Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KRITIK
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ), kritik adalah kecaman atau
tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil
karya, pendapat, dan sebagainya.
Kritik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós - "yang membedakan",
kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya "orang yang
memberikan pendapat beralasan" atau "analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau
"pengamatan". Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi
yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat
atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi
atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum
kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau
sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.
ESAI
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut
pandang pribadi penulisnya (Depdikbud, 1997: 270 ).
Esai adalah sebuah tulisan yang menggambarkan opini si penulis tentang subyek tertentu yang
coba dinilainya.
2. Siapa yang tidak ingin bekerja? Orang tua membiayai anaknya sekolah sampai tingkat tinggi,
bahkan kalau mampu, hingga bertitel profesor doktor. Tujuannya agar dapat bekerja dan mencari
nafkah. Akan tetapi, jika si anak sekolahnya gagal, orang tua pasti marah dan kecewa. Bukankah
orang tua rela membiayai pendidikan agar anaknya hidup bahagia?
Hal yang diungkapkan dalam kutipan esai tersebut adalah....
a. Para orang tua menginginkan anak mereka bersekolah agar mudah mendapat pekerjaan.
b. Orang tua pasti marah dan kecewa jika anaknya gagal sekolah.
c. Setiap orang tua pasti ingin anaknya bersekolah dan bertitel.
d. Orang tua rela membiayai pendidikan anaknya agar mencapai gelar yang tinggi.
e. Salah satu upaya untuk mencapai kebahagiaan dengan bersekolah dan bekerja.
4. Pemerintah akan menunggu turunnya harga minyak mentah dunia sampai Maret 2009.
Keputusan menunggu ini dilakukan sebelum memutuskan harga premium dan solar yang dilepas
sesuai harga pasar. Jika harga minyak pada saatnya tetap rendah, pemerintah segera melepas
harga premium dan solar.
Kritikan terhadap isi paragraf tersebut adalah ...
A. Pemerintah hendaknya menunggu bulan Maret
B. Pemerintah hendaknya segera melepas harga
C. Pemerintah hendaknya tidak melepas premium dan solar.
D. Pemerintah hendaknya tidak terlalu lama dalam mengambil keputusan.
E. Pemerintah hendaknya segera menurunkan harga
5. Pemerintah ingin tetap konsekuen menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Bila harga
BBM di tingkat internasional menurun, pemerintah baru akan mengambil kebijakan menurunkan
harga BBM bersubsidi di dalam negeri sesuai tingkat yang wajar. Langkah ini ditempuh untuk
meringankan beban masyarakat.
Kritik terhadap isi paragraf tersebut adalah ...
a. Sudah kewajiban pemerintah untuk menurunkan harga.
b. Pemerintah harus konsekuen menurunkan harga.
c. Pemerintah tak perlu menunggu untuk menurunkan harga
d. Sudah sewajarnya pemerintah menurunkan harga
e. Pemerintah harus cepat mengambil tindakan
7. Bacalah petikan esai berikut ! Pasca maraknya sajak – sajak sosial , sejak awal tahun 2000
hingga kini , perpuisian Indonesia kembali pada kemerdekaan masing – masing penyair dalam
mencipta . Gaya dan tema sajak – sajak Indonesia mutakhir , seperti dapat kita amati pada rubrik
sastra surat kabar , majalah , jurnal puisi serta sebagai kumpulan antologi puisi kembali beragam
. Heterogenitas tema dan gaya pengucapan kembali mewarnai perpuisian Indonesia Akhir – akhir
ini muncul sajak – sajak naratif yang panjang , seperti banyak dimuat di harian umum . Tetapi
sajak – sajak pendek juga tetap muncul di rubik – rubik sastra . selain itu , masih ada kesan yang
kuat bahwa tradisi perpuisian Indonesia mutakhir kembali terperangkap dalam orientasi
kuantitatif , seperti yang diungkap Budi Darma ketika melihat maraknya buku – buku antologi
puisi yang diterbitkan oleh komunitas sastra di tanah air sejak awal 1990 – an .
