Pembimbing Akademik:
Ns. Ahmad Pujianto, S.Kep., M.Kep.
Oleh :
Atikah Rasa Fauzia
22020116220112
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolic dengan konsistensi di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi sering disebut the silent killer karena pada tahap awal penyakit ini
tidak menimbulkan tanda-tanda namun dapat mengakibatkan kerusakan
permanen pada organ-organ vital. Vasokonstriksi pembulu darah yang
berlangsung lama pada hipertensi dapat menyebabkan kerusakan permanen
pada ginjal, otak, dan jantung (Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y,
2008). Tahap lanjut pada pasien hipertensi dapat mengalami sakit kepala
terutama ketika bangun tidur pada pagi hari, pandangan kabur, epitaksis,
hingga depresi (Tambayong, 2000)
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia berdasarkan data dari Riset
Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2013, didapatkan bahwa prevalensi
hipertensi pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2013
sebanyak 25,8%. Hal ini mengalami penurunan berarti bila ditinjau dari data
tahun 2007 (31,7%). Meskipun terjadi penurunan prevalensi penderita
hipertensi di Indonesia, namun masalah ini tetepa menjadi salah satu masalah
kesehatan utama. (Riskesdas, 2013)
Menurut Gunawan (2001), hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai
hal salah satunya adalah stress atau ketegangan jiwa. Stres (rasa tertekan,
murung, marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang anak
ginjal mengeluarkan hormon adrenalin. Hormon adrenalin nantinya akan
memacu jantung bekerja lebih cepat dan kuat sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Stres yang berlangsung cukup lama akan mmempengaruhi
tubuh untuk melakukan penyesuaian sehingga dapat timbul kelainan organis
atau perubahan patologis.
Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan salah satunya
memberikan terapi relaksasi yang bertujuan untuk menurunkan stress.
Meditasi adalah salah satu cara relaksasi yang dapat dilakukan oleh penderita
hipertensi untuk membantu mengontrol tekanan darahnya. Berdasarkan
penelitian Anderson, Liu & Kryscio (2007) yang diterbitkan oleh American
Journal Of Hypertension yang berjudul Blood Pressure Response To
Trancedental Meditation, berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan latihan meditasi transedental dengan teratur memiliki potensi
untuk mengurangi tekanan darah systole dan diastole 4,7 mmHg dan 3,2
mmHg. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan dengan intervensi meditasi yang
dilakukan pada Ny.R dapat membantu Ny.R untuk menurunkan dan
mengontrol tekanan darahnya.
B. Tujuan
Ny.R mampu menerapkan meditasi secara baik dan benar serta dapat
melakukannya secara mandiri sebagai salah satu bentuk intervensi hipertensi.
C. Manfaat
1. Membantu mengurangi rasa stress yang dialami Ny.R
2. Membantu menurunkan tekanan darah dan mencegat terjadinya
komplikasi akibat hipertensi pada Ny.R
D. Sasaran
Ny.R
Setting tempat :
Keterangan
: Penyaji
: Klien
F. Media
1. Leaflet
G. Metode
1. Demonstrasi (praktik bersama)
2. Diskusi
3. Evaluasi
H. Materi
Terlampir
I. Pelaksanaan Demonstrasi Meditasi
Nama :
Umur :
NO PROSEDUR YA TIDAK
Klien penderita hipertensi dapat melakukan
1.
memposisikan diri dengan senyaman klien
Klien penderita hipertensi dapat melakukan tahap
2.
pembinaan
Klien penderita hipertensi dapat melakukan tahap
3.
pendinginan
NO PROSEDUR YA TIDAK
A. Pengertian
Meditasi menurut Keliat (2010) adalah menunggu yang berarti
bersungguh-sungguh dan membiarkan sebuah proses terjadi secara lengkap.
Sebuah proses menunggu membutuhkan kepercayaan dan kesabaran, sehinga
dengan melakukan meditasi sangat membantu membersihkan pikiran dan
meningkatkan konsentrasi. Pengertian lain mendefinisikan meditasi sebagai suatu
teknik untuk mengonsentrasikan pikiran supaya lebih waspada dan bijaksana,
serta dapat digunakan untuk mencegah maupun menyembuhkan penyakit. (Ada,
1999 dalam Kushartanti, 2008)
C. Tahap-Tahap Meditasi
Meditasi yang dapat dilakukan selama 15-20 menit dan memiliki tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Pembinaan
Fase dimana seseorang yang akan melakukam meditasi memposisikan diri
dengan senyaman mungkin. Posisi duduk harus tegap, tidak membungkuk
mapun bersandar. Kedua telapak tangan diletakkan di atas paha. Dimulai
dengan melakukan pengolahan nafas hingga memejamkan mata.
2. Pendinginan
Fase pendinginan adalah inti dari meditasi yang terdiri dari 3 hal antara lain;
mengosongkan pikiran, memusatkan pikiran, dan yang terakhir mengatur
kembali pernafasan. Pengosongan pikiran sementara dalam tahap meditasi ini
bertujuan untuk menghindarkan pikiran-pikiran negatif atau masalah
psikososial. Kemudian dilanjutkan dengan pemusatan pikiran dan kepasrahan
diri seenuhnya kepada Tuhan dan diakhiri dengan mengatur kembali pola dan
irama nafas.