Anda di halaman 1dari 30

PPATK E-LEARNING

ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME


Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

Modul E-Learning 3

PENEGAKAN HUKUM

Bagian Kedua, Penyidikan Oleh Kepolisian RI

3.2 Penyidikan Oleh Kepolisian RI

3.2.1 Penyelidikan

 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 angka 5 KUHAP).
 Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Penyelidikan bukan tindakan
berdiri sendiri yang terpisah dari fungsi penyidikan penyelidikan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan sub dari fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain
berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan,
pemeriksaan dan penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum (PU) (Yahya Harahap, SH, 2009:101).

3.2.2 Penyelidik

 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini untuk melakukan penyelidikan (Pasal 1 angka 4 KUHAP).
 Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia (Pasal 4 KUHAP)
 Oleh sebab Penyelidikan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Penyidikan, maka Penyidik TPPU juga
adalah Penyelidik TPPU.

3.2.3 Wewenang Penyelidik

 Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:


a. karena kewajibannya mempunyai wewenang:
i. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 1 dari 30
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

ii. mencari keterangan dan barang bukti;


iii. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal
diri;
iv. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
i. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;
ii. pemeriksaan dan penyitaan surat;
iii. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
iv. membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik (Pasal 5 (1) KUHAP)
 Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana tersebut pada
ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik (Pasal 5 (2) KUHAP).
 Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik dikoordinasi, diawasi dan diberi petunjuk oleh
penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a. (Pasal 105 KUHAP)

3.2.4 Sasaran Penyelidikan

 Sasaran Penyelidikan adalah:


(1) Orang;
(2) Benda/barang;
(3) Tempat/lokasi;
(4) Peristiwa/kejadian (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/ XII/ 2006/ BARESKRIM tanggal
15 Desember 2006)
 Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. (Pasal 1 angka 9 UU 8/2010)
 Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum. (Pasal 1 angka 10 UU 8/2010)
 Personil Pengendali Korporasi adalah setiap orang yang memiliki kekuasaan atau wewenang sebagai
penentu kebijakan Korporasi atau memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan Korporasi tersebut
tanpa harus mendapat otorisasi dari atasannya. (Pasal 1 angka 14 UU 8/2010)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 2 dari 30


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

3.2.5 Sumber Informasi Terjadinya Tindak Pidana

Sumber informasi bahwa diduga telah terjadi suatu tindak pidana yang digunakan sebagai bahan dasar
tindakan penyelidikan dapat diperoleh dari:
a. Laporan masyarakat baik perorangan maupun kelompok atau LSM.
b. Hasil audit dari BPK baik audit reguler maupun audit investigasi.
c. Hasil audit dari BPKP tentang penyimpangan pengelolaan keuangan negara/daerah yang berindikasi
tindak pidana.
d. Laporan Hasil Analisis (LHA) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari PPATK.
e. Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pada BUMN dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan indikasi tindak
pidana korupsi yang dilaporkan kepada penyidik.
f. Hasil Temuan sendiri oleh Penyelidik/Penyidik.

3.2.6 Tindakan Penyelidik

 Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik, wajib menunjukkan tanda pengenalnya. (Pasal 104
KUHAP)
 Beberapa tindakan penyelidik:
(1) Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa
yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyelidikan yang
diperlukan;
(2) Dalam hal tertangkap tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik wajib segera melakukan
tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan sebagaimana tersebut pada Pasal 5 ayat (1)
huruf b;
(3) Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) penyelidik wajib membuat
berita acara dan melaporkannya kepada penyidik sedaerah hukum. (Pasal 102 KUHAP)

3.2.7 Mengenai Laporan atau Aduan Terjadinya Tindak Pidana

(1) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu;
(2) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani oleh
pelapor atau pengadu dan penyelidik;
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 3 dari 30
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

(3) Dalam hal pelapor atau pengadu tidak dapat menulis, hal itu harus disebutkan sebagai catatan dalam
laporan atau pengaduan tersebut. (Pasal 103 KUHAP)

3.2.8 Bukti Permulaan Yang Cukup

Bukti yang cukup ialah terdapat minimal 2 (dua) bukti baik berupa 2 (dua) barang bukti atau 2 (dua) alat bukti
atau satu barang bukti dengan satu alat bukti. (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol.: SKEP/
82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)

3.2.9 Alat Bukti TPPU

 Alat bukti yang sah dalam pembuktian tindak pidana pencucian uang ialah:
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana meliputi,
1. keterangan saksi;
2. keterangan ahli;
3. surat;
4. petunjuk;
5. keterangan terdakwa; dan/atau
b. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara
elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa optik dan Dokumen. (Pasal 73 UU 8/2010 jo Pasal
184 (1) KUHAP)
 Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat
dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik
apa pun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. tulisan, suara, atau gambar;
b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu membaca atau memahaminya (Pasal 1 angka 16 UU 8/2010)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 4 dari 30


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

3.2.10 Mencari Keterangan dan Barang Bukti serta Tindakan Lain

 Tindakan Penyidikan dapat dilakukan dengan upaya paksa sebab tindakan tersebut adalah untuk tegaknya
keadilan. Lain halnya dengan penyelidikan, dalam rangka melaksanakan wewenangnya, penyelidik
mencari keterangan dan barang bukti dari sumber yang memberikan keterangan, alat bukti dan alat bukti
lain secara sukarela dengan dasar iktikad baik membantu penegakan hukum.
 Guna mendapat kebenaran bahwa telah terjadi tindak pidana, penyelidik dapat meminta keterangan
kepada seseorang. Keterangan adalah apa yang didengar, dilihat dan dialami sendiri oleh pemberi
keterangan. Permintaan keterangan dilakukan ditempat dan dalam waktu yang disepakati kedua pihak.
Pemberian maupun penolakan pemberian keterangan didokumentasikan dalam bentuk berita acara.
 Pemberian keterangan dapat disertai dengan penyerahan alat bukti, dokumen, barang atau hasil kejahatan
yang terkait dengan isi keterangan.
 Tindakan lain yang dapat dilakukan penyelidik misalnya penelusuran aset, baik yang dilakukan sendiri
atau dengan meminta bantuan PPATK, BPK, BPKP, Pihak Pelapor dll.

