Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angina Pektoris tidak stabil pada penyakit syndrom koronaria akut
adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik miokard
tanpa adnya infark.Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk
mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Pada makalah ini terutama
akan dibahas mengenai Angina pectoris tidak stabil karena angina pectoris
tidak stabil adalah suatu sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan
tipe angina pectoris yang dapat berubah menjadi infark miokard ataupun
kematian.
Sindroma Angina pectoris tidak stabil telah lama dikenal sebagai
gejala awal dari infark miokard akut (IMA).Bayak penelitian melaporkan
bahwa angina pectoris tidak stabil merupakan risiko untuk terjadinya IMA
dan kematian.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 60-70% penderita
IMA dan 60% penderita mati mendadak pada riwayat penyakitnya yang
mengalami gejala angina pectoris tidak stabil.Sedangkan penelitian jangka
panjang mendapatkan IMA terjadi pada 5-20% penderita angina pectoris
tidak stabil dengan tingkat kematian 14-80%.
Dalam kelompok yang mengalami nyeri dada,terdapat serangan
jantung yang jumlahnya dua kali lebih besar dibandingkan kelompok yang
tidak mengalami nyeri dada.Dalam kelompok yang mengalami angina dan
kemungkinan serangan jantung sebelumnya(mereka mengakui pernah
mengalami sedikitnya satu kali serangan nyeri dada yang parah,yang
berlangsung lebih lama dari biasanya,bahkan pada saat istirahat),terdapat
lebih dari enam kali serangan jantung dbandingkan kelompok lainnya.
Angina pectoris tidak stabil letaknya diantara spectrum angina
pectoris stabil dan infark miokard,sehingga merupakan tantangan dalam
upaya pencegahan terjadinya infark miokard.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari angina pectoris tidak stabil?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan angima
pectoris tidak stabil?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan angina pectoris tidak
stabil.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Angina pectoris tidak stabil
b. Mengetahui etiologi dari Angina pectoris tidak stabil
c. Mengetahui manifestasi klinis dari Angina pectoris tidak stabil
d. Mengetahui pelaksanaan dari Angina pectoris tidak stabil
e. Merumuskan asuhan keperawatan dari Angina pectoris tidak stabil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dari Angina Pektoris Tidak Stabil
1. Definisi
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien
mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau
terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti. (Anwar,Bahri,2009)
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari
suatu iskemik miokard tanpa adanya infark. Angina pektoris tidak
stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut yang
berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut. Gejala
angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2
miokard. (Trisnaamijaya, Pangemanan, & Mandang, 2013)
Angina Pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari
suatu iskemik miokard tanpa adnya infark.Klasifikasi klinis angina
pada dasarnya berguna untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya
iskemik. Walaupun patogenesa angina mengalami perubahan dari
tahun ke tahun,akan tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe
angina :
1) Classical effort angina(angina klasik)
Pada nekropsi biasanya didapatkan arterosklerosis koroner.Pada
keadaan ini,obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya
iskemik seperti waktu istirahat.Akan tetapi,bila kebutuhan aliran
darah melewati jumlah yang dapat melewati obstruksi
tersebut,maka terjadi iskemik dan timbul gejala angina.Angina
pectoris akan timbul pada setiap aktivitas yang dapat meningkatkan
denyut jantung,tekanan darah,dan status inotropik jantung sehingga
kebutuhan oksigen akan bertambah seperti pada aktivitas fisik dan
udara dingin.
2) Variant Angina(angina Printzmetal)
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat
istirahat,akibat penurunan supplai oksigen darah ke miokard secara
tiba-tiba.Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya obstruksi yang
dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun
normal.Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini
selama terjadi angina saat istirahat jelas disertai penurunan darah
arteri koroner.
3) Unstable Angina (Angina tidak stabil)
Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat
berubah seperti keluhan yang bertambah progresif,dan sebelumnya
dengan angina stabil atau angina pada pertama kali.Angina dapat
terjadi pada saat istirahat maupun bekerja.Pada patologi biasanya
ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai cirri
tersendiri. Angina pectoris tidak stabil adalah suatu spektrum dari
sindroma iskemik infark miokard akut yang berada diantara angina
pectoris stabil dan infark miokard akut.(Anwar Bahri,2009)
2. Etiologi
Angina yang tidak stabil terjadi ketika pecahnya mendadak dari
plak, yang menyebabkan akumulasi cepat trombosit di lokasi pecah
dan peningkatan mendadak dalam obstruksi aliran darah dalam arteri
koroner. Akibatnya, gejala angina tidak stabil terjadi tiba-tiba, sering
kali dalam tak terduga atau tidak terduga.. Gejala mungkin baru, lama,
lebih berat, atau terjadi sedikit atau tidak dengan angina.Angina tidak
stabil merupakan suatu keadaan darurat medis. Jadi jika angina tidak
stabil terjadi, mencari perhatian medis segera sangat penting.
Gejala angina pektoris tidak stabil pada dasarnya timbul karena
iskemik akut yang tidak menetap akibat ketidak seimbangan antara
kebutuhan dan suplai O2 miokard. Angina dimulai ketika pasokan
oksigen dan glukosa tidak selaras dengan kebutuhan.Pasokan oksigen
dan glukosa yang terus menerus dari aliran darah ke miokardium
adalah mutlak penting bagi kehidupan.Tanpa mereka,jantung akan
mengeluh dan biasanya pasien mengeluh nyeri.Dan jika pasokan
oksigen dan glukosa ke bagian tertentu dari miokardium tidak
dipulihkan dengan cepat,maka bagian otot itu akan mati.Nyerinya
disebut angina,dan kematian otot disebut “infark” atau dalam bahasa
sehari-sehari adalah serangan jantung.
Angina dimulai ketika pasokan oksigen dan glukosa tidak selaras
dengan kebutuhan.Jika ada sesuatu yang menghalangi kemulusan
akses oksigen dan glukosa ke miokardium,padahal jantung harus
berdenyut,maka miokardium akan akan mencoba menemukan
sumbernya dari bahan lain,misalnya lemak,dan akan
berusaha”membakarnya” tanpa oksigen.Kebanyakan orang,ketika
kanak-kanak pernah merasakan akibat dari proses energy
“anaerobic”seperti ini dalam bentuk “cubitan” di sisi tubuh selama
berlari.Nyeri cubitan ini disebabkan oleh bertumpuknya asam laktat
pada otot di sisi tubuh dan punggung yang telah digunakan secara
berlebihan(lemak tidak seluruhnya terbakar menjadi
karbondioksida,tetapi hanya terbakar sampai asam laktat,suatu bahan
yang lebih kompleks,yang lebih sulit dikeluarkan dari jaringan)
Nyeri pada angina mempunyai akar yang sama.Asam laktat juga
tertimbun di jantung yang berusaha berdenyut tanpa pasokan oksigen
yang cukup: nyeri angina bisa mirip dengan nyeri cubitan
tadi.Perbedaannya adalah bahwa kita bisa bertahan terhadap nyeri
cubitan,karena otot punggung bisa pulih dengan istirahat yang
cukup.Jika ingin bertahan,otot jantung membutuhkan pasokan oksigen
yang jauh lebih cepat.Pasokan oksigen ini datang dari arteri-arteri
koroner.Disebut demikian karena mereka membentuk
“korona”(mahkota) di sekeliling puncak jantung,melepaskan cabang-
cabang ke seluruh permukaan jantung untuk “memberi makan” otot-
otot yang membentuk dinding dari keempat bilik jantung.Pada jantung
yang normal,ketiga arteri koroner utama dan percabangannya adalah
pembuluh yang lebar,kuat dan lentur,yang bisa mengembang besar
untuk menangani tambahan aliran darah yang dibutuhkan ketika
tuntutan meningkat.
3. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada
ketidakadekuatan supply oksigen ke sel-sel miokardium yang
diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner).
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit
arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja
suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.
Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri
koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke
otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau
menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi
No (nitrat Oksida) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat
yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot
polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 %
serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner
akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob
untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini
menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila keutuhan energi sel-sel jantung
berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot
kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan
terjadi sebagai respon terhadap respons terhadap suplai oksigen yang
tidak adekuat ke sel-sel miocard di jantung. Nyeri angina dapat
menyebar ke lengan kiri, ke punggung, rahang, dan daerah abdomen.
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen
juga akan meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada
jantung yang sehat, maka arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan
mengalirkan lebih banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika
terjadi kekakuan dan penyempitan pembuluh darah seperti pada
penderita arteosklerotik dan tidak mampu berespon untuk berdilatasi
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah iskemi miocard,
yang mana sel-sel miocard mulai menggunakan glikolisis anaerob
untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan ini sangat
tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asalm laktat. Asam laktat
kemudian menurunkan PH Miocardium dan menyebabkan nyeri pada
angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang
(istirahat, atau dengan pemberian obat) suplay oksigen menjadi
kembali adekuat dan sel-sel otot kembali melakukan fosforilasi
oksidatif membentuk energy melalui proses aerob. Dan proses ini tidak
menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri angina mereda dan dengan
demikian dapat disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang
berlangsung singkat (Corwin, 2000)
4. Klasifikasi
Pada tahun 1989 Braunwald menganjurkan dibuat klasifikasi
berdasarkan beratnya serangan angina.
Klasifikasi berdasarkan beratnya angina :
1) Angina Pertama Kali
Angina timbul pada saat aktifitas fisik.Baru pertama kali dialami
oleh penderita dalam periode 1 bulan terakhir,dimana angina cukup
berat dan frekuensi cukup sering,lebih dari 3 kali per hari.
2) Angina Progresif
Penderita sebelumnya menderita angina pectoris stabil. Angina
timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan
terakhir,yaitu menjadi lebih sering,lebih berat,lebih lama,timbul
dengan pencetus yang lebih ringan dari biasanya dan tidak hilang
dengan cara yang biasa dilakukan.
3) Angina waktu istirahat
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun
hal-hal yang dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan
O2 miokard. Lama angina sedikitnya 15 menit.
5. Manifestasi Klinis
Serangan angina tidak stabil bisa berlangsung antara 5 dan 20
menit. Kadang-kadang gejala-gejala dapat 'datang dan pergi'. Rasa
sakit yang terkait dengan angina dapat bervariasi dari orang ke orang,
dan orang-orang membuat perbandingan yang berbeda untuk
mengekspresikan rasa sakit yang mereka rasakan.
Adapun gejala angina pekroris umumnya berupa angina untuk pertama
kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasanya. Nyeri dada
seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama.timbul pada
waktu istirahat,atau timbul karena aktivitas yang minimal.Nyeri dada
dapat disertai keluhan sesak napas,mual,sampai muntah.kadang-
kadang disertai keringat dingin.
Tanda khas angina pectoris tidak stabil adalah :
1) Nyeri dada
Banyak pasien memberikan deskripsi gejala yang mereka alami
tanpa kata ‘nyeri’,’rasa ketat’,’rasa berat’,’tekanan’,dan ‘sakit’
semua merupakan penjelas sensasi yang sering berlokasi di garis
tengah,pada region retrosternal. Lokasi dari nyeri dada ini terletak
di jantung di sebelah kiri pusat dada,tetapi nyeri jantung tidak
terbatas pada area ini.Nyeri ini terutama terjadi di belakang tulang
dada(di tengah dada) dan di sekitar area di atas putting kiri,tetapi
bisa menyebar ke bahu kiri,lalu ke setengah bagian kiri dari rahang
bawah,menurun ke lengan kiri sampai ke punggung,dan bahkan ke
bagian atas perut.
Karakteristik yang khas dari nyeri dada akibat iskemik miokard
adalah :

