam,perlu
sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang
optimal, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada masalah
ini adalah “ Bagaimana keragaman budaya dalam kelurga?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum pada keragaman budaya dalam keluarga
adalah mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menganalisis
tentang keragaman budaya dalam keluarga serta mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan mamahami definisi kebudayaan
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami budaya Jawa
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami budaya Minangkabau
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami budaya Batak
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami budaya Melayu
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami budaya Tionghoa
D. Metode Penulisan
Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu antara lain:
1. Metode Perpustakaan
Yaitu mengambil beberapa referensi terkait keragaman budaya dalam
keluarga dengan buku-buku seperti: Keperawatan komunitas pengkajian

3
intervensi dan penyuluhan, keperawatan komunitas teori dan praktik,
asuahan keperwatan keluarga dengan pendekatan transcultural.
2. Metode IT
Yaitu mengambil beberapa referensi terkait askep keragaman budaya dalam
keluarga menggunakan media internet.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Makalah Keragaman Budaya Dalam
Keluarga ini terdiri dari 3 bab, yang mana dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah keragaman
budaya dalam keluarga yang berisikan : Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Bab yang berisi tentang isi dari makalah yang terdiri dari : Definisi
kebudayaan, Budaya Jawa, Budaya Minangkabau, Budaya Batak,
Budaya Melayu, Budaya Tionghoa.
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir
pembicaraan. Dengan kata lain, kesimpulan adalah hasil dari suatu
pembicaraan.
2. Saran
Pendapat, usul, anjuran yang dikemukakan untuk dipertimbangkan.
Saran dikemukakan agar terjadi perbaikan atau peningkatan dari
keadaan semula.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan diartikan
sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedang dalam bahasa
Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang berasal dari bahasa
Latin “colere”, yaitu mengolah , mengerjakan tanah , membalik tanah atau
diartikan bertani. Definisi kebudayaan menurut beberapa ahli:
1. Ralph Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari,
yang unsur-unsur penentunya dimiliki bersama dan dilanjutkan oleh
anggota masyarakat tertentu
2. E.B Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang komplek, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan kemampuan – kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat
3. Koentjoroningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar

Apabila kita memperhatikan definisi kebudayaan menurut


Koentjoroningrat, perwujudan budaya adalah:
1. Sistem gagasan, budaya yang bersifat abstrak tapi menentukan sifat, cara
berfikir serta tingkah laku masyarakat pendukung budaya tersebut.
2. Sistem tindakan atau sistem sosial meliputi perilaku dan bahasa, wujud
budaya ini bersifat konkrit
3. Hasil karya manusia, yaitu wujud konkrit dapat dilihat, diraba dan difoto,
misalnya pakaian, alat produksi dan alat transportasi.

5
Wujud budaya tersebut sejalan dengan wujud budaya menurut Hoxley yaitu
mentifact, sosiofact dan artefact. Klasifikasi unsur budaya dari yang terkecil
adalah:
1. Items, unsur budaya yang paling kecil
2. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. Trait kompleks, gabungan dari beberapa item dan trait
4. Cultural activity, atau aktivitas budaya merupakan gabungan dari beberapa
komplek budaya

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur


budaya yang menyeluruh atau cultural universal. Masing-masing kebudayaan
memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya
yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa
penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat
tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat
tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.
Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir,
roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.

Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat


guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk
meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau
tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara
yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku
di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk
menyembuhkan anggota sukunya yang sakit. Budaya dunia adalah keseluruhan
variasi regional dalam budaya, baik menurut bangsa maupun kelompok etnis
dan lebih luas lagi, berdasarkan variasi regional yang lebih besar. Kesamaan
dalam budaya sering terjadi di masyarakat yang dekat secara geografis.
B. Budaya Jawa
Budaya jawa terbagi atas tiga antara lain:
1. Keluarga Jawa barat
Jawa barat terletak dibagian barat pulau jawa yang dibatasi oleh laut
jawa dan DKI Jakarta disebelah utara. Kebanyakan masyarakat sekitar