3.2.11 Hasil Penyelidikan

 Hasil penyelidikan berbentuk laporan yang diberikan kepada pimpinan yang berisi:
1. Berita acara permintaan keterangan;
2. Dokumen dan bukti lain;
3. Kesimpulan penyelidik antara lain:
 Sudah ditemukan bukti permulaan yang cukup sehingga dapat ditingkatkan ke tindakan
penyidikan, atau
 Belum diperoleh bukti permulaan yang cukup sehingga perlu dilakukan pendalaman dengan
menambah waktu penyelidikan,atau
 Laporan dimaksud tidak mengandung indikasi tindak pidana sehingga pemeriksaan harus
dihentikan; atau kesimpulan lain.
 Dengan demikian, penyelidikan adalah tahapan untuk untuk menentukan apakah suatu peristiwa/tindakan
seseorang adalah tindak pidana atau bukan dan menentukan dapat atau tidaknya pemeriksaan
ditingkatkan ke penyidikan. Ketika terjadi suatu peristiwa yang kemudian setelah diadakan tindakan

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 5 dari 30


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

penyelidikan ditemukan uraian perbuatan/tindakan seseorang memenuhi rumusan unsur-unsur pasal


tindak pidana dan dapat ditemukan bukti permulaan yang cukup, maka telah terjadi tindak pidana dan
dapat ditingkatkan ke penyidikan.

3.2.12 Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (Pasal 1 angka 2 KUHAP).

3.2.13 Penyidik

 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 angka 1 KUHAP)
 Penyidikan tindak pidana Pencucian Uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan
ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut
Undang-Undang ini. (Pasal 74 UU 8/2010)
 Yang dimaksud dengan “penyidik tindak pidana asal” adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-
undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia,
2. Kejaksaan,
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
4. Badan Narkotika Nasional (BNN),
5. Direktorat Jenderal Pajak dan
6. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana Pencucian Uang apabila
menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana Pencucian Uang saat melakukan
penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya. (Penjelasan Pasal 74 UU 8/2010)

3.2.14 Kewenangan Penyidik dalam KUHAP

 Penyidik Polri karena kewajibannya mempunyai wewenang :

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 6 dari 30


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

a. menerima Iaporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
i. mengadakan penghentian penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. (Pasal 7 (1) KUHAP)
 Penyidik PPNS mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya
masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik
Polri. (Pasal 7 (2) KUHAP)
 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan.
(Pasal 16 (2) KUHAP)

3.2.15 Kewenangan Penyidik Polri dalam UU 8/2010

Sebagai Penyidik yang berwenang menyidik TPPU dan TPPU yang berasal dari tindak pidana asal sebagaimana
tersebut dalam Pasal 2 ayat (1) UU 8/2010, Penyidik Polri juga berwenang melakukan Penundaan Transaksi,
Pemblokiran dan Permintaan Keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan sebagaimana diatur pada Pasal 70, 71
dan 72 UU 8/2010.

3.2.16 Dimulainya penyidikan

 Dalam hal terjadi suatu tindak pidana dan terpenuhi bukti permulaan yang cukup serta dapat ditingkatkan
ke Penyidikan, Instansi penyidik menerbitkan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) untuk menunjuk
personel Penyidik. Bila ditemukan TPPU berbarengan dengan Tindak Pidana Asal, penyidikan digabung
dalam satu Sprindik.
 Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana,
penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum. (Pasal 109 (1) KUHAP).
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 7 dari 30
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

 Sprindik di beritahukan melalui Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada Kejaksaan
paling lambat 3 hari sejak diterbitkan dan 7 hari untuk daerah terpencil. (Lampiran Keputusan Bersama
Ketua Mahkamah Agung RI, Menteri Kehakiman RI, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian RI Nomor:
KMA/003/ SKB/II/1998Nomor: M.02.PW.07.03.Th.1998Nomor: Kep/007/ JA/2/1998Nomor: Kep
02/11/1998Tanggal 5 Pebruari 1998)
 SPDP disampaikan juga kepada PPATK (Pasal 75 UU 8/2010).

