Anda di halaman 1dari 13

4.

1 Penulisan Huruf
Dalam penulisan huruf ini, sebagai seorang penulis yang masih muda sering mengalami
kesulitan, baik penulisan huruf besar maupun penulisan huruf kecil. Untuk membantu penulis
yang masih muda perlu memperhatikan penulisan huruf sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya : Ada gula ada semut.
Apa kerjamu di sini, Mery?
Kita harus bekerja keras.
Selamat pagi!
b. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung .
Misalnya : Adik bertanya, “Kapan kita pulang ke kampung ?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatillah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya
c. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci dan nama Tuhan, termasuk kata
ganti untuk Tuhan
Misalnya : Allah
Yang Mahakuasa
Yang Mana Pengasih
Alkitab
Islam
Tuhan yang menunjukkan jalan yang benar kepada
hamba-Nya
d. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Haji Ahmad Kasym
Imam Syafii
Nabi Musa
Sultan Hasanuddin
Perhatikan penulisan berikut
Hasanudin, sultan Makasar, digelari juga Ayam Jantan dari Timur
e. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang
Misalnya : Gubernur Raja Inal Siregar
Laksana Muda Udara Husein Sastranegara
Menteri Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Professor Supomo
Perhatikan penulisann berikut
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ?
Brigadir Jenderal Ahmad baru dilantik menjadi mayor jenderal
f. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama orang
Misalnya : Edison Simaremare
Juniati Vera Situmorang
Bobby Yoseph Estrada
Wage Rudolf Supratman
g. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa
Misalnya : bangsa Indonesia
suku Batak
bahasa Inggris

h. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
Misalnya : tahun Hijrah
tarikh Masehi
bulan Agustus
hari Jumat
hari Lebaran
hari Natal
Proklamasi Kemerdekaan
i. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
khas dalam geografi
Misalnya : Asia Tenggara
Surabaya
Danau Toba
Gunung Semeru
Jalan Dipenogoro
Selat Sunda
Teluk Benggala
Perhatikan penulisan berikut :
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyebrangi selat
j. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama badah resmi,
lembaga pemeriktahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi.
Misalnya : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dewan Perwakilan Rakyat
Perhatikan penulisan berikut :
menurut undang-undang dasar kita
pemerintah republik itu
k. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, makalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata partikel, serta, di, ke ,
dari , untuk, dan, yang, yang tidak terletak pada posisi awal
Misalnya : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas
Analisis Penokohan dalam Roman Salah Asuhan
l. Huruf besar atau huruf capital dipakai dalam singkatan nama gelar dan
sapaan.
Misalnya : DR. Doktor
Ir. Insinyur
M.A. Master of Arts
S.U. Sarjana Umum
Prof. Profesor
S.S. Sarjana Sastra
S.E. Sarjana ekonomi
Catatan : Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.
m.Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk kekerabatan, seperti: bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Mislanya : Kapan Bapak berangkat?
Surat Saudara sudah saya terima.
Besok Paman akan datang?
Catatan : Huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekeberatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya : Kita harus menghornmati bapak dan ibu kita
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga

2. Penulisan Huruf Miring (huruf cetak yang digaris bawah)


Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk :
a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan .
Misalnya majalah Bahasa dan Kesusasteraan
Negara Kertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata .
Misalnya: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan
Huruf pertama kata abad ialah a
c. Menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Misalnya : Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran
untuk kata up-grading ?
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini
Weltranschaung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia.

4.2 Penulisan kata dan Pemisahan Suku Kata


1. Penulisan kata dasar dan pemisahan suku kata dasar
Setiap kata yang berupa kata dasar dapat dituliskan sebagai satu kesatuan.
Misalnnya : Ibu percaya engkau tahu
Kantor pos penuh sesak
Buku itu buku baru

2. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut :


a.Apabila di tengah kata ada dua vocal yang berurutan, maka pemisahan
dilakukan di antara kedua vocal tersebut.
Misalnya: ma-in; sa-at; bu-ah; ta-at
b.Apabila di tengah kata terdapat satu konsonan di antara dua buah huruf,
vokal, maka pemisahan dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut
atau sesudah vokal pertama.
Misalnya : a-nak; ba-rang; su-lit; ma-kan
Karena ng; ny; sy; kh melambangkan satu konsonan maka gabungan huruf itu tidak
pernah dipisahkan, sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah
pasangan huruf itu.
Misalnya : sa-ngat; nyo-nya; i-sya-rat; a-khir; ang-ka; akh-lak.
i. Apabila di tengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan, maka
pemisahan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya : man-di; som-bong; per-gi; cap-lok; Ap-ril; tak-dir.
ii. Apabila di tengah kata terdapat tiga buah huruf konsonan atau lebih, maka pemisahan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dengan huruf konsonan yang
kedua.
Misalnya : in-stru-men; ul-tra; in-fra; bang-krut; ben-trok.
iii. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel, yang
biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, maka dalam pemisahan kata
dilakukan dalam satu kesatuan.
Misalnya : ma-kan, bel-a-jar, me-ban-tu; per-gi-lah, dll.

