Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah praktek profesi
manajemen keperawatan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Manajemen Keperawatan pada
program Profesi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai
makalah ini selesai. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. Bapak Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
2. Wasijati, SKp selaku kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
3. Deliana, AMK, selaku kepala ruang melati
4. Perawat Ruang Melati atas kerjasamanya, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
5. Teman-teman Program Profesi S1 keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi
sehingga selesainya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dan
penyusunan dimasa mendatang.

Jakarta, Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
2. Fungsi-fungsi Manajemen Keperawatan
3. Prinsip Manajemen Keperawatan
4. Proses Manajemen Keperawatan
B. Pendokumentasian Setelah Pemberian Terapi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendokumentasian dalam keperawatan mencakup informasi lengkap tentang status


kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien
terhadap asuhan keperawatan yang diterimanya (Nursalam, 2008).Informasi yang dicatat
oleh perawat dapat menjadi dasar untuk melindungi penggugat dalam melawan pemberi
pelayanan kesehatan (Iyer &Camp, 2005).
Penelitian yang dilakukan Auburn University, dari 36 rumah sakit dan nursing home di
Colorado dan Georgia menemukan rata-rata lebih dari 40 dalam sehari potensial terjadi
kesalahan pemberian obat, dan medication error telah menyebabkan lebih dari satu juta
orang cidera dan 98.000 kematian dalam setahun, Joint ComissionAnd Accreditation of
Health Organitation (2003).
Hasil penelitian Yulhelmi (2009) tentang gambaran pelaksanaan prinsip enam benar
dalam pemberian obat di Rumah Sakit M. Jamil Padang Sumatera Barat, menunjukkan
bahwa dari 70 perawat yang telah melaksanakan prinsip enam benarpasien, benar obat,
benar dosis, dan benar cara. Namun lebih dari separuh responden (58,6%) tidak
melaksanakan prinsip benar waktu. Sedangkan lebih dari separuh responden lagi (52,8%)
tidak melaksanakan prinsip benar pendokumentasian.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Girsang (2006) dari 143 perawat menunjukkan
bahwa 50,3% kinerja perawat dalam pendokumentasian keperawatan di ruang rawat inap
RS PGI Cikini dalam kategori baik, sedangkan 49,7% dalam kategori kurang baik.
Dari hasil observasi sederhana yang dilakukan oleh Endang Epi Sri Sumarni dkk pada
bulan Juli 2013 di Eka Hospital ruang rawat inap medical surgical terhadap 22 orang
perawat didapatkan data mengenai penerapan pemberian obat, menunjukkan 100%
perawat telah menerapkan benar pasien, benar obat, benar dosis dan benar cara,
sedangkan penerapan benar waktu 86%, dan penerapan benar pendokumentasian hanya
54%.
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal menjelaskan tentang status sehat
sakit pasien pada saat sebelum maupun saat ini dalam bentuk tulisan yang
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan (Marelli, 2008).
Umumnya catatan pasien berisikan respon terhadap asuhan yang diberikan dan respon
pengobatan serta berisi rencana untuk intervensi lebih lanjut. Rencana pengobatan
merupakan bentuk tindakan kolaborasi perawat dengan tim medis. Penerapan prinsip
enam benar harus diperhatikan dalam memberikan obat yaitu tepat pasien, tepat obat,
tepat cara pemberian, tepat dosis, tepat waktu, tepat dokumentasi (Perry & Potter,
2010).Hal ini karena aspek dokumentasi termasuk hal yang penting sebagai
pertanggungjawaban secara legal.Semua ketepatan tersebut harus didasari dengan
pengetahuan, keterampilan dan tindakan keperawatan yang khusus (Armiyati, Ernawati,
&Riwayati, 2007).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah seminar besar praktek profesi manajemen
keperawatan ini adalah untuk mengoptimalkan proses manajemen keperawatan di
Ruang Kenanga Rumah Sakit dr. Suyoto.

