Anda di halaman 1dari 107

A.

Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rectum dan anus.

a. Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik
dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah
mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esophagus bagian atas
dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.

b. Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang
dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret
mukoid yang berguna untuk perlindungan.

c. Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan.
Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan
konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan
menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distal
lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi
yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu
yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2sampai 6 jam.

d. Usus halus

Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dengan
diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari rectum, colon dan rectum yang kemudian bermuara pada anus.
Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dengan diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima makanan yang
sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium,
bikarbonat dan enzim.

Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari
makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3
bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat
sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.
Makanan yang sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah
chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.

e. Usus besar (kolon)


Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60 inch, terdiri dari :Sekum, yang
berhubungan langsung dengan usus halus. Kolon terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan
sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6 inch.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :

1. Absorbsi air dan nutrient

2. Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus trauma oleh
feses dan aktivitas bakteri.

3. Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.

4. Anus/ anal/ orifisium eksternal

Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu internal (involunter) dan
eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia :

Bayi : 2,5-3,8 cm

Toddler : 4 cm

Pra sekolah : 7,6 cm

Sekolah : 10 cm

Dewasa : 10-15 cm

2. Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta
mengeluarkan zat sisa.

Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam
tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian,
fungsi utama nutrisi (suitor & hunter, 1980) adalah untuk memberikan energy bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangkadan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh.

Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis
untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya enyakit tertentu yang
mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.

Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.

Gizi adalah substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh
tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (kozier,2004)
3. Komponen-Komponen Nutrient

1. Air

Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi (potter & perry, 1992).
Individu dewasa dapat kehilangan cairan kurang lebih 2-3 liter per hari melalui keringat, urin, dan
pernapasan.

Air memiliki peranan yang besar bagi tubuh. Selain sebagai komponen penyusun sel yang utama, air
juga berperan dalam menyalurkan zat-zat makanan menuju sel. Fungsi air bagi tubuh sendiri adalah
untuk membantu proses/ reaksi kimia dalam tubuh serta berperan dalam mengontrol temperatur
tubuh. Tidak ada satupun organ tubuh yang mampu berfungsi tanpa air.

2. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energy utama. Setiap 1g karbohidrat menghasilkan 4 kkal.


Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit.
Glikogen adalah sintesis dari glukosa, pecahan energi selama masa istirahat atau puasa. Kelebihan
energi karbohidrat berbentuk asam lemak. Metabolisme karbohidrat mengandung 3 proses, yaitu :

a. Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida dan air disebut glikogenolisis.

b. Anabolisme glukosa terbentuk glikogen disebut glikogenesis.

c. Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut glukoneogenesis.

3. Protein

Protein berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti jaringan tubuh. Setiap 1g
protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan
dalam jaringan berbentuk hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh,
tetapi harus didapat dari makanan.

4. Lemak

Lemak merupakan sumber energi paling besar. 1g lemak akan menghasilkan 9 kkal. Lipid adalah
lemak yang dapat membeku pada suhu ruangan tertentu, dimana lipid tersebut terdiri atas trigliserida
dan asam lemak. Proses terbentuknya asam lemak disebut lipogenesis. Kegiatan yang membutuhkan
energi, antara lain :

a. Pernapasan, sirkulasi darah, suhu tubuh, dll.

b. Kegiatan mekanik oleh otot.

c. Aktivitas otak dan saraf.

d. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormon.

e. Sekresi cairan pencernaan.

f. Absorbsi zat-zat gizi disaluran pencernaan.


h.Pengeluaran hasil metabolisme.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi :

a. Basal Metabolisme meningkat

b. Aktivitas tubuh

c. Faktor usia

d. Suhu lingkungan

e. Penyakit

5. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organic yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan diperlukan dalam jumlah
besar sebagai katalisator dalam proses metabolisme.

Vitamin secara umum diklasifikasikan ke dalam :

a. Vitamin yang dapat larut dalam lemak, yaitu : vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K.

b. Vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B dan vitamin C.

6. Mineral

Mineral dikategorikan menjadi 2 :

a. Macromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih dari 100 mg.

Contohnya : kalsium, phosphor, sodium, potasium, magnesium, klorida, dan sulfur.

b. Micromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinyasejumlah kurang lebih 100 mg.

Contohnya : besi, seng, mangan, iodium, selinium, cobalt, kromium, tembaga, dan klorida.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

a. Keseimbangan Metabolisme dan energi tubuh

1. Metablisme berarti perubahan yang menyangkut segala transportasi kimiawi serta energi yang terjadi
dalam tubuh.

2. Jumlah energi yang dibebaskan oleh katabolisme zat makanan dalam tubuh sama dengan energi yang
dibebaskan bila zat makanan dibakar di luar tubuh.

3. Energi output = kerja luar + Simpanan energi + Panas

Faktor yang mempengaruhi laju metabolisme adalah :

1. Kerja otot

2. Konsumsi Oksigen
3. Pemberian makanan

4. Lingkungan

b. Dampak gangguan pemasukan nutrisi

Dampak gangguan pemasukan nutrisi tergantung pada macam dan tipe nutrisi yang meliputi
lamanya pemasukan yang inadekuat atau konsumsi yang berlebihan dan juga umur seseorang.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet :

1) Kebudayaan

2) Agama

3) Kesukaan seseorang terhadap makanan

4) Sikap dan emosi

5) Letak geografi

6) Faktor ekonomi

5. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)

Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi, dengan
kategori sebagai berikut :

a. PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.

b. PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB Normal.

c. PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.

2. Kwashiorkor

Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan
asi. Defisiensi dapat berakibat :

retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh, depigmentasi
kulit, dermatitis.

3. Marasmus

Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori berkibat : kelaparan, hilangnya jaringan-
jaringn tubuh, BB kurang dari normal, diare. PCM juga dapat terjadi akibat kurang baiknya penanganan
klien selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.

PCM yang terjadi di lingkungan fasilitas kesehatan :


a. Status defisiensi Protein

Keadaan defisiensi protein dapat terjadi dalam jangka pendek pada klien yang mengalami stres berat
akibat berbagai gangguan tubuh (pembedahan penyakit akut, dll)

Tanda klinis : lelah, apatis, edema, kadar protein menurun, penurunan berat badan, kemunduran otot,
wajah tampak tua.

b. Cachexia

Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang adekuat dalam jangka panjang. Gejala
klinis (menyerupai marasmus) : lapar, berat badan menurun drastis, kemunduran otot, diare.

c. Mixed stated

Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia dan stres yang akut. Efek dari mixed state
dapat berakibat buruk akibat hilangnya nutrisi-nutrisi vital, vitamin, dan zat besi. Tanda klinis : defisit
neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.

d. Obesitas

Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (20%-30% > Normal)

e. Overweight

Suatu keadaan BB 10 % melebihi berat badan ideal.

6. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia

a. Bayi

Pada bayi pencernaan dan absorbsi masih sederhana sampai umur 6 bulan. Kalori yang dibutuhkan
sekitar 110-120 kal/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160-ml/kg/hari. Bayi sebelum usia 6 bulan
pemberian nutrisi yang cocok adalah ASI.

b. Anak Todler dan Pra Sekolah

Kebiasaan yang perlu diajarkan pada usia ini antara lain:

1) Penyediaan makanan dalam berbagai variasi

2) Membatasi makanan manis

3) Konsumsi diet yang seimbang.

4) Penyajian waktu makanan yang teratur.

Kebutuhan kalori pada masing-masingusia:

1) 1 tahun = 100 kkal/hari

2) 3 tahun = 300-500 kkal/hari


c. Anak Sekolah (6-12 tahun)

Usia

kalori

protein

Calcium

Fe

Vit.A

Vit.B1

Vit.C

10-12

1900

60

0,75

2500
0,7

25

07-09

1600

50

0,75

2500

0,6

25

05-06

1400

40

0,50

2500
0,6

25

Tahun

kal

gram

Gram

Mg

U.I

Mg

Mg

d. Remaja (13-21 tahun)

Kebutuhan kalori, protein, mineral dan vitamin sangat tinggi berkaitan dengan berlanjutnya proses
pertumbuhan. Lemak tubuh meningkat akan mengakibatkan obesitas sehingga akan menimbulkan
stress terhadap body image.

e. Dewasa Muda (23-30 tahun)

Kebutuhan nutrisi pada masa dewasa muda, selain untuk proses pemeliharaan dan perbaikan tubuh
dari pada pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi pada umumnya lebih diutamakan pada tipe dan kualitas
daripada kuantitas.

f. Dewasa (31-45 tahun)


Masa dewasa merupakan masa produktif khususnya terkait dengan aktivitas fisik. Kebutuhan nutrisi
pada masa ini perlu mendapatkan perhatian besar dan harus di bedakan antara tingkatan pekerjaan.

Kebutuhan gizi untuk orang dewasa berdasarkan tingkat pekerjaan

Unsur Gizi

Keadaan pekerjaan

Ringan

Sedang

Berat

P
Kalori

2100

1750

2500

2100

3000

2500

Protein

60

55

65

65

70

70

Kalsium

0,5
0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

Ferum

10

10

Vit. A

2500

2500
2500

2500

2500

2500

Vit. B1

0,8

1,2

1,5

1,5

B. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

A. Pengkajian

1.Pengukuran Anthropometri

a. Berat Badan ideal: (Tinggi Badan-100)±10%

b. Lingkaran Pergelangan tangan

c. Lingkaran lengan atas (MAC/ Mid Aid Cirmumtance)

Nilai normal wanita: 28.5 cm


Nilai normal pria: 28,3 cm

d. Lipatan Kulit pada otot trisep (TSP/Tricep Skin Fold)

Nilai normal wanita: 16,5-18 cm

Nilai normal pria: 12,5-16,5 cm

e. Body massa index = BB(Kg)/ TB(m2)

2.Pengukuran Biochemical (Laboratorium)

a. Albumin (Normal:4-4,5 mg/100ml)

b. Transferin (Normal: 170-250 mg/100ml)

c. Hemoglobin/ Hb (Normal:12 mg%)

d. BUN (Normal: 10-20 mg/100ml)

e. Eskresi kreatinin untuk 24 jam (Normal: laki-laki:0,6-13 mg/100ml, perempuan:0,5-1,0 mg/100ml)

3.Pemeriksaan dengan Clinical sign

a) Riwayat Penyakit

1. Adanya riwayat Berat Badan berlebih atau kurang

2. Penurunan Berat Badan dan Tinggi Badan

3. Mengalami penyakit tertentu

4. Riwayat pembedahan pada system gastrointestinal

5. Anorexia

6. Mual dan muntah

7. Diare

8. Alkoholisme

9. Disabilitas mental

10.Terapi radiasi

b) Riwayat pemakaian obat-obatan

Aspirin, antibiotic, antasida, antidepresa, agen antiimflasi, agen antineoblastik, digitalis, laksatif,
diuretic, natrium klorida, dan vitamin/ preparatnutrien lain.
Pengkajian umum status gizi individu

Area pengkajian

Tanda-tanda normal

Tanda-tanda abnormal

Penampilan umum dan vitalitas

Gesit, energik, mampu beristirahat dengan baik

Apatis, lesu, tampak lelah

Berat badan

Dalam rentang normal sesuai dengan usia dan tinggi badan

Obesitas, underweight

Rambut

Bercahaya, berminyak dan tidak kering

Kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/ patah-patah

Kulit

Lembut, sedikit lembab, turgor kulit baik


Kering, pucat, iritasi, petichie, lemak di subkutan tidak ada

Kuku

Merah muda, keras

Mudah patah, berbentuk seperti sendok

Mata

Berbinar, jernih, lembab, konjungtiva merah muda

Konjungtiva pucat, kering, exoptalmus, tand-tanda infeksi

Bibir

Lembab merah muda

Kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat

Gusi

Merah muda, lembab

Perdarahan, peradangan, berbentuk seperti spon

Otot

Kenyal ,berkembang dengan baik

Fleksia/ lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja

System kardiovaskuler
Nadi dan tekanan darah normal, irama jantung normal

Denyut nadi lebih dari 100X/ menit, irama abnormal, tekanan darah rendah atau tingi

System pencernaan

Nafsu makan baik, eliminasi normal dan teratur

Anorexia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver

System persarafan

Reflek normal, waspada, perhatian baik, emosi stabil

Bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun

4.Dietary History

a. Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan

b. Asupan makan tidak adekuat

c. Diet yang salah atau ketat

d. Kurangnya persediaan bahan makanan selam 10 hari/ lebih

e. Tidak adekuatnya dana untuk penyediaan bahan makanan

f. Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan

g. Tidak adekutanya penyimpanan bahan makanan

h. Ketidakmampuan fisik

i. Lansia yang tinggal dan makanan sendiri

B. Diagnosa Keperawatan dan Tujuan Keperawatan

1.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:


a. Penurunan asupan oral, ketidak nyaman pada mulut, mual, muntah

b. Penurunan absorbsi nutrisi

c. Muntah, anorexia, gangguan digesti

d. Depresi, stress, isolasi social

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2 X 24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan
nutrisinya.