3.2.17 Pemeriksaan Surat

 Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah, adalah:
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau
yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,
dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
(Pasal 187 KUHAP)
 (1) Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim melalui kantor pos dan.
telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan jika benda tersebut dicurigai
dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang diperiksa, dengan
izin khusus yang diberikan untuk itu dari ketua pengadilan negeri;
(2) Untuk kepentingan tersebut penyidik dapat meminta kepada kepala kantor pos dan telekomunikasi,
kepala jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan lain untuk menyerahkan kepadanya surat
yang dimaksud dan untuk itu harus diberikan surat tanda penerimaan;

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 8 dari 30


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

(3) Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dapat dilakukan pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan menurut ketentuan yang diatur dalam ayat tersebut. (Pasal 47
KUHAP)

3.2.18 Penggeledahan

 Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan/atau penyitaan dan/atau penangkapan
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 angka 17 KUHAP)
 Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan/atau pakaian
tersangka untuk mencari benda yang didup keras ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk disita
(Pasal 1 angka 18 KUHAP)
 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan
pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini. (Pasal
32 KUHAP)
 (1) Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat
mengadakan penggeledahan yang diperlukan;
(2) Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari penyidik, petugas kepolisian negara Republik
Indonesia dapat memasuki rumah;
(3) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni
menyetujuinya;
(4) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua
orang saksi, dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir;
(5) Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan/atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita
acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan. (Pasal 33
KUHAP)
 (1) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak
mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 33
ayat (5) penyidik dapat melakukan penggeledahan:
a. pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada dan yang ada di atasnya;
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 9 dari 30
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

b. pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;
c. di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya;
d. di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.
(2) Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan seperti dimaksud dalam ayat (1) penyidik tidak
diperkenankan memeriksa atau menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang
berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan dengan tindak
pidana yang bersangkutan atau yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut
dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh
Persetujuannya. (Pasal 34 KUHAP)
 Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penyidik tidak diperkenankan memasuki:
a. ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
b. tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan/atau upacara keagamaan;
c. ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan. (Pasal 35 KUHAP)
 Dalam hal penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar daerah hukumnya, dengan tidak
mengurangi ketentuan tersebut dalam Pasal 33, maka penggeledahan tersebut harus diketahui oleh
ketua pengadilan negeri dan didampingi oleh penyidik dari daerah hukum di mana penggeledahan itu
dilakukan. (Pasal 36 KUHAP)
 (1) Pada waktu menangkap tersangka, penyelidik hanya berwenang menggeledah pakaian termasuk
benda yang dibawanya serta, apabila terdapat dugaan keras dengan alasan yang cukup bahwa pada
tersangka tersebut terdapat benda yang dapat disita;
(2) Pada waktu menangkap tersangka atau dalam hal tersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan/atau menggeledah badan
tersangka. (Pasal 37 KUHAP)
 Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenalnya
kepada tersangka atau keluarganya, selanjutnya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 dan Pasal 34. (Pasal 125 KUHAP)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 10 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

 (1) Penyidik membuat berita acara tentang jalannya dan hasil penggeledahan rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5);
(2) Penyidik membacakan lebih dahulu berita acara tentang penggeledahan rumah kepada yang
bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik maupun tersangka atau
keluarganya dan/atau kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi;
(3) Dalam hal tersangka atau keluarganya tidak mau membubuhkan tanda tangannya, hal itu dicatat
dalam berita acara dengan menyebut alasannya. (Pasal 126 KUHAP)
 (1) Untuk keamanan dan ketertiban penggeledahan rumah, penyidik dapat mengadakan penjagaan atau
penutupan tempat yang bersangkutan;
(2) Dalam hal ini penyidik berhak memerintahkan setiap orang yang dianggap perlu tidak meninggalkan
tempat tersebut selama penggeledahan berlangsung. (Pasal 127 KUHAP)

3.2.19 Penyitaan

 Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan/atau menyimpan di bawah
penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan (Pasal 1 angka 16 KUHAP)
 (1) Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat;
(2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak
mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi ketentuan ayat (1) penyidik
dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada
ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh persetujuannya. (Pasal 38 KUHAP)
 Pejabat yang berwenang melakukan penyitaan adalah:
a) Penyidik.
b) Penyidik Pembantu.
c) Penyelidik atas perintah Penyidik melakukan penyitaan surat (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. :
SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)
 (1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari
tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 11 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
c. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
 (2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata' atau karena pailit dapat juga disita untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara pidana, sepanjang memenuhi ketentuan ayat
(1). (Pasal 39 KUHAP)
 Sasaran penyitaan:
(1) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari
tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
(2) benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
(3) benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
(4) benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
(5) benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan tindak pidana yang dilakukan.
(6) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit sepanjang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud butir (1) sampai dengan (5) tersebut di atas.
(7) Surat, buku atau kitab, daftar dan sebagainya yang diduga kuat dapat diperoleh keterangan tentang
sesuatu tindak pidana. (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15
Desember 2006)
 Dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang patut
diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai
barang bukti. (Pasal 40 KUHAP)
 Dalam hal tertangkap tangan penyidik berwenang menyita paket atau surat atau benda yang
pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan oleh kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau
perusahaan komunikasi atau pengangkutan, sepanjang paket, surat atau benda tersebut diperuntukkan
bagi tersangka atau yang berasal daripadanya dan untuk itu kepada tersangka dan/atau kepada pejabat

