Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session

KASUS GANTUNG

Muhammad Fadhil 1740312097


Hwaida Sabrina 1740312058
Windy Asfarika 1740312094
Indah Ridhoila 1310312035
Dyah Anjani Utami 1740312095
Andi Ridho Azmi 1410312013
Kharisma Putra Darmawan 1201312049
Mutiarawati 1110311018
Nurhayati 1010313096
Resti Syafitri 1740312096

PRESPTOR:

Dr. dr. Rika Susanti, Sp.F(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M DJAMIL PADANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai

pada bunuh diri. Tindakan bunuh diri dengan cara penggantungan sering

dilakukan karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dapat

menggunakan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat

melilit leher. Penggantungan (hanging) adalah penyebab kematian

akibat asfiksia yang paling sering ditemukan.1

Penggantungan merupakan metode bunuh diri yang sering

ditemukan pada beberapa negara. Di Inggris, terdapat lebih dari 2000

kasus bunuh diri dengan penggantungan yang dilaporkan per tahunnya.

Menurut data dari Departemen Forensik Leeds menunjukkan bahwa

kasus gantung diri sekitar 6 dari 146 kasus kematian mendadak tidak

wajar pertahun.Data statistik mengenai frekuensi dan distribusi variasi

kasus gantung diri di Indonesia masih sangat langka. Penelitian tentang

gantung diri di Indonesia juga masih sangat terbatas jumlahnya. Data

yang dihimpun dari Polda Metro Jaya diketahui bahwa pada tahun 2009

ada 90 kasus gantung diri, tahun 2010 ada 101 kasus dan tahun 2011 ada

82 kasus gantung diri.2

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki adalah kelompok yang paling

banyak melakukan bunuh diri. Sedangkan berdasarkan kelompok umur,

yang terbanyak melakukan gantung diri adalah pada rentang usia 22-49
tahun, dimana jumlahnya mencapai 40,7 % dan paling sedikit terdapat

pada umur > 50 tahun yaitu sebanyak 18,5%.3

Pada kasus gantung diri diperlukan pemeriksaan yang teliti agar

tidak terjadi kesalahan dalam interpretasi. Oleh karena itu, sangat

penting untuk mengetahui lebih banyak mengenai penggantungan

(hanging), khususnya mengenai gantung diri mengingat kasus ini

merupakan penyebab kematian akibat asfiksia yang paling sering

ditemukan. Selain itu, dalam aspek medikolegal, sebagai dokter yang

memeriksa perlu dipastikan apakah kasus penggantungan tersebut

merupakan tindakan bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan sehingga

dapat membuat terang suatu perkara pidana, khususnya penggantungan.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan lapoan kasus ini bertujuan untuk memahami teori tentang

luka akibat kekerasan tumpul di leher khususnya luka gantung dan

kaitannya dengan kasus pasien yang didapatkan pada pasien.

1.3 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini adalah

melalui anamnesis, pemeriksaan fisik forensik dan pemeriksaan

penunjang serta merujuk ke berbagai literatur.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman bagi penulis dan pembaca tentang luka akibat kekerasan tumpul

di leher khususnya luka gantung.


BAB 2
ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitasmayat

Nama : Ny. LM
Umur : 38tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat : Ujung Pasa Pasa, Tiku Selatan

2.2 KronologisKejadian

Makalah ini membahas sebuah kasus korban perempuan usia 38

tahun yang melakukan percobaan bunuh diri. Menurut pengakuan keluarga,

korban melakukan percobaan bunuh diri dengan menggantungkan diri

menggunakan tali jemuran di kamar korban. Kejadian ini terjadi pada pukul

delapan nol nol Waktu Indonesi Barat tanggal dua puluh dua Mei dua ribu

delapan belas. Korban mengalami penurunan kesadaran setelah kejadian.

Mekanisme trauma tidak diketahui. Korban di bawa ke Rumah Sakit Umum

Daerah Padang Pariaman dan diberi perawatan, lalu dirujuk ke Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang.