Kriteria Hasil:

a. Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah setiap kali makan.

b. Asupan oral dan absorbsi nutrisi kembali normal seperti semula.

c. Tidak ditemui stomatitis.

d. Klien mengatakan perut sudah tidak sakit apabila dimasuki makanan.

e. Klien merasa lebih nyaman.

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Rasionalisasi

1.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:

a.Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan pada mulut, mual, muntah

b.Penurunan absorbsi nutrisi

c.Muntah, anorexia, gangguan digesti

d.Depresi, stress, isolasi sosial

Ø Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan cairan yang adekuat
Ø Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan yang
sesuai bagi klien

Ø Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan

Ø Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan

Ø Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

Ø Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan dan hindari mengkonsumsi
cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan

Ø Dorong dan Bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik

Ø Atur agar porsi makan tinggi protein di sajikan saat klien biasanya merasa lapar

Ø Nutrisi berperan menyediakan sumber energi, membangun jaringan dan mengatur proses
metabolisme tubuh.

Ø Dengan konsultasi, kita dapat menentukan metode diet yang memenuhi asupan kalori dan nutrisi
yang optimal

Ø Faktor-faktor seperti nyeri, kelemahan, penggunaan analgesik, dan imobilitas dapat menyebabkan
anorexia
Ø Kondisi yang lemah lebih lanjut dapat menurunkan keinginan dan kemampuan klien anorexia untuk
makanan

Ø Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung
sehingga selera makan mungkin akan meningkat

Ø Pembatasan asupan cairan saat makan membantu mencegah distensi lambung

Ø Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap yang dapat mengurangi
nafsu makan

Ø Menyediakan makanan TKTP/ Tinggi Kalori Tinggi Protein pada saat klien merasa paling lapar
meningkatkan kemungkinan klien untuk mengkonsumsi kalori dan protein yang adekuat

D. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan 1 :

1. Menunjukkan peningkatan Berat Badan

2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan dan atau mempertahankan

Berat Badan

3. Membuat pilihan diet untuk memenihi kebutuhan nutrisi

DAFTAR PUSTAKA
Akper PPNI Solo. 2009. Konsep-Pengkajian-Nutrisi-dan- Cairan. http://askep-akper.
Blogspot.com/2009/06/konsep-pengkajian-nutrisi-=dan-cairan.html.

Dewi Christyawati,Maria.2010.Modul KDM II Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan


Nutrisi.Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta

Mubarak, dkk. 2008. Buku Ajar KDM. Jakarta: EKG

Potter and Perry.2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby

Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Diposkan oleh khairun nazar di 21.27


20
dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang terlihat
diabnomen dan anggota
badan menunjukkan penuru
nan berat badan yang belum lama
t
erjadi.
c.
Pigmentasi kulit
Pigmen k
ulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga
memproduksi
melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi
tipe Addison
(pigmentasi solaris)pada putin
g susu, lipatan palmaris, daerah
-
daerah yang tertekan, dan
mulut
d.
Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak
terkonpensasi(gagal hati
kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan
neurologis organik .
kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor
-
faktor presipitasinya.
Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan
mengalami
penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi
kesussakn hepatoseluler dan
shunting
forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu (keuanya ekstra
hepatik dan
intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan
dengan kegagalan
hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal. Metabolit
-
metabolit yang
oksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan
amin.
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut,
abdomen, rectum
dan anus.
1.
Bibir
Bibir dikaj
i
kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut
pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke
ujung. Normalnya bibir berwarna merah
muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik
mereka sebelum
pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan
sianosis
desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovasku
lar. Lesi seperti nodul dan ulserasi
dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.
2.
Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi
yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengk
aji rongga oral,perawat
menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat.
Sarung tangan harus
dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk
dan berbaring.
Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kemb
ali struktur rongga
mulut.
Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka
mulut,
kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau
jari bersarung
tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari k
anan kekiri dan dari
atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa.
Mukosa normal berkilau
merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi
normal, mukosa
bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi ada
nya interik atau pucat.
Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar
mulut. Terlebih
dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah
keluar. Perawat
mencatat adanya penyimpangan, tremor, a
tau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan
21
untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya
terlalu jauh, dapat
terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada
digaris tengah.
Pada beberapa keaadaan, gan
gguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah
akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis
dengan tanda khas
triple forroed
. untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan
lidah
keatas dan kesemping.
Lidah harus bergerak dengan bebas.
Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa
warna, ukuran
posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus
berwarna merah sedang
atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagi
an permukaan atasnya, dan halus sepanjang
tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat
bersifat faskular.
Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area
-
area yang umumnya terkena
lesi kanker oral.
Pada pengkajian dasar
mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan
terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula
.
Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada
daerah
parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh
mengatupkan giginya
sehingga otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba
dibelakang otot
messete
r dan didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol
daripada
penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin
akibat sekunder dari
toksisitas alkohol dengan atau tanpa
malnutrisi.
4.
Pemeriksaan fisik Abdome
n
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi.
Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan
tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan
manipulasi
terhadap
abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat
mengubah frekuensi
dan karakter bising usus.
Topografi Anatomi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai
untuk
menentukan lokalisasi kelaina
n, yaitu:
1.
Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan
bawah, dan kiri
bawah.
2.
Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua gari
s horizontal dan dua garis
vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga
kesepuluh dan yang
kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat masing
-
masing melalui titik
pertengahan antara SIAS dan mid
-
line
abdomen.
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri,
lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka
kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus
dapat terlihat dan
teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat
teraba di daerah
tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri
bawah,
kolon
22
asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal
yang merupakan
organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih
pada retensio urine
dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
Gambar
: abdomen 4 ku
adran
Gamba
r
: abdomen 9 kuadran
23
URUTAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan
seksama
dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a.
Keadaan kulit; warnanya (ikterus,
pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada
orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya
bekas
-
bekas
garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya),
striae (gravidarum/ cus
hing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena
kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b.
Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
c.
Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegal
i, splenomegali,
kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis
terbatas.
d.
Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ
apa atau tumor
apa.
e.
Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ile
us, tampak pada dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm
-
contour).
f.
Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering
memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
g.
Perhatikan juga gerakan pasien:

Pasien sering meruba
h posisi → adanya obstruksi usus.

Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum
generalisata.

Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/
relaksasi →
adanya peritonitis.

Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun
-
ayun maju mundur pada saat nyeri →
adanya pankreatitis parah.
AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic
usus dan bising pembuluh darah.
Dilakukan selama 2
-
3 menit.
a.
Mendengarkan suara peristaltik usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan
keseluruh bagian
abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan
udara dalam usus.
Frekuensi normal berkisar 5
-
34 kali/ menit.

Bila terdapat obstruksi usus, p
eristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).

Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang,
peristaltik lebih tinggi
seperti dentingan keeping uang logam (metallic
-
sound).

Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melema
h, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.

Suara usus terdengar tidak ada

Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
24
Gambar : Teknik Auskultasi (Mone, PL; Burke, K, 2008)
b.
Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase.
Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi
portal, terdengar
adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
Gambar :
Area Pembuluh Darah Abdomen (Mone, PL; Burke, K, 2008)
PALPASI
Gambar : Teknik Palpasi Abdomen (Mone, PL; Burke, K, 2008)
25
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
a.
Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang.
Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru
-
buru.
b.
Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.
Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar
tidak
melakukan penekanan yang mendadak,
agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
c.
Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada
daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
d.
Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka p
asien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan
menekan daerah
muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus
relaksasi,
maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama si
klus
pernapasan, itu adalah spasme sejati.
e.
Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana
tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan
di bagian
depan dinding abdomen.
Gambar : Palpasi
Bimanual Abdomen (Mone, PL; Burke, K, 2008)
f.
Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat
asites. Caranya
dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen &
dengan cepat
tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpind
ah untuk sementara, sehingga organ
atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba
saat
memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana
gerakan
penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada
tangan lainnya.
g.
Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya,
lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri
spontan/ tekan, dan
warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau
biman
ual pada
kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis
pertengahan antara
mid
-
line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam,
sehingga hati
dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di
bawah l
engkung
costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus. Sebaiknya
digambar.
PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan,
menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa
padat atau massa berisi
cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus,
serta adanya uda
ra
26
bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal
adalah timpani (organ
berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang
padat).
a.
Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding
abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada
perforasi usus, pekak
hati akan menghilang.
b.
Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan s
uara perkusi
timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness
dominant. Karena
cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan
akan terjadi
perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan asites:
Gam
bar : Lokasi Perkusi Abdomen (Mone, PL; Burke, K, 2008)
1.
Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah
ketukan pada satu
sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang
cairan yang akan diteruskan ke sisi yang
lain. Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri
pada satu sisi
abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang
-
ulang pada dinding abdomen sisi
yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya
tekanan gelombang.
2.
Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah.
Pasien tidur
terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup
pada kedua sisi. Lalu
pasien dimi
nta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan
suara timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.
Gambar : Pemeriksaan Shifting
D
ull
ness
(Mone
PL; Burke
K, 2008)
27
5.
Pemeriksaan Rektal Anus
INSPEKSI
Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring
pada sisi
kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral
kiri. Perawat yang
mengenakan sarung tangan dan mulai melakukan inspeksi pada anus dan
daer
ah perianal
dengan menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat perlu menilai adanya
konsistensi
abnormalitas pada anus, meliputi hal
-
hal berikut ini:
1.
Fisura
-
in
-
ano
, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri
sehingga
menghambat pe
meriksaan rectal dengan jari.
Fisura
-
in
-
ano biasanya terjadi secara
berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah. Mungkin perlu
menyuruh pasien
mengedan agar fisura dapat terlihat
2.
Hemoroid,
merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena
akibat bendungan
vena usus.
3.
Prolaps rekti,
merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna merah
terlihat
menonjol dari anus.
4.
Fistel
-
in
-
ano,
lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari anus.
Mulut lubang fist
el tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi. Fistel ini
mempunyai hubungan dengan penyakit Crohn.
5.
Karsinoma anus,
dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol pada pinggir
anus.
PALPASI
Colok anus (Colok dubur).
Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang
terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada anus. Pasien
diminta bernapas
melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan
-
lahan meningkatkan tekanan pada
jari telunjuk kea rah bawah sam
pai sfingter terasa agak lemas. pada saat ini dimasukkan
perlahan
-
lahan kedalam rectum.
Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar
prostat pada
pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal
berlobus dua deng
an
lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang
bertambahdan akan menjadi
sangat keras bila terdapat karsinoma prostat. Massa di atas prostat atau
serviks dapat
menunjukkan adanya metastatic.
Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam s
ehingga dinding lateral kanan, dinding
posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi secara
berurutan. Kemudian jari
dimasukkan sedalam mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik keluar
menyusuri
dinding rectum. Lesi yag lunak, seperti k
arsinoma rekti yang kecil atau polip, lebih mungkin
teraba dengan cara ini
Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah
segar atau
melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak
teraba kecuali
mengalami
thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan menunjukkan
kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru
mengalami
thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal.
Penyebab
-
penyebab dan massa yang teraba di rectum:
1.
Ka
rsinoma rekti
2.
Polip rekti
3.
Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)
4.
Deposit metastatic pada pelvis
5.
Keganasan uterus atau ovarium
28
6.
Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung)
7.
Endometriosis
6.
Pengkajian organ aksesori
Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan
peemriksaan abdomen.
Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati
dengan teknik palpasi
-
perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, se
perti pada kondisi asites.
a.
Palpasi dan perkusi hati
Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat
menggunakan palpasi
dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran
hati. Untuk
memalpasi hati, peraawat meletakk
an tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada
iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver
ini mempermudah
perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari
-
jari tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan,
perawat meletakkan
tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah hati. Pada
saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien
menarik nafas dalam
melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi, perawat mencoba
memalpasi tepi hati pada
saat hati menur
un. Hati normal tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri
tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di
palpasi, perawat
melacak tepiannya secara medial dan lateral dengan mengulang manuver
tersebut.
Gambar : Pemeriksaan Hepar (Mone PL; Burke K, 2008)
Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan
permukaan yang
rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan
bawah hati. Apabila
hati tidak teraba, tetapi
terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang
dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri
tekan tersebut.
Respon pasien kemudian dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan
yang serupa pada
toraks kiri bawah.
Jika
hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat
ukuran dalam
jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ
tersebut terdapat
nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila
hati membe
sar,
maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus
dicatat untuk
menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati
tajam dan rata
ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler
ataukah rata. Ha
ti
seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati
pasien hepatis teraba
cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan tangan.
29
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi
disertai
peregangan kapsul hepar.
Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran tersebut
tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan,
sedangkan hati
pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut.
Pembesaran hati
merupakan
gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005).
Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes.
Philadelphia: Elsevier Sounders.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999
).
Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4
th
Ed.
(Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
Linton, A.D
. (20
12
).
Introduction to Medical Surgical Nursing
.
5
th
Ed
Philadelphia: Elsevier
Sounders.
Mone, PL.,Burke,K.(2008).
Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client Care
.
4
th
Ed
. New Jersey: Pearson Education Inc.
Sherwood, L. (1996).
Fisiologi manusia: dari sel ke sistem
. (Terj. Brahm. U. Pendit). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. (2002).
Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing.
(Terj.
Agung Waluyo). Jakarta: EGC.
Willms, J. (2003).
Physical Diagnosis: Bedside Evaluation of Diagnosis and Function.
(Terj.
Harjanto). Jakarta: EGC.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan
suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme merupakan semua
proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan
katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor
fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu
yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti
adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.

Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap
kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Pada masa lalu,
penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan
standard kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini
dikenal di dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA).

Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-bukti medis
menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan mencegah
atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa akar dari
banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh berlebihnya radikal bebas di
dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily
Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani stres oksidatif sehingga membantu
pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi
yang digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan
komplementer dapat membantu efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan
mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan
kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode
antropometri.

1.2 Rumusan Masalah


Manfaat dari permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
o Memenuhi kebutuhan nutrisi
o Sebagai tolok ukur keseimbangan nutrisi

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar nutrisi.
1.3.2 Tujuan Khusus
o Menjelaskan pengertian konsep nutrisi.
o Mengidentifikasi tentang masalah nutrisi terhadap klien.
o Menguraikan cara mengatasi permasalahan nutrisi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2.2 Jenis – Jenis Nutrien


Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperoleh
untuk penggunaan fungsi tubuh.
Nutrient terdiri dari beberapa , diantarannya :
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat
dibagi atas :
a) Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang terdiri dari
glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda), contoh sukrosa
(glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa + glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
b) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun banyak molekul glukosa.
c) Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh
tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume feces.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar
(misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan),
dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).
Kebutuhan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
2. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Beberapa sumber
protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging, babi, domba, kalkun, dan hati. Beberapa
sumber protein nabati adalah: kelompok kacang polong (misalnya buncis, kapri, dan kedelai),
kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur nutrien
kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim
proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian akan diserap oleh usus. Fungsi
protein :
o Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal dan proses
pengausan yang normal.
o Protein menghasilkan jaringan baru.
o Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan fungsi khusus dalam tubuh
yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
o Protein sebagai sumber energi.
Kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan energi total.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri atas gabungan
gliserol dengan asam-asam lemak. Kebutuhan lemak 10-25% dari kebutuhan energi total. Fungsi
lemak :
o Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan dengan memberikan 9 kal/gr.
o Ikut serta membangun jaringan tubuh.
o Perlindungan.
o Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.
o Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbul rasa
lapar kembali segera setelah makan.
o Vitamin larut dalam lemak.
Asam arakhidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) adalah dua asam lemak penting,
khususnya dalam masa pertumbuhan otak bayi yang berlangsung sangat pesat selama 6 bulan
kedua kehidupan. Pada periode ini, AA dan DHA berperan besar dalam perkembangan mental dan
daya lihat bayi. Karena sebagian besar makanan sapihan mengandung sedikit AA dan DHA, susu-
lanjutan yang diperkaya dengan AA dan DHA akan menjadi sumber penting dua asam lemak ini.
4. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi sebagai
katalisator proses metabolisme tubuh.
Vitamin dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (vitamin C, B1, B2, B6, B12)
dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K).
Berikut ini rincian dari beberapa vitamin dan penting:
a. Vitamin A
Vitamin ini membantu perkembangan daya lihat bayi. Juga berperan dalam proses kerja sel tulang.
Anak-anak yang kekurangan vitamin A akan menderita rabun senja serta gangguan pertumbuhan.
Mereka juga rentan terhadap infeksi. Sumber vitamin A antara lain: telur, keju, dan hati.
b. Vitamin B-kompleks
Semua vitamin B membantu produksi energi, dan membantu terbentuknya sel-sel otak bayi.
Vitamin B1 dan niasin (salah satu anggota B-kompleks) membantu sel tubuh menghasilkan energi.
Vitamin B6 membantu tubuh melawan penyakit dan infeksi. B12 digunakan dalam pembentukan
sel darah merah. Kecukupan vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan,
anemia, gangguan penglihatan, kerusakan syaraf, dan gangguan jantung. Makanan seperti
misalnya roti, padi-padian, dan hati banyak mengandung vitamin B-kompleks. Setiap anggota
vitamin B-kompleks bersumber dari makanan tertentu misalnya: B1 dari kacang buncis dan daging
babi; B12 dari daging, ikan, telur, dan susu.
c. Vitamin C
Anak-anak dapat memperoleh vitamin C dari jeruk dan berbagai sayuran. Mereka memerlukan
vitamin C untuk membentuk beberapa zat kimia dan menggerakkan zat kimia lain (salah satu
anggota grup vitamin B, misalnya) agar dapat digunakan tubuh. Vitamin C juga membantu
penyerapan zat besi. Mereka yang kekurangan vitamin C bisa menderita kelemahan tulang,
anemia, dan gangguan kesehatan lainnya.
d. Vitamin D
Sinar matahari membantu tubuh membuat sendiri vitamin D, bahkan pada sejumlah anak,
kebutuhan vitamin ini sudah terpenuhi dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D sangat penting
karena membantu kalsium masuk ke tulang. Inilah sebabnya mengapa vitamin D kadang
ditambahkan ke dalam susu sapi (disebut susu yang telah “diperkaya”). Sayangnya, banyak produk
susu olahan yang digemari anak-anak justru tidak diperkaya dengan vitamin D. Keju dan yogurt
kaya kalsium tetapi tidak mengandung vitamin D. Makanan yang diperkaya vitamin D lebih baik
daripada suplemen vitamin. Anak-anak yang mengkonsumsi diet rendah vitamin D bisa menderita
ricketsia, suatu penyakit yang melemahkan tulang atau menjadikan tulang cacat.
5. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan sangat penting dalam
pengendalian system cairan tubuh. Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lunak,
cairan dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis
sehingga harus disediakan lewat makanan. Tiga fungsi mineral :
o Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
o Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh ; contoh Na, Cl
(ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
