TINJAUAN PUSTAKA
2
4
dalam dua atau tiga baris pada batas mucocutaneus. Glandula sebasea
(glandula Zeis) bermuara langsung ke folikel bulu mata. Glandula siliaris
(glandula Moll) yang merupakan modifikasi dari kelenjar keringat,
bermuara secara terpisah di antara bulu mata yang berdekatan. Glandula
tarsalis yang merupakan modifikasi dari glandula sebasea yang panjang,
mengalirkan sekret berminyaknya ke pinggir palpebra, muaranya berada di
belakang bulu mata.6
jaringan ikat padat yang berbentuk bulan sabit (Gambar 3). Ujung lateral
tarsus melekat pada sebuah pita yang disebut ligamentum palpebrae
lateral, pada tuberkulum tepat di sebelah dalam pinggir orbita. Ujung
medial tarsus melekat di ligamentum palpebrae medial ke crista os
lacrimalis. Terdapat sebuah kelenjar yang tertanam di dalam permukaan
posterior tarsus.6
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis yang melapisi palpebra,
melipat pada forniks superior dan inferior untuk melapisi permukaan
anterior bola mata (Gambar 4). Epitel konjungtiva melanjutkan diri
dengan epitel kornea. Bagian lateral atas forniks superior ditembus oleh
duktus glandula lakrimalis dan membentuk saccus conjunctivalis yang
terbuka pada fissure palpebrae.6
2.2.2 Epidemiologi
Data epidemiologi tentang ptosis kongenital tidak terdapat
secara luas. Salah satu laporan terbesar datang dari Cina,
dipublikasikan oleh Hu pada tahun 1987. Sebuah studi populasi lebih
dari tujuh juta dari provinsi-provinsi di Cina, laporan Hu
menyediakan informasi tentang bermacam-macam penyakit mata
8
2.2.3 Etiologi
Pada sebagian besar kasus biasanya penyebabnya tidak
diketahui. Tetapi secara histologi, ditemukan distrofi muskulus
levator palpebra pada pasien dengan ptosis kongenital. Muskulus
levator palpebra dan jaringan aponeurosis tampak terinfiltrasi dan
digantikan oleh jaringan lemak dan ikat. Hal ini menunjukkan bahwa
ptosis kongenital terjadi akibat defek perkembangan lokal pada
struktur otot. Ptosis kongenital juga dapat diturunkan secara
autosomal dominan. Ptosis pada anak biasanya disebabkan oleh
miogenik dan maldevelopment otot levator, sedangkan pada
acquired ptosis umumnya disebabkan oleh aponeurosis.1,3
Ptosis dapat dikategorikan menurut onset yaitu ptosis
kongenital dan ptosis yang didapat (Tabel 1.). Ptosis kongenital
biasanya tampak segera setelah lahir maupun pada tahun pertama
9
2.2.4 Patogenesis
Banyak teori yang telah diajukan mengenani patogenesis dari
ptosis kongenital. Menurut sejarah, ptosis kongenital telah diduga
sebagai kelainan perkembangan otot, tetapi teori terbaru telah
berfokus pada kelainan persarafan otot. Studi histopatologi telah
mendemonstrasikan defek primer pada otot levator palpebral
superior dengan fibrosis dan penurunan jumlah serat otot skeletal.
Mekanisme pasti dari disgenesis levator tidak jelas diketahui dan
dapat bervariasi sesuai kondisi. Terdapat banyak kemungkinan
tentang penyebab ptosis kongenital, termasuk disinsersi levator
sekunder oleh trauma lahir.8
10
Gambar 6. Marcus Gunn jaw-winking syndrome: (a) terjadi ptosis kelopak mata kanan saat
mulut tertutup, (b) terjadi elevasi kelopak mata kanan saat rahang dibuka. 9
Sumber: Custer (2016)
2.2.6 Diagnosis
Beberapa pemeriksaan oftalmologis diperlukan untuk menilai
etiologi dan derajat ptosis. Pemeriksaan tersebut antara lain sebagai
berikut.10
2.2.6.1 Tes Fungsi Kelopak
Tes fungsi palpebra dideskripsikan sesuai Tabel 3. dan
Gambar 7. Fungsi levator dinilai dengan mengukur perbedaan
antara posisi tepi kelopak atas saat menatap ke bawah dn atas.
Fungsi levator normal adalah 10mm. Ukuran fisura palpebra
dinilai dengan mengukur jarak antara tepi kelopak atas dan tepi
kelopak bawah yang sejajar dengan pupil. Jarak ini dapat
bervariasi, tapi biasanya sekitar 8mm. Margin to reflex
distance (MRD1) diukur dari tepi kelopak atas ke refleks
cahaya pada pupil saat pengelihatan primer. Normalnya adalah
>2,5mm.10
2.2.7 Tatalaksana
Penanganan operatif pada ptosis kongenital diindkasikan
ketika kelopak mata atas menganggu sumbu visual yang
menyebabkan gangguan stimulus atau menginduksi astigmatisme
18