a) Lokasinya biasanya di dad kiri kiri,di belakang dari tulang dada


atau sedikit di sebelah kiri dari tulang dada yang dapat menjalar
hingga ke leher,rahang,bahu kiri, hingga ke lengan dan jari
manis dan kelingking,punggung,atau pundak kiri.
b) Nyeri bersifat tumpul,seperti rasa tertindih/berat di dada,rasa
desakan yang kuat dari dalam atau dari baeah diafragma(sekat
antara rongga dada dan rongga perut),seperti diremas-remas
atau dada mau pecah,dan biasanya pada keadaan yang sangat
berat disertai keringat dingin dan sesak nafas serat perasaan
takut mati.Nyeri ini harus dibedakan dengan mulas atau
perasaan seperti tertusuk-tusuk pada dada, karena ini bukan
angina pectoris.Nyeri biasanya muncul setelah melakukan
aktivitas,hilang dengan istirahat,danakibat stress emosional.
c) Nyeri yang pertama kali timbul biasanya agak nyata,dari
beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Nyeri angina
berlangsung cepat,kurang dari 5 menit.Yang khas dari nyeri
dada angina adalah serangan hilang dengan
istirahat,penghilangan stimulus emosional,atau dengan
pemberian nitrat sublingual.Serangan yang lebih lama
menandakan adanya angina tidak stabil atau infark miokard
yang mengancam.