6
mayoritas berbudaya sunda. Sistem kekerabatan orang sunda banyak
dipengaruhi agama Islam yang secara adat diteruskan secara turun-temurun.
Pada dasarnya orang sunda mengalami empat periode sejarah dibidang
keagamaan dan kepercayaan, yaitu masa animisme dan dinamisme, masa
pengaruh hindu, masa pengislaman, dan masa pengaruh agama katolik serta
protestan yang dibawa oleh para penjajah selama kurang lebih tiga abad.
Mata pencarian pokok orang sunda pada umumnya adalah bertani.
Diperkirakan ada 85% penduduk jawa barat hidup dari hasil pertanian.
Selain bertani untuk mengisi waktu penduduk melakukan usaha lain
membuat kerajinan tangan seperti membuat anyaman, border pakaian, dan
sebagainya. Dan sebagai penduduk ada yang bermatapemncarian sebagai
buruh pabrik, nelayan, pengrajin, guru, pegawai negeri, dan pengusaha.
Dalam praktik kesehatan, anggota keluarga Sunda menggunakan
orang pintar (dukun). Hal ini masih mendominasi dalam upaya menolong
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Bila dukun tidak
berhasil atau sakit tidak sembuh-sembuh, biasanya mereka baru pergi ke
petugas kesehatan. Selain kedukun mereka juga biasanya pergi Kyai jika
mereka menganggap penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan secara
medis. Keluarga Sunda percaya bahwa penyakit yang diderita tidak hanya
dapat disembuhkan oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh dukun biola
diantara mereka mengalami gangguan kesehatan mereka lebih memilih
membeli obat diwarung atau pergi kedukun yang dipercayai. Hal tersebut
dipraktekkan oleh keluarga Sunda terutama untuk keluarga Sunda golongan
menengah kebawah.
2. Keluarga Jawa Tengah
Daerah Jawa Tengah merupakan salah satu daerah diIndonesia yang
kaya dengan peninggalan sejarah. Penduduk provinsi Jawa Tengah selalu
mengalami perubahan dalam jumlah dan susunannya. Perubahan yang
terjadi disebabkan oleh pertambahan penduduk secara alamiah maupun
migrasi.
Keragaman budaya keluarga Jawa Tengah dipengaruhi keragaman
giografis. Mereka yang tinggal dipegunungan, dataran, dan pesisir masing-

7
masing mempunyai karakteristik yang berbeda terutama dari bahasa yang
digunakan meskipun pada umumnya sama.
Keluarga Jawa Tengah yang menetap didaerah pesisir menghidupi
keluarga mereka dengan hasil laut, sedangkan yang menetap dipegunungan
menghidupi keluarga mereka dengan bertani atau berternak. Keluarga Jawa
Tengah yang berprovesi sebagai nelayan, petani atau peternak didominasi
oleh kaum-kaum tua mereka orang yang lebih muda bersekolah kekota,
bekerja dikantor pemerintahan atau swasta sebagai buruh pabrik dikota, atau
berdagang.
Orang Jawa Tradisional tidak dapat memisahkan mitos dalam
kehidupan mereka. Pemahaman orang Jawa Tengah ditentukan oleh
kepercayaan mereka terhadap macam-macam roh yang tidak kasat mata
yang dapat menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyakit. Untuk
melindungi semua itu orang Jawa Tengah memberi sesajen dipercaya dapat
mencegah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Sesajen yang
digunakan terdiri dari nasi dan aneka makanan lain, daun-daun, kembang
setaman (bunga tujuh rupa), dan kemenyan.
Praktek keperawatan dalam keluarga Jawa Tengah dipengaruhi oleh
nilai-nilai pra-Islam dan Islam. Dominasi pra Islam sangat dipengaruhi
terhjadap praktik keperawatan keluarga. Praktik menggunakan orang pintar
(dukun) masih mendominasi dalam menolong anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan terutama dipelosok desa. Selain itu banyak
keluarga Jawa Tengah yang masih mempertahankan cara pengobatan
warisan leluhur yang berupa jamu atau ramuan tradisional. Para kyai juga
banyak yang dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan yang dialami
keluarga.apabila mengalami gangguan kesehatan yang dianggap masih
ringan, keluarga Jawa dengan kelas sosial menengah kebawah meminum
ramuan jamu apabila penyakitnya tidak sembuh dan semakin parah sebagian
berobat kepuskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya dan adapula yang
pergi kedukun. Walaupun sudah diberdayagunakan, petugas kesehatan atau
puskesmas belum menjadi prioritas utama. Karena alasan ekonomi dan

