Anda di halaman 1dari 12

1. Bagaimana karakteristik agent?

(Alexander Lucas Slamet Ryadi. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Andi)

2. Apa saja macam-macam agent?


Jawab :
a. Agen Biologis
 Bakteri, cth : staphylococcus (cth staphylococcus aureus : pembengkakan,
pneumonia, syok toksik), pseudomonas, mycobacterium (cth mycobacteerium
Tuberculosis : TBC ), campylobacter (cth : Campylobacter enteritis : nyeri abdomen,
diare, demam), clostridium (cth clostridium difficile : Kolitis/peradangan usus: nyeri
abdomen, diare berair, diare erdarah), ehrlichia (cth ehrlihia chaffensis : ehrlichiosis
: penyakit febrile : demam, sakit kepala, nausea, muntah)
 Jamur, cth : candida (cth Candidiasis : infeksi jamur dari sistem gastrointestinal,
vagina), aspergilus, crytococcus (cth Meningitis : infeksi paru-paru, ginjal, prostat,
liver), histoplasmosis
 Virus, cth : Hepatitis (cth Hepatitis B : mual, muntah, ikterus), HIV, harpes, influensa
( demam, sakit kepala, batuk, pneumonia), cacar, Norwalk (cth gatroenteritis : diare
epidemik), Rotavirus ( enteritis : diare, muntah, dehidrasi, demam tingkat rendah)
 Protozoa, cth : plasmodiuam (malaria), Cryptosporidium ( kriptosporidiosis : infeksi
sel epitel pada sistem gastrointestinal dan pernapasan), Giardia (cth giardia lamblia
: Giardiasis : infeksi usus kecil bagian paling atas, diare, bengkak), Pneumocystis
(cth pneumocystis carinii : pneumonia akut), toxoplasma (cth toxoplasma gondii :
toksoplasmosis : demam, limfositosit /peningkatan jumlah limfosit)
 Metazoa : Trichinella (cacing otot), Nectator, dan Ancylostoma (cacing tambang)
 Rickettsiae : Ricketsia
 Arthropoda : Sarcoptes (tungau), dermacentor, amblyomma, dan txodes (kutu)
b. Agen Kimia
 Kimia Organik, cth : Aldehid ( cth gluteraledehid), desinfektan
 Kimia Anorganik, cth : Logam Berat
 Pestisida : DDT, sterlan ( cth etiln oksida)
 Bahan tambahan makanan, cth : monosodium glutamat
 Sediaan farmasi, cth : antibiotik, analgesik, psikotropik
 Pajanan di tempat kerja, cth : Reagen industri/laboratorium, silika, asbestos, lateks
c. Agen Fisika
 Suhu yang ekstrem, cth : Panas, dingin
 Cahaya, cth : ultraviolet, laser, pencahayaan
 Suara/kebisingan, cth : Musik
 Radiasi Ionisasi, cth : Sinar X
 Objek yang dapat berpindah, cth : Mobil, sepeda, peluru
 Gaya Fisika, cth : gerakan yang beulang-ulang, mengangkat barang, jatuh/terjun
Sumber : Arias, Kathleen Meehan. 2003. Investigasi dan Pengendalian Wabah di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC (hal : 4-6)

3. Bagaimana transmisi agent?


a. Transmisi langsung  yaitu memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke
orang lain melalui kontak langsung. Cth : skabies (kudis disebabkan oleh tungau),
pedikulus (kutu pada rambut)
b. Transmisi mekanik  agen penyakit di tularkan secara mekanik oleh arthropoda. Cth :
penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma (penyakit mata yang
dapat menular) oleh lalat
c. Transmisi Biologi  bila agen penyakit mengalami beberapa perubahan dan
perkembangan tanpa adanya multiplikasi dalam tubuh arthropoda.
Ada 3 cara transmisi :
 Propagatif  Agen penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi
bermultiplikasi dalam tubuh vektor. Cth : plague bacilli pada tubuh tikus
 Cyclo-propagative  agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multipikasi
dalam tubuh athropoda. Cth : Parasit malaria pada nyamuk anopheles
 Cyclo-developmental  agen penyakit mengalami perubahan siklus, tapi tidak
mengalami multiplikasi dalam tubuh arthropoda. Cth : parasit filaria pada nyamuk
culex, dan cacing pida pada cyclops.
Sumber : Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan komunitas.
Jakarta :EGC (hal : 30-31)

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi transmisi agent?