2) Sesak napas
Ansietas, berkeringat dan sesak napas dapat terjadi bersamaan
dengan nyeri dada.Kadang,sesak napas tanpa nyeri dada dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit koroner berat atau
berhubungan dengan disfungsi ventrikel kiri,sebagai akibat dari
peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri(left ventricular
end diastolic pressure/LVEDP) dan penurunan komplians paru
3) Gangguan Kesadaran
Sinkop jarang terjadi pada angina dan apabila terjadi harus
diwaspadai akan diagnosis lainnya.Rasa pusing atau presinkop
yang berhubungan dengan palpitasi dapat mengindikasikan adanya
aritmia
6. Prognosis
Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-
tahun dengan hanya sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari.
Mortalitas bervariasi dari 2% - 8% setahun.
Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnyan kelainan
pembuluh koroner. Pasien dengan penyempitan di pangkal pembuluh
koroner kiri mempunyai mortalitas 50% dalam lima tahun. Hal ini jauh
lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya pada
salah satu pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang buruk
akan memperburuk prognosis. Dengan pengobatan yang maksimal dan
dengan bertambah majunya tindakan intervensi dibidang kardiologi
dan bedah pintas koroner, harapan hidup pasien angina pektoris
menjadi jauh lebih baik
7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis angina tidak stabil dimulai dengan gejala pasien dan
pemeriksaan fisik.Angina pectoris tidak stabil biasanya didiagnosis
bila:
1) orang dengan angina stabil memiliki peningkatan mendadak dalam
jumlah atau beratnya episode nyeri dada selama hari-hari
sebelumnya atau minggu
2) orang tanpa angina mengembangkan meningkatkan episode nyeri
dada atau nyeri dada saat istirahat
3) orang yang mungkin atau mungkin tidak memiliki angina di masa
lalu, mengembangkan nyeri dada berkepanjangan tetapi tidak
menunjukkan bukti karena serangan jantung.

Untuk mendiagnosa angina pektoris tidak stabil, dokter akan


mengambil riwayat kesehatan menyeluruh (termasuk deskripsi lengkap
gejala-gejala pasien), melakukan pemeriksaan fisik, mengukur tekanan
darah, dan melakukan satu atau lebih dari tes berikut:

1) Elektrokardiogram (EKG) - GAMBAR


Tes EKG memonitor aktivitas listrik jantung. Ketika
temuan EKG tertentu yang hadir, risiko angina tidak stabil maju
denagn serangan jantung meningkat secara signifikan. Sebuah
EKG biasanya normal ketika seseorang tidak memiliki rasa sakit
dada dan sering menunjukkan perubahan tertentu ketika rasa sakit
berkembang.
Pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) lebih sering
ditemukan adanya depresi segmen ST dibandingkan angina
pektoris yang stabil. Gambaran EKG penderita Angina pectoris
tidak stabil dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen ST
disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang
ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan
gelombang T. Perubahan EKG pada Angina pectoris tidak
stabil bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi
sendiri-sendiri ataupun bersamaan. Perubahan tersebut
timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran
normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam waktu 24
jam Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi
evolusi gelombang Q,maka disebut sebagai IMA. Tetapi kelainan
EKG pada angina yang tidak stabil masih reversible.
2) Enzim LDH, CPK dan CK-MB
Pada Angina tidak stabil kadar enzim LDH dan CPK dapat
normal atau meningkat tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas
normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif untuk
nekrosis otot miokard. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial
ntuk mengidentifikasi adanya IMA.

3) Kateterisasi jantung dan angiografi

Dokter dapat merekomendasikan kateterisasi jantung dan


angiografi, terutama jika perubahan penting EKG istirahat adalah
tes darah jantung atau ada abnormal. Selama angiography, sebuah
kateter dimasukkan ke arteri di paha atau lengan dan maju ke
jantung. Ketika kateter diposisikan dekat arteri yang memasok
darah ke jantung, dokter menyuntikkan zat warna kontras. Sebagai
pewarna perjalanan melalui arteri, X-ray gambar diambil untuk
melihat seberapa baik darah mengalir melalui arteri, dan jika ada
penyumbatan maka terjadi coronary arteri disease.

4) Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk


diagnosis angina tidak stabil secara langsung.Tetapi bila tampak
adanya gangguan faal ventrikel kiri,adanya insufisiensi mitral,dan
abnormalitas gerakan dinding regional jantung,menandakan
prognosis kurang baik.Ekokardiografi sres juga dapat membantu
menegakkan adnya iskemia miokardium
8. Penatalaksanaan Angina Pektoris Tidak Stabil –
PENATALAKSANAAN PERKI 2015. (NON FARMAKOLOGI
DAN FARMAKOLOGI)
Pengobatan untuk angina tidak stabil berfokus pada tiga tujuan:
menstabilkan plak apapun yang mungkin pecah dalam rangka untuk
mencegah serangan jantung, menghilangkan gejala, dan mengobati
penyakit arteri koroner yang mendasarinya.