8
jauhnya jarak dengan puskesmas, mereka lebih memilih kedukun atau
paranormal.
3. Keluarga Jawa Timur
Orang-orang Jawa Timur sering disebut Bataknya Jawa sebagian
besar penduduk Jawa Timur adalah suku bangsa Jawa, suku bangsa Madura,
suku bangsa Tengger, suku bangsa Osing (mediun, malang, dan
banyuwangi). Orang-orang Jawa Timur dipedesaan lebih didominasin oleh
orang-orang tua, orang muda lebih memilih mencari kerja kekota atau
bersekolah kekota.
Dari jenis mata pencarian penduduk Jawa Timur, diketahui 58,43%
adalah petani, 41,06% bukan petani dan 0,51% pekerjaan tidak tetap.
Provinsi Jawa Timur mempunyai potensi alam yang cukup besar dan
keadaan iklim yang menguntungkan. Oleh karena itu sangat mungkin jika
daerah Jawa Timur sebagai penghasil beberapa jenis komoditi deperti tebu,
kopi, tembakau, padi, jagung, garam, ikan laut dan sebagainya.
Keluarga Jawa Timur dipengaruhu oleh keyakinan dan kepercayaan
agama Islam, Hindu dan Budha. Namun sekarang mayoritas keluarga Jatim
beragama Islam. Praktek keperawatan keluarga diJawa Timur dipengaruhi
oleh nilai ajaran Pra-Islam dan Islam. Praktek menggunakan orang pintar
(dukun) masih mendominasi dalam menolong anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan terutama dalam dipelosok desa. Apabila
sudah beberapa kali dibawa kedukun tidak sembuh, mereka baru pergi
kepetugas kesehatan. Selain kedukun mereka juga pergi kyai yang dianggap
mampu mengobati gangguan kesehatan yang mereka alami. Mereka masih
percaya dan yakin bahwa orang yang sakit disebabkan oleh gangguan
makhluk halus (setan).
C. Budaya Minangkabau
Sumatera Barat yang lebih dikenaln dengan sebutan minangkabau atau
ranah minangkabau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak
dipesisir pantai barat pulau Sumatera. Budaya dan suku bangsa minangkabau
dapat dikatakan berdomisili minangkabau. Sumatera Barat didominasi oleh
suku bangsa melayu kuno yang memiliki sistem persaudaraan mengikuti garis

9
keturunan ibu dan mempunyai nilai strategi koping dalam memecahkan suatu
masalah. Orang Minangkabau menggunakan satu bahasa daerah yang sama
yang disebut bahasa Minangkabau, sebuah bahasa yang erat berhubungan
dengan bahasa melayu.
Mata pencarian penduduk Sumatera Barat sebagian besar adalah sektor
pertanian rakyat, industri rakyat atau kerajinan, dan perdagangan skala kecil.
Minangkabau terkenal diseluruh nusantara sebagai daerah yang mempunyai
banyak ragam makanan yang rasanya lezat.
Praktek keperawatan minang dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Islam.
Sebagai contoh kelahiran bayi dibantu oleh seorang dukun atau bidan dan
ditunggui oleh ibu mertua. Setelah bayi lahir, plasenta bayi tersebut dimasukkan
dalam periuk tanah dan ditutup dengan kain putih. Penguburan plasenta
dilakukan oleh salah seorang yang dianggap terpandang pada lingkungan
keluarga.
Keluarga minang lebih memilih melahirkan dengan dibantu oleh dukun
beranak daripada pergi kepetugas kesehatan karena mereka beranggapan bahwa
melahirkan dibantu dukun beranak biayanya lebih murah. Namun sekarang
sesuain dengan perkembangan zaman keluarga minang lebih memilih
melahirkan dibidan atau puskesmas. Mungkin hanya sebagian saja yang masih
memilih melahirkan dibantu oleh dukun beranak, khususnya masyarakat yang
masih tinggal didaerah terpencil dan tenaga kesehatan terbatas.
Keluarga minang percaya bahwa penyakit tidak hanya dapat
disembuhkan oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh dukun atau lebih lazim
dengan pengobatan alternatif. Namun orang yang berpendidikan tinggi lebih
percaya kepada npetugas kesehatan.
D. Budaya Batak
Etnis diSumatera Utara menganut berbagai agama, diantaranya melayu,
batak, nias, campuran dan terasing. Orang batak mayoritas beragama Kristen
dan sebagian beragama Islam akan tetapi masih ada masyarakat yang tinggal
dipedesaan menganut animisme dan melakukan kebiasaan atau ajaran agama
nenek moyang mereka. Mata pencarian orang batak berdomisili yaitu petani,
pedagang, pegawai, dan buruh.