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 12 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan yang
bersangkutan, harus diberikan surat tanda penerimaan. (Pasal 41 KUHAP)
 Penyidik berwenang memerintahkan kepada orang yang menguasai benda yang dapat disita,
menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada yang menyerahkan
benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan; Pasal 42 (1) KUHAP)
 (a) Yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penyitaan adalah Penyidik dan Penyidik Pembantu.
(b) Dalam hal Kepala Kesatuan atau Pejabat Struktural melakukan penyitaan maka Surat Perintah
Penyitaan tersebut ditanda tangani yang bersangkutan selaku Penyidik (Lampiran SKEP Kabareskrim
No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)
 Surat atau tulisan lain hanya dapat diperintahkan untuk diserahkan kepada penyidik jika surat atau tulisan
itu berasal dari tersangka atau terdakwa atau ditujukan kepadanya atau kepunyaannya atau
diperuntukkan baginya atau jikalau benda tersebut merupakan alat untuk melakukan tindak pidana.
(Pasal 42 (2) KUHAP)
 Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut undang-undang untuk
merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas persetujuan
mereka atau atas izin khusus ketua pengadilan negeri setempat kecuali undang-undang menentukan lain.
(Pasal 43 KUHAP)
 Dalam hal penyidik melakukan penyitaan, terlebih dahulu ia menunjukkan tanda pengenalnya kepada
orang dari mana benda itu disita. (Pasal 128 KUHAP)
 Penyidik memperlihatkan benda yang akan disita kepada orang dari mana benda itu akan disita atau
kepada keluarganya dan dapat minta keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan disaksikan
oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi; (Pasal 129 KUHAP)
 Dokumen yang terkait dengan tindak pidana di bidang perbankan yang diperlukan untuk pembuktian dan
akan disita oleh Penyidik, tetap berada dan ditatausahakan pada bank yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (Pasal 7 ayat (3) SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004
tentang Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan)
 1) Simpanan yang berasal dari rekening dan/atau bukti simpanan yang disita oleh Penyidik dari pejabat
bank yang berwenang guna dijadikan barang bukti, tetap berada pada rekening atas nama pemegang

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 13 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

rekening dan/atau atas nama pemegang bukti simpanan di bank yang bersangkutan dengan status barang
sitaan yang dititipkan kepada bank dengan membuat Berita Acara Penitipan.
2) Dalam hal simpanan yang berstatus sitaan sebagaimana dimaksud pada angka 8 diserahkan oleh
Penyidik kepada Jaksa Penuntut Umum pada tahap kedua (penyerahan tersangka dan barang bukti),
simpanan tersebut tetap ditatausahakan pada rekening penyimpanan dengan dibuat Berita Acara
Penitipan oleh Jaksa Penuntut Umum di bank yang bersangkutan.
3) Hak dan kewajiban yang melekat pada dana simpanan yang disita merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dana yang disita sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bank.
4) Khusus terhadap rekening giro milik Bank Umum yang ditatausahakan pada Bank Indonesia tidak dapat
dilakukan pemblokiran dan/atau penyitaan karena terkait dengan kepentingan stabilitas sistem
perbankan. (Lampiran SKB Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Gubernur BI Tahun 2004 tentang Kerjasama
Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perbankan)
 Penyidik membuat berita acara penyitaan yang dibacakan terlebih dahulu kepada orang dari mana benda
itu disita atau keluarganya dengan diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik maupun orang atau
keluarganya dan/atau kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi; Dalam hal orang dari
mana benda itu disita atau keluarganya tidak mau membubuhkan tanda tangannya hal itu dicatat dalam
berita acara dengan menyebut alasannya; Turunan dari berita acara itu disampaikan oleh penyidik kepada
atasannya, orang dari mana benda itu disita atau keluarganya dan kepala desa. (Pasal 129 (2), (3) dan (4)
KUHAP)

3.2.20 Penitipan barang bukti

(1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara;
(2) Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada
pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut
di larang untuk dipergunakan oleh siapapun juga. (Pasal 44 KUHAP)

3.2.21 Pelelangan Barang Bukti

(1) Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau yang membahayakan, sehingga
tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 14 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

memperoleh kekuatan hukum tetap atau jika biaya penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu
tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya dapat diambil tindakan sebagai
berikut:
a. apabila perkara masih ada di tangan penyidik atau penuntut umum, benda tersebut dapat dijual
b. lelang atau dapat diamankan oleh penyidik atau penuntut umum, dengan disaksikan oleh tersangka
c. atau kuasanya;
d. apabila perkara sudah ada di tangan pengadilan, maka benda tersebut dapat diamankan atau dijual
e. lelang oleh penuntut umum atas izin hakim yang menyidangkan perkaranya dan disaksikan oleh
f. terdakwa atau kuasanya.
(2) Hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang berupa uang dipakai sebagai barang bukti;
(3) Guna kepentingan pembuktian sedapat mungkin disisihkan sebagian dari benda sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1);
(4) Benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk diedarkan, tidak termasuk ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dirampas untuk dipergunakan bagi kepentingan negara atau untuk
dimusnahkan. (Pasal 45 KUHAP)

3.2.22 Pemusnahan Barang Bukti

(1) Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dari siapa benda itu
disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila:
a. kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi;
b. perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindak
pidana;
c. perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup demi
hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dari suatu tindak pidana atau yang dipergunakan untuk
melakukan suatu tindak pidana.
(2) Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau
kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut, kecuali jika menurut putusan hakim benda itu
dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi
atau, jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain. (Pasal 46 KUHAP)
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 15 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

3.2.23 Penangkapan

 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 angka 20 KUHAP)
 Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan;
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan.
(Pasal 16 KUHAP)
 Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti permulaan yang cukup. (Pasal 17 KUHAP)
 Bukti permulaan yang cukup ialah bukti yang ada minimal terdiri dari satu barang bukti atau satu bukti
sehingga patut untuk menduga seseorang adalah pelaku tindak pidana (Lampiran SKEP Kabareskrim
No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)
 Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik Indonesia dengan
memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang
mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa; Dalam hal tertangkap tangan penangkapan
dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan
tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat;
Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan kepada
keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan. (Pasal 18 KUHAP)
 Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan untuk paling lama satu hari;
Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan kecuali dalam hal ia telah dipanggil
secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah. (Pasal 19 KUHAP)