5. Apa saja factor pendukung penyebar luasan agent?


1. SUMBER PENULARAN
Sumber penularan atau sumber infeksi adalah tempat dimana hama penyakit hidup dan
berkembang biak secara alamiah. Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular
kepada orang lain.
Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a. Manusia (Human Reservoir)
Human reservoir dapat berupa:
- orang sakit dengan gejala-gejala yang jelas (kasus klinis)
- orang sakit dengan gejala-gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis)
- Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan mengeluarkan hama
penyakit.
Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada berbagai bagian tubuhnya, misalnya
dalam darah, paru-paru, hati, dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang dikeluarkannya,
misalnya ingus, ludah, dahak (sputum), urine, faeces, nanah, cairan luka, dan lain-lain, yang
sewaktu-waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada orang lain.
b. Hewan (Animal Reservoir)
Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan beberapa macam penyakit, seperti
misalnya lembu dan biri-biri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus (penyakit pes),
dan babi (cacing pita).
c. Lain-lain sumber penularan
Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat berbagai bibit penyakit seperti
misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing-cacing (cacing
ankylostoma, ascaris, dan lain-lain), yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di udara
bebas beterbangan bermacam-macam mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakit-
penyakit seperti streptococcus, staphylococcus, dan lain-lain.
2. HAMA PENYAKIT
Yang dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme yang merupakan penyebab
penyakit pada tuan rumah. Hama penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut,
yaitu:
a. Golongan hewan
- Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma gambiense, Plasmodium malariae.
- Cacing-cacing, misalnya Filaria bancrofti, Ancylostoma duodenale, Taenia solium.
- Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab penyaki scabies.
b. Golongan tumbuh-tumbuhan
- Bakteri, misalnya bermacam-macam coccus, basil, dan spirillium.
- Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit panu.
c. Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS, dan campak.
d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab penyakit thypus bercak wabahi.
Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai parasit, mereka menimbulkan
kerusakan pada sel-sel jaringan tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui
toksin (racun) yang dihasilkannya.
Di samping yang bersifat patogen sejati (obligat parasit), terdapat juga hama penyakit yang
bersifat patogen fakultatif (fakultatif parasit oprtunis) seperti misalnya Clostridium tetani dan
Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya banyak terdapat di tanah, debu, dan
benda-benda yang kotor hanya akan menimbulkan penyakit tetanus apabila secara kebetulan
masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus aureus yang banyak terdapat di udara bebas,
baru akan menimbulkan penyakit (radang) apabila secara kebetulan sampai pada luka kulit.
3. PINTU KELUAR
Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu keluar/dikeluarkan dari tubuh
tuan rumah. Beberapa jenis penyakit infeksi memiliki pinru keluar yang berbeda-beda.
Pintu keluar dapat berupa:
a. Alat pernafasan
Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas, berbicara, batuk, bersin, mengesang, dan
atau mendahak. Ini terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influenza, dan difteria.
b. Alat pencernaan makanan
Dalam hal ini adalah mulut dan anus pada waktu penderita muntah dan atau berak, misalnya pada
peyakit kolera. Pada peyakit dysentri dan thypus perut yang tidak memiliki gejala khas muntah,
hama penyakit dikeluarkan hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera hama
penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita.
c. Alat kencing dan kelamin
Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya gonorhoea, syphilis, AIDS, dan lain-
lain.
d. Luka pada kulit
Luka pada kulit dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
- Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit (misalnya luka pada penyakit syphylis).
- Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk, kutu, atau pinjal).
- Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas suntikan).
Pada luka (ulkus) akibat penyakit syphilis atau pennyakit frafmboesia hama penyakit dikeluarkan
bersama cairan luka (exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu, dan pinjal dapat terisap keluar hama
peyakit yang ada dalam darah penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak pes.
Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya
pada penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS.
4. CARA PENULARAN
Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses-proses yang dialami oleh hama
penyakit tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing-masing penyakit
menular mempunyai cara penularan yang khas, yang satu berbeda dengan yang lain.
Cara-cara penularan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melalui Hubungan Orang dengan Orang (Personal Contact)
Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu:
- Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis melalui hubungan seksual.
- Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi misalnya pada penyakit kolera, seseorang
yang tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita, kemudian makan tanpa terlebih
dahulu membersihkan tangannya.
- Melalui bebda-benda yang terkontaminasi. Benda-benda bekas dipergunakan oleh pederita
dapat menjadi sarana penularan, seperti misalnya saputangan, handuk, piring, sendok, gelas, dan
sebagainya, karena benda-benda tersebut telah terkontaminasi dengan produk dari penderita yang
sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit.
- Melalui titik udah (Droplet Infection). Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru dan
nfluenza. Pada saat penderita bersin, batuk, atau berbicara, secara tidak disadari akan
disemprotkan butir-butir yang amat halus dari ludah dan ingusnya ke udara. Penularan akan
terjadi apabila butir-butir ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu terisap oleh
orang lain pada saat bernafas.
- Melalui udara (Air Borne Infection). Butir-butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas
mempunyai ukuran/diameter bermacam-macam. Butir-butir yang sangat halus akan terus
melayang-layang di udara, sedangkan butir-butir yang cukup besar akan turun dan mengendap di
tanah. Butir-butir yang melayang di udara apabila mengering akan meninggalkan inti yang berisi
hama penyakit, yang disebut droplet nuclei, sedangkan butir-butir yang jatuh di tanah apabila
mengering akan membentuk debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan perantara
udara/angin baik itu droplet nuclei maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat tersebar
sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan penularan pada orang banyak melalui pernafasan.
b. Melalui Air (Water Borne Infection)
Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam penyakit, misalnya kolera, typhus,
parathyphus, dysentri, radang hati menular, lumpuh kanak-kanak dan penyakit karena cacing.
Penularan umumnya terjadi akibat orang mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces
manusia, tana direbus atau diproses terlebih dahullu (faecal-oral infection).
c. Melalui Makanan (Food Borne Infection)
Penyakit-penyakit seperti yang telah disebutkan di atas juga dapat menular dengan perantara
makanan. Penularan dapat terjadi karena:
- Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat diproses oleh orang yang sedang
menderita saki ataupun carrier penyakit tersebut.
- Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan perantaraan lalat.
- Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci terlebih dahulu dengan sempurna sebelum
dikonsumsi, padahal sebelumnya telah disiram air sungai/kali dan sebagainya.
d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection=Arthropod Borne Infection)
Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit.
e. Melalui Alat-Alat Kedokteran Yang Tidak Steril
Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, jarum tranfusi, jarum vaksinasi, dan
sebagainya dapat juga menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit.
5. PINTU MASUK
Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian-bagian badan yang dilalui oleh hama penyakit
sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Pintu masuk itu disebut juga pintu infeksi. Pintu
masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu:
a. Alat pernafasan, yaitu idung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru, influenza dan
difteria.
b. Alat Pencernaan Makanan, yaitu mulut misalnya pada penyakit kolera, dysentri, dan thypus
perut.
c.Alat kencing dan kelamin, misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis, dan AIDS.
d. Luka pada kulit, dapat berupa luka pada gigitan hewan/serangga, misalnya pada penularan
penyakit malaria, DHF, dan pes. Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada pennularan
penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.
6. KERENTANAN
Kerentanan adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk mejadi sakit. Tanpa adanya
kerentanan maka calon tuan rumah tersebut akan tetap sehat meskipun mendapat penularan hama
penyakit.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari meskipun kita dikelilingi dan diserang oleh hama peyakit
yang tidak terhitng jumlahnya , kita tidak selalu jatuh sakit.
Tim penyusun. Ilmu Kesehatan Masyarakat Jilid II (untuk kelas II) Cetakan Kedua. Jakarta:
Departemen Kesehatan. 2003.