3. Penulisan kata turunan (kata Berimbuhan)


a. Imbuhan (awalan, sisipan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya
atau yang mengikutinya.
Misalnya : bergelatar
dibiayai
mempermaikan
diperlebar
b. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata .
Misalnya: bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
c. Apabila bentuk dasarnya berupa gabungan dan sekaligus mendapat awalan maupun
akhiran, maka kata-kata itu dituliskan serangkai.
Misalnya : memberitahukan
mengkambinghitamkan
dianaktirikan
dilipatgandakan
mempertanggungjawabkan
penghancurleburan
d. Apabila salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : amoral ekstrakurikuler pancasila
antarkota infrastruktur poligami
caturtungal internasional poliandri
dasawarsa introspeksi prasangka
dwiwarna kontroversi reinkarnasi
antikomunis kosponsor saptakrida
bikarbonat mahasiswa swadaya
demoralisasi monoteis subseksi
ekawarna multilateral swasembada

Catatan:
1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf
besar, di antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung
Misalnya : non-Indonesia
Pan-Afeikanisme
2) Maha sebagai unsur gabungan kata harus ditulis serangkai kecuali jika
diikuti oleh kata yang bukan kata dasar.
Misalnya : Di daerah ia benar-benar ‘mahakuasa’
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasuh
Semoga yang Mahakuasa memberikati usaha Anda.
4. Penulisan Kata dan Bentuk Ulang
Kata dan Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
penghubung
Misalnya : Anak-anak
Berlari-lari
Dibesar-besarkan
Gerak-gerik
Hura-hura
Kura-kura
Laba-laba
Tunggang – langgang
b. Penulisan Gabungan Kata (Kata Majemuk)
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah.
Misalnya: Duta besar
Kambing hitam
Kereta api cepat
Mata pelajaran
Meja tulis
Rumah sakit umum
b.Gabungan kata termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di
antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya : alat pandang-dengan; buku sejarah-baru;
anak-isteri; dua-sendi; ibu-bapak
c.Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai
Misalnya : Akhkirulkalam
Alhamdulilah
Apabila
Bagaimana
Bumiputra
Matahari
Hulubalang
Peribahasa
Wassalam
c. Penulisan kata ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku; kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan ku,
mu; dan nya titulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di lemari.
Apa salahku sehingga kau membenciku.
d. Penulisan kata depan, di, ke, dan dari
Kata depan di, ku, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Misalnya : Adiknya pergi ke luar negeri minggu depan.
Bermalam sajalah di sini, besok kamu berangkat.
Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Ia datang dari Surabaya kemarin untuk menjemput saya.
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Perhatikan penulisan berikut :
Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Ia keluar sebentar untuk membeli gula
Si Joni lebih pintar daripada si Ramses.
e. Penulisan Kata sandang atau kata penghubung
Kada sandang atau kata penghubung dituliskan terpisah dengan kata yang
mengikutinya
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim
Siapa si pengirim surat ini?
f. Penulisan partikel
a.Partikel -lah; -kah; dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya
Misalnya: Apakah yang tersirat dalam bacaan itu?
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
b.Partikel-pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke
rumahku.
c.Kelompok kata berikut, yang sudah diangap padu benar, ditulis
serangkai, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun,
maupun, meskipun, sungguhpun, walaupun, sekalipun.
Misalnya : Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun akan dicobanya mengerjakan itu.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan
pegangan.
d.Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap, ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Harga kain itu Rp. 2.000,00 per helai.
Mereka masuk ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Juni.
Satu juta persepuluh (bandingkan)

4.3Diksi (Pilihan kata)