3.2.24 Penahanan

 Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut
umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini (Pasal 1 angka 21 KUHAP)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 16 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 berwenang melakukan penahanan; Untuk kepentingan penuntutan, penuntut
umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan; Untuk kepentingan pemeriksaan
hakim di sidang pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan. (Pasal 20 KUHAP)
 (1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa
yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan
yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana; (2) Penahanan atau penahanan lanjutan
dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan
surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa
dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan atau
didakwakan serta tempat ia ditahan; (3) Tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan
atau penetapan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan kepada keluarganya; (4)
Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak
pidana dan/atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal:
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
b. tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal
351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455,
Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26
Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap Ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan
Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana
Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal
36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976
tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3086).(Pasal 21 KUHAP)
 (1) Jenis penahanan dapat berupa:
a. penahanan rumah tahanan negara;
b. penahanan rumah;

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 17 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

c. penahanan kota.
(2) Penahanan rumah dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau
terdakwa dengan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindarkan segala sesuatu yang dapat
menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan;
(3) Penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman tersangka atau terdakwa,
dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan;
(4) Masa penangkapan dan/atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
(5) Untuk penahanan kota pengurangan tersebut seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan
sedangkan untuk penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamanya waktu penahanan.(Pasal 22 KUHAP)
 (1) Penyidik atau penuntut umum atau hakim berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu
kepada jenis penahanan yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
(2) Pengalihan jenis penahanan dinyatakan secara tersendiri dengan surat perintah dari penyidik atau
penuntut umum atau penetapan hakim yang tembusannya diberikan kepada tersangka atau terdakwa
serta keluarganya dan kepada instansi yang berkepentingan. (Pasal 23 KUHAP)
 (1) Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya
berlaku paling lama dua puluh hari;
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan
yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk paling lama empat
puluh hari;
(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup kemungkinan
dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
pemeriksaan sudah terpenuhi;
(4) Setelah waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan
demi hukum. (Pasal 24 KUHAP)

3.2.25 Pemanggilan Saksi, Tersangka, Ahli, Juru Bahasa, Penterjemah

 (1) Penyidik yang melakukan pemeriksaan, dengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas,
berwenang memanggil tersangka dan saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat panggilan
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 18 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

yang sah dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara diterimanya panggilan dan hari
seorang itu diharuskan memenuhi panggilan tersebut;
(2) Orang yang dipanggil wajib datang kepada penyidik dan jika ia tidak datang, penyidik memanggil sekali
lagi, dengan perintah kepada petugas untuk membawa kepadanya. (Pasal 112 KUHAP)
 (1) Semua jenis pemberitahuan atau panggilan oleh pihak yang berwenang dalam semua tingkat
pemeriksaan kepada terdakwa, saksi atau ahli disampaikan selambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal
hadir yang ditentukan, di tempat tinggal mereka atau di tempat kediaman mereka terakhir;
(2) Petugas yang melaksanakan panggilan tersebut harus bertemu sendiri dan berbicara langsung dengan
orang yang dipanggil dan membuat catatan bahwa panggilan telah diterima oleh yang bersangkutan
dengan membubuhkan tanggal serta tanda tangan, baik oleh petugas maupun orang yang dipanggil dan
apabila yang dipanggil tidak menandatangani maka petugas harus mencatat alasannya; (Pasal 227
KUHAP)
 Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli, atau juru bahasa menurut Undang-Undang dengan sengaja
tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Undang-Undang yang harus dipenuhinya diancam:
1. Dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.
2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan. (Pasal 224 KUHP)
 Tersangka dan/atau saksi yang diperiksa harus dalam keadaan sehat. Oleh karena itu sebelum dimulainya
pemeriksaan Penyidik terlebih dahulu menanyakan kesehatan tersangka/saksi serta kesediaannya untuk
diperiksa (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember
2006)
 Pemeriksaan terhadap tersangka anak agar diperhatikan ketentuan-ketentuan mengenai peradilan anak
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak.

3.2.26 Pemeriksaan Saksi

 Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. (Pasal
1 angka 26 KUHAP)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 19 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

 Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu. (Pasal 1 angka 27 KUHAP)
 Berita acara dibuat oleh pejabat yang bersangkutan dalam melakukan tindakan tersebut pada ayat (1) dan
dibuat atas kekuatan sumpah jabatan. (Pasal 75 ayat 2 KUHAP)
 Berita acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat tersebut pada ayat (2) ditandatangani pula oleh
semua pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut pada ayat (1). (Pasal 75 ayat 3 KUHAP)
 Saksi diperiksa dengan tidak disumpah kecuali apabila ada cukup alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan
dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan. (Pasal 116 Ayat (1) KUHAP)
 Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan yang satu dengan yang lain dan mereka wajib
memberikan keterangan yang sebenarnya. (Pasal Ayat (2) 116 KUHAP.
 Dalam pemeriksaan tersangka ditanya apakah ia menghendaki didengarnya saksi yang dapat
menguntungkan baginya dan bilamana ada maka hal itu dicatat dalam berita acara. (Pasal 116 Ayat (3)
KUHAP)
 Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) penyidik wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut
(Pasal 116 Ayat (4) KUHAP)
 Keterangan tersangka dan/atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan/atau
dalam bentuk apapun. (Pasal 117 Ayat (1) KUHAP)
 Dalam hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang sebenarnya ia telah lakukan sehubungan
dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti-
telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri. (Pasal 117 Ayat (2) KUHAP)
 Keterangan tersangka dan/atau saksi dicatat dalam berita acara yang ditandatangani oleh penyidik dan
oleh yang memberi keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya. (Pasal 118 Ayat (1) KUHAP)
 Dalam hal tersangka dan/atau saksi tidak mau membubuhkan tanda-tangannya, penyidik mencatat hal itu
dalam berita acara dengan menyebut alasannya. (Pasal 118 Ayat (2) KUHAP)
 Dalam hal tersangka dan/atau saksi yang harus didengar keterangannya berdiam atau bertempat tinggal
di luar daerah hukum penyidik yang menjalankan penyidikan, pemeriksaan terhadap tersangka dan/atau