o Bahan dasar enzim dan protein.
Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral.
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tubuh
manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada orang dewasa asupan air berkisar antara 1200-1500cc
per hari, namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum
2.3 Fisiologi Nutrisi dan Metabolisme
Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan
badan, untuk menyediakan material mentah, untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan
kembali dan perbaikan sel. Metabolisme mengacu pada semua reaksi biokimia dalm tubuh. Proses
metabolic dapat menjadi anabolic (membangun) atau katabolic (merusak). Energy adalah kekuatan
untuk bekerja, manusia membutuhkan energy untuk terus menerus berhubungan dengan
lingkungannya.
1. Pemasukan energy
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan. Makanan
merupakan sumber utama energi manusia. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori.
1 kalori juga disebut 1 kalori besar ( K ) atau kkal adalah jumlah panas yang di butuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °c. 1 kkal = 1 K atau sama dengan 1000 kalori.
3 Bentuk pemberian kalori yaitu :
a. Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energy yang penting. Setiap gram karbohidrat
menghasilkan kurang lebih 4 kalori. Asupan karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar 50%-
60% dari kebutuhan kalori. (Setiati, 2000).
b. Lemak: komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral maupun parenteral sebagai
emulsi lemak. Pemberian lemak dapat mencapai 20% -40% dari total kebutuhan. Satu gram lemak
menghasilkan 9 kalori.
c. Protein (Asam Amino): kebutuhan protein adalah 0,8gr/kgbb/hari atau kurang lebih 10% dari total
kebutuhan kalori.
2. Pengeluaran energy
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men- support jaringan dan
fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa phospat seperti ATP.
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh BMR dan aktivitas fisik.
3. Basal metabolisme rate (MBR)
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk
kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung, perbafasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-
kelenjar tubuh.
Makanan di dalam tubuh mengalami beberapa proses. Mulai dari pencernaan, absorbsi,
metabolisme, dan penyimpanan hingga eliminasi.
a. Pencernaan
Pencernaan dimulai dari mulut, tempat makanan di pecah secara mekanik dengan mengunyah.
Protein dan lemak dipecahkan secara fisik tetapi tetap tidak berubah secara kimia karena enzim
dalam mulut tidak bereaksi dengan nutrisi ini. Makanan yang telah ditelan memasuki esopagus
dan bergerak sepanjangnya dan dengan kontraksi otot seperti gelombang (peristaltik). Massa
makanan yang berada pada kardiak spinkter, berlokasi pada pembukaan atas lambung,
menyebabkan spinkter relaksasi dan memungkunkan makanan masuk lambung. Di dalam
lambung, pepsinogen di sekresikan dan diaktifkan oleh asam hidrokolik menjadi pepsin, enzim
pemecah protein. Lambung juga mengeluarkan sejumlah kecil lipase dan amilase untuk mencerna
lemak dan zat tepung secara berturut-turut. Lambung juga bertindak sebagai penyimpanan dan
makanan menetap di dalam perut kira-kira 3 jam, dengan rentang dari 1-7 jam. Makanan
meninggalkan lambung pada spinkter pilorik sebagai asam, massa cair yang disebut kimus. Kimus
mengalir ke duodenum dan bercampur cepat dengan empedu, getah intestinal, sekresi pangkreas.
Peristaltik terjadi terus menerus dalam usus kecil, mencampur sekresi dengan kimus.
b. Absorbsi
Usus kecil merupakan tempat penyerapan utama nutrien. Sepanjang daerah ini terdapat penonjolan
seperti jari yang disebut vili, untuk meningkatkan area permukaan absorbsi. Nutrient diabsorbsi
oleh difusi pasif dan osmosis, transport aktif, dan pinositosis.
c. Metabolisme
Nutrien diabsopsi dalam intestinal, termasuk air, yang ditransportasikan melalui system sirkulasi
ke jaringan tubuh. Melalui perubahan kimia dari metabolisme, nutrien diubah ke jumlah substansi
yang diperlukan oleh tubuh. Dua tipe dasar metabolisme adalah anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme merupakan produksi dari substansi kimia yang lebih kompleks dengan sintesis
nutrient. Katabolisme merupakan pemecahan substansi kimia menjadi substansi yang lebih
sederhana.
d. Penyimpanan
Beberapa, tapi tidak semua, nutrient yang diperlukan tubuh disimpan dalam jaringan tubuh. Bentuk
pokok tubuh dari energi yang disimpan adalah lemak, yang disimpan sebagai jaringan adiposa.
Glikogen disimpan dalam cadangan kecil di hati dan jaringan otot dan protein dan protein disimpan
dalam massa otot. Ketika keperluan energi tubuh melebihi persediaan energi dari nutrient yang
dimakan, maka energi yang disimpan digunakan. Sebaliknya energi yang tidak digunakan harus
disimpan terutama lemak.
2.4 Cara Pemberian Nutrisi
1) Nutrisi Enteral
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric
tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi enteral adalah faktor resiko independent
pnemoni nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara pemberian sedini
mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral
yang diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi
kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien
setengah duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di
Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy
antibiotic, infeksi clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis.
Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi
(Wiryana, 2007).
2) Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaaan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan
apabila usus tidak dipakai karena suatu hal, misalnya: malformasi kongenital intestinal,
enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila
usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan ( Setiati, 2000).
Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik.
Terdapat kecenderungan untuk memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat
dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan
dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan
dalam sehari diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap factor
biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian
nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000).
Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas :
1. Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) : Merupakan pemberian nutrisi melalui
intravena dimana kebutuhan nutrisi sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran
pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino
seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid
2. Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral Parsial ) : Merupakan pemberian sebagian
kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat
dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan
asam amino
Indikasi Nutrisi Parenteral :
a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis
infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre operatif dengan
malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum (Wiryana, 2007).

