Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003)
usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja
adalah 12-21 tahun.1

Kesehatan merupakan hak dasar yang di miliki manusia dan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia,di samping itu juga merupakan karunia Tuhan yang
perlu di pelihara dan di tingkatkan kualitasnya serta di lindungi dari ancaman yang
merugikannya. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor : lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan masyarakat.1

Kesehatan reproduksi di kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius.


Beberapa penyakit-penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah trikomoniasis, vaginosis
bakterial, kandidiasis vulvovaginitis, gonore, klamidya, sifilis, ulkus mole/ chancroid. Salah satu
gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan.
Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita.
Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina.1,2

Banyak wanita di Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka
menggangap keputihan sebagai hal yang umum dan sepele, di samping itu rasa malu ketika
mengalami keputihan kerap membuat wanita enggan berkonsultasi ke dokter. Padahal keputihan
tidak bisa di anggap sepele, karena akibat dari keputihan ini sangat fatal bila lambat di tangani
tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga bisa
merupakan gejala awal dari kanker leher yang bisa berujung pada kematian. 1,2

1
Meskipun termasuk penyakit yang sederhana kenyataanya keputihan adalah penyakit
yang tak mudah di sembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50 % populasi perempuan dan
mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita
menunjukkan 75 % wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup
dan 45 % di antaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. 1,2

Di Indonesia, wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, 75 % wanita Indonesia
pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan
eropa yang hanya 25 % saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab
banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan eropa yang
hawanya kering sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi jamur. 1

Keputihan adalah gejala awal dari kanker mulut rahim. Di seluruh dunia, kini terdapat
sekitar 2,2 juta penderita kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumor
ganas yang menyerang leher rahim yang di sebabkan virus (HPV) human papilonia virus, pada
awalnya kanker serviks tidak menimbulkan gejala, namun bila sudah berkembang menjadi
kanker serviks barulah muncul gejala-gejala klinis, seperti keputihan yang berbau dan bercampur
darah, pendarahan di luar haid, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit yang luar biasa pada
panggul. 1

Di Indonesia setiap tahunnya 8.000 perempuan meninggal dunia karena menderita kanker
serviks. Sebuah fakta yang menakutkan, ini artinya hampir tiap jam, seorang perempuan
Indonesia meninggal dunia karena di gerogoti kanker serviks. Sering kali kankers serviks
menyerang dan membunuh perempuan pada usia produktif yakni usia 30-50 tahun, namun dapat
muncul pula pada perempuan dengan usia yang lebih muda. 1

Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor endogen dari dalam
tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, yang keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen
yaitu kelainan pada lubang kemaluan, faktor eksogen di bedakan menjadi dua yakni karena
infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan faktor non
infeksi adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, cebok tidak bersih,
daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan endokrin atau hormon, menopause.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal discharge/duh tubuh vagina


adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Cairan ini
dalam keadaan normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan yang keluar dari vagina
tidak semua merupakan keadaan yang patologis. Gardner menyatakan bahwa
leukorea adalah keluhan penderita berupa pengeluaran sekresi vulvovagina yang
bervariasi baik dalam jumlah, bau, maupun konsistensinya.3
Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh
yang keluar tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau
keluhannya disertai dengan nyeri, kemungkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu
yang salah. Duh tubuh vagina merupakan kombinasi dari cairan dan sel yang secara
berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari duh tubuh vagina adalah untuk
membersihkan dan melindungi vagina.4

B. EPIDEMIOLOGI

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan
yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya
memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit
dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu
vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya
muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis,
Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis
meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan
oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti
karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali
asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.5

3
C. ETIOLOGI

Etiologi leukorea sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut


multifaktorial.1 Beberapa etiologi dari leukorea antara lain:6,7

1. Non infeksi (noninfective)


 Fisiologis
 Polip servikal dan ektopi
 Benda asing seperti tampon yang tertinggal (retained tampon)
 Dermatitis vulva
 Lichen planus erosif
 Keganasan traktus genitalia (kanker servik,kanker uterus, kanker ovarium)
 Fistula
2. Nonsexually transmitted infection:
 Vaginosis bakteri, paling sering terjadi pada wanita seksual aktif yang
memiliki riwayat penyakit menular seksual berulang.
 Infeksi kandida, disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari candida
albicans.
3. Sexually transmitted infection:
 Chlamydia trachomatis
 Neisseria gonorrhoeae
 Trichomonas vaginalis