2. Tujuan Khusus
a. Seluruh perawat di Ruang Kenanga melakukan pendokumentasian (tanda tangan
perawat dan keluarga/pasien) secara optimal setelah pemberian terapi pada
lembar daftar pemberian obat pasien.
b. Seluruh perawat di Ruang Kenanga melakukan secara optimal pemberian tanggal
dan waktu pada pemasangan infus hari pertama.
c. Seluruh perawat di Ruang Kenanga melakukan secara optimal handoverpada
setiap pergantian shift.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit Pusat Pertamina
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan dan masukan
mengenai pendokumentasian (tanda tangan perawat dan keluarga/pasien) setelah
pemberian terapi pada lembar daftar pemberian obat pasien agar dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
2. Bagi Ruang Kenanga
Diharapkan perawat ruang Stroke Unit melakukan tindakan secara optimal sesuai
SOP yang berlaku di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
3. Bagi Keperawatan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan
denganpendokumentasian (tanda tangan perawat dan keluarga/pasien) setelah
pemberian terapi pada lembar daftar pemberian obat pasien.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai jenis dan
fungsi obat yang dikonsumsi oleh pasien di Ruang Stroke Unit.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan

1. Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan


keperawatan melalui upaya staff keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat
(Gillies, 1985).
Manajemen adalah sebuah proses mengkoordinasikan kegiatan kerja sedemikian
rupa sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang
lain (Robbins&Coulter, 2004).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Manajemen mencakup kegiatan POAC
(planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari Nursalam,
2007).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2007). Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun
dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.

2. Fungsi Manajemen

Menurut Nursalam (2007) terdapat limafungsi manajemen, yaitu:


1) Perencanaan (planning), seorang menejer keparawatan harus mampu menetapkan
pekerjaan yang harus dilakukannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang didasarkan atas rencana yang logis dan bukan perasaan. Fungsi perencanaan
meliputi beberapa tugas, diantaranya mengenali masalah, menetapkan dan
mengkhususkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, mengembangkan
tujuan, dan terakhir menguraikan bagaiman tujuan dan sasaran tersebut dapat
dicapai
2) Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur
dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat,
keuangan dan fasilitas.
3) Pelaksanaan (actuating), mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer keperawatan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam unsure perencanaan dan pengorganisasian agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan fungsi pelaksanaan, seorang
manajer keperawatan harus mampu menetapkan dan memuaskan kebutuhan
manusiawi para staff keperawatan, member penghargaan, memimpin,
mengembangkan, serta member kompensasi kepada mereka. menggerakkan
orang-orang agar mau atau suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya
karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara
interval.
4) Pengendalian (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5) Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu
setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada
fungsi organik administrasi dan manajemen.
3. Prinsip Manajemen

1. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui


fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
managerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini
dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan
keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan
rencana yang telah diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi
yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya


bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Proses Manajemen

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana


masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Oleh karena itu, proses manajemen terdiri dari lima elemen yaitu input,
proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
1. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
2. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai
tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

3. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.


4. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget
dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
standar dan akreditasi.
5. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey
kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

B. Pendokumentasian Setelah Pemberian Terapi

Pendokumentasian dalam keperawatan mencakup informasi lengkap tentang status


kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien
terhadap asuhan keperawatan yang diterimanya (Nursalam, 2008).Informasi yang dicatat
oleh perawat dapat menjadi dasar untuk melindungi penggugat dalam melawan pemberi
pelayanan kesehatan (Iyer &Camp, 2005).
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal menjelaskan tentang status sehat
sakit pasien pada saat sebelum maupun saat ini dalam bentuk tulisan yang
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan (Marrelli, 2008).Catatan pasien
berisikan respon terhadap asuhan yang diberikan dan respon pengobatan serta berisi
rencana untuk intervensi lebih lanjut. Rencana pengobatan merupakan bentuk tindakan
kolaborasi perawat dengan tim medis.
Penerapan prinsip enam benar harus diperhatikan dalam memberikan obat yaitu tepat
pasien, tepat obat, tepat cara pemberian, tepat dosis, tepat waktu, tepat dokumentasi
(Perry & Potter, 2010). Hal ini karena aspek dokumentasi termasuk hal yang penting
sebagai pertanggungjawaban secara legal.Semua ketepatan tersebut harus didasari
dengan pengetahuan, keterampilan dan tindakan keperawatan yang khusus (Armiyati,
Ernawati, &Riwayati, 2007).
1. Benar Pasien
Benar pasien merupakan dasar yang sangat menentukan dalam prinsip pemberian
obat.The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO),
sebuah komisi yang yang mengeluarkan akreditasi dan sertifikat pada lebih dari
19.000 organisasi dan program perawatan kesehatan di Amerika Serikat;
mewajibkan dua bentuk pengidentifikasian primer dalam pemberian obat. Pasien
menyahuti nama mereka bila dipanggil atau sama sekali tidak berespon, sehingga
untuk mengidentifikasi kebenarannya dilakukan saat pemberian obat (Kee dkk.,
2009).
Implikasi dalam perawatan mencakup:
a. Memastikan pasien dengan mengecek gelang identitas, papan identitas di tempat
tidur, atau bertanya langsung kepada pasien. Beberapa fasilitas di institusi tertentu
mencantumkan foto pada status pasien.
b. Jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat digunakan cara non-verbal
seperti menganggukkan kepala.
c. Untuk bayi, diidentifikasi melalui gelang identitas.
d. Jika pasien mengalami gangguan mental atau penurunan kesadaran sehingga
tidak mampu mengidentifikasi diri, maka harus dicarikan alternatif lain untuk
mengidentifikasi pasien sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
e. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama; berikan peringatan
dengan warna yang lebih mencolok pada alat identitas (ID tools) seperti kartu
medis (med card), gelang, atau kardex.
f. Beberapa institusi melengkapi gelang identitas pasiennya dengan kode tertentu
untuk status alergi.
g. Ketika pasien tidak menggunakan stiker identitas, perawat mengidentifikasi
secara teliti terhadap masing-masing pasien ketika melakukan pemberian obat
(Kee dkk., 2009, dan Tambayong, 2002).