2.5 Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia


1. Bayi
Yang dimaksud bayi adalah usia 0-12 bulan. Kalori yang dibutuhkan sekitar 110-120
kalori/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160 ml/kg/hari. Bayi sebelu usia 6 bulan pemberian
nutrisi yang pokok adalah air susu ibu. ASI sangat cocok diberikan sampai umur minimal 4 bulan.
Adapun keuntungan pemberian ASI adalah :
a. ASI merrupakan nutrisi yang komplit
b. Dalam ASI terdapat laktobasilus bilidus adalah mikroorganisme dalam ASI yang bermanfaat untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya dalam intesnial.
c. Protein dalam ASI banyak
d. ASI mengandung lipose untuk membantu bayi yang imatur dalam pencerrnaan lemak.
2. Masa anak tolder (1-3 th) dan pra sekolah (3-5 th)
Masa anak penting untuk mendidik pola makan yang benar.
Kebiasaan yang sebaiknya diajarkan pada usia ini antara lain:
o penyediaan makanan dalam berbagai variasi
o membatasi makanan manis
o konsumsi diet yang seimbang
Kebutuhan kalori pada anak usia 1 tahun = 100kcal/hari dan anak usia 3 tahun 300-500 kcal/hari.
3. Anak sekolah (6-12 th)
Pola makanan pada usia ini perlu diperhatikan, karena pada sia ini anak-anak senang makanan
yang dijual di luar rumah.
Kebutuhan nutrisi anak berdasarkan golongan umur dalam tahun :
Usia Kalori Protein Cal Fe Vit A Vit B Vit C
10-12 1900 60 0,75 8 2500 0,7 25
7-9 1600 50 0,75 7 2500 0,6 25
5-6 1400 40 0,50 6 2500 0,6 25
Tahun Cal dr dr Mg U Mg Mg

4. Masa adolescents remaja (13-21 th)


Kebutuhan kalori, protein, mineral, dan vitamin sangat tinggi berkaitan dengan proses
pertumbuhan.
Lemak tubuh meningkatkan akan mengakibatkan obesitas sehingga akan menimbulkan stress
terhadap body image yang terdapat mengakibatkan masalah kesehatan.
5. Masa dewasa muda (23-30 th)
Kebutuhan nutrisi pada usia ini untuk proses pertumbuhan, proses pemeliharaan dan pebaikan
tubuh, mempertahankan keadaan gizi.
6. Masa dewasa (31-45 th)
Masa dewasa masa produktif khususnya terkait dengan aktifitas fisik, karena umur ini merupakan
puncak untuk aktifitas hidup terutma dalam aktifitas bekerja. Kebutuhan nutrisi dibedakan antara
tingkat pekerjaan ringan, berat, sedang.
7. Dewasa tua (46 th keatas)
Kebutuhan unsur-unsur gizi sudah jauh berkurang, pada usia lanjut maka BMR akan berkurang
10-30%. Maka aktifitas mengalami degenerative
8. Wanita masa kehamilan menyusui
Wanita hamil dan ibu menyusui sangat memerlukan makanan yang baik dan cukup. Sebagai bahan
pertimbangan untuk dapat menghasilkan 1 liter ASI harus menyediakan kalori sebanyak 150 kal
sedangkan ASI mengandung 75 kal, 12 gr protein, 45 gr lemak laktosa vitamin dll.
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil dan menyusui
Jenis kebutuhan Ibu hamil Ibu menyusui
Kalori 2500 gr 300 gr
Protein 85gr 100 gr
Calsium 1,5 gr 2gr
Ferum 15 gr 15 gr
Vit A 8000 U.I 8000 U.I
Vit B 1,8 mg 2,8 mg
Vit C 100 mg 150 mg
Riboflavin 2,5 mg 3 mg
Vit D 400-800 U.I 400-800 U.I
Air 6-8 gelas 6-8 gelas

2.6 Penilaian Status Nutrisi


1. Klinis
Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2. Biofisik
Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
3. Biokimiawi
Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dll.
4. Antropometri
Pengertian Antropometri: berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
methros artinya ukuran. Dari definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa anthropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan tinggi
badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit.

Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI) dan Ideal Body
Weight (IBW).
1. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan
dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weigth) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan :
BB(kg) / TB(m) atau BB(pon) x 704,5/ TB(inci)2
2. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal
adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.

2.7 Masalah Kebutuhan Nutrisi


Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas,
malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa.
1. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
o Berat badan 10-20% dibawah normal
o Tinggi badan dibawah ideal
o Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
o Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
o Adanya penurunan albumin serum
o Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
o Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau
kanker
o Disfagia karena adanya kelainan persarafan
o Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa
o Nafsu makan menurun
2. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko
peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
o Berat badan lebih dari 10% berat ideal
o Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
o Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
o Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton
Kemungkinan penyebab :
o Perubahan pola makan
o Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan
normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam
penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler
atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan
kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit,
membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
5. Diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara
berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan
kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya
hidup yang berlebihan.
7. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner sering dialami
karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak
secara berlebihan.
9. Anoreksia nervosa
Aneroksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, elergi, dan
kelebihan energi.

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi
makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi gizi
seseorang .
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat
mempengaruhi status gizi.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi
makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya di bandingkan
masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
6. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat hal ini sehubungan
dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20
tahun energy basal relative konstan.
7. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di bandingkan dengan wanita pada laki-
laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
8. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas permukaan
tubuh maka semakin besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga
menjadi lebih besar.
9. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala
penyakit atau karena efek samping obat.
10. Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet
merupakan pengaruh yang kuat. Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang
(mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).
11. Alkohol dan Obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi nutrisi karena
uang mungkin dibelajakan untuk alcohol daripada makanan. Alcohol yang berlebihan juga
mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan
asupan zat gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi
absorpsi zat gizi di dalam intestine.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ
tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel
yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar
dari ancaman-ancaman penyakit.
3.2 Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk
melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan dengan
gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut harus
dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit akibat
imune tubuh yang menurun.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Volume dan distribusi cairan tubuh
2.2.1 Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat
badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru
lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan 39
tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 %
dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB
dan wanita 46 % dari BB.
2.2.2 Sumber air tubuh
Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makana 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa
elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta air
adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat arang,
gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan
konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

2.2.3 Distribusi cairan

Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler


dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan
ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5 %, cairan
interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan transeluler (misalnya,
cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dll )
1-3 %.

2.3 Fungsi cairan


1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transport nutrien ke sel
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transport hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

2.4 Keseimbangan cairan


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara
1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100
ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler dan ekstraseluler tetapi
hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam
cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau
dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek
berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
osmolaritas cairan intraseluler.
2.5 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan
anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi
ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang
rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang
yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan
kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang
yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis
otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat
mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro
intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun,
tubuh akanmelakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan
elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak,
ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan
meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi
urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan
pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan
regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine
kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh.
Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam
tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien
lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
2.6 Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1. Difusi
merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul,
konsenrasi larutan, dan temperatur.
2. Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel
dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik.
3. Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.
Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium
lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.