Gambar 1. Beberapa mikroorganisme penyebab keputihan

4
D. KLASIFIKASI 8, 9,10,11

Vagina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Bersama dengan flora normal
vagina, lapisan tersebut bertanggung jawab dalam mempertahankan kelembaban
vagina, dan berperan dalam mekanisme pertahanan nonspesifik vagina terhadap
infeksi mikroorganisme. Vagina dapat mensekresi glikogen yang kemudian diubah
oleh flora normal menjadi asam laktat. Mekanisme ini menyebabkan keasaman
vagina stabil pada pH 3,8 – 4,5. Keasaman vagina tersebut merupakan salah satu
mekanisme proteksi terhadap infeksi, karena menyebabkan mikroorganisme patogen
tidak dapat hidup pada lingkungan tersebut.

Flora normal vagina didominasi oleh lactobacillus sp. Kebanyakan bakteri ini
memproduksi hydrogen peroksida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
lainnya. Selain lactobacillus sp, berbagai bakteri lainnya juga merupakan flora normal
vagina, seperti streptococcus sp, beberapa bakteri anaerob, dan beberapa bakteri gram
negative.

Keputihan merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan produksi


secret oleh serviks uteri, sehingga kemudian keluar melalui vagina. Keputihan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu keputihan fisiologis dan patologis.

1. FLOUR ALBOUS FISIOLOGIS

Flour albus adalah pengeluaran cairan dari genitalia yang tidak


berupa darah. Cairan ini dalam keadaan normal tidak sampai keluar,
sedangkan cairan yang sampai keluar dari vagina tidak semua merupakan
keadaan yang patologis. Cairan ini mempunyai sifat yang bermacam macam
baik warna, bau, maupun jumlahnya. Gardner (1997) menyatakan bahwa
fluor albus adalah keluhan penderita berupa pengeluaran sekresi
vulvovagina yang bervariasi baik dalam jumlah, bau maupun
konsistensinya.

Pemeriksaan Fisiologis Patologis

5
Warna secret Bening Kuning hingga
hijau
Kejernihan secret Jernih Agak keruh
Bau secret Tidak berbau Bau amis
Leukosit sekret Tidak ada/sedikit Ada/banyak
(menandakan
infeksi)

Fluor albus fisiologis terdapat pada : bayi baru lahir sampai kira kira
umur 10 hari, karena pengaruh estrogen dari placenta terhadap uterus dan
vagina janin; saat menarche, karena pengaruh estrogen dan biasanya akan
hilang dengan sendirinya; rangsangan seksual sebelum dan pada waktu
koitus akibat transudasi dinding vagina; saat ovulasi, berasal dari secret
kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih encer; saat kehamilan; mood,
stress; saat pemakaian kontrasepsi hormonal; pembilasan vagina rutin.

Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa
sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding
vagina, sekresi dari endoserviks berupa mucus, sekresi dari saluran yang
lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai
mikroorganisme terutama Laktobasilus doderlein.

Peranan L.doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga


suasana vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis
karena basic doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari
epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap
dalam keadaan asam dengan pH 3.0 – 4,5 pada wanita dalam masa
reproduksi. Suasana inilah yang mencegah mikroorganisme patologis untuk
tumbuh.

Bila terjadi ketidakseimbangan suasana flora vagina yang


disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil

6
doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi
basil doderlein berkurang maka terjadi aktifitas dari mikroorganisme
patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresifitas
mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi
inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu
fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN maka
terjadilah flour albus.

Secara normal sekret vagina mengandung: sel epitel, terutama yang


paling luar (superficial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga
vagina; beberapa sel darah putih (leukosit); bakteri bakteri normal, yang
terbanyak doderlein, dan beberapa jenis kokus seperti streptokokus dan
stafilokokus, dan Eschericia coli.

a. Keputihan Dalam Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai


perubahan hormonal di dalam tubuh. Segera setelah terjadinya nidasi pada
dinding endometrium, hormone estrogen dan progesterone akan terus
meningkat secara perlahan hingga kehamilan berakhir. Peningkatan kadar
7
estrogen mulai terjadi pada usia gestasi 11 minggu dan terus meningkat hingga
24 jam, lalu sedikit menurun untuk kemudian meningkat kembali.

Peningkatan kadar hormone estrogen menyebabkan peningkatan kadar


air dalam mucus serviks dan meningkatkan produksi glikogen oleh sel – sel
epitel mukosa superfisial pada dinding vagina, sehingga secret vagina
bertambah banyak, kemudian mengalir keluar, dan disebut sebagai keputihan.
Glikogen merupakan sumber makanan mikroorganisme di daalam vagina,
sehingga peningkatan kadar hormone estrogen pada akhirnya meningkatkan
risiko terjadinya keputihan patologis.