10
Sistem kepercayaan batak yaitu kepercayaan dengan melakukan
pemasukan roh kedalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-kata.
Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi petunjuk bagi orang untuk
pengobatan. Orang batak meyakini bahwa seseorang sakit karena roh orang
tersebut pergi meninggalkan tubuhnya sehingga diperlukan dukun untuk
memanggil kembali rohnya. Bila usia yang sakit lebih muda mereka perlu
meminta pertimbangan orang yang lebih tua untuk memecahkan masalah.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan lama
kelamaan orang batak mencari pengobatan ketenaga kesehatan atau puskesmas
terdekat. Walaupun sedemikian, masih ada yang berobat ke dukun untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga mereka, baik keluarga yang tinggal
dipedalaman maupun berada diluar Sumatera Utara.
E. Budaya Melayu
Menurut Yusriadi (2009), mengatakan bahwa melayu merupakan
sebuah nama yang diberikan kepada salah satu etnik (komunitas) yang berada
di rantau tanah melayu. Oleh karena itu, kita menemukan adanya bangsa melayu
Indonesia, melayu Malaysia, melayu Brunei Darussalam, melayu Thailand,
melayu Kamboja, dan sebagainya. Istilah Melayu ditakrifkan oleh UNESCO
pada tahun 1972 sebagai suku bangsa Melayu di Semenanjung Malaysia,
Thailand, Indonesia, Filipina, dan Madagaskar. Bagaimanapun menurut
Perlembagaan Malaysia, istilah Melayu hanya mengacu pada seseorang yang
berketurunan Melayu yang menganut agama Islam. Dengan kata lain, bukan
semua orang yang berasal dari keturunan Melayu atau orang yang nenek
moyangnya Melayu adalah orang Melayu.
Kebudayaan Melayu memiliki keunikan tersendiri dalam mengobati
suatu penyakit. Metode yang mereka terapkan untuk mengobati penyakit adalah
dengan pengobatan tradisional. Masyarakat Melayu mengenal dua macam
penyakit, yaitu penyakit nyata dan penyakit yang gaib (Arif, 2007). Penyakit
sendiri ditentukan oleh budaya hal ini karena penyakit merupakan pengakuan
sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat ikaitkan
dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai

11
kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat
tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
1. Naturalistik
Seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan
(salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk
juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Persepsi masyarakat Melayu Kepulauan Riau menganggap sebuah gejala
konvulsi atau kejang itu adalah sebuah gejala medis yang sangat berbahaya
bahkan akan menimbulkan kematian. Dari hasil penelusuran masyarakat
Melayu Kepulauan Riau percaya akan adanya penyebab klinis dari
konvulasi seperti contohnya kejang demam, gangguan metabolisme,
keracunan, gangguan sirkulasi persedaran darah, penyakit degeneratif
susunan saraf, dan lain lain.
2. Personalistik
Menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia
(hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir,
tukang tenung). Deskriptif persepsi masyarakat beberapa wilayah terpencil
Kepulauan Riau mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap
bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan
fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman
Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.). Untuk mengobati sakit
yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan
obatobatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan
tenaga non medis.
Keyakinan terhadap perilaku sehat sakit di kalangan masyarakat Melayu
Kepulauan Riau khususnya di daerah terpencil. Persepsi akan adanya gejala
konvulsi yaitu karena akan adanya guna – guna dan dan pandangan tentang
adanya istilah “Kesampok” atau kesurupan. Hal ini menunjukan lemahnya