6. Apa saja media transmisi agent agar dapat masuk ke tubuh host?
Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung dari penderita atau reservoir,
ke pejamu potensial yang baru, sedangkan,
Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui media tertentu; seperti media
udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vektor (vector borne).
(Lalusu, Yusnita Erni. Pengantar epidemiologi. 2011)

7. Bagaimana cara menghambat pertumbuhan agent?


ü Sterilisasi
Proses pembinasaan seluruh bentuk kehidupan dari mikroba pada sebuah objek atau didalam
suatu material.
ü Disinfeksi
Proses pembinasaan patogen vegetatif namun tidak termasuk endospora dan virus. Bakteri yang
menghasilkan endospora contohnya Bacillus anthraxis.
ü Bakteriostatis
Suatu kondisi pertumbuhan bakteri dan multiplikasinya dihambat, namun bakteri tersebut tidak
mati.
ü Asepsis
Kondisi ketiadaan patogen pada suatu obyek atau daerah. Teknik aseptik dirancang dengan tujuan
untuk mencegah masuknya patogen ke dalam tubuh. Filtrasi udara, sinar UV, penggunaan
masker, sarung tangan, dan sterilisasi peralatan merupakan keseluruhan faktor yang dibutuhkan
untuk mencapai asepsis.
ü Sanitasi
Mengurangi patogen pada peralatan makan untuk mengamankan kesehatan masyarakat dengan
cara pencucian secara mekanik/kimia.
ü Status fisiologis
Bakteri dalam pertumbuhan mudah terbunuh karena sel-sel belum tumbuh secara sempurna.
Ketika mikroba telah membentuk endospora, endospora tersebut bersifat lebih resisten dibanding
sel vegetati. Contohnya Endospora clostridiumbotulinom tahan dalam air mendidih selama
berjam-jam. Umumnya Endospora clostridiumbotulinom tinggal dibawah tanah.
ü Lingkungan
Dengan menggunakan tingkat keasaaman Ph.
ü Kinerja dari agen-agen pembunuh mikroba target utamanya membran sel.
Targetnya membran sel karena membran sebagai pelindung dan sebagai alat transpor. Agen-agen
ini merusak protein dan asam-asam nukleat sehingga bakteri baru tidak dapat berkembang.
Kerusakan ikatan tersebut mengakibatkan denaturasi protein dan dapat terjadi kerusakan pada
DNA dan RNA (DNA dan RNA merupakan pebawa pesan genetik).
ü Metode-metode fisik dalam kontrol mikroba
- Panas
Panas dibagi atas 2, yaitu:
—Bentuk panas basah (bersentuhan langsung dengan cair).
—Panas kering (terhadap uap air)
- Konsep titik mati panas
Thermal Death Point: temperature terendah yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme di
dalam suatu supensi cair dalam 10 menit.
Thermal Death Time: waktu minimum yang dibutuhkan untuk membunuh semua bakteri di dalam
suatu medium cair pada suhu tertentu.
- Panas uap (1000C)
ü Pasteurisasi
Dengan menggunakan suhu rendah yaitu 63OC. Louis pasteur dengan melakukan percobaan yaitu
pencegahan kerusakan bir dan anggur dengan menggunaka pemanasan yang cukup untuk
mikroba. Dengan menggunakan suhu yang rendah saja karena jika dengan menggunakan suhu
yang tinggi maka akan dapat merusak warna.
ü HTST (High Temperature Short Time)
Dengan menggunakan suhu 72˚ C dengan waktu 15 detik.
ü LTLT (Long Temperature Long Time)
Dengan menggunakan suhu 61˚ C dengan waktu 30 menit.
ü UHT (Ultra High Temperature)
Dengan menggunakan suhu 131˚ C dengan waktu 0,5 detik. Biasanya UHT ini digunakan pada
produsen susu kemasan).
ü Sterilisasi panas kering
- Pembakaran langsung (direct flaming)
- Pekerjaan di laboratorium mikrobiologi ketika mensterilkan loop inokulasi.
ü Sterilisasi udara panas
Bahan-bahan yang akan disterilkan di tempatkan di dalam sebuah oven. Dengan menggunakan
suhu 170˚C dengan waktu 2 jam.
ü Autolavisasi
Digunakan untuk sterilisasi alat-alat filtrasi atau penyinaran mikroba. Temperatur yang digunakan
rendah tergantung pada jenis mikroba dan intesitas aplikaisnya.
ü Tekanan osmosis
Penggunaan larutan garam dan gula berkonsentrasi tinggi dalam pengawetan makanan didasarkan
pada efek tekanan osmosis.
ü Radiasi ionisasi
Contohnya : sinar gamma
Metode ini dilakukan untuk menyeleksi disinfektan. Jenis-jenis disinfektan:
- Fenol dan fenolik
Fenol (asam karbol) dengan konentrasi 1% fenol memiliki efek anti bakterial.
- Hologen
Memiliki efektivitas antimikroba baik sendiri-sendiri ataupun dalam kombinasi: Clorine (C2) &
Iodine (I2)
- Alohol untuk merusak protein. Contohnya etanol dan isopropanol.
Kosentrasi optimum yang direkomendasikan untuk ethanol yaitu 70%. Ethanol bersifat kurang
efektif dibanding larutan ethanol.
- Senyawa logam berat
Contohnya: perak, merkuri, dan koper dapat bersifat germisidas atau antisptik.
- Silver digunakan sebagai antiseptik pada (1%) siver nitrate.
Larutan ini bersifat baktericidal bagi sebagian besar organisme.
- Aldehida
- Formaldehida
- Formalin
- Agen oksidasi
Agen-agen oksidatif, contohnya ozone (O3)
- Hidrogen peroksida digunakan pada industri makanan untuk pangepakan yang aseptik.
(Anonim. 2008. Genetika dan Pengendalian Mikrobiologi.)

