Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk menyebabkan pertambahan jumlah sampah. Semakin
banyak jumlah penduduk dalam suatu kota, maka semakin kompleks pula kegiatan
dan usahanya, sehingga akan semakin besar pula permasalahan sampah yang harus
ditanggulangi (Iriani, 1994).
Pada umumnya penanganan sampah di Indonesia saat ini cenderung
menggunakan sistem dumping, yaitu suatu sistem pembuangan sampah dengan
metode menumpuk sampah pada lahan terbuka. Sistem ini memerlukan lahan yang
luas serta menimbulkan pencemaran lingkungan dan berkembangnya sumber
penyakit. Bila ini dibiarkan maka bisa mengakibatkan pencemaran dan upaya untuk
mengatasi hal ini salah satunya adalah dengan mengambil gas metana dari biogas dari
hasil degradasi senyawa organik secara anaerobik yang dilakukan oleh
mikroorganisme.
Dalam visi kota yang berkelanjutan, manajemen persampahan yang
terintegrasi akan mencakup klasifikasi limbah ke dalam organik dan non-organik,
beracun dan tidak beracun, limbah buangan, limbah daurulang dan kompos, dengan
penekanan utama opersionalisasi prinsip-prinsip reduce, reuse, dan recycle
(3R). Pengomposan sudah banyak dilakukan atau banyak dibicarakan dan
direncanakan untuk dilakukan namun baru terlaksana dalam jumlah yang sangat
terbatas.
Pengembangan bioenergi seperti biogas merupakan salah satu langkah untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber-sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui. Biogas adalah salah satu energi yang dapat dikembangkan
mengingat bahan bakunya cukup tersedia dan terbarukan, sehingga sangat mungkin
untuk menggantikan LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah,

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 1


minyak solar, minyak diesel yang harganya semakin mahal yang membebani
masyarakat menengah kebawah.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu biogas?
2. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi
biogas?

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah
Sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari
aktifitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau tidak
digunakan lagi (tchobanoglous, dkk,1993). Menurut petunjuk Teknis Perencanaan
Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLP-an perkotaan dan pedesaan, sampah
adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari sampah organik, sampah anorganik dan
sampah B3 yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (dep.PU Ditjen
Cipta Karya, 1999).
Sementara itu, Hadiwiyoto (1983) mendefenisikan sampah adalah sisa-sisa
bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian
utamanya, atau karena pengelolaan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang
ditinjau dari aspek pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan.
Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional.
Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan, dan lain – lain, sebagian besar
(95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diurai
oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik (Sudradjat, 2006).

B. Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikrooraganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen Biogas
antara lain sebagai berikut : 60% CH4 (metana), 38% CO2, dan 2% gas N2, H2, H2S
dan O2. Perhatikan tabel di bawah ini :

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 3


KOMPONEN KONSENTRASI
Metana 50% - 75% vol
Karbondioksida 25% - 45% vol.
Air 2% - 7% vol.
Hidrogen Sulfida 20 – 20.000 ppm
Nitrogen < 2% vol.
Oksigen < 2% vol.
Hidrogen < 1% vol.

Biogas dapat dibakar seperti LPG dalam sekala besar biogas dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan dan terbaharukan. Sumber energi biogas yang utama yaitu
kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana dan karbon dioksida. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih
bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi
karbondioksida yang lebih sedikit. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar
dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi
volume limbah buangan (Anonim, 2007).

C. Deskripsi Proses Biogas Metana


Metana dihasilkan oleh beragam komunitas metabolisme bakteri dan archaea
yang bertindak sebagai unit metabolik terintegrasi untuk menghasilkan metana dan
karbon dioksida melalui rangkaian berurutan dan reaksi bersamaan. Produk akhir dari
satu kelompok metabolisme digunakan sebagai substrat oleh kelompok berikutnya.

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 4


Secara umum, produksi biologis metana dari senyawa organik kompleks yang
terkandung dalam biomassa dan sumber limbah melibatkan empat fase utama:
hidrolisis, fermentasi (asidogenesis), asetogenesis, dan metanogenesis.
Faktor- faktor yang Berpengaruh terhadap Pembentukan Biogas Pembentukan
biogas merupakan hasil kerja dari mikroorganisme, oleh karena itu kondisi bahan
organik dan kondisi lingkungan besar sekali pengaruhnya terhadap pembentukan
biogas. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan biogas adalah kadar
karbon dan nitrogen dalam bahan, kandungan air, derajat keasaman, temperatur
pencerna, pengadukan dan racun.