1) Menstabilkan plak

Dasar dari sebuah stabilisasi plak pecah adalah


mengganggu proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan
serangan jantung.. Pasien yang mengalami gejala-gejala angina
tidak stabil dan yang tidak minum obat harus segera mengunyah
aspirin, yang akan memblok faktor pembekuan dalam
darah.Mengunyah aspirin, daripada menelan utuh, mempercepat
tubuh proses menyerap aspirin stabil Ketika angina terjadi pasien
harus mencari bantuan medis segera di rumah sakit. Setelah di
rumah sakit, obat-obatan lainnya untuk blok pembekuan proses
tubuh dapat diberikan, termasuk heparin, clopidogrel, dan platelet
glikoprotein (GP) IIb / IIIa obat reseptor blocker.
Dalam beberapa kasus, prosedur untuk mengurangi atau
menstabilkan penyumbatan dalam arteri koroner mungkin
diperlukan di samping obat anti-pembekuan.. Paling umum
Prosedur untuk ini koroner angioplasti Dalam angioplasti koroner,
sebuah balon berujung kateter dimasukkan ke pembuluh darah di
lengan atau pangkal paha dan maju melalui pembuluh darah dan ke
jantung. Ketika kateter mencapai penyumbatan di arteri koroner,
dokter mengembang balon di ujung kateter. Balon mengembang
dan mengempis, menekan penumpukan plak pada dinding arteri
koroner dan meningkatkan diameter arteri,. Sering-mesh tabung
logam, dikenal sebagai stent, ditempatkan di arteri untuk tetap
terbuka. stent tetap secara permanen di arteri koroner, dan balon
dan kateter dikeluarkan pada akhir prosedur.
2) Menghilangkan gejala-gejala
Obat angina,baik dan prosedur untuk mengurangi
penyumbatan dalam arteri koroner bisa meringankan gejala angina
tidak stabil. Tergantung pada keadaan pasien individu, obat sendiri
atau obat dalam kombinasi dengan prosedur yang dapat digunakan
untuk mengobati angina.

3) Mengobati penyakit arteri koroner yang mendasarinya

Penatalaksanaan pada dasarnya bertujuan untuk


memperpanjang hidup dan memperbaiki kualitas hidup dengan
mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.

4) Pengobatan medikal

Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina.


Ada 3 jenis obat yaitu :

a) Golongan nitrat
Umumnya dikenal sebagai nitrogliserin, nitrat adalah obat yang
paling umum diresepkan untuk mengobati angina. Nitrat
melebarkan pembuluh darah, yang memungkinkan lebih
banyak darah mengalir melewati penyumbatan. Nitrat juga
menurunkan resistensi jantung wajah ketika memompa darah
ke seluruh tubuh, yang pada gilirannya dapat mengurangi stres
(beban kerja) pada jantung. Nitrogliserin merupakan
obat pilihan utama pada serangan angina akut.
Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan
pembuluh darah koroner. Efeknya langsung terhadap
relaksasi otot polos vaskuler.Nitrogliserin juga dapat
meningkatkan toleransi pada penderita angina sebelum
terjadi hipokesia miokard. Bahan utama yang menyebabkan
pembuluh-pembuluh darah kecil seperti areteri koroner melebar
(dilatasi) adalah oksida nitrat (NO).Ini dihasilkan secara alami
oleh sel-sel pelapis arteri sebagi respon terhadap perubahan
pada aliran darah dan kimia darah.Di dalam darah,nitrat diubah
menjadi oksida nitrat dan membuka pembuluh darah.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual)
atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri
iskemia dalam 3 menit.
Efek utama adah pada vena yang besar,sehingga darah
berkumpul di vena dan kurang kembali ke jantung.Ini
menurunkan tekanan yang tercipta di dalam jantung,dan
menurunkan kebutuhan oksigen jantung.Dengan membuka
arteri-arteri terkecil di perifer atau pinggiran tubuh,terutama di
anggota tubuh,nitrat juga menurunkan tekanan yang
dibutuhkan jantung untuk mendorong aliran darah,dan juga
menurunkan kebutuhan oksigen dari jantung.Golongan obat ini
juga menyebarkan peredaran koroner ke area-area jantung,jauh
di dalam otot jantung,yang telah kekurangan darah selama
serangan angina.Pada semua cara ini,obat-obatan golongan
nitrat cenderung mengembalikan perimbangan pasokan
kebutuhan ke keadaan normal.
Efek samping pemakaian golongan nitrat adalah sakit kepala
dan tekanan darah rendah.
b) Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi
frekuensi seranganpada beberapa bentuk angina.Cara kerjanya :
 Memperbaiki spasme koroner dengan
menghambat tonus vasometer pembuluh darah
arteri koroner
 Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai
darah ke miokard
 Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi
perifer dan menurunkan afterload.
 Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan
mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga
mengurangi kebutuhan O2.
c) Beta Bloker
Beta-blocker memperlambat denyut jantung dan menurunkan
kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga mengurangi tekanan
pada jantung. Obat-obatan seperti diltiazem, nifedipin, atau
verapamil, cara kerjanya menghambat sistem
adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan
kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut
jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang
kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama
untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar
penderita.
Efek samping Beta-blocker dapat menyebabkan:
 detak jantung lambat
 tekanan darah rendah
 depresi

Adapun penatalaksanaan Non farmakologi dan farmakologi menurut PERKI 2015


, antara lain :

Terapi Farmakologi :

1. Nitrat
-Pasien dengan UAP/STEMI dengan nyeri dada yang berlanjut sebaiknya
mendapatkan nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal sampai 3
kali pemberian, setelah itu harus di pertimbangkan dengan penggunaan
nitrat intravena jika tidak ada indikasi kontrak.
-
Non Farmakologi

