Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan Puskesmas ditujukan untuk kepentingan masyarakat atau

keluarga di wilayah kerjanya. Diantaranya program Puskesmas yang harus

dilaksanakan oleh petugas Puskesmas adalah memberikan penyuluhan

terhadap keluarga dengan penyakit menular. Penyakit kusta yang

disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae. Kusta sudah dikenal sejak

zaman purbakala, pada waktu itu penyebabnya tidak diketahui masyarakat

hanya tahu akibat pada orang yang menderita penyakit kusta menimbulkan

kecacatan yang hebat, masalah timbul anggapan. Penyakit Kusta adalah

penyakit keturunan atau penyakit kutukan Tuhan ( Sjamsoe, 2010).

Hingga saat ini banyak masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit

kusta hanyalah sekedar sejarah kelam masa lalu. Kenyataannya tidak

seperti anggapan orang banyak, penderita penyakit kusta di Indonesia justru

meningkat. Tantangan lain yang tidak kalah beratnya adalah aspek sosial

psikologis yang ditanggung oleh para penderita penyakit kusta. Mereka

mendapat stigma, dan kemudian menjadi korban tindak diskriminatif,

dikucilkan dari pergaulan sosial, dan sulit memasuki lapangan kerja secara fair

(Kosasi dkk, 2007)

Penderita kusta dapat bisa disembuhkan, namun bila tidak dilakukan

penatalaksanaan dengan tepat akan beresiko menyebabkan kecacatan pada

syaraf motorik, otonom atau sensorik. Penyakit kusta termasuk dalam salah

satu daftar penyakit menular yang angka kejadiannya masih tetap tinggi di
negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis (Weekly

Epideminological Report World Health Organization, 2011).

Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan dikulit,

folikel rambut, kelenjar keringat. Sputum dapat banyak mengandung M.

Leprae yang berasal dari traktus respiratori atas. Dapat menyerang semua

umur, anak-anak lebih rentan dari pada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada

kelompok umur antara 25-35 tahun. Faktor usia dapat mempengaruhi, makin

rendah sosial ekonominya makin subur penyakit kusta. Sebaliknya faktor

ekonomi tinggi membantu penyembuhan. Sehubungan dengan iklim, ternyata

penyakit ini kebanyakan terdapat pada daerah tropis dan subtropis yang panas

dan lembab. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh

adanya ulserasi, mutilasi, dan deformitas yang disebabkan, sehingga

menimbulkan masalah sosial, psikologis dan ekonomis (Kosasih, dkk, 2007).

WHO melaporkan bahwa selama tahun 2013 jumlah penderita kusta di

dunia yang terdeteksi sebanyak 213.036 orang, tahun 2014 sebanyak 228.474

orang (tidak termasuk kasus kecil di Eropa), tahun 2015 sebanyak 192.246

orang dan tahun 2016 sebanyak 181.941 orang. Walaupun ada penurunan yang

cukup drastis dari jumlah kasus terdaftar, namun sesungguhnya jumlah

penemuan kasus baru tidak berkurang sama sekali. Oleh karena itu, selain

angka prevalensi rate, angka penemuan kasus baru juga merupakan indukator

yang harus di perhatikan (Depkes RI, 2015)

Situasi Penyakit Kusta di Indonesia hingga akhir Desember 2016

ditemukan sebanyak 18.312 penderita kusta yang terdiri dan 2.814 penderita

PB dan 15.498 penderita MB dengan Prevalensi Rate 0,86 per 10.000


penduduk yang terdapat di 10 propinsi. yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku

Utara dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan situasi penyakit kusta di

Kalimantan Selatan sampai akhir Juni 2015 terdapat kasus penyakit kusta

sebanyak 310 penderita dengan angka Prevalensi Rate 0,97 per 10.000

penduduk (Depkes. RI, 2015).

Khusus di Kabupaten Banjar angka penemuan penderita kusta pada tahun

2016 di wilayah kerja 22 puskesmas di temukan sebanyak 63 penderita kusta

dengan Prevalensi Rate 1,19 / 10.000 penduduk terdiri dari 6 penderita PB 58

Penderita MB, Proporsi cacat tingkat II sebanyak 14 orang ( 21,9%), Proporsi

anak umur < 15 tahun sebanyak 1 orang ( 1,56%) lebih jelasnya lihat tabel 1.1

di bawah ini :

Tabel 1.1 : Data situasi penderita kusta di Babupaten Banjar tahun 2015, 2016,

dan tahun 2017

Cacat Umur <


Jumlah PR/
No Tahun PB MB ∑ Tingkat II 15 Tahun
Penduduk 10.000
∑ % ∑ %
1 2015 432.153 10 44 54 1,25 12 21,8 5 9,09
2 2016 453.551 4 45 49 1,08 11 23,4 2 4,26
3 2017 460.541 6 58 64 1,19 14 21,9 1 1,52
Sumber : Laporan P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, 2017

Sedangkan data situasi penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Berutung

Baru yang menjadi lokasi penelitian pada tahun 2017 terdapat 3 penderita

kusta, 2 orang dengan kusta MB (Multibasiler), sedangkan 1 orang sisanya

dengan tipe PB (Pausibasiler) (Profil Puskesmas Berutung Baru 2017).

Berdasarkan data-data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa angka

prevalensi kejadian penyakit kusta di Kabupaten Banjar masih cukup tinggi

yaitu diatas 1 per 10.000 dan penyebarannya pun tidak merata pada tiap
wilayah Puskesmas sehingga sulit memutuskan mata rantai penularannya dan

pemberantasan penyakit kusta.

Dari uraian diatas dan masih tingginya prevalensi penyakit kusta secara

Global terus meningkat sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul

Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. J. Dengan Penyakit Kusta Type MB di

Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Baru Kecamatan Beruntung Baru

1.2 Tujuan

1 .Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan saecara langsung

komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada keluarga yang

menderita kusta.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan setelah mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan

pada keluarga Tn. J dengan masalah akibat penyakit kusta dalam bidang

kesehatan meliputi:

a. Melakukan pengkajian pada penyakit kusta meliputi pengumpulan

data dan menetapkan masalah berdasarkan prioritas masalah

keluarga Tn. J. dangan kusta di Desa Jambu Raya Wilayah Kerja

Puskesmas Beruntung Baru Kecamatan Beruntung Baru.

b. Membuat diagnosis prioritas keperawatan keluarga Tn. J. dangan

kusta di Desa Jambu Raya Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Baru

Kecamatan Beruntung Baru.

c. Membuat perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah perawatan yang ada mencakup, tujuan dan intervensi


keperawatan pada keluarga Tn. J dengan kusta di Desa Jambu Raya

Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Baru Kecamatan Beruntung Baru.

d. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. J dengan kusta di-

Desa Jambu Raya Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Baru Kecamatan

Beruntung

1.3 .Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa :

Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah keperawatan dan me-

nerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus kusta.

2 Bagi Keluarga

Menambah pengetahuan dan informasi keluarga tentang penyakit kusta se-

hingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan untuk memantau dan me

meriksa dan memelihara kesehatannya.

3 Bagi Puskesmas

Menjadi bahan informasi bagi wilayah kerja Puskesmas Beruntung Baru

Kecamatan Beruntung Baru dalam meningkatkan promosi kesehatan

Keluarga mengenai penyakit kusta.

Anda mungkin juga menyukai