8. Bagaimana mekanisme patogenesis agent suatu penyakit?


(Azwar, Azrul. Pengantar Epidemologi. Jakarta: Binarupa Aksara, 1998)
9. Apa saja contoh portal of entry dan portal of exit?
Portal of entry/portal of exit, ialah:

Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit mata tertentu.
Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet sewaktu reservoir/ penderita
bicara, bersin, atau batuk atau melalui udara pernapasan.
Melalui Pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama tinja.
Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine atau zat lain yang keluar
melalui saluran tersebut.
Melalui luka pada kulit ataupun mukosa.
Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu.
(Bustan mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.)

10. Apa hubungan antara agent, host, dan lingkungan?


Hubungan antara pejamu, bibit penyakit, dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Di
sini pejamu dan bibit penyakit berada di ujung masing-masing tua, sedangkan lingkungan sebagai
penumpunya. Seseorang disebut berada dalam keadaan sehat, jika tuas pejamu berada dalam
keadaan seimbang dengan tuas bibit penyakit. Sebaliknya bila bibit penyakit lebih berhasil
menarik keuntungan dari lingkungan, maka orang tersebut berada dalam keadaan sakit.

Gambar 1. Hubungan host, agent, dan environment (Azwar, 1988).

Dalam mempengaruhi timbulnya penyakit tesebut, unsur-unsur yang terdapat pada tiap faktor
memegang peranan yang amat penting. Pengaruh unsur tersebut adalah sebagai penyebab
timbulnya penyakit, yang dalam kenyataan sehari-hari tidak hanya berasal dari satu unsur saja,
melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur.
Karena adanya pengaruh dari beberapa unsur inilah sering disebutkan bahwa penyebab
timbulnya suatu penyakit tidak bersifat tunggal , melainkan bersifat majemuk yang dikenal
dengan istilah multiplecausation of disease. Selanjutnya, dalam menimbulkan penyakit, peranan
unsur-unsur tersebut tidaklah secara sendiri-sendiri, melainkan saling mempengaruhi antara satu
dengan lainnya. Hubungan yang diperlihatkan bagaikan jaringan jala penyebab dan karena itu
populer dengan sebutan web of causation (Azwar, 1988).
Selanjutnya dalam membahas penyebab penyakit, terutama jika berasal dari golongan
biotis, perlu diperhatikan sifat-sifat yang dimilikinya. Dari empat sifat yang dimiliki, yang
terpenting adalah sifat patogenisiti, karena memang sifat ini yang menentukan penyakit atau
tidak.
Jika bibit penyakit ditinjau dari sifat patogenisiti ini dan kemudian dikaitkan dengan
lingkungan dan pejamu sebagai dua faktor lainnya yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit,
maka ketiganya terikat dalam suatu hubungan yang berbentuk segi tiga yang dikenal dengan
sebutan epidemiological triangle.

11. Apakah yang membedakan varian virus satu dengan yang lainnya?
12. Apa yang menyebabkan virus H7N9 lebih virulen daripada H5N1?

Anda mungkin juga menyukai