D. Proses Anaerobik Biogas


Salah satu contoh proses anaerobik adalah proses pembuatan biogas dengan
menggunakan biodigester pada prinsipnya adalah menciptakan suatu sistem kedap
udara dengan bagian–bagian pokok yang terdiri dari tangki pencerna (digester tank),
lubang input bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan
lubang penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam digester terkandung bakteri metana
yang akan mengolah limbah organik menjadi biogas .
“Starter”
Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:
a) Starter alami yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau
cairan septic-tank, cairan rumen sapi, timbunan kotoran dan timbunan sampah
organik.
b) Starter semi-buatan yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif.
c) Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media
buatan (Erawati, 2009).
Dalam pembuatan biogas, komposisi bahan baku feses, air dan rumen (starter)
harus seimbang agar menghasilkan biogas yang maksimal. Jika perbandingan tidak
seimbang, misal rumen lebih banyak dari feses dan air, maka biogas yang dihasilkan

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 5


sedikit, karena pada campuran bahan baku ini hanya ada sumber bakteri saja tanpa
adanya substrat, sehingga bakteri akan kekurangan makanan dan menjadi tidak
produktif. Starter yang bisa digunakan antara lain lumpur aktif dan rumen sapi
(Saputro, 2004).

E. Alat Pembangkit Biogas / Digester


Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating
type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India
yang terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi
terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur
dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat
fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di India,
maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di India terdapat l.k.
80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan sampai
400.000 unit alat ini.
Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan
menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang
berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan
setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga tipe kubah
atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat ini telah
dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat
pertanian dan untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil
untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter
kubik untuk kelompok.
India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi
minyak bumi sehingga mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi
alternatif, di antaranya biogas.
Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa
dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 6


tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat
digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan
mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-
potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang
cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu
bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari
dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran
pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah ”dicerna” oleh bakteri methan atau bakteri
biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama
dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos sehingga
dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau
diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke
dalam karung.
Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit
(digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri,
alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun.
Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3
ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di samping juga mempunyai
sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap biomassa. Setiap unit
yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan
potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat
dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di
daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi
padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.
Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau
peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester.
Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 7


pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak yang menerapkan sistem ini
sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan
limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu
menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan
meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang
bermutu.
Untuk menuai hasil yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara massal,
terarah, dan terencana meliputi pengembangan teknologi, penyuluhan, dan
pendampingan. Dalam jangka panjang, gerakan pengembangan biogas dapat
membantu penghematan sumber daya minyak bumi dan sumber daya kehutanan.
Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap sebagian subsidi BBM dialihkan
untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas. Melalui jalan ini, mungkin
imbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama memecahkan
masalah energi sebagian dapat direalisasikan.

F. Unit Pengolahan Biogas


Unit pengolahan biogas terbagi dalam 2 proses utama yaitu
proses pembentukan dan penyaluran gas serta sistem pemrosesan gas. Proses
pembentukan gas dalam landfill melibatkan reaksi yang kompleks sehingga laju
pembentukan gas akan bervariasi antar-landfill. Laju maksimum dicapai ketika
kondisi lingkungan mencapai kondisi optimum yaitu pH mendekati netral,
kelembaban cukup, serta temperatur yang moderat. Hal yang paling mengganggu
adalah kehadiran oksigen yang akan menghentikan reaksi anaerobik menjadi aerobik.
Pada kondisi optimum, stabilisasi sampah berlangsung antara 10-20 tahun yang
ditandai dengan berhentinya pembentukan gas. Jika kurang optimum, stabilisasi bisa
mencapai 30 tahun. Hal yang sulit dilakukan adalah penentuan waktu pembentukan
metana dalam jumlah cukup besar. Hingga saat ini belum ada metode pasti untuk
memprediksi waktu tersebut. Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 8