9. Esai yang dapat melukiskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang.
Novel ini bercerita tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan Jimbron. Setelah tamat
SMP mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan mereka dimulai. Ikal
adalah salah satu dari anggota Laskar Pelangi. Sementara Arai yang merupakan saudara sepupu
Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri
oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu
juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron,
malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini
biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu
menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti
mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi
yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia,
kepala sekolahnya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli
ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah
perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun
kalau dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme
Arai tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jimbron lebih
memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan
kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan Ikal
sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama mereka. Berbula-bulan
terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun.
Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang
sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya,
Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk
mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya
sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan
proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang
masih bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara
selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam wawancara itu.
Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum
yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah
direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil
jurusan Biologi. Tidak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat
untuk menghasilkan teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang,
mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu
sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu
bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik Arai maupun Ikal, keduanya
tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di
Universitas Sorbone, Prancis. Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban
dari mimpi-mimpi mereka. Keduanya sama-sama lulus beasiswa kuliah di Prancis.
Protagonis
Tritagonis
Pak Mustar
Pak Balia
Ibu
Ayah
Z. Nurmala
Bang Zaitun
Laksmi
T. Hamim
Jimbron
Arai
Ikal
P. Geovani
Nurmi
Maryamah
1) Tema
Tema Novel ini adalah persahabatan, kerja keras dan perwujudan mimpi.
2) Latar
Kecamatan Magai dan Gantong Provinsi Bangka Belitung
SMA Bukan Main
Sungai lenggang
Pelabuhan
Gedung bioskop
Kosan dekat IPB Bogor
Kantor Pos Bogor
4) Alur
Novel ini beralur gabungan. Perpaduan alur maju (straight) dan alur mundur (flash back).
Cerita dimulai dengan adegan kejar-kejaran Pak Mustar dengan Arai, Ikal dan Jimbron,
kemudian mundur (flash back) ke kisah kehidupan Arai waktu kecil, setelah itu alur maju.
5) Gaya Bahasa
Novel ini banyak menggunakan kata-kata puitis. Gaya bahasa realis bertabur metafor.
Penyampaian cerita yang menyentuh, penuh inspirasi. Kita seakan-akan masuk dalam cerita
tersebut.
6) Sudut Pandang
Sang Pemimpi mengunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama (Aku-an)
7) Amanat
Bermimpilah, karena Tuhan kan memeluk mimpi-mimpimu itu. Kita harus punya impian agar
hidup kita lebih terarah.
Begitu berharganya sebuah persahabatan.
4. Unsur Ekstrinsik
1) Nilai Moral
Novel Sang Pemimpi mengandung nilai moral yang tinggi. Perihal rasa hormat terhadap orang
tua, kerja keras pantang menyerah menjalani hidup. Juga persahabatan, kebersamaan
mewujudkan mimpi.
2) Nilai Sosial
Nilai sosial dalam novel ini terekam dalam adegan ketika Arai dan Ikal memecahkan
celengannnya untuk membantu Mak Cik Maryamah. Juga ketika Ibu Ikal memberikan pinjaman
beras untuk maryamah.
3) Nilai Adat-istiadat
Potret nilai adat-istiadat tergambar pada julukan “simpai keramat” untuk Arai. Juga terlihat
bgaimana adat Belitong yang menganggap anak saudara seperti anak kandung sendiri.
4) Nilai Agama
Nilai ini terlihat ketika Arai, Ikal dan Jimbron kecil belajar mengaji di masjid bersama Taikong
Hamim. Juga pesan Ayah-Ibu Ikal agar mereka selalu dekat dengan masjid.
