Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebuah negara akan dinilai sukses apabila negara tersebut mampu
menyediakan lapangan kerja, menurunkan kemiskinan serta meningkatkan
taraf hidup manusia seperti di negara belahan Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, untuk menciptakan itu semua sebuah negara harus menciptakan iklim
investasi yang baik dan mampu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
Sebuah negara dapat dikatakan semakin berkembang apabila pertumbuhan
ekonomi dalam negara tersebut terus meningkat. Kebutuhan pokok rakyat
dapat terpenuhi dengan lancar dan kehidupan masyarakat sejahtera. Kalau laju
pertumbuhan ekonomi sebuah negara sudah mampu memberikan gambaran
hidup ideal seperti yang diharapkan, maka kemakmuran yang diharapkan akan
terwujud.
Kegiatan ekonomi berperan begitu penting dalam sebuah negara.
Namun, ternyata untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat sangatlah
tidak mudah. Kegiatan ekonomi tidak selamanya terus menerus berkembang
dengan baik. Indonesia pernah mengalami ketidakseimbangan laju
pertumbuhan ekonomi yang dinamakan “Krisis Ekonomi” pada tahun 1997-
1998. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia tahun 1997 berawal dari
kebijakan pemerintah Thailand di mulai pada juli 1997 untuk mengembangkan
mata uang Thailand Bath terhadap Dollar US, dan mempengaruhi mata uang,
bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Krisis moneter
yang terjadi berkembang menjadi krisis multi dimensi, dan hampir semua
orang Indonesia terkena imbasnya.
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997
melumpuhkan kegiatan ekonomi karena puluhan bahkan ratusan perusahaan
mulai dari skala kecil sampai milik konglomerat bertumbangan. Lebih dari
70% perusahaan yang tercatat di pasar modal mengalami kebangkrutan.
Keadaan ini diperberat dengan berbagai musibah nasional seperti kegagalan
panen padi di banyak tempat karena musim kering berkepanjangan dan hama,

1
kebakaran hutan besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan di
banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu.
Keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 sudah jauh lebih
baik dengan mengalami pemulihan dan stabilisasi dibandingkan dengan tahun
1998. Namun, Indonesia belum mencapai taraf maksimal karena masih banyak
pengangguran, kemiskinan, inflasi, laju pertumbuhan ekonomi yang lambat,
kesenjangan penghasilan, hutang negara dan keterbatasan bahan pangan belum
dapat jalan keluarnya.
Maka itu, penting kita ulas mengenai ‘Krisis Ekonomi” dalam
makalah ini, agar kita dapat mengerti dan menemukan solusi yang terbaik bagi
bangsa Indonesia. Supaya kita sebagai mahasiswa dapat lebih kritis terhadap
situasi krisis ekonomi yang mana sekarang menjadi topik hangat dan dilema
luar biasa bagi seluruh dunia. Paling tidak mahasiswa dapat memecahkan
masalah kecil yang berhubungan dengan krisis ekonomi tersebut. Diharapkan
pula makalah ini dapat menjadi acuan belajar dalam mempelajari
permasalahan ekonomi di Perguruan Tinggi.

PEMBAHASAN

A. Teori Krisis Ekonomi


Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari
aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi,

2
pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri
berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah
tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara
garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen
rumah tangga."
Ekonomi makro atau makro-ekonomi adalah studi tentang ekonomi
secara keseluruhan. Makro-ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi
yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar.
Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk
memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi,
stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang
berkesinambungan.
Meskipun ekonomi makro merupakan bidang pembelajaran yang
luas, ada dua area penelitian yang menjadi ciri khas disiplin ini: kegiatan
untuk mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi penerimaan negara
jangka pendek (siklus bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari faktor
penentu dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan
pendapatan nasional). Model makro-ekonomi yang ada dan prediksi-
prediksi yang ada jamak digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar
untuk membantu pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan
strategi bisnis.
Krisis ekonomi merupakan peristiwa di mana seluruh sektor
ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan atau penurunan dan
mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia., bahkan dalam tahun ini
perekonomian bukan tambah berkembang akan tetapi perekonomian dunia
tambah merosot. Hal ini disebabkan kebutuhan pokok yang semakin mahal
dan harga minyak dunia yang sempat memaksa berbagai sektor produksi
ekonomi menaikkan ongkos produksinya dan tidak terkoreksi.
Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana
adalah suatu keadaan dimana sebuah negara yang pemerintahnya tidak
dipercaya lagi oleh rakyatnya. Khususnya masalah finansial. Rakyatnya
tidak mau lagi menyimpan uangnya di bank-bank yang ada. Sehingga