B. Konsep Asuhan Keperawatan Angina Pektoris Tidak Stabil

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.1 Riwayat Kesehatan
a. Identitas pasien
identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No. Register, dan
Diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak
stabil yaitu Nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke
leher, daerah interskapula atau lengan kiri. serangan atau nyeri yang
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat,
serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh
pasien sesuai dengan gejala-gejala pada pada pasien dengan angina
tidak stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke
leher, daerah interskapula atau lengan kiri. serangan atau nyeri yang
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat,
serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. biasanya disertai sesak
nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dan
dizzines.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi, Atherosklerosis,
Insufisiensi aorta, Spasmus arteri koroner, dan Anemia berat
4) Riwayat kesehatan keluarga
keluarga pasien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner
1.2 Pengkajian Pola Gordon, NANDA
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: kaji persepsi pasien
terhadap kondisi sakit dan perilaku dalam menjaga kesehatan.
2) Pola Nutrisi-Metabolik: kaji jumlah makanan dan rentang waktu
makan sebelum dan saat sakit.
3) Pola Eliminasi: kaji frekuensi BAB/BAK, konsistensi, dan warna
feses sebelum dan saat sakit
4) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas:
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ket: 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total.
Latihan: kaji kemampuan rentang gerak pasien sebelum dan saat sakit.
5) Pola kognitif dan Persepsi: kaji kemampuan pasien dan keluarga
dalam menerima informasi dan penjelasan dari tenaga kesehatan. Kaji
pesepsi keluarga atau pasien terhadap penyakit yang dideritanya.
6) Pola Persepsi-Konsep diri: kaji persepsi klien terhadap kondisi dan
arti dirinya akibat sakit yang dialami
7) Pola Tidur dan Istirahat: kaji lama dan frekuensi istirahat pasien pada
siang dan malam hari sebelum dan saat sakit. Catat adakah gejala
penyakit yang menyebabkan gangguan pola dan kualitas tidur pasien
8) Pola Peran-Hubungan: kaji bagaimana pasien melakukan
hubungannya dengan orang lain disekitarnya serta apakah pasien
dapat menjalankan perannya selama sakit.
9) Pola Seksual-Reproduksi: kaji adakah istri yang menunggu saat
dirawat di rumah sakit dan ada tidaknya gangguan hubungan seksual
akibat sakit yang dialami.
10) Pola Toleransi Stress-Koping: kaji bagaimana cara pasien
menghadapi stress yang dialami akibat penyakitnya atau peubahan
status kesehatannya.
11) Pola Nilai-Kepercayaan: kaji peran nila dan kepercayaan dalam
memberikan penguatan pada pasien untuk sembuh. Selain itu perlu
juga dikaji persepsi klien tentang penyebab munculnya penyakit yang
sedang dialami.
1.1.1 Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala :pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaan tidak
berdaya setelah latihan, nyeri dada bila bekerja dan
terkadang saat beristirahat.
b) Tanda :dispnea saat kerja atau saat istirahat
2) Sirkulasi
a) Gejala :riwayat penyakit jantung, hipertensi, obesitas.
b) Tanda :takikardia, distritmia, tekanan darah normal, meningkat
atau menurun, bunyi jantung mungkin normal. Saat serangan
angina, bisa ditemukan adanya gallop, murmur regurgitasi mitral,
split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian menghilang

3) Makanan/cairan
a) Gejala :mual,nyeri ulu hati/epigastrium saat makan, diet tinggi
kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman keras.
b) Tanda : distensi gaster.
4) Integritas ego
a) Gejala :stressor kerja, keluarga, lain-lain.
b) Tanda :ketakutan, mudah marah, gelisah, cemas.
5) Nyeri/ketidaknyamanan
a) Gejala :nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang,
leher, bahu, dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada
kanan)
P: nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar,
seperti marah, olahraga pada suhu ekstrim, atau
mungkin tidak dapat diperkirakan dan atau terjadi
selama istirahat.
Q: Nyeri terasa berat, seperti tertekan, terjepit, dan
terbakar.
R: Nyeri dirasakan pada dada substernal atau retrosternal
dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau lengan
kiri
S: Skala nyeri yang dirasakan pasien biasanya nyeri
ringan sampai sedang.
Skala nyeri
1–3 (Nyeri ringan)
4–6 (Nyeri sedang)
7–9 (Nyeri berat)
10 (Sangat nyeri)
T: Nyeri biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang
lebih dari 30 menit dan rata-rata nyeri dirasakan 4-5
menit

b) Tanda :wajah berkerut, dan meringis meletakkan pergelangan


tangan pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot,
dan gelisah. Respon otomatis contoh takikardi, perubahan

6) Pernafasan TD.
a) Gejala :dispnea saat kerja dan terkadang pada saat istirahat,
riwayat merokok.
b) Tanda :meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman.

Pemeriksaan fisik B6
1) B1/ Breathing (Respiratory System): kaji adanya sesak nafas, takipnea,
suara nafas ronkhi, pada pasien dengan Angina tidak stabil biasanya
disertai dyspnea dan adanya penggunaan otot bantu napas.
2) B2/ Blood (Cardiovascular system): kaji adanya takikardi, penurunan
tekanan darah, dan aritmia jantung. pada pasien dengan Angina tidak
stabil biasanyaterjadi palpitasi.
3) B3/ Brain (Nervous system): kaji adakah penurunan kesadaran. Pada
umumnya sistem ini normal, tetapi biasanya ditemukan pusing, dan
adanya kelelahan.
4) B4/ Bladder (Genitourinary system): biasanya normal
5) B5/ Bowel (Gastrointestinal System): pasien dengan angina pektoris
biasanya normal terkadang mengalami anorexia, muntah, mual.
6) B6/ Bone (Bone-Muscle-Integument): biasanya normal, tetapi
terkadang ditemukan sianosis.

Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
pada pemeriksaan EKG 50% ditemukan normal, tetapi dapat ditemukan
depresi atau elevasi segmen ST .
2) Foto thoraks
biasanya normal, lebih sering menunjukkan kelainan pada riwayatinfark
miokard atau nyeri dada yang bukan berasal dari jantung.
B. Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Keperawatan
1. DS: Nyeri akut berhubungan dengan
a. pasien mengeluh nyeri dada bagian iskemi miokardium
tengah dan menjalar kelengan bagian
kiri
P: Nyeriberhubungan
dengan kerja fisik
atau emosi besar,
seperti marah,
olahraga pada
suhu ekstrim, atau
mungkin tidak
dapat diperkirakan
dan atau terjadi
selama istirahat.
Q: Nyeri terasa berat,
seperti tertekan,
terjepit, dan
terbakar.
R: Nyeri dirasakan
pada dada
substernal atau
retrosternal dan
menjalar ke leher,
daerah
interskapula atau
lengan kiri
S: Skala nyeri yang
dirasakan pasien
biasanya nyeri
ringan sampai
sedang.
Skala nyeri
1 – 3 (Nyeri
ringan)
4 – 6 (Nyeri
sedang)
7 – 9 (Nyeri
berat)
10 (Sangat
nyeri)
T: Nyeri biasanya
kurang dari 15
menit, kadang-
kadang lebih dari
30 menit dan rata-
rata nyeri
dirasakan 4-5
menit

DO:
Pasien tampak meringis dengan meletakkan
pergelangan tangan pada midsternum,
kemudian memijat tangan kiri, tegang dan
gelisah.
2. DS: Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan kelemahan, kelelahan, berhubungan denga suplai O2 ke
perasaan tidak berdaya setelah latihan, sel miokardium inadekuat
nyeri dada bila bekerja dan terkadang saat
beristirahat.
DO: dispnea dan RR meningkat
3. DS: pasien mengatakan merasa sakit kepala Penurunan curah jantung
dan kelelahan dan lemah saat beraktivitas
dan terkadang saat istirahat.