2.3 Hasil Temuan Pemeriksaan

Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan pada korban yang

dilakukan pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2018 pukul 17.00 WIB:

a. Pada korban ditemukan:

1. Pada leher terdapat luka lecet tekan yang melingkari leher dengan
arah dari bawah ke atas dengan lebar sebagai berikut:
- Pada leher depan, tepat pada garis pertengahan depan, tujuh
koma lima sentimeter dari liang telinga, selebar satu sentimeter.
- Pada leher depan kanan, empat koma lima sentimter dari garis
pertengahan depan, lima koma lima sentimeter dari liang
telinga kanan, selebar dua sentimeter.
- Pada leher depan kiri, empat koma lima sentimter dari garis
pertengahan depan, lima koma lima sentimeter dari liang
telinga kiri, selebar satu sentimeter.
- Pada leher belakang kanan, empat sentimeter dari dari garis
pertengahan belakang, dua sentimeter dari batas tumbuh rambut
belakang, selebar satu sentimeter.
- Pada leher belakang kiri, empat sentimeter dari dari garis
pertengahan belakang, dua sentimeter dari batas tumbuh rambut
belakang, selebar satu sentimeter
- Perkiraan letak simpul tepat pada leher belakang, satu sentimeter
di atas batas tumbuh rambut belakang.
Gambat 2.1 Luka Lecet Tekan yang Melingkari Leher

2. Pada punggung tangan kanan, empat koma lima sentimeter dari


pergelangan tangan, terdapat luka memar warna kemerahan ukuran
empatsentimeter kali tiga sentimeter.
Gambar 2.2 Luka Memar di Punggung Tangan Kanan

3. Pada punggung tangan kiri, dua sentimeter dari pergelangan tangan,


terdapat luka memar warna merah keunguan ukuran tiga koma lima
sentimeterkali dua koma lima sentimeter.
Gambar 2.3 Luka Memar di Punggung Tangan Kiri

4. Tepat pada mata kaki kiri sebelah dalam, terdapat luka memar
berwarna kemerahan berukuran dua koma lima sentimeterkali satu
koma lima sentimeter.
Gambar 2.4 Luka Memar di Mata Kaki Kiri Sisi Dalam

5. Tepat pada lutut kanan, terdapat luka memar berwarna kemerahan


berukuran satu sentimeterkali dua sentimeter.
Gambar 2.5 Luka Memar di Lutut Kanan

6. Pada tungkai bawah kanan, empat koma lima sentimeter dari lutut
kanan, terdapat luka memar berwarna kemerahan berukuran tiga
sentimeterkali dua sentimeter.
Gambar 2.6 Luka Memar di Tungkai Bawah Kanan

b. Pemeriksaan Penunjang:
 Pada pemeriksaan foto polos leher tidak ditemukan adanya

kelainan.

Gambar 2.7 Foto Polos Leher Tampak Samping


Gambar 2.8 Foto Polos Leher Tampak Depan

c. Terhadapkorbandilakukan:
Korban dikonsulkan ke bagian Psikiatri, ditemukan gangguan
depresi. Selain itu, pada korban juga dilakukan pembersihan dan
perawatan luka.
d. Korban dirawat di ruangan bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
BAB 3

DISKUSI

Telah datang korban pada tanggal 2 Mei 2018 dengan identitas:

Nama : Ny. LM

Umur : 38tahun

JenisKelamin : Perempuan

Alamat : Ujung Pasa Pasa, Tiku Selatan

Korban diketahui melakukan percobaan bunuh diri di rumahnya.


Penggantungan atau bunuh diri disetujui bersama lebih banyak dilakukan
oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Namun akhir-akhir ini wanita lebih
banyak memilih metode ini untuk melakukan bunuh diri dibandingkan
penggunaan senjata api dan racun.4 Pada pemeriksaan didapatkan luka lecet
tekan yang mengelilingi leher kanan dengan arah dari bawah ke atas. Pola
yang dibentuk oleh tali yang mengelilingi leher korban adalah khas
menyerupai tali jemuran. Arah perlukaan pada kasus ini sangat penting
untuk membedakaanya dengan kasus jerat. Umumnya jerat identik dengan
pembunuhan. Berikut beberapa perbedaan antara kasus gantung diri dan
penggantungan karena pembunuhan:4