3
bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank
sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu.
Setelah itu maka harga-harga akan naik seiring dengan banyaknya uang
tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.
Teori yang berkaitan dengan masalah Moneter sering dikaitkan
dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa factor uang yang
banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar
(quantity of money atau supply of money ). Teori kuantitas sederhana. Inti
dari teori ini adalah perubahan harga komoditi akan berbanding lurus
dengan jumlah uang yang beredar.
Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman
yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dan dibagi
dengan jumlah pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang
pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya
yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

B. Kronologi Krisis Ekonomi 1997-1998


Tahun 1997 - 1998 adalah sebuah tragedi yang bersejarah dan tak
terlupakan bagi Indonesia. Karena perekonomian Indonesia tercatat
sebagai keadaan yang paling suram. Begitu Soeharto menyatakan diri
mundur sebagai presiden ke-2 RI pada Tanggal 21 Mei 1998. banyak
sekali tragedy-tragedi yang terjadi di Indonesia. Kecenderungan
pelemahan rupiah pasar, terus menjadi-jadi Sejak aksi penembakan
mahasiswa Trisakti tangal 12 Mei dan aksi penjarahan 14 Mei di Jakarta.
Hal itu diikuti gelombang kerusuhan dan aksi politik yang tidak habis-
habisnya pasca mundurnya Soeharto.
Pada bulan Juli 1997, kurs Rupiah terhadap dollar mulai merosot
mencapai Rp. 17.000, pada saat inilah awal sejarah perekonomian sangat
buruk bagi masyarakat Indonesia. Merasa tidak mampu dan tidak percaya
diri menyelesaikan krisis yang ada, sejumlah pejabat pemerintah akhirnya
memunculkan wacana untuk meminta pertolongan IMF. Bahkan banyak

4
media massa dalam dan luar negeri yang saat itu memuat saran-saran agar
Indonesia segera meminta pinjaman pada International Monetary Fund
(IMF).
Akhirnya, pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintah meminta
bantuan kepada IMF untuk memulihkan keadaan krisis ekonomi saat itu.
sebenarnya ECONIT secara tegas memperingatkan bahwa mengundang
IMF hanya akan menjerumuskan Indonesia ke jurang krisis yang lebih
parah. ECONIT mengibaratkan Indonesia sebagai orang sakit. Memang
Indonesia menghadapi sejumlah penyakit dan harus diberikan perawatan
diriumah sakit, tetapi Indonesia tidak harus masuk kedalam perawatan
Unit Gawat Darurat (UGD) yang diibaratkan IMF. Berdasarkan
pengalaman dari negara-negara yang pernah bekerjasama dengan IMF,
hanya sementara saja IMF memberikan perekonomian yang stabil dan
tidak lama kemudian krisis itu kembali lagi. Tetapi Indonesia mengabaikan
peringatan dari ECONIT. Direktur Pelaksana IMF, Michel Camdessus,
mengumumkan paket bantuan IMF untuk Indonesia senilai 23 miliar
dollar AS untuk menstabilkan keuangan dan melakukan reformasi
ekonomi. Bantuan tersebut terdiri atas 18 miliar dollar AS pinjaman badan
multilateral dan lima miliar dollar AS sisanya berasal dari pemerintah
Indonesia. Toh, meskipun IMF telah mengumumkan bantuannya kepada
Indonesia, kurs rupiah tetap saja melemah hingga mencapai Rp 3.670.
Kebijakan yang disarankan IMF juga menjerumuskan Indonesia
ke krisis yang lebih parah, seperti kasus likuidasi 16 bank pada bulan
November 1997, yang memicu rush terhadap puluhan bank besar
Indonesia seperti Bank BCA dan Bank Danamon, membuat kolaps sistem
perbankan nasional, dan kian menenggelamkan nilai tukar rupiah.
IMF juga memicu kerusuhan sosial melalui saran yang diberikan.
Atas saran IMF, untuk memangkas subsidi BBM dan listrik, pemerintah
menaikkan harga BBM antara 25 persen (minyak tanah) sampai 71 persen
(premium) pada tanggal 4 Mei 1998. Selang sehari kemudian, ribuan
mahasiswa di Makasar turun ke jalan dan terjadi bakar-bakaran untuk