Diksi (pilihan kata) merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam
pengembangan suatu tulisan. Hal ini dapat diyakini karena suatu tulisan yang tidak
menggunakan pilihan kata yang tepat, baik, jelas, dan seksama tentu tidak mudah dipahami
pembaca, dan bahkan dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda antara pembaca dan penulis
dalam konsep bahasa tulisan. Demikian juga antara pendengar dan pembicara dalam konsep
bahasa lisan.
Sebaliknya, apabila kita menggunakan pilihan kata yang baik, tepat, jelas, dan seksama,
maka dengan mudah akan menimbulkan pemahaman yang sama antara pembaca dengan penulis
dan antara pendengar dengan pembicara.
Dengan demikian apabila kita berbicara tentang pemilihan kata (diksi) dalam suatu
tulisan atau pembicaraan, maka kita tidak terlepas dari beberapa syarat, antara lain :
1. Diksi (pilihan kata) harus tepat
2. Diksi (pilihan kata) harus seksama
3. Diksi (pilihan kata) harus lazim
4. Diksi (pilihan kata) harus jelas
Keempat hal di atas menjadi pedoman yang perlu dipahami untuk memilih kata.
Ketepatan untuk memilih kata, kita tidak boleh terlepas dari pemahaman tentang arti maupun
penempatan kata tersebut sesuai dengan bahasa yang digunakan.
Demikian juga dengan keseksamaan untuk memilih kata merupakan keserasian yang
benar dengan apa yang ditentukan. Misalnya, apabila yang dimaksudkan ‘diminta datang’,
hendaknya jangan dikatakan ‘diharapkan datang’, dll. Sementara kalazimnya untuk memilih kata
adalah sudah menjadi kata-kata yang sudah dikenal dan baku penggunaanya dalam bahasa
Indonesai umum. Begitu juga halnya dengan kejelasan, kata yang digunakan hendaknya tidak
mendua arti, mubazir dan membingungkan pembaca atau pendengar.
Memang bila kita perhatikan secara sepintas pemilihan kata (diksi) sudah merupakan
persoalan yang biasa digunakan, namun sebagai pembicara atau penulis yang baik, tentunya
tidak menutup mata dalam hal ini. Sudah sepatutnyalah juga harus memparhatikan hal ini.
Pemakaian bahasa tanpa pilihan kata yang tepat, jelas, lazim, seksama, dan tidak sesuai dengan
tempatnya sering kali merugikan kedua belah pihak, baik antara penulis dengan pembaca,
maupun antara pembicara dengan pendengar.
Sehubungan dengan ketepatan, keseksamaan dan kelaziman, kejelasan pemakaian /
pemilihan kata dalam keterampilan berbahasa, ada beberapa hal yang membuat seseorang sering
melakukan pilihan kata sehingga tidak tepat, tidak jelas, tidak lazim, dan tidak seksama. Antara
lain :
1. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang tidak baku.
Misalnya : Bilang untuk mengatakan kata katakan
Pigi untuk mengatakan kata pergi
Bentar untuk mengatakan kata sebentar
2. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang telah usang
Misalnya : Menggarifi untuk mengatakan kata mengetahui
Debajah untuk mengatakan kata pendahuluan
Jamban atau kakus untuk mengatakan kata kamar mandi
3. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata bernilai rasa
Misalnya : Bunting untuk mengatakan kata hamil
Laki untuk mengatakan kata suami
Bini untuk mengatakan kata isteri
4. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang bersinonim
Misalnya : Jaksa raya untuk mengatakan kata Jaksa agung
Hari Agung untuk mengatakan kata hari Raya
Menengok untuk mengatakan kata melirik
5. Pemilihan kata atau pemakaian kata- kata asing
Misalnya : W.C. atau toilet untuk mengatakan kata kamar mandi
Meeting untuk mengatakan kata rapat
Upgrading untuk mengatakan kata penataran
6. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan
kata.
Misalnya : Mengkontrol untuk mengatakan kata mengontrol
Mensukseskan untuk mengatakan kata menyukseskan
Mempengaruhi untuk mengatakan kata memengaruhi
7. Pemilihan kata atau pemakaian kata yang ambivalen/ ambiguitas/ pleonasme.
Misalnya : Justru karena itu untuk mengatakan justru itu atau karena itu
Ikut serta berpatisipasi untuk mengatakan ikut serta atau
berpartisipasi.
Para mahasiswa-mahasiswa untuk mengatakan para
mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa
Saling bantu-membantu untuk mengatakan saling
membantu atau bantu-membantu
8. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang tidak tepat.
Misalnya : Mengajar bahasa Indonesia untuk mengatakan mengajarkan
bahasa Indonesia
Merubah untuk mengatakan mengubah
Jam 16.00 untuk mengatakan pukul 16.00
9. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang rancu.
Misalnya : Membungkukkan kepala untuk mengatakan menundukkan
kepala
Menundukkan badan untuk mengatakan membungkukkan
badan
Berulang kali untuk mengatakan berulang atau berkali-kali.
10. Pemilihan kata atau pemakaian kata-kata yang tidak sesuai dengan makna kata yang
diinginkan.
Misalnya : Pisang goreng untuk mengatakan goreng pisang
Goreng pisang untuk mengatakan pisang goreng
Malam minggu untuk mengatakan minggu malam
Minggu malam untuk mengatakan malam minggu
Isteri-perwira muda untuk mengatakan isteri perwira-muda

Anda mungkin juga menyukai