5. Penafsiran
b. Segi Isi
Dalam novel ini, penulis tidak sekedar merangkai cerita tapi juga berusaha menyuntikan
inspirasi kepada kembaca lewat kisah-kisah menyentuh. Juga motivasi untuk bangkit. Simak
kutipan berikut, “Arai melangkah menuju depan bak truk. Ia berdiri tegak di sana serupa orang
yang berdiri di hidung haluan kapal. Pelan-pelan ia melapangkan kedua lengannya dan
membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia tersenyum penuh semangat. Agaknya ia juga bertekad
memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggunya seumur hidup. Ia telah
berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya.” (Andrea Hirata, 2008:29)
Selain itu dalam novel ini kita diajak bersemangat menjalani hidup. Dibuktikan dengan
kutipan berikut, “Seperti ucapannya padaku : Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan
mati.” (Andrea Hirata, 2008:185). Atau kutipan berikut, “Pak Balia mengakhiri session sore
dengan menyentak semangat kami. ‘Bangkitkah, wahai Para Pelopor!! Pekikkan padaku kata-
kata yang menerangi gelap gulita rongga dadamu! Kata-kata yang memberimu inspirasi!!’”
(Andrea Hirata, 2008:74).
Pada sisi lainya juga pembaca disuguhkan pemahaman pentingnya kerja keras, “setiap
pukul dua pagi, berbekal sebatang bamboo, kami sempoyongan memikul berbagai jenis makhluk
laut yang sudah harus tersaji di meja pualam stanplat pada pukul lima, sehingga pukul enam
sudah bisa diserbu ibu-ibu.” (Andrea Hirata, 2008:70).
6. Kritik
Kritik yang kami gunakan untuk membedah Novel Sang Pemimpi adalah kritik
Pragmatik. Abrams (1981) menyatakan kritik pragmatik yaitu suatu kritik yang disusun
berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra disusun untuk mencapai efek-efek tertentu
kepada pembacanya, seperti efek kesenangan, estetik, pendidikan (edukatif) dan sebagainya.
Kritik pragmatik ini berkecendrungan untuk memberi penilaian terhadap suatu karya berdasarkan
ukuran keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut. (dalam Semi, 1989 : 2) Berikut
pembahasan kami selengkapnya :
1. Novel Ini Mengandung Banyak Sekali Nilai Edukatif (Pendidikan) diantaranya ;
a. Kedisiplinan.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Disiplin yang keras! Itulah yang diperlukan anak-anak muda melayu zaman sekarang.” (Andera
Hirata, 2008:10)
b. Kepedulian.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Ibu Ikal memberi beras kepada Mak Cik, karena Mak Cik orang miskin, ia tak berdaya karena
tak lagi dipedulikan suaminya. (Andrea Hirata, 2008:39)
Juga kutipan berikut :
“Mulai sekarang, Mak Cik akan punya penghasilan dengan menjual kue basah.” ( Andrea
Hirata, 2008:51)
c. Religius.
Dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Setiap habis magrib Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di bawah temaram lampu
minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-nusuk
malam.” (Andre Hirata, 2008:29)
b. Kekonyolan
“Aku bertekad menghayati peranku. Aku melenggak-lenggok dengan gaya seksi seperti sang
pembantu semlohai di film murahan itu. Ekspresiku, gerak-gerikku, suaraku, semuanya meniru
seorang wanita.”(Andrea Hirata, 2008:123)
Hasil analisis kami berdasarkan kritik pragmatik, kami menyimpulkan novel ini baik karena
berhasil mencapai tujuan berupa efek-efek tertentu yakni efek edukatif, kesenangan (hiburan),
estetik (keindahan) dan lain sebagainya.
Demikianlh KRITIK NOVEL SANG PEMIMIPI
Share this article :
1
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Enter your
BERANDA
Search
BERANDA
CERPEN »
PUISI »
DRAMA »
NOVEL »
ESAI/KRITIK »
TEORI SASTRA »
SASTRA LAMA »
TOKOH »
LAIN2 »
Interiorisasi
Cerpen-cerpen Iwan Simatupang dalam Tegak Lurus dengan Langit dikumpulkan Dami N. Toda, dan
sejak awal telah menunjukkan penjelajahan yang berhasil dalam mengedepankan pergulatan
eksistensial manusia yang kehiduaon psikologisnya problematis.