Selama kehamilan, sebagian besar keputihan yang terjadi merupakan


keputihan fisiologis. Namun, ketika terjadi infeksi microorganism pada saluran
genitalia, maka akan terjadi keputihan patologis. Keputihan patologis yang
paling sering terjadi pada ibu hamil adalah vaginosis bakterila, trikomoniasis,
dan kandidiasis.

Berdasarkan penelitian di beberapa rumah sakit pendidikan di Jakarta


pada tahun 1991, terdapat 16,8 % kejadian vaginosis bacterial pada ibu hamil
dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu. Sedangkan sebuah penelitian yang
dilakukan di rumah sakit dr. cipto mangunkusumo dan rumah sakit bersalin
budi kemulian Jakarta pada periode maret – agustus 2006 menyatkan bahwa
terdapat 32,5% kejadian vaginosis bacterial pada ibu hamil dengan usia gestasi
11- 24 minggu.

Keputihan patologis dapat menimbulkan komplikasi bagi kehamilan,


baik bagi ibu maupun bagi janin yang dikandung. Komplikasi yang terjadi
dapat berupa korioamnionitis, gangguan pertumbuhan janin, ketuban pecah
dini, kelahiran premature, berat bayi lahir rendah (BBLR), abortus spontan,
dan endometritis post partum.

Terjadinya keputihan patologis dapat disebabkan oleh pertumbuhan


flora normal yang berlebihan maupun tumbuhnya mikroorganisme selain flora
normal di vagina. Komposisi flora vagina tersebut sangat bergantung pada

8
tingkat higienitas diri seseorang. Higienitas diri sehubungan dengan terjadinya
keputihan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu higienitas organ genitalia
eksterna, higienitas menstruasi, dan higienitas koitus. Berdasarkan penelitian
oleh amini (2009), terjadinya keputihan berhubungan secara signifikan dengan
tingkat higienitas organ genetalia eksterna. Maka, melalui penelitian ini dapat
diketahui hubungan antara perilaku hygiene organ genitalia eksterna dengan
jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11 – 12 minggu.

Selama kehamilan, terjadi berbagai perubahan fisiologis di dalam tubuh


ibu, salah satunya adalah perubahan hormonal. Perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan bertujuan untuk menunjang pertumbuhan janin
selama di dalam kandungan.

Setelah terjadinya fertilisasi dan implantasi, akan segera terbentuk


plasenta yang kemudian berperan sebagai organ endokrin. Salah satu fungsi
plasenta adalah kemudian berperan sebagai organ endokrin. Salah satu fungsi
plasenta adalah menghasilkan hormone steroid. Hormone steroid terdiri atas:

1. Progesterone

Sumber utama sintesis progesterone adalah kolesterol ldl (low density


lipoprotein) yang masuk kedalam sitoplasma sel – sel trofoblas dengan cara
endositosis. Kadar progesterone plasma maternal meningkat secara linear dari
40 ug/ml padda trimester I, menjadi lebih dari 175 ug/ml pada trimester III.
Peningkatan kadar progesterone selama kehamilan dapat memicu peningkatan
kekentalan mucus serviks

2. Estrogen

Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar berasal dari


konversi precursor androgen maternal dan adrenal janin. Kolesterol dikonversi
menjadi pregenolon sulfat di plasenta yang kemudian dikonversi kembali
menjadi dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA-S kemudian

9
mengalami metabolisme lebih lanjut menjadi estron (E1), dan melalui
testosterone menjadi estradiol (E2), serta estriol (E3).

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan kadar air dalam mucus


serviks meningkat. Selain itu, peningkatan kadar estrogen diketahui akan
meningkatkan produksi glikogen oleh sel – sel epitel vagina. Glikogen
merupakan sumber bahan makan mikroorganisme divagina. Glikogen
merupakan sumber bahan makanan mikroorganisme di vagina. Peningkatan
glikogen menyebabkan lingkungan vagina menjadi lebih memungkinkan bagi
pertumbuhan mikroorganisme pathogen, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya keputihan patologis.

Berdasarkan gambar 2.4, diketahui bahwa kadar estrogen dan


progesterone relastif meningkat sejak awal kehamilan hingga kehamilan
berakhir. Produksi estrogen yang dominan adalah produksi estradiol (E2).
Peningkatan kadar estradiol mulai terlihat sejak usia gestasi 11 minggu,

10
kemudian terus meningkat hingga usia gestasi 24 minggu, lalu sedikit
menurun untuk kemudian meningkat kembali.