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 20 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

saksi dapat dibebankan kepada penyidik di tempat kediaman atau tempat tinggal tersangka dan/atau saksi
tersebut. (Pasal 119 KUHAP)

3.2.27 Pemeriksaan Ahli

 Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan (Pasal 1
angka 28 KUHAP)
 Berita acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat tersebut pada ayat (2) ditandatangani pula oleh
semua pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut pada ayat (1) (Pasal 75 ayat (3) KUHAP)
 Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki
keahlian khusus (Pasal 120 ayat (1) KUHAP)
 Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi
keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta
martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk
memberikan keterangan yang diminta (Pasal 120 ayat (2) KUHAP)

3.2.28 Pemeriksaan Surat

 Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim melalui kantor pos dan
telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan jika benda tersebut dicurigai
dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang diperiksa, dengan
izin khusus yang diberikan untuk itu dari ketua pengadilan negeri (Pasal 47 ayat (1) KUHAP)
 Untuk kepentingan tersebut penyidik dapat meminta kepada kepala kantor pos dan telekomunikasi,
kepala jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan lain untuk menyerahkan kepadanya surat
yang dimaksud dan untuk itu harus diberikan surat tanda penerimaan (Pasal 47 ayat (2) KUHAP)
 Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dapat dilakukan pada semua tingkat
 pemeriksaan dalam proses peradilan menurut ketentuan yang diatur dalam ayat tersebut. (Pasal 47 ayat
(3) KUHAP)
 Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah, adalah:
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 21 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau
yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,
dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
(Pasal 187 KUHAP)
 Termasuk Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 16 UU 8/2010

3.2.29 Alat Bukti Lain

 Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik
dengan alat optik atau yang serupa dengan optik dan Dokumen (Pasal 73 huruf b UU 8/2010)
 Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat
dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik
apa pun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: a.
tulisan, suara, atau gambar; b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya; c. huruf, tanda, angka, simbol, atau
perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau
memahaminya (Pasal 1 angka 16 UU 8/2010)

3.2.30 Petunjuk

 Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana dan siapa pelakunya. (Pasal 188 (1) KUHAP)
 Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari:
a. keterangan saksi;
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 22 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

b. surat;
c. keterangan terdakwa. (Pasal 188 (2) KUHAP)
 Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh
hakim dengan arif lagi bijaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan
kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya (Pasal 188 (3) KUHAP)

3.2.31 Pemeriksaan Tersangka

 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut
diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 1 butir 14 KUHAP)
 Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada
penuntut umum.
 Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum.
 Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan. (Pasal 50 KUHAP)
 Untuk mempersiapkan pembelaan:
a. tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang
apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai;
b. terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang
apa yang didakwakan kepadanya. (Pasal 51 KUHAP)
 Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak
memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim. (Pasal 52 KUHAP)
 Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap
waktu mendapat bantuan juru bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177.
 Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu dan/atau tuli diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 178. (Pasal 53 Ayat (1) dan (3) KUHAP)
 Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang
atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara
yang ditentukan dalam undang-undang ini. (Pasal 54 KUHAP)
 Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 23 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk
penasihat hukum bagi mereka. (Pasal 56 Ayat (1) KUHAP)
 Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
memberikan bantuannya dengan cuma-cuma. (Pasal 56 Ayat (2) KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai
dengan ketentuan undang-undang ini. (Pasal 57 Ayat (1) KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan
berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya. (Pasal 57 Ayat (1) KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan menerima kunjungan
dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses perkara
maupun tidak. (Pasal 58 KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas
dirinya oleh pejabat yang berwenang, pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, kepada
keluarganya atau orang lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang
bantuannya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan
bagi penangguhannya. (Pasal 59 KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai
hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi
penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum. (Pasal 60 KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan penasihat hukumnya
menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya
dengan perkara tersangka atau terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan
kekeluargaan. (Pasal 61 KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya, dan menerima surat dari
penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagi
tersangka atau terdakwa disediakan alat tulis menulis. (Pasal 62 Ayat (1) KUHAP)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 24 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

 Surat menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat hukumnya atau sanak keluarganya tidak
diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat
cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu disalahgunakan. (Pasal 62 Ayat (2) KUHAP)
 Dalam hal surat untuk tersangka atau tedakwa itu ditilik atau diperiksa oleh penyidik, penuntut umum,
hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan
surat tersebut dikirim kembali kepada pengirimnya setelah dibubuhi cap yang berbunyi "telah ditilik".
(Pasal 62 Ayat (3) KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniwan. (Pasal 63
KUHAP)
 Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. (Pasal 64 KUHAP)
 Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan/atau seseorang yang
memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya. (Pasal 65
KUHAP)
 Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, penasihat hukum dapat
mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan. (Pasal 115 ayat (1)
KUHAP)
 Keterangan tersangka dan/atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan/atau
dalam bentuk apapun. (Pasal 117 Ayat (1) KUHAP)
 Dalam hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang sebenarnya ia telah lakukan sehubungan
dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti-
telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri. (Pasal 117 Ayat (2) KUHAP)
 Keterangan tersangka dan/atau saksi dicatat dalam berita acara yang ditandatangani oleh penyidik dan
oleh yang memberi keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya. (Pasal 118 Ayat (1) KUHAP)
 Dalam hal tersangka dan/atau saksi tidak mau membubuhkan tanda-tangannya, penyidik mencatat hal itu
dalam berita acara dengan menyebut alasannya. (Pasal 118 Ayat (2) KUHAP)
 Dalam hal tersangka dan/atau saksi yang harus didengar keterangannya berdiam atau bertempat tinggal
di luar daerah hukum penyidik yang menjalankan penyidikan, pemeriksaan terhadap tersangka dan/atau

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 25 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

saksi dapat dibebankan kepada penyidik di tempat kediaman atau tempat tinggal tersangka dan/atau saksi
tersebut.(Pasal 119 KUHAP)

3.2.32 Konfrontasi dan Rekonstruksi

1) Apabila dalam pemeriksaan, antara tersangka yang satu dengan tersangka yang lain, antara tersangka
dengan saksi maupun antara saksi dengan saksi yang lain terdapat pertentangan atau ketidak cocokan
keterangan yang diberikan kepada pemeriksa, maka bila dipandang perlu diadakan konfrontasi.
2) Demikian pula halnya untuk perkara tertentu, apabila dipandang perlu dalam pembuktiannya dapat
dilakukan rekonstruksi.
3) Pelaksanaan Konfrontasi dan rekonstruksi:
a) Konfrontasi
(1) Maksud diadakannya konfrontasi ialah untuk mencari persesuaian diantara beberapa
keterangan yang berasal baik dari tersangka maupun saksi dengan tujuan mendapatkan
kepastian manakah diantara keterangan-keterangan tersebut yang benar atau paling mendekati
kebenaran.
(2) cara melakukan konfrontasi
i. Langsung
Tersangka/para tersangka dan/atau saksi/para saksi yang keterangannya saling tidak
ada kecocokan atau tidak terdapat persesuaian satu sama lain, dipertemukan satu sama
lain dihadapan pemeriksa guna diuji manakah diantara keterangan-keterangan
tersebut yang benar atau paling mendekati kebenaran.
ii. Tidak Langsung
Tersangka/orang yang dicari dicampur dengan beberapa orang (3 orang atau lebih)
yang belum dikenal oleh saksi, berdiri atau duduk berjajar dan masing-masing diberi
nomor, ditempatkan didalam suatu ruangan yang dapat dilihat saksi. Sedangkan saksi
bersama pemeriksa berada di luar ruangan tersebut, dapat melihat orang-orang
tersebut. Manakah yang dimaksudkan dalam keterangannya tersebut, cara ini biasa
disebut dengan link up.
iii. Hasil konfrontasi supaya dituangkan dalam Berita Acara Konfrontasi.
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 26 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

b) Rekonstruksi
(1) Maksud diadakannya rekonstruksi ialah untuk memberikan gambaran tentang terjadinya suatu
tindak pidana dengan jalan memperagakan kembali cara tersangka melakukan tindak pidana
dengan tujuan untuk lebih meyakinkan kepada pemeriksa tentang kebenaran keterangan
tersangka atau saksi.
(2) Rekonstruksi dapat dilakukan di tempat kejadian perkara (TKP).
(3) Setiap peragaan perlu diambil foto-fotonya dan jalannya peragaan dituangkan dalam Berita
Acara.
(4) Hasil rekonstruksi agar dianalisa terutama pada bagian-bagian yang sama dan berbeda dengan
isi Berita Acara Pemeriksaan. (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/
82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)

3.2.33 Evaluasi Hasil Penyidikan

Agar memperoleh keterangan, petunjuk-petunjuk, bukti-bukti, data yang cukup dan benar, maka hasil
pemeriksaan Tersangka/Saksi/Ahli yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan baik secara sendiri-
sendiri maupun secara keseluruhan dievaluasi guna mengembangkan dan mengarahkan pemeriksaan
berikutnya ataupun untuk membuat suatu kesimpulan dari pemeriksaan sebagai salah satu kegiatan
penyidikan yang dilakukan.
Adapun proses dari evaluasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
(1) Tahap Inventarisasi
Penyidik/Penyidik Pembantu berusaha menarik dan mengumpulkan semua keterangan-keterangan yang
benar-benar yang mengarah kepada unsur-unsur Pasal tindak pidana sebanyak mungkin.
(2) Tahap Seleksi
Dari keterangan-keterangan yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diseleksi untuk mencari keterangan-
keterangan yang ada relevansinya dengan peristiwa pidana yang terjadi dan mempunyai hubungan yang
logis.
(3) Tahap Pengkajian

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 27 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

a) Dari keterangan-keterangan yang telah diseleksi tersebut penyidik/penyidik pembantu mengkaji,


dan menguji kebenarannya dengan bukti-bukti serta petunjuk-petunjuk yang ada, sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan apakah keterangan tersebut betul-betul dapat dipercaya, dengan cara:
(1) Menilai adanya persesuaian untuk keterangan saksi.
(2) Menilai adanya persesuaian keterangan saksi dengan keterangan ahli dan bukti yang ada.
(3) Adanya alasan yang logis dari setiap keterangan saksi.
b) Setelah diperoleh gambaran atau konstruksi perkara pidanya secara bulat, maka dapat diketahui:
(1) Bahwa benar peristiwa tindak pidana telah terjadi.
(2) Peranan dari masing-masing tersangka yang terlibat.
(3) Siapa-siapa saksinya, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
(4) Barang/benda yang menjadi barang bukti.
c) Dari hasil-hasil evaluasi tersebut, penyidik/penyidik pembantu dapat menyusun resume. (Lampiran
SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)