Karakter (tokoh) dalam cerpen-cerpen Iwan Simatupang sangat "khas Iwan". Mereka adalah karakter-
karakter yang asing, "hilang", misterius, tersesat dalam rimba labirin filosofis dan/atau terasing dari
realitas kehidupan sosial. Karakter-karakter itu dalam kehidupan sehari-hari sangat mungkin kita kenal
sebagai tetangga atau sahabat kita yang secara fisik biasa-biasa saja namun secara sosial mungkin kita
anggap aneh karena pikiran dan tingkah-lakunya yang rumit dan tidak biasa.
Karakter-karakter itu tampaknya tidak hadir secara sembarang atau begitu saja turun dari langit
khayalan. Dapat kita katakan Iwan Simatupang sengaja menghadirkan mereka dari realitas "kini dan di
sini" setelah terlebih dahulu di-interiorisasi, yaitu diolah lewat suatu proses membatinkan melalui
penjelajahan secara mentubi ke dalam wilayah pikiran dan perasaan mereka.
Dari hasil interiorisasi itulah, misalnya, lahir karakter aku dalam "Lebih Hitam dari Hitam" yang hidup
dalam dunia yang asing, yang menyebal dari segala ukuran logika umum (common sense). Aku yang
disiksa perasaan hampa dalam cerpen itu adalah pasien rumah sakit jiwa. Suatu ketika ia terlibat konflik
dengan sesama pasien. Secara tak sengaja konflik itu melahirkan kembali perasaan kasih-sayang dalam
hatinya yang dilukiskan Iwan dengan lyric-cry (meminjam istilah Frank O. Connor) sangat menyentuh:
Pipiku basah keduanya: dunia menghenyakkan dirinya ke dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku
padanya tak terhingga ... (hlm. 16).
Karakter mahasiswa (jurusan filsafat?) dan ayahnya, yang dua-duanya mati bunuh diri, muncul dalam
"Kereta Api Lewat di Jauhan". Cerpen itu dibuka dengan serbuan retorika liris yang mencekam, padat,
dan mengejutkan:
Oleh karena ia pada suatu hari tak tahu apa yang harus dilakukan tangannya, ia mencari tali dan
menggantung dirinya. Esoknya tetangga-tetangganya menguburnya. Lusa paginya, kamarnya dikarbol.
Sorenya pindah ke situ
"Kereta Api Lewat di Jauhan" mengingatkan saya pada penelitian klasik Emilie Durkheim dalam
monograf Suicide (New York: Free Press, 1966). Durkheim, ahli sosiologi klasik kelahiran Prancis,
mengidentifikasi tiga tipe bunuh diri, yaitu tipe egoistik, anomik, dan altruistik. Karakter anak dan ayah
dalam cerpen yang dari awal hingga akhir bersuasana muram itu, mencerminkan hubungan kausal
(sebab akibat) antara tekanan terhadap individu (si anak dan si ayah) yang berlebih-lebihan di satu sisi,
berhadap-hadapan dengan kondisi anomalis (ganjil, menyimpang) masyarakat modern di sisi yang lain.
Cerpen itu pun memperlihatkan sisi tragik dari realitas kehidupan masyarakat modern, ketika
individualisme jatuh pada derajatnya yang paling rendah karena masyarakat modern cuma bersimpati
kepada orang-orang yang "menang", bukan kepada mereka yang "kalah". Anak dan ayah yang bunuh diri
secara egoistic-anomik dalam tipologi Durkheim itu, memperlihatkan secara jelas realitas kekalahan itu.
"Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu" dan "Tegak Lurus dengan Langit" adalah dua dari sedikit cerpen Iwan
Simatupang yang pada hemat saya paling berhasil menggugah kita untuk berpikir kembali tentang
kesadaran meng-Ada manusia. Yang dimaksud "kesadaran meng-Ada" adalah bagaimana manusia
(sebagai individu atau sebagai aku) menempatkan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain,
Tuhan, dan dengan segala sesuatu di luar dirinya. Karakter dalam kedua cerpen itu adalah aku yang
memikul beban sisi gelap meng-Ada secara etre-pour-soi (Inggris: being-for-itself atau "kesadaran
manusia") dalam pemahaman filsafat eksistensialisme. Menurut Jean Paul Sartre, filsuf kelahiran Francis
yang bukunya L'etre e le neant (Ada dan Ketiadaan) menjadi dokumen penting aliran filsafat
eksistensialisme dan pikiran-pikirannya di sana-sini mempengaruhi cara berpikir Iwan Simatupang,
manusia yang meng-Ada secara etre-pour-soi adalah manusia yang menggenggam kebebasan dalam
kedua tangannya sendiri, dan membentuk kebebasan yang dimilikinya menurut kehendaknya sendiri. Ia
menjadi semacam manusia yang dimaksudkan Sartre dengan perkataannya: I'homme n'est rien d'autre
que ce qu'il se fait atau "manusia adalah sebagaimana ia menjadikan dirinya sendiri".
Karakter yang tersesat dalam rimba labirin filosofis dan terasing dari realitas kehidupan sosial muncul
pula dalam dua cerpen berikut ini. Karakter gadis dalam "Patates Frites" yang dilukiskan sebagai mirip
Juliette Creco, "penyanyi eksistensialisme kota Paris" (hlm. 54), terlunta-lunta dalam pengembaraan
yang melelahkan sebagai akibat dari keyakinannya yang teguh terhadap "kebenaran" filsafat
eksistensialisme yang konsisten dianut dan dijadikan pandangan dunianya. Sedangkan si lelaki
berperawakan penyair Rabindranath Tagore dalam "Monolog Simpang Jalan" adalah seorang pengarang
gagal yang memutuskan untuk membuang pena dan mengembara ke "dingin kaki lima dan kolong-
kolong jembatan (hlm.25)
Suasana agak berbeda dan berkesan melankolik terdapat dalam cerpen "Tanggapan Merah Jambu
tentang Revolusi" yang merupakan kritik lembut Iwan Simatupang terhadap hingar-bingar revolusi.
Bandingkan, misalnya, dengan cerpen-cerpen Idrus dalam Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma yang
juga mengalamatkan kritik terhadap hiruk-pikuk revolusi namun dilakukan dengan gaya komikal dan
satir.
Ada sejumlah cerpen Iwan Simatupang yang ditulis antara 1968-1970 yang lebih merupakan potret
suasana dan sketsais yaitu: "Tak Semua Tanya Punya Jawab", "Oleh-oleh untuk Pulau Bawean",
"Prasarana, Apa Itu, Anakku?", "Aduh ... Jangan Terlalu Maju, Atuh!", "Husy! Geus! Hoechst!", "Seorang
Pangeran Datang dari Seberang Lautan", dan "Dari Tepi Langit yang Satu ke Tepi Langit yang Lain".
Cerpen-cerpen yang berjenis potret suasana itu meskipun berpretensi sastra kelihatannya lebih bernilai
sebagai dokumen jurnalistik yang membingkai kondisi sosial politik masyarakat kita pada masa cerpen
itu dibuat.