5
memprotes kenaikan harga BBM. Pada hari-hari berikutnya, aksi tersebut
meluas ke Medan, Surabaya, Solo, Yogyakarta, dan puncaknya berakhir di
Jakarta 12 Mei 1998. Akibat saran IMF tersebut, ratusan orang meninggal
di seluruh Indonesia, ribuan luka-luka, ratusan gedung dan ribuan
kendaraan hancur dan terbakar. Inilah contoh kesekian kalinya di negara
berkembang: terjadi kerusuhan sosial akibat saran IMF
E. Penyebab Krisis Ekonomi
Berbagai kajian yang menelaah krisis keuangan Asia telah banyak
dilakukan, tentunya dari berbagai sudut pandang pula. Secara umum
terlihat suatu pola dan karakteristik yang berlaku sama di seluruh negara
yang dilanda krisis. Namun, dalam hal kedalamannya dan jangka
waktunya, Indonesia dapat dikatakan sangat unik. Sulit mencari
pembandingnya, barangkali negara yang paling layak untuk dibandingkan
waktu itu adalah Rusia, dan sekarang mungkin Argentina. Sebagai
introspeksi, harus diakui bahwa krisis di Indonesia benar-benar tidak
terduga datangnya, sama sekali tidak terprediksi sebelumnya.
Seperti dikatakan oleh Furman dan Stiglitz (1998), bahwa di antara
34 negara bermasalah yang diambil sebagai sampel penelitiannya,
Indonesia adalah negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis
bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Ketika Thailand mulai
menunjukkan gejala krisis, orang umumnya percaya bahwa Indonesia
tidak akan bernasib sama. Fundamental ekonomi Indonesia dipercaya
cukup kuat untuk menahan eksternal shock akibat kejatuhan ekonomi
Thailand. Berikut ini akan diuraikan mengenai penyebab Krisis Ekonomi
Indonesia tahun 1997-1998 :

Faktor utama yang menyebabkan krisis moneter tahun 1998 yaitu faktor
politik. Pada tahun 1998 krisis ekonomi bercampur kepanikan politik luar
biasa saat rezim Soeharto hendak tumbang. Begitu sulitnya merobohkan
bangunan rezim Soeharto sehingga harus disertai pengorbanan besar
berupa kekacauan yang mengakibatkan pemilik modal dan investor kabur

6
dari Indonesia. Pelarian modal besar-besaran karena kepanikan politik ini
praktis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang dipicu oleh
pertimbangan ekonomi semata. Karena itu, rupiah merosot amat drastis
dari level semula Rp 2.300 per dollar AS (pertengahan 1997) menjadi level
terburuk Rp17.000 per dollar AS (Januari 1998).
F. Dampak Krisis Ekonomi
Berbagai dampak krisis ekonomi timbul di Indonesia. Krisis ekonomi
membawa dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena
kurs nilai tukar valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika
dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah tetap. Dampak
yang terlihat seperti:
1. Banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan
tidak dapat membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah
angka pengangguran di Indonesia.
2. Pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga barang yang naik cukup
tinggi, yang mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-
barang kebutuhan pokoknya.
3. Hutang luar negeri jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar
rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia cukup devisa
untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya, ditambah
sistem perbankan nasional yang melemah.
4. Harga BBM naik.
5. Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter.
6. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam.
7. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan
kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta
eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
G. Solusi Krisis Ekonomi
Setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur yang ingin dicapai dan
cita-cita tersebut mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yang tak luput