2. FLOUR ALBUS PATOLOGIS

Fluor albus patologis dapat dibagi menjadi infeksi dan non infeksi.
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit dan virus. Sedangkan
yang non infeksi dapat terjadi oleh benda asing, neoplasma/keganasan pada
alat genitalis dan erosi.

a. Infeksi

1) Bakteri
a) Gonokokus

Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi yang lebih


dikenal dengan nama gonore ini berwarna kekuningan yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang
mengandung Neisseria gonorrhoe berbentuk pasangan dua dua
dalam sitoplasma sel. Gambaran ini kadang dapat terlihat pada
pemeriksan pap smear, tetapi lebih sering diketemukan dalam
pemerikasaan apus dengan pewarnaan gram. Bakteri ini mudah mati
bila terkena sabun, alcohol, detergen, dan sinar matahari. Cara
penularan penyakit ini melalui senggama.

b) Chlamidia Trachomatis

Bakteri ini sering menyebabkan penyakit pada mata


(trakoma) tetapi dapat juga ditemukan pada cairan vagina dan
terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan
Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada
dalam sitoplasma sel sel vagina. Pada pemeriksaan Pap smear sukar

11
ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi klamidia ini karena
siklus hidupnya yang tak mudah dilacak.

c) Gardnerella vaginalis

Gardnerella menyebabkan peradangan vagina yang tidak


spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme
normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk
bentukan yang khas disebut sebagai clue cell. Gardnerella
menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak keabu
abuan.

d) Treponema palidum

Bakteri ini merupakan penyebab sifilis. Pada perkembangan


penyakit dapat terlihat sebagai kutil kutil kecil di vulva dan vagina
yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral dan tampak
bergerak aktif pada pemeriksaan lapangan gelap.

2) Jamur
Jamur yang menyebabkan flour albus adalah dari spesies kandida.
Cairan yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu dan
sering disertai rasa gatal. Vagina biasanya tampak kemerahan akibat
proses peradangan. Dengan KOH 10% tanpak sel ragi (blastospora) atau
hifa semu. Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur
bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, penyakit DM, pemakai pil
kontrasepsi. Suami atau pasangan penderita biasanya juga akan
menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara
pasangan suami istri ini disebut sebagai fenomena pingpong.

12
3) Parasit
Etiologi flour albus terbanyak karena parasit biasanya disebabkan
Trikomonas vaginalis. Parasit ini berbentuk lonjong dan mempunyai bulu
getar dan dapat bergerak berputar putar dengan cepat. Gerakan ini dapat
dipantau dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini melalui
senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan
mandi, seperti handuk dan pinggiran kloset. Cairan yang keluar dari
vagina biasanya banyak, berbuih menyerupai air sabun (berbusa),
berwarna hijau kekuningan dan berbau. Fluor albus oleh parasit ini tidak
selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan timbul rasa nyeri bila
ditekan atau perih bila berkemih. Kadang terdapat perdarahan paska
koitus dan intermenstrual. Pada pria sering tanpa gejala, sehingga mereka
tidak menyadari dan menularkan pada istrinya.

4) Virus
Flour albus akibat infeksi virus sering disebabkan oleh kondiloma
akuminata dan herpes simpleks tipe 2. Kondiloma ditandai dengan
tumbuhnya kutil kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu
membentuk jrngger ayam yang berukuran besar. Penyebabnya adalah
Human Papiloma Virus. Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal.
Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan gambaran yang lebih
buruk bila disertai dengan gangguan system imun, seperti pada
pemakaina kortikosteroid yang lama, atau penderita AIDS.
Virus lainnya yaitu Herpes Simpleks Tipe 2 yang juga ditularkan
melalui senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepereti
melepuh terkena air panas yang kemudian pecah dan menimbulkan luka
seperti borok dan pasien merasa sakit.

13
b. Non Infeksi
1) Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau
benda tertentu yang dipakai pada waktu senggama, adanya cincin
pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat
merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi
penyerta dari flora normal yang berada di dalam vagina sehingga
timbul flour albus.
2) Neoplasma/Keganasan

Kanker akan menyebabkan flour albus patologis akibat


gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga
menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya dapat terjadi pembusukan dan perdarahan akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada keadaan seperti ini
akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat
terjadinya proses pembusukan tadi dan seringkali disertai oleh adanya
darah yang tidak segar.