2. Benar Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan, baik oleh dokter, dokter
gigi, atau petugas kesehatan yang sudah mendapatkan izin seperti perawat yang
sudah berpengalaman Advanced Practice Registered Nurse(APRN) yang
berwewenang untuk mengorder obat. Obat mempunyai nama dagang dan nama
generik, jadi apabila ada obat dengan nama dagang yang asing ditemui, harus
diperiksa nama generiknya. Bila ada keraguan, hubungi apotekernya. Jika label tidak
terbaca atau isinya tidak uniform, maka tidak boleh digunakan dan harus
dikembalikan ke bagian fasmasi (Tambayong, 2002; Kee dkk., 2009). Perawat harus
tanggap dan memperhatikan dengan teliti terhadap beberapa obat yang bila
disebutkan terdengar mirip dan ejaan yang terlihat sama, contoh: digoxin dengan
digitoxin. Perawat harus membaca label obat dengan hati-hati (Kee dkk., 2009).
Implikasi keperawatan mencakup:
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca dengan jelas. Jika
order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu bidang keperawatan, apoteker atau
petugas kesehatan yang menulis order.
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan: Melihat kemasan obat,
Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan sebelum obat dituang,
Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.
d. Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian (seperti: pemberian
antibiotik), (Kee dkk., 2009; Tambayong, 2002)

3. Benar Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang disesuaikan
dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di lapangan, terdapat banyak
obat yang direkomendasikan dalam bentuk sediaan. Perawat harus teliti menghitung
dosis masing-masing obat dan mempertimbangkan adanya perubahan dosis dari
penulis resep. Berat badan pasien merupakan indikator penting dalam pemberian
obat tertentu, seperti obat pediatrik, bedah dan perawatan kritis (Kee dkk., 2009).
Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam meracik obat, membandingkan
dan membagi dosis sebelum mengimplementasikan perhitungan dosis obat. Perawat
mengecek ulang pembagian dosis atau adanya perbedaan dosis yang sangat besar
setelah dihitung (Kee dkk., 2009).
Terdapat dua metode pendistribusian obat, yaitu metode persediaan obat dan metode
dosis tunggal. Metode persediaan obat tergolong tradisional, obat diberikan kepada
semua pasien dari lemari obat yang sama. Sedangkan untuk metode dosis tunggal,
obat dibungkus dan diberi label dosis satu kali pemberian untuk masing-masing
pasien, metode ini banyak digunakan pada institusi tertentu karena dapat mengatasi
kesalahan-kesalahan pemberian obat (Kee dkk., 2009).
Implikasi keperawatan mencakup:
a. Bentuk dosis asli jangan diubah
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan, dosis obat harus
dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain, serta menghubungi apoteker atau
penulis resep sebelum pemberian dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara khusus
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah mengonsulkan
dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat tidak boleh diberikan,
beritahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resep beserta
alasannya.
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara singkatan mg dengan
mcg bila ditulis tangan (Tambayong, 2002dan Kee dkk., 2009).