7
dari tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang senantiasa perlu
dihadapi ataupun ditanggulangi mencakup seluruh komponen bangsa
terutama para penerus-penerus bangsa yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini.
Oleh karena itu,suatu bangsa harus mempunyai kemampuan,
kekuatan, ketangguhan dan keuletan dalam menghadapinya dan semua itu
dilakukan tak lain semata-mata untuk dapat mempertahankan
kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Dimana semua dari komponen ini
disusun dan dikembangkan berdasarkan wawasan nusantara dan untuk
mewujudkan semua itu bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka dan berdaulat harus mempunyai kekuatan dari aspek-aspek,
unsur-unsur ekonomi ketahanan nasional guna mengantisipasi
kemungkinan besar dampak dari krisis ekonomi.
H. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 2008 – 2012 dimulai dari
tahun 2008. Perekonomian dunia diguncangkan dengan adanya krisis
global, namun adanya krisis global ini ternyata tidak terlalu berpengaruh
pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak mengalami penurunan yang cukup berarti seperti saat periode krisis
ekonomi, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,01%,
turun 0,33% dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2007.
Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun
2009. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami
penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan
ekonomi tercatat sebesar 4,58 persen, jika dibandingkan tahun 2008
pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,44
persen. Pada tahun 2010 kondisi perekonomian Indonesia kembali
menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2010 tumbuh 6,1 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan
mampu lebih tinggi dari tahun 2008.

8
Melihat kinerja dan stabilitas perekonomian yang cukup bagus
pada tahun 2010 memberikan suatu harapan bahwa di tahun selanjutnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan dan mengalami
peningkatan. Kondisi perekonomian global pada tahun 2011 menunjukkan
kondisi yang penuh ketidakpastian. Hal tersebut dapat berakibat negatif
pada kondisi perbankan di berbagai negara, selain juga memiliki dampak
terhadap meningkatnya resiko kondisi perekonomian di masa yang akan
datang. Walaupun demikian, kondisi buruk tidak terjadi di Indonesia.
Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 6,5 persen. Hal ini juga
seiring dengan kondisi perbankan di Indonesia yang cukup baik.
Namun demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman juga
mengatakan bahwa di tengah ancaman krisis global, perekonomian
Indonesia memiliki kondisi yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia
pada tahun 2012 bahkan diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan
hingga 6,7 persen. Menurutnya, hal ini besar dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi domestik. “Ekonomi domestik tumbuh karena porsi
ekonomi kita yang bergantung pada ekspor relatif kecil,” ungkapnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Krisis Ekonomi yang terjadi di Indonesia tidak sepenuhnya karena
sistem ekonomi Indonesia melainkan juga karenam kiriman dari negara
lain. Inflasi juga merupakan salah satu faktor terjadinya krisis tersebut.

9
Dampak yang di timbulkan berbagai macam dan dampak tersebut
kebanyakan membawa pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia
bahkan berpengaruh langsung kepada rakyat Indonesia.
Krisis ekonomi di Indonesia yang diawali dengan stok hutang luar
negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek telah
menciptakan kondisi “ketidakstabilan” ekonomi dan kelemahan dalam
sistem perbankan di Indonesia.
Dalam pemulihan ekonomi, pemerintah dan pelaku ekonomi
mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi secara terkoordinasi dan
sinergis guna menentukan tingkat suku bunga yang wajar, tingkat inflasi
terkendali, tingkat kurs rupiah yang stabil dan sesuai realita, dan berusaha
menyediakan fasilitas publik yang memadai dan harga terjangkau serta
mempelancar perizinan yang transparan, mudah, murah dan cepat.
Serta mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri
pemerintah untuk kegiatan produktif yang dilaksanakan secara transparan,
efektif dan efisien. Mekanisme dan prosedur pinjaman luar negeri harus
ada persetujuan dari DPR dan di atur oleh Undang-Undang.

DAFTAR PUSTAKA

http://gentagboy.wordpress.com/about/tugas-makalah/krisis-ekonomi/
http://watiqqleind.wordpress.com/2011/11/08/makalah-pengaruh-krisis-ekonomi-
global-terhadap-keadaan-ekonomi-di-indonesia/
http://forumkeuangan.blogspot.com/2007/12/pentingnya-pertumbuhan-ekonomi-
yang.html

10
11

Anda mungkin juga menyukai