3) Menopause
Flour albus pada menopause tidak semuanya patologis. Saat
menopause sel sel pada serviks uteri dan vagina mengalami hambatan
dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormone pemacu, yaitu
estrogen. Vagina menjadi kering dan lapisan sel menjadi tipis, kadar
glikogen menurun dan basil Doderlein berkurang. Keadaan ini
memudahkan terjadinya infeksi karena tipisnya sel epitel sehingga
mudah menimbulkan luka dan akibatnya timbul fluor albus.

4) Erosi

14
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumner
endocerviks lebih keluar ke arah portio sehingga tampak bagian merah
mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerah ini terkelupas akan
memudahkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal di vagina
sehingga timbul flour albus. Menurut Hamperl dan Kaufman (1959)
penyebab erosi ini tidak diketahui, kemungkinan terjadi akibat
kenaikan estrogen.

E. DIAGNOSIS 12

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan dalam serta pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
a. Usia. Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
pada wanita dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen
yang tinggi dan merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita dalam usia
reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual
(PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita dengan usia yang lebih tua
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan
adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau
iritasi pada serviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu
ditanyakan adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.
d. Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya
kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea
cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar
peralatan mandi atau handuk.

15
e. Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa
lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail
karena dengan mengetahui hal – hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan
etiologinya.
f. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada kedua
keadaan ini leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang fisiologis.
g. Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam1

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya


kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi
lainnya yang mungkin berkaitan dengan leukorea. Pemeriksaan yang kusus harus
dilakukan adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi: inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna; pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks;
pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari
kontaminasi dengan lendir serviks.
Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah
orifisium uretra eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio
mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini
ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan
melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab.
Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak
sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance.
Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau
sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang
berwarna hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai

16
lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang
disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan
vagina, pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna
putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,
berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu
tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks
lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi
seperti IUD, tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya.

3. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Penentuan pH. Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 – 4,5)
b. Penilaian sediaan basah. Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah
dengan KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis.
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai
parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.
Sedangkan kandida albikans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel
ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis nonspesifik yang disebabkan
gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil,
lekosit yang tidak seberapa banyak, dan banyak sel-sel epitel yang sebagian
besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yang
merupakan ciri khas infeksi gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram. Neisseria gonorrhea memberikan gambaran adanya
gonokokkus intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan
gambaran batang-batang berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat

17
dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan
laktobasil.
d. Kultur. Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam
penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi
herpes genitalis dan human papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.
f. Tes Pap Smear. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan
pada serviks

F. PENATALAKSANAAN 13
1. Preventif
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Memakai alat pelindung. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan
tertularnya penyakit karena hubungan seksual, salah satunya dengan
menggunakan kondom. Kondom dinilai cukup efektif dalam mencegah
penularan PHS.
b. Pemakaian obat atau cara profilaksis. Pemakaian antiseptik cair untuk
membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan penyakit
kelamin relatif tidak ada manfaatnya jika tidak disertai dengan pengobatan
terhadap mikroorganisme penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik
dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga akan merugikan karena
selain kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat
jenis tersebut. Pemakain obat mengandung estriol baik krem maupun obat
minum bermanfaat pada pasien menopause dengan gejala yang berat.
c. Pemeriksaan dini. Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan
pemeriksaan pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan pap smear dapat
diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi secara
berangsur-angsur, bukan secara mendadak.

2. Kuratif

18
Terapi leukorea harus disesuaikan dengan etiologinya
a. Parasit. Pada infeksi trikomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg
peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus
diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian kondom dan
pengobatan pasangannya. Selain itu dapat juga digunakan sediaan klotrimazol
1x100 mg intravaginal selama 7 hari.
b. Jamur. Pada infeksi kandida albikans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit
intravaginal selama 14 hari. Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal
mikostatin ini dapat diberikan seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.
Obat lainnya adalah itrakonazol 2x200 mg peroral dosis sehari.
c. Bakteri.

1) Untuk gonokokkus dapat diberikan: tetrasiklin 4x250 mg peroral/hari


selama 10 hari atau dengan kanamisin dosis 2 gram IM. Obat lainnya
adalah sefalosporin dengan dosis awal 1 gram selanjutnya 2x500 mg/hari
selama 2 hari. Sedangkan pada wanita hamil dapat diberikan eritromisin
4x250 mg peroral/hari selama 10 hari atau spektinomisin dosis 4 gram IM.
2) Gardnerella vaginalis dapat diberikan clindamycin 2x300 mg peroral/ hari
selama 7 hari. Obat lainnya metronidazole 3x250 mg peroral/hari selama 7
hari (untuk pasien dan suaminya).
3) Klamidia trakomatis diberikan tetrasiklin 4x500 mg peroral/hari selama 7 –
10 hari.
4) Treponema pallidum diberikan Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit IM dosis
tunggal atau Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2 minggu.

d. Virus.
1) Virus Herpes tipe 2: dapat diberikan obat anti virus dan simtomatis untuk
mengurangi rasa nyeri dan gatal, serta pemberian obat topikal larutan
neutral red 1% atau larutan proflavin 0,1%.
2) Human papiloma virus: pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan
yang rasional untuk virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.