DO : -Tampak cynosis pada dada


pasien,Pasien tampak gelisah.
TD : 176/108 mmhg
MAP : 127
N : 99x/mnt
RR : 24x/mnt
C. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraklititas ventrikuler, iskemia
miokard
b. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung
c. Nyeri akut b/d ketidakseimbangan suplai O2 ke selmiokardium, iskemi
miokardium
d. intoleransi aktivitas b/d penurunan perfusi perifer akibat ketidakadekuatan
antara suplai dan kebutuhan O2 ke sel miokardium, iskemik miokard
e. cemas b/d rasa takut akan kematian / perubahan kesehatan
D. Intervesi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Penurunan NOC: 1. Aktivitas Keperawatan
curah jantung a. Keefektifan pompa jantung a. Pengkajian
b/d penurunan b. status sirkulasi 1) Kaji dan dokumentasikan tekanan
kontraklititas c. Perfusi jaringan perifer darah, adanya sianosis, status
ventrikuler, d. Tanda-tanda vital pernapasan dan status mental
iskemia Setelah dilakukan asuhan 2) Kaji toleransi aktivitas pasien
miokard selama ….x 24 jam Penurunan dengan memperhatikan adanya
curah jantung klien teratasi awitan napas pendek, nyeri dan
dengan kriteria hasil: palpitasi
1. Curah jantung efektif, 3) Regulasi hemodinamik ( NIC)
indikator: 4) Evaluasi respon pasien terhadap
a) TTV dalam rentang pemberian oksigen
normal (Tekanan darah,
Nadi, respirasi) b. Penyuluhan pasien dan keluarga
b) Dapat mentoleransi 1) Jelaskan tujuan pemberian
aktivitas oksigen per nasal kanul atau
c) tidak ada kelelahan sungkup
d) Tidak ada penurunan 2) Instruksikan pasien dan keluarga
kesadaran dalam prencanaan untuk
e) AGD dalam batas normal perawatan di rumah, meliputi
2. Status sirkulasi adekuat, pembatasan aktivitas, pembatasan
indikator : diet, dan penggunaan alat
a) TD sistolik dan diastolik terapiutik.
dbn 2. Aktivitas kolaboratif
b) Denyut jantung dbn 1) konsultasikan dengan dokter
c) Hipotensi ortostatik menyangkut parameter pemberian
tidak ada atau penghentian obat tekanan
d) Gas darah dbn darah
e) Status kognitif dbn 2) Berikan dan titrasikan obat
f) Warna kulit normal. inotropik, nitrogliserin untuk
mempertahankan kontraktilitas,
preload, dan afterload sesuai
program medis
3) Lakukan perujukan ke pusat
rehabilitasi jantung jika
diperlukan
3. Aktivitas lain
1) Ubah posisi pasien ke posisi
datar atau trendelenburg ketika
tekanan darah pasien berada
pada rentang lebih rendah
dibandingkan biasanya
2) Ubah posisi pasien setiap dua
jam atau pertahankan aktivitas
lain yang sesuai
3) Regulasi hemodinamik (NIC)

2. Perfusi a. Cardiac pump 1. aktivitas keperawatan


Jaringan tidak effectiveness a. Pengkajian
efektif b/d b. Circulation status 1) Monitor nyeri dada(durasi,
penurunan c. Tissue perfusion: cardiac intensitas)
curah jantung perifer 2) Monitor status cairan
d. Vital sign status

Setelah dilakukan asuhan


selama…..x 24 jam 3) Monitor peningkatan
ketidakefektifan perfusi jaringan kelelahan
dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
1. Tekanan sistol dan diastole
sesuai dengan yang b. Penyuluhan pada pasien dan
diharapkan keluarga menjelaskan pembatasan
2. Nadi perifer kuat dan intake kafein, sodim, kolesterol
simetris dan lemak
3. Tidak ada edem perifer
4. Tidak ada nyeri dada 2. Aktivitas kolaboratif
5. Denyut jantung, AGD, dan Kelola pemberian obat-obatan:
fraksi ejeksi normal. analgesic, antikoagulan, nitrogliserin,
6. Tidak ada kelelahan vasodilator, dan diuretic,
ekstrim.
3. Aktivitas lain-lain
Tingkatkan istirahat (batasi
pengunjung, control stimulasi
lingkungan).
3. Nyeri akut a. Pain Level 1. Aktivitas keperawatan
b/dketidaksei b. Pain control a. pengkajian
mbangan c. Comfort level 1) kaji dan Catat karakteristik nyeri,
suplai O2 ke Setelah dilakukan tindakan lokasi, intensitas, lamanya dan
selmiokardium keperawatan selama…. x24 jam penyebarannya
, iskemi Klien dapat terkurangi nyerinya
miokardium dengan criteria hasil: 2) Anjurkan klienuntuk melaporkan
1. secara subjektif klien nyeri dengan segera
Melaporkan penurunan rasa
nyeri dada
2. Mampu mengenali nyeri 3) Lakukan manajemen nyeri (NIC)
(skala, intensitas, frekuensi, a) Atur posisi fisiologis
dan tanda nyeri)
3. Mampu mengontrol nyeri. b) Istirahatkan klien
4. Secara objektif didapatkan
tanda vital dalam batas
normal, wajah rileks, tidak
terjadi penurunan perfusi
perifer. c) Beri O2 dengan canul/ masker
sesuai indikasi

d) Manajemen lingkungan,
tenang dan batasi pengunjung
e) Ajarkan tehnik relaksasi
pernapasan dalam pada saat
nyeri
f) Ajarkan tehnik distrasi pada
saat nyeri

g) Lakukan manajemen sentuhan

b. Penyuluhan untuk pasien dan


keluarga
1) Instruksikan pasien untuk
menginformasikan pada perawat
jika rasa nyeri tidak berkurang
2) Informasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan strategi koping yang
ditawarkan
3) Perbaiki kesalahan persepsi tentang
analgesic narkotik dan opioid
4) Manajemen nyeri (NIC): berikan
informasi tentang nyeri, penyebab,
berapa lama berlangsung dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur

2. Aktivitas Kolaboratif
1) Manajemen nyeri
(NIC):Gunakan tindakan
pengendalian nyeri sebelum
nyeri menjadi lebih berat
2) Laporkan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil

3. Aktivitas lain
1) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai
indikasi melalui pengkajian nyeri
dan efek samping
2) Bantu pasien mengidentifikasi
tindakan kenyamanan yang
efektif seperti distraksi, relaksasi,
atau kompres dingin/hangat
3) Bantu pasien untuk lebih
berfokus pada aktivitas bukan
pada nyeri
4) Manajemen nyeri (NIC):
Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan
kegaduhan

4. intoleransi a. Self Care: ADLs 1. Aktivitas Keperawatan


b. Tolransi aktivitas a. Pengkajian
aktivitas b/d
c. Konservasi energi 1) Kaji tingkat kemampuan pasien
penurunan Setelah dilakukan tindakan untuk berpindah dari tempat tidur,
perfusi keperawatan selama… x24 jam berdiri, ambulasi, dan melakukan
klien bertoleransi terhadap aktivitas secara mandiri
perifer akibat aktivitas dengan kriteria hasil: 2) Evaluasi motivasi keinginan
ketidakadeku 1. Berpartsipasi dalam latihan pasien untuk meningkatkan
fisik tanpa disertai perubahan aktivitas
atan antara
TD, nadi, dan RR
suplai dan 2. Mampu melakukan aktivitas 3) Manajemen energy (NIC)
kebutuhan O2 sehari hari (ADLs) secara a) Tentukan penyebab keletihan
mandiri
ke sel
Keseimbangan aktivitas dan b) Pantau respon
miokardium, istirahat. kardiorespiratori terkait
iskemik aktivitas
miokard c) Pantau asupan nutrisi untuk
memastikan sumber energy
yang adekuat
b. Penyuluhan untuk pasien dan
keluarga
1) Penggunaan teknik napas
terkontrol selama aktivitas, jika
perlu kenali tanda dan gejala
intoleransi aktivitas
2) Penggunaan teknik relaksasi
3) Manajemen energy (NIC):
a) Ajarkan pasien dan orang
terdekat tentang teknik
perawatan diri
b) Ajarkan tentang pengaturan
aktivitas dan teknik
manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
2. Aktivitas kolaboratif
1) Berikan pengonbatan nyeri
sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor
penyebab
2) Kolaborasi dengan ahli terapi
untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas
3) Rujuk pasien ke ahli gizi untuk
perencanaan diet guna
meningkatkan asupan makanan
yang kaya energi
4) Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi
jantung

3. Aktivitas lain
1) Hindari menjadwalkan aktivitas
selama periode istirahat

2) Pantau tanda-tanda vital sebelum,


selama dan sesudah aktivitas

3) Manajemen energy (NIC):


a) Bantu pasien mengidentifikasi
pilihan aktivitas

b) Bantu aktifitas fisik teratur


5. cemas b/d rasa Manajemen ansietas/cemas 1. Kaji respon ketakutan pasien baik
takut akan secara subjektif maupun objektif.
Setelah dilakukan tindakan 2. Jauhkan sumber ketakutan pasien
kematian /
keperawatan selama… x24 jam apabila memungkinkan.
perubahan cemas dapat teratasidengan 3. Dampingi pasien dalam situasi yang
kesehatan kriteria hasil: baru.
1. pasien dapat mengenali 4. Lakukan pendekatan pada pasien untuk
perasaannya pengungkapan perasaan, persepsi dan
2. pasien mampu ketakutan secara verbal.
mengidentifikasi penyebab/
faktor penyebab
kecemasannya.
3. pasien 5. Lakukan penguatan positif baik verbal
mengungkapkanpenguranga maupun non verbal pada pasien.
n kecemasan / ketakutan
secara verbal
4. pasien menunjukkan 6. Nilai pemahaman pasien terkait
kemampuan memecahkan dengan proses penyakit.
masalah secara positif.
5. pasien mampu 7. Aajarkan teknik relaksasi nafas dalam
mengidentifikasi / 8. Jelaskan pada pasien tentang proses
menggunakansumber daya penyakit, pemeriksaan dan
secara tepat. pengobatan.

9. Libatkan peran keluarga untuk


mengurangi ketakutan pasien.

10. Kaji kebutuhan pasien akan layanan


sosial atau intervensi psikiatrik.

11. Diskusikan dengan dokter terkait


ketakutan paasien.
D. ImplementasiKeperawatan

No Hari/ Diagnosa Implementasi


Tanggal
1. Senin 19- Penurunan 1. Melakukan monitoring tanda-tanda
01-15 curah jantung vital dan mengkajia ada tidaknya
b/d penurunan sianosis dan penurunan kesadaran
kontraklititas pasien
ventrikuler, 2. Menanyakan ada tidaknya kelelahan
iskemia yang berat setelah pasien beraktivitas
miokard 3. Menanyakan perasaan pasien setelah
diberikan oksigen tambahan per nasal
4. Menjelaskan pemberian oksigen per
nasal kanul pada pasien dan keluarga
5. Mengkonsultasikan dengan dokter
untuk memberikan agen inotropik
atau obat-obatan jantung lainnya
6. Mengkonsultasikan untuk merujuk
pasien ke pusat rehabilitasi jantung
7. Mengubah posisi pasien ke posisi
datar atau trendelenburg.
2. Senin 19- Perfusi 1. Menanyakan pada pasien tentang
01-15 Jaringan tidak nyeri dada yang dirasakan
efektif b/d 2. Menghitung intake dan output cairan
penurunan pasien
curah jantung 3. Menjelaskan pada pasien dan
keluarga perlunya pembatasan kafein
dan sodium
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter
dan ahli farmasi untuk pemberian
obat vasodilator
5. Jelaskan pada keluarga bahwa pasien
membutuhkan suasana yang tenang
untuk istirahat
6. Menginstruksikan kepada keluarga
untuk membatasi jumlah pengunjung.
3. Senin 19- Nyeri akut b/d 1. mengkaji dan Catat karakteristik
01-15 ketidakseimba nyeri, lokasi, intensitas, skala,
ngan suplai O2 lamanya dan penyebarannya nyeri.
ke 2. mengatur posisi fisiologis dan
selmiokardium mengistirahatkan klien
, iskemi 3. memberi O2 sesuai indikasi