12
pengetahuan tentang perilaku sehat sakit. Sebagian wilayah Kepulauan Riau
menganggap bahwa konvulsi atau kejang di karenakan adanya menyatakan
bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu makhluk
supernatural (makhluk gaib, dewa).
Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan tradisional, sering dirancukan
dengan istilah pengobatan alternatif. Kata tradisional mengacu pada cara tradisi
dan kultur suatu suku atau bangsa atau kawasan tertentu dan telah dilakukan
secara turun temurun dengan rentang waktu panjang, bisa mencapai ribuan
tahun. Inilah yang sering juga disebut sebagai kearifan lokal. Perawatan dan
pengobatan kesehatan dengan menggunakan makanan. Maksudnya adalah
mengatur cara, jenis makanan setiap hari untuk mendapatkan kesehatan. Atau
dalam hal pengobatan, menggunakan jenis makanan tertentu untuk
mendapatkan kesembuhan. Makanan yang dimaksud adalah makanan yang
natural bernutrisi dan makanan yang berobat–obatan yaitu sirih, pinang, gambir,
bawang, jahe, kunyit, lada.
Jenis penyakit yang diyakini oleh masyarakat terpencil di wilayah
Kepulauan Riau karena gangguan setan kepada manusia atas kehendak setan itu
sendiri. Ciri-ciri orang yang terkena penyakit ini: badannya menjadi panas
demam, bila dalam keadaan tidur dia akan mengigau, bicaranya tidak jelas dan
sering tertawa sendiri secara terusmenerus, bahkan seringkali ada yang sampai
pingsan.
Pengobatan yang lazim dilakukan oleh masyarakat Melayu Kepulauan
Riau adalah
1. Memanggil tabib, dukun, dan pemuka agama (ulama)
2. Membaca doa-doa tertentu atau dengan cara meurajah (pembacaan jampi-
jampi oleh tabib, duku, dan pemuka agama)
3. Teknik pengobatannya yaitu pembacaan jampi-jampi media batu lalu batu
tersebut di masukan ke dalam air, dan pasien meminum air jampi–jampian
tersebut.
F. Budaya Tionghoa
Istilah Tionghoa di buat sendiri oleh keturunan Cina. Berasal dari kata
zhonghua. Zhonghua dalam Bahasa Mandarin dilafalkan sebagai Tionghoa.

13
Bahasa Tionghoa salah satu dari budaya paling tua dan komplek di dunia.
Warga negara keturunan Tionghoa sudah banyak tersebar di Indonesia, maka
tidak heran banyak di kenal luas. Budaya Tionghoa yang telah di kenal di
Indonesia mencakup kuliner, kesenian, musik, perayaan, bahasa, dan pakaian.
Bahasa Tionghoa memiliki banyak varian lokal/ lisan. Bahasa Tionghoa
merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di dunia.
Hubungan Negara (Pemerintah) di Indonesia dan minoritas Tionghoa
sangat erat dan kebijakan pemerintah dalam taraf yang tinggi menentukan
wajah masyarakat itu sendiri. Peran etnis Tionghoa juga telah dipengaruhi,
kalau bukan ditentukan, oleh Negara. Minoritas Tionghoa di Indonesia sering
dianggap sebagai kelompok yang homogen, padahal ini adalah kelompok yang
heterogen. Namun, sebagai minoritas orang Tionghoa di Indonesia masih
sangat kentara. Secara kebudayaan, peranakan Tionghoa bukan totok telah
cukup berbaur akan tetapi mereka masih tidak diterima sebagai bagian dari
bangsa Indonesia. Hal ini karena bangsa Indonesia diartikan oleh Negara secara
sempit. Dari segi ekonomi menurut sejarah Cina, sebelum Eropa dan Amerika
berdagang orang Cina sudah lebih dulu berbisnis. Cina berkembang menjadi
negara yang mengenal bangsa lain Cina berkembang melalui perdagangan.
Orang Tionghoa di ajarkan tidak tergantung pada orang lain.
Pendidikan masyarakat Tionghoa lebih maju di Indonesia. Padahal
orang Tionghoa ke Indonesia itu pendatang. Tapi rakyat Tionghoa lebih
menguasai di bidang pendidikan di Indonesia. Dan memang sudah kenyataan,
orang tionghoa sekarang sudah banayak datang ke Indonesia. Dalam
pengobatan tradisional Tionghoa (Hanzi:中醫學) adalah praktik pengobatan
tradisional yang dilakukan di Cinadan telah berkembang selama beberapa ribu
tahun. Praktek pengobatan termasuk pengobatan herbal, akupunktur,
dan pijat Tui Na. Pengobatan ini digolongkan dalam kedokteran Timur, yang
mana termasuk pengobatan tradisional Asia Timur lainnya
seperti Kampo (Jepang) dan Korea.
Pengobatan Tradisional Tionghoa percaya bahwa segala proses dalam
tubuh manusia berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena
itu, penyakit disebabkan oleh ketidakharmonisan antara lingkungan di dalam

14
dan di luar tubuh seseorang. Gejala ketidakseimbangan ini digunakan dalam
pemahaman, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Pengobatan tradisional di
Indonesia, termasuk pengobatan tradisional China, diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003
tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT) diberikan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat kepada praktisi yang metodenya telah
memenuhi persyaratan penelitian dan pengujian serta terbukti aman dan
bermanfaat bagi kesehatan. Belum ada peraturan yang tegas mengenai pendirian
klinik pengobatan tradisional China, melainkan pemberian nomor registrasi.
Registrasi dilakukan untuk memantau kinerja klinik, menfaat yang diberikan,
dan mengetahui efek samping atau bahaya dari praktik yang dilakukan. Menurut
dokter Dharma Kumara Widya, satu-satunya metode pengobatan Cina yang
paling bisa diterima logika medis dan dibuktikan secara empiris baru
akupunktur. Akupunturis merupakan praktisi pengobatan tradisional yang
disebutkan dapat memperoleh SIPT dan dapat diikutsertakan di sarana
pelayanan kesehatan.
Dalam masyarakat Tionghoa ada banyak hal-hal tabu mengenai
makanan untuk istri yang sedang hamil. Dipercaya bila istri yang sedang hamil
makan makanan yang tidak dipotong dengan baik atau dihaluskan, anaknya
akan cacat. Atau bila dia memakan makanan yang warnanya terang-terang,
anaknya akan berkulit terang juga.
Wanita yang hamil dilarang sama sekali makan makanan yang tajam
seperti nenas dan mangga serta tidak disarankan makan banyak kerana ditakuti
bayi akan menjadi besar yang akan membuat sang ibu sukar untuk
bersalin. Wanita Tionghua juga harus kuat dalam menghadapi proses
persalinan, sehingga selama masa hamil wanita Tionghua juga akan
mengkomsumsi beberapa minuman herbal untuk membantu menguatkan
fisiknya saat melahirkan.

15
G. Peran Perawat Dalam Keanekaragaman Budaya Dalam Keluarga
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,
yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha
theory, grand theory, midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang
diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam
konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural
shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa
mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan
meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika
ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami
oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.
1. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi
2. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

16
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya
klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dap
at diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
3. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan manusia dan cinta kasih dengan keadaan budaya saat ini
sangat erat, disini yang contoh yang menjadi peran manusia adalah keluarga,
keluarga sebagai factor utama bagi penerapan dan pembelajaran untuk anak-
anaknya, orang tua mengenal budaya sejak kecil kepada anak-anaknya,
hubungan erat, karena banyak sekali perkembangan yang terjadi pada budaya
kita saat ini, serta banyak terjadi dampak dan pengaruh negatifnya kepada
masyarakat, termasuk mempengaruhi dalam keluarga.
B. Saran
Implementasi sosial budaya dalam pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi
pada keaneka ragaman budaya baik antar budaya maupaun lintas budaya
terhadap asuhan keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan
melaksanakan sesuai dengan hati nurari dan sesuai dengan standar penerapan
tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lain. Sebagai tenaga kesehatan
yaitu perawat kita sangat penting mengetahui pandangan sehat sakit dari
berbagai belahan dunia, salah satunya pandangan menurut budaya Cina. Hal ini
penting karena kita tidak hanya berkomunikasi dengan orang Indonesia saja
,tetapi dalam sektor kesehatan kita akan berkomunikasi dengan orang di seluruh
dunia (Amerika, India , Jepang dan Cina). Dalam implementasi asuhan
keperawatan penting bagi kita untuk mengetahui social budaya masing– masing
Negara.

18

Anda mungkin juga menyukai