19
3) Kondiloma akuminata dapat diobati dengan menggunakan suntikan
interferon suatu pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topikal podofilin
25% atau podofilotoksin 0,5% di tempat dimana kutil berada. Bila
kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi.

e. Vaginitis lainnya.
1) Vaginitis atropika. Pengobatan yang diberikan adalah pemberian krem
estrogen dan obat peroral yaitu stilbestrol 0,5 mg/hari selama 25 hari
persiklus atau etinil estradiol 0,01 mg/hari selama 21 hari persiklus.
2) Vaginitis kronis/rekurens. Perlu diperhatikan semua faktor predisposisi
timbulnya keluhan leukorea serta pengobatan pada pasangannya. Bila pada
kultur ditemukan hasil positif sebaiknya diberikan pengobatan sebelum
menstruasi selama 3 bulan berturut-turut dengan clotrimazole 1x100 mg
intravaginal selama 5 hari atau ketokonazole 2x200 mg dimulai hari pertama
haid.
3) Vaginitis alergika. Pengobatan pada kasus ini adalah dengan menghindari
alergen penyebabnya, misalnya terhadap tissue, sabun, tampon, pembalut
wanita. Pada kasus yang dicurigai vaginitis alergika tetapi tidak diketahui
penyebabnya dapat diberikan antihistamin.
4) Vaginitis psikosomatis. Untuk mengobati pasien ini perlu pendekatan
psikologis bahwa ia sebenarnya tidak menderita kelainan yang berarti dan
hal tersebut timbul akibat konflik emosional. Pendekatan yang memandang
pasien sebagai manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya
harus dipikirkan.

20
BAB III

PENUTUP

Kesehatan merupakan hak dasar yang di miliki manusia dan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia,di samping itu juga merupakan karunia Tuhan yang
perlu di pelihara dan di tingkatkan kualitasnya serta di lindungi dari ancaman yang
merugikannya. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor : lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan masyarakat 1

Kesehatan reproduksi di kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius.


Beberapa penyakit-penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah trikomoniasis, vaginosis
bakterial, kandidiasis vulvovaginitis, gonore, klamidya, sifilis, ulkus mole/ chancroid. Salah satu
gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan.
Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita.
Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. 1

Di Indonesia, wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, 75 % wanita Indonesia
pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan
eropa yang hanya 25 % saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab
banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan eropa yang
hawanya kering sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi jamur. 1

Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor endogen dari dalam
tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, yang keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen
yaitu kelainan pada lubang kemaluan, faktor eksogen di bedakan menjadi dua yakni karena
infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan faktor non
infeksi adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, cebok tidak bersih,
daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan endokrin atau hormon, menopause. 1

21
BAB IV

KAJIAN ISLAM

Al-Qur’an yang merupakan kitab yang diturunkan Allah kepada Muhammad bukan
merupakan sesuatu yang sia-sia atau tanpa maksud dan fungsi yang jelas. Al-Qur’an diturunkan
dengan berbagai fungsi dan maksud tertentu. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, Al-Qur’an
diturunkan dengan banyak fungsi, diantaranya sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad . bukti
kebenaran tersebut dibuktikan dalam tantangan yang bersifat bertahap. Pertama, menantang
siapa yang meragukan untuk menyusun semacan al-Quran secara keseluruhan (QS. 52:34).
Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surah semacam al-Qur’an (QS. 11:13).
Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah yang semisal surah dalam al-Qur’an (QS.
10:38). Keempat, menantang mereka untuk menyusun satu surah semisal surah dalam al-Qur’an
dengan bantuan siapapun selain Allah (QS. 2:23). Fungsi lain dari al –Qur’an adalah sebagai
petunjuk bagi manusia seperti dijelaskan dalam al-Qur’an yang berbunyi:

ٍ ‫اس َوبَ ِينَا‬


َ‫ت ِمن‬ ُ ‫ِي أ ُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُ ْر‬
ِ َّ‫آن ُهدًى ِللن‬ ْ ‫ضانَ الَّذ‬َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
.‫ان‬ِ َ‫ْال ُهدَى َو ْالفُ ْرق‬
Artinya:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
benar dan yang salah)”. (QS. Al-Baqarah 2:185). 13
Selain sebagai petunjuk (huda), al-Qur’an juga berfungsi sebagai pembeda antara yang
benar dan yang salah (furqan), penerang jalan hidup (bayyinah), penyembuh penyakit hati
(syifa), sumber informasi (bayan), dan nasehat atau petuah (Mauizhah). salah satu fungsi al-
Qur’an adalah sebagai huda (petunjuk), petunjuk al-Qur’an bersifat luas dan meliputi seluruh
aspek kehidupan, baik tentang kehidupan duniawi ataupun kehidupan ukhrawi. Salah satu yang
menjadi topiuk pembicaraan dan menjadi hal yang diperhatikan oleh al-Qur’an adalah tentang
kesehatan. 13

22
Sehat biasanya diartikan sebagai suatu keadaan yang baik bagi seluruh anggota tubuh,
dan dapat menjalankan fungsinya. Dalam Munjid al-Thulab, Fu’ad Ifram al-Bustamy
berpendapat bahwa sehat adalah hilangnya penyakit, dan berarti pula sesuatu yang terbebas, dan
selamat dari segala yang tercela. 13
Kesehatan biasanya juga mempunyai dua pengertian, yaitu kesehatan jasmani yang
kemudian diistilahkan dengan kata as-shihah, dan kesehatan rohani yang diistilahkan dengan
kata afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata afiat dipersamakan dengan kata as-
shihah. Afiat diartikan sebagai sehat dan kuat, sedangkan as-shihah diartikan sebagai keadaan
baik pada segenap badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
sehat merupakan lawan dari sakit, dan afiat diartikan sebagai sehat yang sempurna (al- shihah al-
tammah) dan berati pula kuat dan tegap. 13
Kata as-shihah dan al-afiyah tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Namun, sering
disebutkan dalam hadist dan do’a-do’a diantaranya:
 hadis Rasulullah saw, yang berbunyi:

ُ ‫الص َّحةُ َو ْالفَ َرا‬


.‫غ‬ ِ ‫اس‬ِ َّ‫ان َم ْغبُ ْو ٌن فِ ْي ِه َما َكثِي ٌْر ِمنَ الن‬
ِ َ ‫نِ ْع َمت‬
)‫(رواه البخاري‬
“Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu
kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari)
 Do’a yang dibaca ketika duduk diantara dua sujud, yang berbunyi:

‫َو َعا ِف ِني‬


“Dan anugerahkan kesehatan padaku”
 Kalimat yang terdapat dalam do’a qunut:

َ ‫َو َعافِنِي فِ ْي َم ْن َعافَي‬


‫ْت‬
“Dan anugerahkan kesehatan padaku sebagaimana oran yang kau beri kesehatan”

23
Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 23 tentang Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiaporang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Terkait tenteng hal tersebu, al-Qu’an juga mempunyai istilah-istilah tersendiri dalam
mengungkapkan istilah kata kesehtan. 13

Kesehatan dalam al-Qur’an diungkapkan dalam berbagai istilah, hal ini menunjukkan
kekayaan bahasa yang dimikili oleh bahasa Arab umumnya, dan al-Qur’an khususnya. Diantara
istilah tersebut adalah:
1. As-syifa
As-syifa secara bahasa diartikan sebagai sebagai suatu keadaan yang mendekati pada
sesuatu, dan pada umunya diartikansebagai kesembuhan karena mendekati pulih seperti
sebelum sakit. Kata ini diungkapkan dalam al-Qur’an sebanyak 8 kali, diantaranya:

. َ‫آن َما ُه َو ِشفَا ٌء َو َر ْح َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْن‬


ِ ‫َونُن َِز ُل ِمنَ ْالقُ ْر‬
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang
yang beriman”. (QS. Al-Isra’/17; 82). 13
2. AL-Quwwah (kekuatan)
Fungsi penciptaan manusia di dunia untuk menjadi khlafah di muka bumi dan beribadah
kepada Allah. Namun, dua fungsi penciptaan manusia ini tidak akan terwujud dengan sempurna
tanpa adanya kesehatan yang mendukungnya. oleh karena itu, Rasulullah bersabda: “Seorang
mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah daripada mukmin yang lemah” (HR.
Muslim). Dan tentunya di dalam al-qur’an pun dijelaskan tentang masalah kesehatn dengan
istilah al-quwwah atau kekuatan, seperti:

‫اط ْال َخ ْي ِل ت ُ ْر ِهبُ ْونَ ِب ِه‬ َ َ ‫َوأ َ ِعدُّ ْوا لَ ُه ْم َماا ْست‬
ِ َ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّوةٍ َو ِم ْن ِرب‬
ِ ِ‫َعد َُّو هللاِ َو َعد َُّو ُك ِم َوآخ َِريْنَ ِم ْن د ُْون‬
.‫ه ْم‬
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu
dan orang-orang selain mereka”. (QS. Al-Anfal/8; 60). 13

24
3. Al-Maradh (sakit)
Term dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan kesehatan adalah al-maradh (sakit) atau
lawan dari as-syifa (kesembuhan). Kata sakit yang berhubungan dengan sakit rohani dan jasmani
disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 24 kali.
 apabila yang dimaksud adalah penyakit rohani, maka digunakan kata al-maradh, seperti:

ٌ ‫فِي قُلُ ْوبِ ِه ْم َم َر‬


ً ‫ض فَزَ ادَ ُه ُم هللاُ َم َر‬
.‫ضا‬
“Dalam hati mereka ada penyakit,) lalu Allah menambah penyakitnya itu”. (QS. Al-Baqarah
(2);10).
 apabila yang dimaksud adalah penyakit jasmani, maka biasanya digunakan kata al-maridh,
seperti:

ِ ‫علَى األَع َْر‬


‫اج َح َر ٌج َوالَ َعلَى‬ َ َ‫ْس َعلَى األ َ ْع َمى َح َر ٌج َوال‬
َ ‫لَي‬
ِ ‫ْال َم ِري‬
.‫ْض َح َر ٌج‬
“Tidak ada dosa atas orang-orang yang buta, atas orang-orang yang pincang, dan atas
orang-orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang)”. (QS. Al-Fath/48; 17). 13

Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia agar selalu berusaha mendapatkan kebaikan


dalam hal dunia, ataupun dalam hal akhirat. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah yang
berbunyi:

ً‫سنَة‬ ِ ‫سنَةً َو ِفي‬


َ ‫اآلخ َر ِة َح‬ َ ‫َو ِم ْن ُه ْم َم ْن يَقُ ْو ُل َربَّنَا آ ِتنَا ِف ْي الدُّ ْنيَا َح‬
َ َ‫َو ِقنَا َعذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
.‫ار‬
Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah (2); 201).

25
Salah satu unsur kebaikan dunia adalah kesehatan. Oleh karena itu, kita harus berusaha
menjaga kesehtan yang ada, dan mengembalikannya ketika kesehatan itu hilang. 13

Islam sangat memperhatikan tentang masalah kesehatan. Hal ini terbukti banyaknya ayat-
ayat al-Qur’an dan hadist yang memerintahkan manusia untuk hidup sehat, diantaranya,
Kebersihan diri
Istilah kebersihan dalam al-Qur’an dicantumkan dengan Thaharah (kesucian atau
kebersihan), kata tersebut disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 31 kali. Diantaranya:

َ َ‫َوثِيَابَ َك ف‬
‫ط ِهر‬
“Dan pakaianmu bersihkanlah”. (QS. Al-Mudatstsir/74; 4)

‫صالَةِ فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم‬ َّ ‫يَاأَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا ِإذَا قُ ْمت ُ ْم ِإلَى ال‬
‫س ُح ْوا ِب ُر ُء ْو ِس ٌك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى‬
َ ‫ام‬
ْ ‫ق َو‬ ِ ِ‫َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬
. َّ َ‫ َو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬،‫ْال َك ْعبَي ِْن‬
‫اط َّه ُر ْوا‬
“Wahai orang-orang yang beriman. Bila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah
wajahmu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan (basuh) kedua kakimu sampai
mata kaki. Jika kamu junub maka bersihkanlah (dengan mandi)”(QS. Al-Ma’idah/5:6).
Dalil tersebut diatas menyuruh manusia untuk terus membersihkan diri, ini sesuai dengan
konsep kesehatan yang sangat menganjurkan manusia untuk hidup bersih. Karena kebersihan
pangkal kesehatan.13
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala
yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan
nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu
faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan
tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu
faktor yang mengakibatkan penderitaan.14
Hadits Rasulullah SAW :

26
Artinya : “Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu
kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari

Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 23 tentang Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Terkait tentang hal tersebut, al-qur’an juga mempunyai istilah-istilah tersendiri dalam
mengungkapkan istilah kata kesehatan.14

27

Anda mungkin juga menyukai