membandingkannya dengan waktu pembentukan metana landfill yang terdekat
kondisinya.
Gas yang dihasilkan dari landfill didominasi oleh metana dan
karbondioksida. Kandungan metana berkisar antara 45-55% sedangkan karbon
dioksida berkisar antara 40-50%. Kandungan metana yang lebih tinggi juga pernah
dilaporkan. Kombinasi kedua gas bisa mencapai 99% dari semua gas. Walaupun
demikian, satu persen gas sisanya harus sangat diperhatikan karena bisa bersifat
korosif, beracun, ataupun berbau tak sedap. Dalam kondisi ideal, kalor jenis gas yang
dihasilkan bisa mencapai 450-540 BTU/scf atau 113 – 136 Kilokalori.
Komposisi gas yang dihasilkan relatif konstan selama puncak pembentukan.
Ketika sampah sudah memasuki masa stabilisasi, pembentukan gas mulai menurun
secara asimtot. Oleh karena itu, total waktu pembentukan gas sering dinyatakan
dalam bentuk waktu paruh. Selama periode penurunan ini, komposisi gas
yang dihasilkan relatif tetap. Akan tetapi, laju pembentukan yang menurun ini akan
berakibat pada penurunan tekanan dan rembesan udara ke dalam landfill. Oleh karena
itu, besar kemungkinan terbawanya nitrogen dan oksigen karena sulit untuk
mengambil gas tanpa tercampur dengan udara.
Sistem pemrosesan gas terdiri atas beberapa sumber gas dan pipa-
pipa yang saling terhubung kepada pompa vakum. Pada sistem yang sederhana,
pompa yang dipakai berupa blower sentrifugal. Saat ini, pengambilan gas dilakukan
dengan memasukkan pipa (well) berlubang secara vertikal ke dalam sampah kira-kira
hingga ¾ kedalaman landfill. Lubang-lubang itu biasanya kecil-kecil. Lubang-lubang
itu akan diisi dengan bebatuan atau kerikil untuk mencegah masuknya sampah.
Lubang-lubang diletakkan di bagian bawah pipa untuk mencegah masuknya udara
dari luar. Segel beton diletakkan di atas kerikil. Bagian atas diisi dengan tanah.

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 9


G. Proses Permurnian Biogas

Kemurnian biogas menjadi pertimbangan yang sangat penting karena


berpengaruh terhadap nilai kalor atau panas yang dihasilkan, sehingga biogas yang
dihasilkan perlu dilakukan pemurnian terhadap impuritas-impuritas yang lain.
Impuritas yang berpengaruh terhadap nilai kalor/panas adalah CO2, keberadaan CO2
dalam biogas sangat tidak diinginkan karena semakin tinggi kadar CO2 dalam CH4
maka semakin rendah nilai kalor biogas dan akan mengganggu proses pembakaran
(Hamidi, 2011, Harsono, 2013). Dalam pemisahan CO2 dari biogas terdapat berbagai
metode yang telah dikembangkan, yaitu:

1. Absorbsi

Metode absorbsi biogas adalah pemisahan suatu gas tertentu dari campuran gas-
gas dengan cara pemindahan massa ke dalam suatu liquid. Hal ini dilakukan dengan
cara mengantarkan aliran gas dengan liquid yang mempunyai selektivitas pelarut
yang berbeda dari gas yang akan dipisahkannya baik secara fisika maupun kimia
efektif untuk laju alir gas yang rendah dimana biogas dioperasikan pada kondisi
normal. Salah satu metode yang sederhana dan murah yaitu menggunakan air
bertekanan sebagai absorben (Shannon et al., 2006, dalam Harsono, 2013).

2. Adsorpsi pada Permukaan Zat Padat

Proses adsorpsi permukaan zat padat melibatkan transfer zat terlarut dalam gas
menuju ke permukaan zat padat, dimana proses transfer digerakkan oleh gaya Van
der wall. Adsorben yang digunakan biasanya berbentuk granular yang mempunyai
luas permukaan besar tiap satuan volume. Pemurnian gas dapat menggunakan
padatan yang berupa silika, alumina, karbon aktif atau silikat yang kemudian dikenal
dengan nama molecular sieve (Wellinger dan Lindeberg, 2000, dalam Harsono,
2013).