4. Benar Waktu
Kurva konsentrasi terhadap waktu, dimulai dari obat masuk sampai di dalam darah
pada keadaan pasien normal, disebut jendela terapiatau lebih dikenal dengan istilah
therapeutic window(Katar, 2012).Sedangkan, indeks terapeutik yaitu rasio antara
dosis toksik dan dosis efektif (Tambayong, 2002, hal. 22).Contohnya, untuk PCT
(Paracetamol) dosis 500mg, waktu antara efek toksik dan efektif tersebut harus
dipertahankan, sehingga pemberian obat harus diperhatikan. Salah cara pemberian
atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini akan lebih berbahaya.
Implikasi keperawatan mencakup:
a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat diminum satu jam
sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan dan “p.c atau post
cimum” (obat harus diminum sesudah makan) agar terhindar dari iritasi
berlebihan pada lambung (contohnya, indometasin) atau supaya diperoleh kadar
darah yang lebih tinggi (contohnya, griseufulvin bila diberi bersama makanan
berlemak), (Tambayong, 2002).
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk banyak
antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk senyawa tidak larut) jika
diberi bersama susu atau makanan tertentu, akan mengikat sebagian besar obat
tersebut sebelum diserap (Tambayong, 2002, hal. 5-6).
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8 jam dalam 24
jam).
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di belakang atau di
bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan tidak menjadi kadaluarsa. Bila
obat dalam bentuk cairan, perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi
keruh) dan tablet menjadi basah (Tambayong, 2002).

5. Benar Cara Atau Rute Pemberian


Obat yang diberikan harus sesuai rute yang diprogramkan, dan dipastikan bahwa
rute tersebut aman dan sesuai untuk klien. Selalu konsultasikan kepada yang
meresepkan apabila tidak ada petuntujuk rute pemberian obat. Pada saat
memberikan injeksi, yakinkan bahwa pemberian obat benar diberikan dengan cara
injeksi. Sangat penting diperhatikan dalam melakukkan persiapan yang benar,
karena komplikasi yang mungkin terjadi adalah abses atau kejadian efek secara
sistemik.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon
yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan per oral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral adalah rute pemberian yang paling banyak dipakai karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa yunani, para berartidisamping enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus atau tidak melalui saluran cerna
yaitu melalui vena (preset/perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atu membran mukosa misalnya salad,
lotion, krim, sprai, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supposutoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulcolax supp), hemoroid (anusoll), pasien yang
tidak sadar/kejang (stesolid supp) pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk obat supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorbsi yang sangat luas dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada saluranya, misalnya sabutamul (ventolin), combivent,
brotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

6. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang dicatat oleh
perawat, meliputi:
1) Nama obat
2) Dosis obat
3) Rute/cara pemberian
4) Waktu dan tanggal pemberian
5) Nama atau tanda tangan perawat
6) Nama dan tanda tangan pasien atau keluarga
7) Penulis resep
Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum terminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan (Kee dkk., 2009; Tambayong, 2002). Perawat
mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan dengan
memperhatikan jenis obat, seperti: Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi
nyeri), Non-narkotik analgesik, Sedatif , Antiemetik, Reaksi obat yang tidak
diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal atau tanda sensitif pada kulit. Penundaan
pencatatan oleh perawat dapat menyebabkan perawat tidak ingat untuk mencatat
obat yang telah diberikan atau perawat lain akan memberikan obat yang sama karena
mengira obat tersebut belum diberikan (Kee dkk., 2009).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menurut Gulick manajemen adalah sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha
secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-
sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan
(Wijayanti, 2008). Adapun fungsi manajemen keperawatan antara lain : perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan meliputi merekrut, mewawancarai, mengontrak dan
mengorientasikan staf, penjadwalan, pengembangan staf, sosialisasi karyawan dan team
building terkadang juga termasuk dalam kepersonaliaan, pengarahan, pengendalian.
Beberapa hal yang Kelompok temukan selama dinas diruang Stroke Unit adalah
pendokumentasi obat (meminta tanda tangan keluarga/pasien) setelah diberikan terapi
yang kurang optimal pada lembar daftar pemberian obat pasien. Maka dari itu,
pendokumentasian obat sangat penting dilakukan

B. Saran

Saran bagi kepala ruangan adalah tetap melakukan kontroling kepada perawat pelaksana
dan katim agar melaksanakan manajemen yang lebih optimal. Dan melakukan supervisi
dari kegiatan kegiatan yang belum optimal, mempertahankan apa yang sudah
diimplementasikan oleh mahasiswa. Dan perawat pelaksana dapat menerapkan atau
mengaplikasikan yang telah didelegasikan oleh kepala ruangan. Sehingga dalam
memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai