0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
78 tayangan4 halaman
Cerita rakyat ini menceritakan kisah Sangkuriang yang membunuh Tumang, anjing peliharaannya yang ternyata adalah jelmaan ayahnya sendiri. Ibunya Dayang Sumbi marah dan mengusir Sangkuriang. Beberapa tahun kemudian Sangkuriang bertemu kembali dengan Dayang Sumbi dan ingin mempersuntingnya tanpa sadar bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya sendiri. Dayang Sumbi memberikan tantangan pada Sangk
Cerita rakyat ini menceritakan kisah Sangkuriang yang membunuh Tumang, anjing peliharaannya yang ternyata adalah jelmaan ayahnya sendiri. Ibunya Dayang Sumbi marah dan mengusir Sangkuriang. Beberapa tahun kemudian Sangkuriang bertemu kembali dengan Dayang Sumbi dan ingin mempersuntingnya tanpa sadar bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya sendiri. Dayang Sumbi memberikan tantangan pada Sangk
Cerita rakyat ini menceritakan kisah Sangkuriang yang membunuh Tumang, anjing peliharaannya yang ternyata adalah jelmaan ayahnya sendiri. Ibunya Dayang Sumbi marah dan mengusir Sangkuriang. Beberapa tahun kemudian Sangkuriang bertemu kembali dengan Dayang Sumbi dan ingin mempersuntingnya tanpa sadar bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya sendiri. Dayang Sumbi memberikan tantangan pada Sangk
“Pada jaman dahulu, hiduplah seorang perempuan yang bernama
Dayang Sumbi. Ia memiliki anak yang bernama Sangkuriang,” kakek itu mulai membuka cerita, “Sangkuriang itu gemar sekali melakukan perjalanan di hutan. Setelah berada di hutan, kemudian Sangkuriang akan berburu binatang-binatang yang kemudian akan menjadi santapan untuk makanannya.
Pada suatu ketika, Sangkuriang pergi berburu dengan ditemani oleh
seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Dapat dikatakan bahwa Tumang merupakan jelmaan dari wujud ayahnya sendiri. Sangkuriang dan Tumang melihat seekor burung yang bertengger di pepohonan, kemudian tanpa pikir panjang ia pun segera memanahnya dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang segera memberi perintah kepada Tumang untuk mengambil buruannya itu. Tetapi, Tumang enggan untuk memenuhi perintah majikannya tersebut. Sangkuriang pun merasa kesal atas tindakan Tumang, sehingga ia membunuh Tumang yang selalu membantu dan menemaninya berburu.
Setelah membunuh anjing kesayangannya, Sangkuriang berlumur
darah pada baju yang dipakainya. Ibunya, Dayang Sumbi, bertanya perihal baju yang berlumuran darah itu dan akhirnya Sangkuriang bercerita dengan apa adanya. Setelah ibunya mendengar cerita tersebut, ia pun marah besar dan memukul kepala Sangkuriang hingga menimbulkan bekas. Ibunya gelap mata karena melihat perlakuan anaknya membunuh Tumang yang merupakan jelmaan ayahnya sendiri. Tidak hanya memukulinya, ibunya pun mengusirnya dan Sangkuriang dengan segera pergi meninggalkan desa Waled.
Beberapa tahun Sangkuriang hidup sendiri, akhirnya ia pun datang
kembali ke desa Waled. Ia mendapati banyak perubahan yang terjadi di daerah kelahirannya sendiri. Hingga akhirnya Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita. Wanita itu merupakan ibu kandungnya sendiri, Dayang Sumbi. Akibat dari doa dan kesungguhan Dayang Sumbi untuk bertemu anaknya kembali, maka dewa pun memberinya hadiah agar tetap terlihat cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi.
Pertemuan itu terjadi ketika setelah sekian lama mereka berpisah
akibat perbuatan Sangkuriang yang mengundang amarah ibunya, Dayang Sumbi, lalu mengusirnya dari rumah. Begitu terpesonanya Sangkuriang melihat kecantikan dari Dayang Sumbi, sehingga ia memutuskan untuk mempersuntingnya. Lamaran itu diterima oleh Dayang Sumbi dan Sangkuriang pun merasa amat bahagia.
Suatu ketika Sangkuriang ingin pergi berburu ke hutan, ia meminta
Dayang Sumbi untuk mencarikan kutu di kepalanya. Dayang sumbi heran dan terkejut ketika melihat bekas pukulan di kepala Sangkuriang. Ia tidak percaya bahwa lelaki itu merupakan anak kandungnya sendiri yang selama ini tak tahu keberadaannya dimana. Sangkuriang pun sama sekali tidak mengetahui bahwa Dayang Sumbi itu adalah ibu kandungnya sendiri. Akhirnya, Sangkuriang pergi berburu ke hutan.
Setelah Sangkuriang pergi, Dayang Sumbi kebingungan dan tidak
percaya bahwa lelaki itu adalah anaknya sendiri. Ia segera mencari akal agar Sangkuriang tidak jadi mempersunting dirinya meskipun ia sudah menerima lamarannya tersebut. Dayang Sumbi takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan menyalahi aturan dan adat istiadat setempat. Hingga akhirnya, ibunya memiliki rencana yang telah disusun dan akan diajukan kepada sangkuriang. Ia meminta untuk dibuatkan perahu yang sangat besar dan bendungan tinggi untuk menahan derasnya aliran sungai Cisanggarung. Ia mengajukan persayaratan tersebut karena tahu anaknya tak mungkin bisa untuk melakukan semua itu. Syarat itu harus dikerjakan Sangkuriang ketika matahari terbenam sampai terbitnya fajar/
Sangkuriang pulang ke rumah setelah berburu di hutan, kemudian
Dayang Sumbi menyambutnya dengan baik dan berbicara kepadanya agar ia membatalkan rencana pernikahannya tersebut. Sangkuriang tidak setuju dengan permintaan Dayang Sumbi, ia pun menganggapnya hanya lelucon belaka. Sangkuriang tetap memaksa ingin mempersunting Dayang Sumbi. Akhirnya, ibunya tersebut memberikan persyaratan yang sedari tadi sudah disusunnya dengan matang-matang ketika Sangkuriang pergi berburu di hutan.
Berkat kesaktian yang dimiliki oleh Sangkuriang, ia pun menyetujui
persyaratan yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi. Pekerjaan tersebut dibantu oleh mahluk halus yakni para jin yang pernah ditaklukkannya. Diam-diam, ibunya mengintip pekerjaannya tersebut. Ia terkejut karena pekerjaannya hampir selesai sebelum fajar terbit. Karena terlalu asyik dengan pekerjaannya, sangkuriang pun tidak menduga-duga bahwa fajar telah terbit. Sangkuriang marah. Ia menduga bahwa itu merupakan ulah Dayang Sumbi yang ingin menggagalkan rencananya. Sebab, Dayang Sumbi juga terkenal karena kesaktiannya. Ia meminta bantuan kepada seluruh warga untuk menggelar kain sutra berwarna merah di sebelah timur daerah Waled. Dengan rasa kesal dan amarah yang begitu memuncak, maka Sangkuriang pun menendang perahu yang sedikit lagi akan jadi utuh dibuatnya, ditendang hingga melayang ke arah selatan dan jatuh terbalik di Cimara-Luragung yakni daerah Kuningan. Perahu terbalik itu kemudian dinamakan menjadi bukit tangkuban perahu. Bukit tersebut apabila di lihat dari kejauhan berwarna biru, dan bendungan yang dibuat Sangkuriang sekarang menjadi bukit yang dinamakan menjadi bukit Manengteung.”
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa tema cerita rakyat di atas? 2. Siapa saja tokoh dalam cerita rakyat tersebut? 3. Di mana saja peristiwa dalam cerita rakyat terjadi? 4. Bagaimana alur peristiwa dalam cerita tersebut? 5. Amanat/pesan apa yang terkandung dalam cerita itu? 6. Sebutkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut dan sertakan bukti tekstualnya! 7. Jelaskan pokok-pokok cerita rakyat tersebut dan sertai dengan bukti tekstualnya! 8. Buatlah sinopsis atau ringkasan dari cerita rakyat di atas!