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 10


3. Pemisahan Secara Kriogenik

Kriogenik merupakan salah satu metode pemurnian yang melibatkan campuran


gas dengan kondensasi fraksional dan destilasi pada temperature rendah. Proses
kriogenik diawali dengan crude biogas ditekan hingga mencapai 80 bar. Proses
kompresi ini berjalan secara multistage dengan intercooler. Biogas bertekanan
kemudian dikeringkan untuk menghindari terjadinya pembekuan selama proses
pendinginan berlangsung. Kemudian biogas didinginkan oleh chiller dan heat
exchanger hingga -45oC, CO2 yang terkondensasi dihilangkan di dalam separator.
Kemudian CO2 diproses lebih lanjut untuk menemukan kembali CH4 yang terlarut,
hasil dari proses recovery CH4 kemudian dimanfaakan kembali menuju inlet gas.
Melalui proses ini gas metana yang dihasilkan mencapai kemurnian 97 % (Huang,
2005, dalam Harsono, 2013).

4. Pemisahan dengan Membran

Metode ini beberapa komponen atau campuran dari gas ditransportasikan melalui
lapisan tipis membran (<1mm). Transportasi tiap komponen dikendalikan oleh
perbedaan tekanan parsial pada membran dan permeabilitas tiap komponen dalam
membran. Pencapaian gas metana dengan kemurnian yang tinggi maka harus diikuti
pula dengan permeabilitas yang tinggi. Membran padat dapat disusun dari polimer
selulosa asetat yang mempunyai permebilitas untuk CO2 dan H2S mencapai 20 dan
60 kali berturut-turut lebih tinggi disbanding permeabilitas CH4. Tekanan sebesar 25-
40 bar diperlukan untuk proses membran tersebut (Huang, 2005, dalam Harsono,
2013). Inti dari konsep pemisahan dengan membran adalah selektifitas dan
permeabilitas yang tinggi. Pemisahan CO2 dengan membran konvensional sering
dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut mendorong para peneliti
mengembangkan material baru untuk pemisahan CO2 dengan membran. Material
baru tersebut adalah kombinasi antara polimerik membran dan anorganik membran
yang disebut dengan MMMs (Mixed Matrix Membranes).

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 11


Dalam konsep pemisahan dengan membran hal yang paling utama
diperhatikan adalah selektifitas dan permeabilitas yang tinggi. Dalam pemisahan CO2
dengan membran konvensional masalah tersebut dijumpai. Oleh karena itu para
peneliti mengembangkan material baru untuk pemisahan CO2 dengan membran,
material itu adalah kombinasi antara polimerik membran dan inorganik membran
yang disebut dengan MMMs (Mixed Matrix Membranes). Teknologi pemisahan gas
yang telah dikembangkan adalah dengan penggunaan membran. Dalam hal ini
digunakan zeolite Mixed Matrix Membranes untuk pemisahan CO2 atau CH4.
Pemilihan membran sebagai teknologi pemisahan gas bukan merupakan hal baru.
Dua kriteria suatu teknologi pemisahan akan dipilih jika pertimbangan secara teknis
dan ekonomis mudah dilakukan (Mulder, 1996, dalam Harsono, 2013).

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 12


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a. sampah organik (sayur kol dan sawi) yang di ambil dari Pasar Tugu Tanjung
Karang;
b. kotoran sapi yang di ambil dari Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
c. urea yang di dapat dari toko pupuk yang ada di Tanjung Karang.
B. Prosedur Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri,
jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Proses produksi biogas
dilakukan dengan menggunakan sistem anaerob digester dengan proses batch.
Penelitian ini dilakukan dengan variabel konsentrasi antara sampah organik dengan
kotoran sapi 1:1,1:2, 2:1 (kg/kg), variasi sampah organik dengan kotoran sapi dan
penambahan urea pada starter sebanyak 30 gram, 40 gram, dan 50 gram.