3.2.34 Pemberkasan Perkara

 Penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya segera membuat berita acara yang diberi tanggal dan
memuat tindak pidana yang dipersangkakan, dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu
tindak pidana dilakukan, nama dan tempat tinggal dari tersangka dan/atau saksi, keterangan mereka,
catatan mengenai. akta dan/atau benda serta segala sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan
penyelesaian perkara. (Pasal 121 KUHAP)
 Penyidikan koneksitas
1. Penyidikan koneksitas dilakukan apabila tersangka terdiri dari anggota TNI dan masyarakat sipil;
2. Penyidikannya dilakukan bersama-sama oleh Penyidik Polri, Polisi Militer dan Oditur Militer atau
Oditur Militer Tinggi;
3. Tim Penyidik tersebut dibentuk dengan Surat Keputusan bersama Menteri Pertahanan dan
Keamanan dan Menteri Kehakiman;
4. Untuk menetapkan Pengadilan Militer atau Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum yang
berhak menangani perkara itu, dilakukan penelitian bersama oleh Jaksa atau Jaksa Tinggi dan Oditur
Militer atau Oditur Militer Tinggi berdasarkan berkas hasil Penyidikan koneksitas;
PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 28 dari
Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

5. Pendapat tersebut dituangkan dalam Berita Acara, untuk selanjutnya dilaporkan oleh Jaksa atau
Jaksa Tinggi kepada Jaksa Agung dan oleh Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi kepada Oditur
Jenderal TNI. (Pasal 89 sampai dengan 94 KUHAP)
 Pemberkasan merupakan kegiatan menyusun hasil penyidikan dalam bentuk tulisan dengan susunan dan
syarat-syarat pengikatan, penjilidan serta penyegelan. (Lampiran SKEP Kabareskrim No.Pol. : SKEP/
82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)

3.2.35 Penyerahan Berkas Perkara

 Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas
perkara itu kepada penuntut umum. (Pasal 110 ayat (1) KUHAP)
 Penyerahan Berkas Perkara merupakan kegiatan pengiriman Berkas Perkara berikut penyerahan
tanggung jawab atas tersangka dan barang buktinya kepada Penuntut Umum yang dilakukan dalam dua
tahap sebagai berikut:
a) Pada tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan Berkas Perkara.
b) Tahap kedua, penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang buktinya kepada
Penuntut Umum/setelah berkas perkara dinyatakan lengkap oleh Penuntut Umum.
c) Apabila dalam waktu 14 hari berkas perkara tidak dikembalikan oleh Penuntut Umum, maka
penyidikan dianggap selesai dan penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang
buktinya kepada Penuntut Umum.
 Di dalam surat pengantar pengiriman Berkas Perkara kepada Penuntut Umum agar dicantumkan
permintaan:
(1) Dalam hal Penuntut Umum menghentikan penuntutan, Surat Ketetapan mengenai Hal itu
disampaikan kepada Penyidik.
(2) Dalam hal Penuntut Umum melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri turunan surat pelimpahan
perkara beserta dakwaan disampaikan kepada Penyidik.
(3) Dalam hal Penuntut Umum mengubah surat dakwaan, disampaikan kepada Penyidik (Lampiran SKEP
Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 29 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id
PPATK E-LEARNING
ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
Bagian 2: Penyidikan Oleh Kepolisian RI

3.2.36 Penghentian Penyidikan

 Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik
memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. (Pasal 109 Ayat (2)
KUHAP)
 Dalam hal penghentian tersebut pada ayat (2) dilakukan oleh penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf b, pemberitahuan mengenai hal itu segera disampaikan kepada penyidik dan
penuntut umum. (Pasal 109 Ayat (3) KUHAP)
 Penghentian Penyidikan merupakan salah satu kegiatan penyelesaian perkara yang dilakukan apabila:
a) Tidak terdapat cukup bukti.
b) Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana.
c) Demi hukum karena:
(1) Tersangka meninggal dunia.
(2) Tuntutan tindak pidana telah kadaluarsa.
(3) Pengaduan dicabut bagi delik aduan.
(4) Ne bis en Idem (Tindak Pidana tersebut telah memperoleh putusan Hakim yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dan pasti).
d) Dalam hal penghentian penyidikan, berkas perkara tidak diserahkan kepada Penuntut Umum,
tetapi Penyidik/Penyidik pembantu wajib mengirimkan Surat Pemberitahuan Penghentian
Penyidikan kepada Penuntut Umum, tersangka dan pelapor.
 Dalam hal penghentian penyidikan dinyatakan tidak sah oleh putusan Pra peradilan dan/atau ditemukan
bukti baru maka penyidik harus melanjutkan penyidikan kembali dengan menerbitkan Surat Ketetapan
Pencabutan Penghentian Penyidikan dan Surat Perintah Penyidikan Lanjutan. (Lampiran SKEP
Kabareskrim No.Pol. : SKEP/ 82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006)

PPATK - Pusat Pelaporan Analisis & Transaksi Keuangan Hal 30 dari


Jl.Ir.H.Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia 30
Telepon +6221-3850455, +6221-3853922, Faksimili +6221-3856809, +6221-3856826
Email: contact-us@ppatk.go.id, website: http://elearning.ppatk.go.id

Anda mungkin juga menyukai