No Gantung Diri Penggantungan pada Pembunuhan

1. Usia. Gantung diri lebih sering Tidak mengenal batas usia, karena
terjadi pada remaja dan orang tindakan pembunuhan dilakukan oleh
dewasa.Anak-anak di bawah usia musuh atau lawan dari korban dan
10 tahun atau orang dewasa di atas tidak bergantung pada usia
usia 50 tahun jarang melakukan
gantung diri
2. Tanda jejas jeratan, bentuknya Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran
miring, berupa lingkaran terputus tidak terputus, mendatar, dan
(non-continuous) dan terletak pada letaknya di bagian tengah leher,
bagian atas leher. karena usaha pelaku pembunuhan
untuk membuat simpul tali

3. Simpul tali, biasanya hanya satu Simpul tali biasanya lebih dari satu
simpul yang letaknya pada bagian pada bagian depan leher dan simpul
samping leher tali tersebut terikat kuat

4. Riwayat korban. Biasanya korban Sebelumnya korban tidak mempunyai


mempunyai riwayat untuk riwayat untuk bunuh diri
mencoba bunuh diri dengan cara
lain

5. Cedera. Luka-luka pada tubuh Cedera berupa luka-luka pada tubuh


korbanyang bisa menyebabkan korban biasanya mengarah kepada
kematianmendadak tidak pembunuhan
ditemukan pada kasusbunuh diri

6. Racun. Ditemukannya racun Terdapatnya racun berupa asam


dalam lambung korban, misalnya opium hidrosianat atau kalium
arsen,sublimat korosif dan lain- sianida tidak sesuai pada kasus
lain tidak bertentangan dengan pembunuhan, karena untuk hal ini
kasus gantung diri. Rasa nyeri perlu waktu dan kemauan dari korban
yang disebabkan racun tersebut itu sendiri. Dengan demikian maka
mungkin mendorong korban untuk kasus penggantungan tersebut adalah
melakukan gantung diri karena bunuh diri

7. Tangan tidak dalam keadaan Tangan yang dalam keadaan terikat


terikat karena sulit untuk gantung mengarahkan dugaan pada kasus
diri dalamkeadaan tangan terikat pembunuhan
8. Kemudahan. Pada kasus bunuh Pada kasus pembunuhan mayat
diri mayat biasanya ditemukan ditemukan tergantung pada tempat
tergantung pada tempat yang yang sulit dicapai oleh korban dan
mudah dicapai oleh korban atau di alat yang digunakan untuk mencapai
sekitarnya ditemukan alat yang tempat tersebut tidak ditemukan
digunakan untuk mencapai tempat
tersebut

9. Tempat kejadian. Jika kejadian Tempat kejadian. Bila sebaliknya


berlangsung di dalam kamar, pada ruangan ditemukan terkunci dari
dimana pintu, jendela ditemukan luar, maka penggantungan adalah
dalam keadaan tertutup dan kasus pembunuhan
terkunci dari dalam, maka
kasusnya pasti merupakan bunuh
diri

10. Tanda-tanda perlawanan, Tanda-tanda perlawanan hampir


tidak ditemukan pada kasus selalu ada kecuali jika korban sedang
gantung diri tidur, tidak sadar atau masih anak-
anak

Kita

dapatmemastikanletaksimpuldenganmenelusurijejasjeratan.Simpulterletak

di bagian yang tidakadajejasjeratan, kadang di dapatijugajejastekanansimpul

di kulit.Bilabahanpenggantungkecildankeras (sepertikawat),

makajejasjeratantampakdalam, sebaliknyabilabahanlembutdanlebar

(sepertiselendang),

makajejasjeratantidakbegitujelas.Jejasjeratanjugadapatdipengaruhiolehlama
nyakorbantergantung,

beratbadankorbandanketatnyajeratan.Padakeadaanlainbisadidapatileherdibel

itibeberapa kali secara horizontal barukemudiandigantung,

dalamkasusinididapatibeberapajejasjeratan yang lengkap,

tetapipadasatubagiantetapadabagian yang tidaktersambung yang

menunjukkanletaksimpul.