C. Alat percobaan
Gambar Rangkaian Alat:

Rancangan percobaan

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 13


Tidak dengan penambahan urea
Sampah organik :
a. 1 kg
b. 2 kg
Starter (kot.sapi : air = 1:1) :
c. 1 kg
d. 2 kg
Run sampah (kg) starter (kg)
1 1 1
2 1 2
3 2 1
Dengan penambahan urea
Urea :
e. 30 gram
f. 40 gram
g. 50 gram

run sampah (kg) starter (kg) urea (gram)


4 1 1 30
5 1 1 40
6 1 1 50
7 1 2 30
8 1 2 40
9 1 2 50
10 2 1 30
11 2 1 40
12 2 1 50

Penyiapan Bahan Baku

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 14


a. Potong – potong sampah organik sekecil mungkin (± 1 mm);
b.Timbang sampah organik yang telah di potong sebanyak 1 kg; dan
c. Setelah itu masukkan ke dalam digester.
Langkah-langkah pembuatan starter adalah sebagai berikut:
a. timbang kotoran sapi sebanyak 1 kg;
b.masukkan air ke dalam ember sebanyak 1 L;
c. masukkan kotoran sapi yang telah di timbang ke dalam ember yang berisi air lalu
di aduk;
d.setelah tercampur, masukkan starter ke dalam digester lalu di aduk lagi;
e. untuk digester 4 sampai 12 tambahkan urea sebanyak 30, 40, dan 50 gram; dan
f. tutup digester dan diamkan.

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 15


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Gambar 1. Grafik Komposisi Biogas Tanpa Penambahan Urea

Gambar 2. Grafik Komposisi Biogas Dengan Penambahan Urea

B. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat pada sampel sampah organic
maka dilakukan analisis kandungan glukosa dengan metode Luff Schoorl di
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung. Hasil

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 16


kandungan glukosa yang diperoleh sebesar 1,5317 %. Jumlah biogas ini ditunjukakan
oleh kandungan metana yang terkandung dalam sampel gas dari digester dua (D1)
dan digester tiga (D4) dengan alasan memliki nilai pH yang tidak terlalu tinggi
sehingga akan memiliki jumlah gas metana yang cukup banyak.
Analisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pangan Fakultas
Pertanian Unila dengan menggunakan Gas ChromatograpHy (GC) Shimadzu GC
14B, Japan pada hari ke-21 digestion time, didapatkan komposisi biogas yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Sampel Kosentrasi Biogas (%)
N2 CH4 CO2
Digester 1 88,06 3,29 8,48
Digester 4 86,27 1,08 12,65
Pengambilan sampel untuk analisis biogas dilakukan pada hari ke-21 waktu
fermentasi. Dari hasil analisis digester 1 memiliki kadar metana paling tinggi sebesar
3,29 %. Tingginya kadar N2 pada tabel menyebabkan proses fermentasi kurang
maksimal. Rendahnya produksi gas metana juga disebabkan karena jumlah glukosa
pada sampel sedikit yaitu sebesar 1,5317 %. Tingginya kadar Nitrogen (N2) yang
terkandung di dalam sampah organik juga dikarenakan petani sewaktu menanam
sayuran sudahmenggunakan pupuk urea sehingga di dalam digester dihasilkan
nitrogen (N2) yang besar. Maka pada penelitian ini pengaruh penambahan urea tidak
cukup baik bila dibandingan dengan yang tanpa penambahan urea terhadap kuantitas
gas metana yang dihasilkan.

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 17


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme pada kondisi oksigen (anaerob). Komponen Biogas antara
lain sebagai berikut : 60% CH4 (metana), 38% CO2, dan 2% gas N2, H2, H2S dan
O2.
2. Kandungan glukosa yang terdapat pada sampah organik pasar Tugu sebesar
1,5317% dalam 10639,5 mg sampel.
3. Produksi gas metana yang paling tinggi sebesar 3,29 % pada digester 1.
4. Adapun proses pemurnian gas metan yakni ada 4 metoda yaitu, absorbs,
adsorbsipermukaan zat padat, kriogenik dan demgamn penggunaan membrane.

B. Saran
Sebaiknya produksi dari gas metana dari limbah padat organik (sampah) ini
dikembangkan lebih lanjut agar dapat bernilai ekonomis (menguntungkan)dan untuk
meminimalkan sampah-sampah yang ada agar sampah tidak lagi merugikan.

Pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi biogas metana | 18

Anda mungkin juga menyukai