33
miokardium 4. melakukan Manajemen lingkungan,
tenang dan batasi pengunjung
5. mengajarkan tehnik relaksasi
pernapasan dalam dan distraksi pada
saat nyeri
6. Mengkonsultasikan dengan dokter
untuk memberikan jenis analgesic
yang sesuai bagi pasien
7. Menjelaskan kepada pasien tentang
hal yang dapat mempeburuk rasa
nyeri dan bagaimana cara
menghindarinya
4. Senin 19- intoleransi 1. Menanyakan apakah pasien mampu
01-15 aktivitas b/d untuk melakukan aktivitas secara
penurunan mandiri seperti makan, mandi, ganti
perfusi perifer pakaian dan sebagainya
akibat 2. Memberikan nutrisi tinggi kalori dan
ketidakadekuat protein serta rendah lemak
an antara 3. Mengajarkan pada pasien dan
suplai dan keluarga tentang cara perawatan diri
kebutuhan O2 pasien selama terjadi intoleransi
ke sel aktivitas
miokardium, 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter
iskemik atu ahli farmasi untuk memilih dan
miokard tata cara pengobatan yang tepat
untuk pasien
5. Mengajarkan pasien tentang cara
mengatur dan menyesuaikan aktivitas
dengan kemampuan fisik
6. Melakukan pengukuran TTV sebelum
dan sesudah pasien beraktivitas.
7. Melakukan rujukan pasien ke ahli gizi
untuk perencanaan diet makanan
yang kaya energy.
5. Senin 19- cemas b/d rasa 1. mengkaji respon ketakutan pasien baik
01-15 takut akan secara subjektif maupun objektif.
kematian / 2. menjauhkan sumber ketakutan pasien
perubahan apabila memungkinkan.
kesehatan 3. mendampingi pasien dalam situasi
yang baru.
4. melakukan pendekatan pada pasien
untuk pengungkapan perasaan,
persepsi dan ketakutan secara verbal.
5. melakukan penguatan positif baik

34
verbal maupun non verbal pada pasien.
6. mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
7. menilai pemahaman pasien terkait
dengan proses penyakit.
8. menelaskan pada pasien tentang proses
penyakit, pemeriksaan dan
pengobatan.
9. melibatkan peran keluarga untuk
mengurangi ketakutan pasien.
10. mengkaji kebutuhan pasien akan
layanan sosial atau intervensi
psikiatrik.
11. mendiskusikan dengan dokter terkait
ketakutan pasien

35
E. Evaluasi (SOAP)

Hari/ Diagnosa
No Catatan Perkembangan
tanggal Keperawatan
1. Senin Penurunan curah S:Pasien berkata, “Sus, saya
19-01-15 jantung b/d merasa nyeri dada yang saya
penurunan rasakan sudah agak mendingan,
kontraklititas dan saya sudah dapat berjalan
ventrikuler, iskemia sendiri”
miokard O: tanda-tanda vital dalam
batas normal
A: masalah teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan
2. Senin Perfusi Jaringan S: Pasien berkata: “Sus, saya
19-01-15 tidak efektif b/d masih merasa sesak”
penurunan curah O: Pasien masih terlihat sianosis
jantung dan CRT>3 detik
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3. Senin Nyeri akut b/d S: Pasien berkata, “Sus, nyeri
19-01-15 ketidakseimbangan yang saya rasakan sudah agak
suplai O2 ke sel mendingan”
miokardium, O: Pasien tidak sering
iskemi miokardium mencengkeram dadanya lagi
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
4. Senin intoleransi aktivitas S: pasien berkata, “Sus,
19-01-15 b/d penurunan sekarang saya sudah dapat
perfusi perifer beraktivitas sendiri’
akibat O: Pasien dapat makan dan
ketidakadekuatan berjalan sendiri ke kamar mandi
antara suplai dan A: masalah teratasi
kebutuhan O2 ke P: intervensi dihentikan.
sel miokardium,
iskemik miokard

5. Senin cemas b/d rasa S: pasien berkata, “Sus,


19-01-15 takut akan sekarang saya tidak cemas lagi
kematian / O: pasien dapat melakukan
perubahan teknik relaksasi nafas dalam dan
kesehatan bisa berfikir positif
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan.

36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angina pectoris tidak stabil adalah suatu sindrom klinik yang berbahaya
dan merupakan tipe angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark
ataupun kematian. Pengenalan klinis angina pektoris termasuk patosiologi, faktor
risiko untuk terjadinya IMA serta perjalanan penyakitnya perlu diketahui agar dapat
dilakukan pengobatan yang tepat ataupun usaha pencegahan agar tidak terjadi
imfark miokard. Pengobatan bertujuan untuk mempepanjang hidup dan
memperbaiki kualitas hidup baik secara medikal maupun pembedaan.
Prinsipnya menambah suplai O 2 ke daerah iskemik atau mengurangi
kebutuhan O2 . Pencegahan terhadap faktor risiko terjadinya angina pekrotis lebih
penting dilakukan dan sebaiknya dimulai pada usia muda seperti menghindarkan
kegemukan, menghindarkan stress, diet rendah lemak, aktifitas fisik yang tidak
berlebihan dan tidak merokok.

37
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Marry. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta:
EGC

Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges,Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

Gray,Huon H,dkk.2005.Lecture Notes Kardiologi.Jakarta: Erlangga

Smith,Tom.2007.Hati-Hati dengan Nyeri Dada(Angina).Jakarta:Archan

Trisnaamijaya, D., Pangemanan, J., & Mandang, V. (2013). HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK
DAN KEJADIAN ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL . 1-6.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

38

Anda mungkin juga menyukai

  • Gangguan Psikotik
    Gangguan Psikotik
    Dokumen25 halaman
    Gangguan Psikotik
    RenithaaChiieGadhiizzKura-kura
    Belum ada peringkat
  • Kel 5 Makalah Gangguan Emosi
    Kel 5 Makalah Gangguan Emosi
    Dokumen14 halaman
    Kel 5 Makalah Gangguan Emosi
    RenithaaChiieGadhiizzKura-kura
    100% (1)
  • Woc Nstemi
    Woc Nstemi
    Dokumen1 halaman
    Woc Nstemi
    RenithaaChiieGadhiizzKura-kura
    Belum ada peringkat
  • Woc Nstemi
    Woc Nstemi
    Dokumen1 halaman
    Woc Nstemi
    RenithaaChiieGadhiizzKura-kura
    Belum ada peringkat
  • Leaflet RSSA
    Leaflet RSSA
    Dokumen4 halaman
    Leaflet RSSA
    RenithaaChiieGadhiizzKura-kura
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 7
    Kelompok 7
    Dokumen46 halaman
    Kelompok 7
    RenithaaChiieGadhiizzKura-kura
    Belum ada peringkat