Padakorbandierkirakanletaksimpultepatpadaleherbelakang,

satusentimeterdiatasbatastumbuhrambut belakang.5

Padakasusasfiksiaakibathanging, dapatdijumpaibeberapafaseseperti

yang ditemukanpadakasusasfiksiasecaraumum. Fasesekuensialini yang

dijumpaipada “episode asfiksia” tersebutadalah; fasedispnea, fasekonvulsif,

fasepernafasanpra-terminal, danfase gasping yang diikutifase

terminal.Tanda yang dapatdijumpaipadafasetersebut adalah6

1. Fasedispneaditandaidengansesaknafas,

peningkatanlajupernafasan, dansianosis yang

dapatberlangsungselamabeberapamenit.

2. Fasekonvulsifditandaikehilangankesadaran,

penurunangerakanbernafas, kongestiwajah, bradikardi,

danhipertensi yang dapatberlangsungselamabeberapamenit.

3. Fasepernafasanpra-terminal ditandaitidakadanyapernafasan,

kegagalanpusatpernafasandansirkulasi, takikardi, danhipertensi

yang jugadapatberlangsungselamabeberapamenit.
4. Fase gasping ditandaireflekspernafasan.

5. Fase terminal ditandaiterhentinyagerakan, hilangnyarefleks,

dandilatasi pupil.

Padakorbanini, telahterjadipenurunankesaradarsetelahkejadian.Hal

inimenandakanbahwaperkiraan episode

asfiksiatelahmencapaiawalfasekonvulsif.

Gantungdirimerupakancarakematian yang paling

seringdijumpaipadapenggantungan, yaitusekitar 90% dariseluruhkasus,

walaupundemikianpemeriksaan yang

telititetapharusdilakukanuntukmencegahkemungkinan lain 7

1. Apakahkematiandisebabkanolehpenggantungan

?Pertanyaaniniseringdiajukankepadadokterpemeriksadalampersidangan.

2. Apakahpenggantungantersebutmerupakanbunuhdiri,

pembunuhanataukecelakaan? Beberapafaktor di

bawahinidapatdijadikanbahanpertimbangan.

(a). Penggantunganbiasanyamerupakantindakanbunuhdiri,

kecualidibuktikan lain.

(b). Cara terjadinyapenggantungan.

(c). Bukti-buktitidaklangsung di sekitartempatkejadian.

(d). Tandaberupajejasgantung/jerat.
(e). Tanda-tandakekerasanatauperlawanan.

Pada korban juga ditemukan luka lain yaitu berupa luka memar pada

punggung tanga kanan, punggng tangan kiri, lutut kanan, tungkai bawah

kanan dan mata kaki kiri, yang mana menurut teori luka lecet lebih

mengarah pada pembunuhan. Namun setelah digali, didapatkan informasi

bahwa luka lecet yang ada pada tubuh korban uncul karena korban mencoba

melawan saat diselamatkan dari percobaan bunuh diri yang dilakukannya

Pada pemeriksaan penunjang berupa foto polos tulang leher tidak

ditemukan kelainan. Pada kasus gantung juga bisa ditemukan patah pada

tulang leher, khususnya pada kasus gantung dengan tali panjang dan korban

dijatuhkan secara tiba-tiba.


Daftar Pustaka
1. Idries AM. Penggantungan. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta: EGC. 1997. hal.202-7.
2. Rao D. Asphyxia: Hanging. 2012. Diunduh dari:
http://forensicpathologyonline.com/index.php?option=com_content
&view=article&id=103&Itemid=120.
3. Nurina., 2010. TandaKardinalAsfiksiaPadaKasusGantungDiri
RSUP H. Adam Malik/ RSUD drPirngadiMedanPadaBulanJanuari
2007- Desember 2009. Medan. Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23475/3/Chapter%20II.pd
f
4. Ernoehazy W. Hanging injuries and strangulation. Online. 2018.
Diunduhdari: http://emedicine.medscae.com/aricle/826704-
overview#showall
5. Amir, A. 2008. Rangkaianilmukedokteranforensik.Edisiketiga.
Medan: BagianForensik FK USU.
6. Nurina., 2010. Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Gantung Diri
RSUP H. Adam Malik/ RSUD dr Pirngadi MedanPada Bulan
Januari 2007- Desember 2009. Medan. Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23475/3/Chapter%20II.pd
f
7. Fikasari, Devi., 2008. Gantung Diri (Hanging). Surakarta: FK UNS/
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Available from
:https://sibermedik.files.wordpress.com/2008/.../gantung_diri_makal
ah.pdf

Anda mungkin juga menyukai