Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rectum dan anus.
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik
dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah
mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esophagus bagian atas
dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang
dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret
mukoid yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan.
Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan
konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan
menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distal
lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi
yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu
yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2sampai 6 jam.
d. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dengan
diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari rectum, colon dan rectum yang kemudian bermuara pada anus.
Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dengan diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima makanan yang
sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium,
bikarbonat dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari
makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3
bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat
sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.
Makanan yang sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah
chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
2. Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus trauma oleh
feses dan aktivitas bakteri.
Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu internal (involunter) dan
eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia :
Bayi : 2,5-3,8 cm
Toddler : 4 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10-15 cm
2. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta
mengeluarkan zat sisa.
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam
tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian,
fungsi utama nutrisi (suitor & hunter, 1980) adalah untuk memberikan energy bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangkadan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis
untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya enyakit tertentu yang
mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Gizi adalah substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh
tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (kozier,2004)
3. Komponen-Komponen Nutrient
1. Air
Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi (potter & perry, 1992).
Individu dewasa dapat kehilangan cairan kurang lebih 2-3 liter per hari melalui keringat, urin, dan
pernapasan.
Air memiliki peranan yang besar bagi tubuh. Selain sebagai komponen penyusun sel yang utama, air
juga berperan dalam menyalurkan zat-zat makanan menuju sel. Fungsi air bagi tubuh sendiri adalah
untuk membantu proses/ reaksi kimia dalam tubuh serta berperan dalam mengontrol temperatur
tubuh. Tidak ada satupun organ tubuh yang mampu berfungsi tanpa air.
2. Karbohidrat
a. Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida dan air disebut glikogenolisis.
c. Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut glukoneogenesis.
3. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti jaringan tubuh. Setiap 1g
protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan
dalam jaringan berbentuk hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh,
tetapi harus didapat dari makanan.
4. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling besar. 1g lemak akan menghasilkan 9 kkal. Lipid adalah
lemak yang dapat membeku pada suhu ruangan tertentu, dimana lipid tersebut terdiri atas trigliserida
dan asam lemak. Proses terbentuknya asam lemak disebut lipogenesis. Kegiatan yang membutuhkan
energi, antara lain :
b. Aktivitas tubuh
c. Faktor usia
d. Suhu lingkungan
e. Penyakit
5. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organic yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan diperlukan dalam jumlah
besar sebagai katalisator dalam proses metabolisme.
a. Vitamin yang dapat larut dalam lemak, yaitu : vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K.
6. Mineral
a. Macromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih dari 100 mg.
b. Micromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinyasejumlah kurang lebih 100 mg.
Contohnya : besi, seng, mangan, iodium, selinium, cobalt, kromium, tembaga, dan klorida.
1. Metablisme berarti perubahan yang menyangkut segala transportasi kimiawi serta energi yang terjadi
dalam tubuh.
2. Jumlah energi yang dibebaskan oleh katabolisme zat makanan dalam tubuh sama dengan energi yang
dibebaskan bila zat makanan dibakar di luar tubuh.
1. Kerja otot
2. Konsumsi Oksigen
3. Pemberian makanan
4. Lingkungan
Dampak gangguan pemasukan nutrisi tergantung pada macam dan tipe nutrisi yang meliputi
lamanya pemasukan yang inadekuat atau konsumsi yang berlebihan dan juga umur seseorang.
1) Kebudayaan
2) Agama
5) Letak geografi
6) Faktor ekonomi
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi, dengan
kategori sebagai berikut :
2. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan
asi. Defisiensi dapat berakibat :
retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh, depigmentasi
kulit, dermatitis.
3. Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori berkibat : kelaparan, hilangnya jaringan-
jaringn tubuh, BB kurang dari normal, diare. PCM juga dapat terjadi akibat kurang baiknya penanganan
klien selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.
Keadaan defisiensi protein dapat terjadi dalam jangka pendek pada klien yang mengalami stres berat
akibat berbagai gangguan tubuh (pembedahan penyakit akut, dll)
Tanda klinis : lelah, apatis, edema, kadar protein menurun, penurunan berat badan, kemunduran otot,
wajah tampak tua.
b. Cachexia
Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang adekuat dalam jangka panjang. Gejala
klinis (menyerupai marasmus) : lapar, berat badan menurun drastis, kemunduran otot, diare.
c. Mixed stated
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia dan stres yang akut. Efek dari mixed state
dapat berakibat buruk akibat hilangnya nutrisi-nutrisi vital, vitamin, dan zat besi. Tanda klinis : defisit
neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.
d. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (20%-30% > Normal)
e. Overweight
a. Bayi
Pada bayi pencernaan dan absorbsi masih sederhana sampai umur 6 bulan. Kalori yang dibutuhkan
sekitar 110-120 kal/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160-ml/kg/hari. Bayi sebelum usia 6 bulan
pemberian nutrisi yang cocok adalah ASI.
Usia
kalori
protein
Calcium
Fe
Vit.A
Vit.B1
Vit.C
10-12
1900
60
0,75
2500
0,7
25
07-09
1600
50
0,75
2500
0,6
25
05-06
1400
40
0,50
2500
0,6
25
Tahun
kal
gram
Gram
Mg
U.I
Mg
Mg
Kebutuhan kalori, protein, mineral dan vitamin sangat tinggi berkaitan dengan berlanjutnya proses
pertumbuhan. Lemak tubuh meningkat akan mengakibatkan obesitas sehingga akan menimbulkan
stress terhadap body image.
Kebutuhan nutrisi pada masa dewasa muda, selain untuk proses pemeliharaan dan perbaikan tubuh
dari pada pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi pada umumnya lebih diutamakan pada tipe dan kualitas
daripada kuantitas.
Unsur Gizi
Keadaan pekerjaan
Ringan
Sedang
Berat
P
Kalori
2100
1750
2500
2100
3000
2500
Protein
60
55
65
65
70
70
Kalsium
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Ferum
10
10
Vit. A
2500
2500
2500
2500
2500
2500
Vit. B1
0,8
1,2
1,5
1,5
A. Pengkajian
1.Pengukuran Anthropometri
a) Riwayat Penyakit
5. Anorexia
7. Diare
8. Alkoholisme
9. Disabilitas mental
10.Terapi radiasi
Aspirin, antibiotic, antasida, antidepresa, agen antiimflasi, agen antineoblastik, digitalis, laksatif,
diuretic, natrium klorida, dan vitamin/ preparatnutrien lain.
Pengkajian umum status gizi individu
Area pengkajian
Tanda-tanda normal
Tanda-tanda abnormal
Berat badan
Obesitas, underweight
Rambut
Kulit
Kuku
Mata
Bibir
Gusi
Otot
System kardiovaskuler
Nadi dan tekanan darah normal, irama jantung normal
Denyut nadi lebih dari 100X/ menit, irama abnormal, tekanan darah rendah atau tingi
System pencernaan
System persarafan
4.Dietary History
h. Ketidakmampuan fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2 X 24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan
nutrisinya.
Kriteria Hasil:
a. Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah setiap kali makan.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Rasionalisasi
Ø Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan cairan yang adekuat
Ø Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan yang
sesuai bagi klien
Ø Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan dan hindari mengkonsumsi
cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan
Ø Dorong dan Bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik
Ø Atur agar porsi makan tinggi protein di sajikan saat klien biasanya merasa lapar
Ø Nutrisi berperan menyediakan sumber energi, membangun jaringan dan mengatur proses
metabolisme tubuh.
Ø Dengan konsultasi, kita dapat menentukan metode diet yang memenuhi asupan kalori dan nutrisi
yang optimal
Ø Faktor-faktor seperti nyeri, kelemahan, penggunaan analgesik, dan imobilitas dapat menyebabkan
anorexia
Ø Kondisi yang lemah lebih lanjut dapat menurunkan keinginan dan kemampuan klien anorexia untuk
makanan
Ø Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung
sehingga selera makan mungkin akan meningkat
Ø Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap yang dapat mengurangi
nafsu makan
Ø Menyediakan makanan TKTP/ Tinggi Kalori Tinggi Protein pada saat klien merasa paling lapar
meningkatkan kemungkinan klien untuk mengkonsumsi kalori dan protein yang adekuat
D. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Berat Badan
DAFTAR PUSTAKA
Akper PPNI Solo. 2009. Konsep-Pengkajian-Nutrisi-dan- Cairan. http://askep-akper.
Blogspot.com/2009/06/konsep-pengkajian-nutrisi-=dan-cairan.html.
Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan
suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme merupakan semua
proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan
katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor
fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu
yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti
adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap
kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Pada masa lalu,
penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan
standard kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini
dikenal di dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA).
Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-bukti medis
menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan mencegah
atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa akar dari
banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh berlebihnya radikal bebas di
dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily
Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani stres oksidatif sehingga membantu
pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi
yang digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan
komplementer dapat membantu efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan
mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan
kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode
antropometri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI) dan Ideal Body
Weight (IBW).
1. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan
dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weigth) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan :
BB(kg) / TB(m) atau BB(pon) x 704,5/ TB(inci)2
2. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal
adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ
tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel
yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar
dari ancaman-ancaman penyakit.
3.2 Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk
melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan dengan
gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut harus
dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit akibat
imune tubuh yang menurun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Volume dan distribusi cairan tubuh
2.2.1 Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat
badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru
lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan 39
tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 %
dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB
dan wanita 46 % dari BB.
2.2.2 Sumber air tubuh
Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makana 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari
Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa
elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta air
adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein, hidrat arang,
gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan
konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat
mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro
intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun,
tubuh akanmelakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan
elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak,
ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan
meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi
urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan
pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan
regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine
kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh.
Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam
tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien
lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
2.6 Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1. Difusi
merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul,
konsenrasi larutan, dan temperatur.
2. Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel
dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik.
3. Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.
Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium
lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
2.8 Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi
urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar
keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200
ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 %
dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
2.9 Pengaturan elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan
air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion
natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di
lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan
kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat
diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat
dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium
dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5
mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan
struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium
dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi
kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat
penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran
melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 –
10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti
sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum
dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan
pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
7 Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh
hormon paratiroid.
2.9.1 NILAI-NILAI NORMAL
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama
natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas,
serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang
vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons
haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam
tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami
kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah
solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan
cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan
mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif),
gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d. Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering
terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung
pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan
interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan
cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena) yang
menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan
dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema
jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan
oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit”
. Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta: EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika.
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan
panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan
yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:
a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan
air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk
rasa haus.
a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas
dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi
cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding
molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan
NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih
rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara
itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan
berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari
total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan
tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak
tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang
terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.
2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat
maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan
karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama
4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau jejunostomi
harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah besar
obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul 23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :
2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)
b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat transfuse set.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah,
dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak adanya
edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan
panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi
(pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan
yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:
a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan
air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk
rasa haus.
a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas
dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi
cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding
molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan
NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih
rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh, sementara
itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan
berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari
total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan
tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin jika lemak
tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang
terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.
2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat
maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan
karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama
4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau jejunostomi
harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah besar
obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul 23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :
2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)
b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat transfuse set.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah,
dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak adanya
edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.