Kemungkinan Ultim
Kecuali "Tanggapan Merah Jambu tentang Revolusi" dan beberapa cerpen berjenis potret suasana,
cerpen-cerpen Iwan Simatupang dalam Tegak Lurus dengan Langit sesak dengan permenungan filosofis
perihal pergulatan eksistensial manusia yang memilih meng-Ada secara etre-pour-soi. Mereka
terperangkap dalam jaring kesadaran mereka sendiri. Ini semua melemparkan mereka ke dalam
kegelisahan psikologis, kegelisahan filosofis, dan pergulatan eksistensial yang tak usai-usai dan kerap tak
berjawab. Pada gilirannya, mereka gagal menjalin hubungan dengan realitas kehidupan sosial tempat
mereka sehari-hari hidup, dan menyebabkan mereka tenggelam dalam keterasingan (estrangement),
kehampaan (emptiness), dan kesunyian (solitariness). Lebih jauh, mereka tidak mampu menjawab
kemungkinan ultim (kemungkinan terakhir dari kehidupan) mereka sendiri. Maka masuk akal kita
apabila hampir semua karakter itu mengalami kegagalan eksistensial, dan sebagian dari mereka
menjawab pertanyaan tentang kemungkinan ultim mereka dengan cara bunuh diri. Bagi mereka bunuh
diri adalah pilihan, jalan yang ditempuh untuk mengakhiri kegelisahan psikologis, kegelisahan filosofis,
dan pergulatan eksistensial mereka. Mereka adalah orang-orang yang, dalam bahasa Sartre, "dihukum
untuk hidup bebas", condamne a etre libre.
Secara estetik maupun tematik cerpen-cerpen Iwan Simatupang dapat dikatakan berjaya. Keberhasilan
itu tampaknya disebabkan bukan semata-mata karena kehadirannya dalam lingkungan kesusastraan kita
pada waktu itu bersamaan dengan menggejalanya "demam eksistensialisme", melainkan karena cerpen-
cerpennya - sebagaimana karya drama, novel, dan juga puisi-puisinya- merupakan endapan biografis
dari perjalanan jiwanya.***
Sumber: Majalah Horison Edisi XI 2009 (Sisipan Kaki Langit 155/2009).
1 comments:
Anonymous says:
Bosss, cari kumpulan cerpen Iwan Simatupang ntuh dimane ye. Gw demen banget sama tuh
cerpen. Makasih infonye ye bossss
Post a Comment
Musikalisasi Puisi Sapardi Djoko Damono Klik di sini...
Kepada Istriku - Pada Suatu Hari Nanti - Ketika Kau Tak Ada
Buat Ning
1. Sajak Burung-burung Kondor 2. Sajak Seorang tua untuk Istrinya 3. Kupanggil Namamu 4. Pamplet
Cinta
5. Wajah Dunia Yang Pertama
6. SAJAK CINTA (1) : a. Bunga Gugur b. Serenada Biru
c. Surat Cinta d. Serenada Merjan e. Serenada Merah Padam
f. Nyanyian Pengantin g. Hutan Bogor
7. SAJAK CINTA (2) : a. Nyanyian Dunia b. Kepada ME
c. Di Bawah Bulan d. Sajak Joki Tobing Untuk Widuri
e. Sajak Widuri Untuk Joki Tobing f. Wanitaku-wanitaku
g. Kangen h. Sawojajar 5 Yogya i. Sajak Seorang Tua untuk Istrinya
goesprih.blogspot.com Overview
Popular
Tags
Blog Archives
Popular Posts
Puisi-puisi Taufiq Ismail
Taufiq Ismail Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah
dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk ...
UNSUR EKSTRINSIKALITAS DALAM NOVEL INDONESIA Setiap karya sastra adalah hasil pengaruh
yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural,...
Dongeng lucu
Dongeng Lucu: Si Luncai Si Luncal hidup sengsara karena ia seorang yatim piatu. Beberapa kali ia
mohon kepada penjaga istana untuk menghad...
Share
Subscribe
Follow Us!
Be Our Fan
Labels
Blog Archive
► 2013 (17)
► 2012 (68)
► 2011 (91)
▼ 2010 (171)
o December (6)
o October (4)
o September (9)
o August (4)
o July (12)
o June (15)
o May (39)
o April (36)
o March (16)
o February (12)
o January (18)
► 2009 (209)
► 2008 (216)
► 2007 (3)
Blogroll
About
Link Teater
Teater Garasi
Teater Koma
Teater Mandiri
Link Sahabat
Revolution Beauty
Voices
8 months ago
Link Referensi