2.7 Pengaturan cairan


Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan
konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh total.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara
makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem
organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar
elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa
yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormaon dalam menjalankan fungsinya.
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan
substrat neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior.
Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.
Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air.

3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
2.8 Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi
urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar
keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200
ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 %
dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
2.9 Pengaturan elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan
air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion
natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di
lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan
kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat
diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat
dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium
dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5
mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan
struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium
dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi
kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat
penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran
melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 –
10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti
sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum
dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan
pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
7 Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh
hormon paratiroid.
2.9.1 NILAI-NILAI NORMAL

Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh

- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L


- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

2.10 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan
isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit
hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi
ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang
seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2. Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti
dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan
cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya
ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah

4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama
natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas,
serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang
vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons
haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam
tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami
kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah
solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan
cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan
mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif),
gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d. Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering
terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung
pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan
interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan
cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena) yang
menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan
dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema
jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan
oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit”
. Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta: EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika.
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar
untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses
faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan
tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan
panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan
yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:

a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan
air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk
rasa haus.

2.3 Cara perpindahan cairan tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil
dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika
tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran
ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif
tidak membutuhkan energi.

a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas
dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi
cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding
molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan
NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih
rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

c). Transport aktif.


Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat
dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid
adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya
kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan
molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan
sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intrasel.

2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara
itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan
berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari
total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan
tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak
tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :

Umur Kbutuhan air Ml/kg berat badan


Jumlah air dalam 24 jam
3 hari 250 - 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

2.5 Pengaturan volume cairan tubuh.


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake cairan
sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka
tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit,
ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan sekitar
1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah
kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di
bawah :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 – 2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang
terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.

2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.6 Jenis cairan.


1. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat,
nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar
antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah
setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien
dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume
darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume
expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua
cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah
volume darah.
2.7 Kebutuhan elektrolit.
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient
dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi
ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik.
Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh
kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam
plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt,
Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-
4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram
per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation
dan anion dalam molekul.

2.8 Pengaturan elektrolit.


a) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume
cairan tubuh.
b) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam
plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
c) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
d) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
e) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
f) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

2.9 Jenis cairan elektrolit.


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap
dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh
cairan elektrolit:
1. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

2.10 Keseimbangan asam basa.


Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan
asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh
adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolism
dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi
(pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat,
fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium
bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa
dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat
meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2
seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi
memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan
ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan
jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus
efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya
pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion
H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan
balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH
yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.11 Jenis asam basa.


Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium
(sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari
asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system
pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat
kompleks.

2.12 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.


a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat
maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan
karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.13 Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit.


Maslah-masalah kebutuhan cairan :
1. Asidosis respiratorik,
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya
paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari
7,45.
Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa
kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi
dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya
mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya
kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia
ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam
plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang
dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma,
gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh
cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam
sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer
protein.

2.14 Proses keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit.


1. Pengkajian
a.Riwayat keperawatan
Berisi informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja terjadi, yang
menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
b. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua sistem, kita harus
mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada tubuh. Seperti denyut nadi dan
tekanan darah, sistem pernapasan, sistem gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular, kulit

c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama

4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau jejunostomi
harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah besar
obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul 23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :

Tetesan / Menit = Jumlah Cairan yang Masuk


Lamanya infus (jam) x 3

2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)

b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat transfuse set.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

Alat dan Bahan :


1. Standar infuse
2. Tranfusi Sel
3. NaCl 0.9 %
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Jalan infuse / abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6. Pengalas
7. Tourniquet / pembendung
8. Kapas alcohol 70 %
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadine
13. Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah,
dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan

5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak adanya
edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar
untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses
faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan
tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan
panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan
yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:

a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan
air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk
rasa haus.

2.3 Cara perpindahan cairan tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil
dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika
tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran
ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif
tidak membutuhkan energi.

a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas
dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi
cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding
molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan
NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih
rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

c). Transport aktif.


Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat
dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid
adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya
kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan
molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan
sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intrasel.

2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara
itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan
berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari
total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan
tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak
tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :

Umur Kbutuhan air Ml/kg berat badan


Jumlah air dalam 24 jam
3 hari 250 - 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30

2.5 Pengaturan volume cairan tubuh.


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake cairan
sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka
tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit,
ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan sekitar
1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah
kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di
bawah :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 – 2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang
terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.

2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.6 Jenis cairan.


1. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat,
nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar
antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah
setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien
dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume
darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume
expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua
cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah
volume darah.
2.7 Kebutuhan elektrolit.
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient
dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi
ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik.
Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh
kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam
plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt,
Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-
4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram
per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation
dan anion dalam molekul.

2.8 Pengaturan elektrolit.


a) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume
cairan tubuh.
b) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam
plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
c) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
d) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
e) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
f) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

2.9 Jenis cairan elektrolit.


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap
dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh
cairan elektrolit:
1. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

2.10 Keseimbangan asam basa.


Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan
asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh
adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolism
dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi
(pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat,
fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium
bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa
dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat
meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2
seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi
memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan
ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan
jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus
efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya
pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion
H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan
balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH
yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.11 Jenis asam basa.


Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium
(sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari
asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system
pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat
kompleks.

2.12 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.


a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat
maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan
karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.13 Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit.


Maslah-masalah kebutuhan cairan :
1. Asidosis respiratorik,
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya
paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari
7,45.
Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa
kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi
dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya
mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya
kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia
ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam
plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang
dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma,
gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh
cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam
sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer
protein.

2.14 Proses keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit.


1. Pengkajian
a.Riwayat keperawatan
Berisi informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja terjadi, yang
menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
b. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua sistem, kita harus
mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada tubuh. Seperti denyut nadi dan
tekanan darah, sistem pernapasan, sistem gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular, kulit

c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama

4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau jejunostomi
harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah besar
obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul 23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :

Tetesan / Menit = Jumlah Cairan yang Masuk


Lamanya infus (jam) x 3

2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)

b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat transfuse set.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

Alat dan Bahan :


1. Standar infuse
2. Tranfusi Sel
3. NaCl 0.9 %
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Jalan infuse / abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6. Pengalas
7. Tourniquet / pembendung
8. Kapas alcohol 70 %
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadine
13. Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah,
dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan

5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak adanya
edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai