Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta termasuk bumi yang menjadi tempat tinggal mahluk hidup

ternyata penuh dengan fenomena yang sangat menakjubkan dan sangat memukau

yang kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana semua itu dapat

terjadi. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan

kepada kita mengenai cara-cara untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

terhadap fenomena yang ada di alam semesta dan isinya. Berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh Depdiknas (2006: 15) bahwa

“berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan

baru”. Pembelajaran IPA disekolah selalu mengacu pada kurikulum KTSP. Di

dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa:

Pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui


serangkaian proses ilmiah. Serangkaian proses ilmiah tersebut diharapkan
dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit
instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas,
2006: 15).

Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMA menurut kurikulum KTSP

adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains untuk


2

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

(Depdiknas, 2006: 17).

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa petunjuk tentang bagaimana

seharusnya IPA diajarkan salah satu diantaranya adalah menanamkan ke dalam

diri peserta didik keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat memahami

penjelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam. Pendidikan IPA harus secara

konsisten berorintasi pada: (a) pengembangan keterampilan proses sains, (b)

pengembangan konsep, dan (c) aplikasi. Dengan demikian dalam pembelajaran

sains perlu lebih menekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas saintis dengan

metode pembelajaran yang mengarah untuk menggali proses-proses berpikir

dalam sains sehingga pembelajaran sains dilaksanakan melalui sebuah proses yang

berbasis penyelidikan ilmiah melalui penggunaan keterampilan proses sains.

Pemahaman sebagai representasi hasil pembelajaran menjadi sangat penting.

Pemahaman konsep pun dijadikan sebagai salah satu hasil pembelajaran yang

diharapkan tumbuh dengan baik di dalam diri peserta didik. Untuk dapat

menumbuh kembangkan pemahaman yang kuat dalam diri peserta didik

diperlukan cara yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran. Mengajar

bukan berfokus bagaimana untuk mengajar, akan tetapi hendaknya lebih

berorientasi pada bagaimana untuk merangsang pembelajaran, sehingga peserta

didik dapat mengkontruksi pemahamannya sendiri (Santyasa, 2008: 15).

Fisika dalam proses pembelajaran lebih diarahkan pada pengembangan

kemampuan intelektual serta keterampilan proses sains dan pemahaman konsep

yang lebih baik. Hal ini ditujukan pada peserta didik sebagai bekal untuk
3

pendidikan selanjutnya untuk dapat mengasah keterampilan-keterampilan proses

sains dan pemahaman konsep peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika peserta didik

merupakan dua aspek dari beberapa aspek yang harus dilatih dan dikembangkan

oleh guru yang nantinya dapat dijadikan peserta didik untuk menyelesaikan atau

memecahkan persoala-persoalan yang didapatkan pada pembelajaran fisika.

Menurut Semiawan (1992: 14-16) ada dua alasan yang mendasari pentingnya

meningkatkan keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:

(1) bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju

pertumbuhan produk-produk ilmu pengetahuan teknologi menjadi sangat pesat

pula, sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta

kepada peserta didik. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta dan konsep dari

berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak mungkin tercapai. Oleh

karena itu, peserta didik perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan

mengolah informasi dari berbagai sumber, dan (2) bahwa sains itu dipandang

sebagai dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Dengan melihat

alasan ini, betapa pentingnya keterampilan proses bagi peserta didik untuk

mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi peserta didik di masa yang akan

datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya.

Selain keterampilan proses sains, pemahaman konsep penting pula untuk diajarkan

pada peserta didik. Purwanto (dalam Khaerani, 2010: 17) mengunkapkan bahwa

pemahaman konsep fisika adalah tingkat kemampuan yang diharapkan peserta

didik mampu memahami konsep, dan fakta yang diketahui, serta dapat
4

menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuannya yang

dimilikinya, dengan tidak merubah artinya.

Pembelajaran sains khususnya fisika yang terjadi di lapangan ternyata belum

sesuai dengan yang diharapkan seperti yang diuraikan di atas, berdasarkan hasil

pengamatan yang diperoleh dari SMA Tut Wuri Handayani Makassar, ditemukan

informasi bahwa aspek keterampilan proses sains peserta didik belum optimal

terlaksana di dalam pembelajaran, diataranya keterampilan mengamati, membuat

hipotesis, dan mengkomunikasikan data. Kemampuan mengamati, peserta didik

hanya terbatas mengamati objek. Pembelajaran yang berlangsung saat observasi

adalah materi tentang gaya yang seyogianya dapat ditindak lanjuti dengan

pengamatan terhadap objek yang sebenarnya seperti menarik sebuah benda

dipermukaan kasar, licin atau dipermukaan miring. Keterampilan lain seperti

membuat hipotesis dan mengkomunikasikan datapun belum optimal terlaksana.

Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran fisika di SMA Tut Wuri

Handayani Makassar, persentase ketuntasan peserta didik kelas XI IPA pada ujian

KD 1 tahun ajaran 2011/2012 dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah

70 dan yang tuntas mencapai 36% (Sumber: Rekapitulasi nilai sumatif guru kelas

XI IPA Tut Wuri Handayani Makassar tahun pelajaran 2011/2012). Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar belum memenuhi kriteria

keberhasilan.

Salah satu strategi alternatif yang dapat digunakan untuk membantu peserta

didik dalam proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan serta dapat

meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika peserta


5

didik adalah strategi pembelajaran generatif. Strategi pembelajaran generatif

adalah strategi pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan

yang sifatnya menuntun peserta didik sehingga terjadi proses berpikir yang

mengaitkan pengetahuan peserta didik dan pengalamannya dengan pengetahuan

baru yang sedang dipelajari. Dalam strategi pembelajaran generatif, peserta didik

lebih banyak berperan aktif dengan banyak mengamati sendiri fenomena alam

yang terjadi atau melakukan percobaan yang membuatnya membangun sendiri

pemahaman atas suatu konsep.

Penerapan strategi generatif ini dimaksudkan untuk meningkatkan

keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika peserta didik, karena

melalui pembelajaran ini peserta didik diberi kesempatan oleh guru untuk

mengungkapkan pikiran/pendapatnya, mengkontruksi pengetahuannya sendiri,

mengkomunikasikan konsep awalnya, serta dapat menumbuhkan keterampilan

memecahkan masalah, serta dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja

kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi.

Adapun penelitian yang relevan terkait dengan strategi pembelajaran generatif

yaitu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutarman dan Swasono (dalam

Wena, 2011: 183) menyatakan bahwa strategi generatif dapat meningkatkan

keterampilan proses sains dan aktivitas peserta didik. Demikian juga yang

dikemukakan oleh Maria (1999: 84) bahwa penerapan strategi generatif dapat

meningkatkan pemahaman konsep fisika. Demikian juga yang dikemukakan oleh

La Moma (2012: 8) menyatakan bahwa strategi generatif dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif.


6

Bertolak dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Strategi Generatif

Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Fisika

Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Tut Wuri Handayani Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik perangkat pembelajaran yang meliputi rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar peserta didik (BAPD), lembar

kerja peserta didik (LKPD) yang berorientasi strategi generatif ?

2. Seberapa besar peningkatan keterampilan proses sains peserta didik setelah

penerapan perangkat pembelajaran berorientasi strategi generatif ?

3. Seberapa besar peningkatan pemahaman konsep fisika peserta didik setelah

penerapan perangkat pembelajaran berorientasi strategi generatif ?

4. Bagaimanakah respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran fisika

berorientasi strategi generatif ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:
7

1. Untuk memperoleh informasi tentang karakteristik perangkat pembelajaran

berorientasi strategi generatif yang meliputu RPP, BAPD dan LKPD.

2. Untuk mengetahui besarnya peningkatan keterampilan proses sains peserta

didik setelah penerapan perangkat pembelajaran berorientasi strategi

generatif.

3. Untuk mengetahui besarnya peningkatan pemahaman konsep fisika peserta

didik setelah penerapan perangkat pembelajaran berorientasi strategi

generatif.

4. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran

fisika berorientasi strategi generatif.

D. Manfaat Penelitian

Mengacu pada tujuan yang dicapai dari penelitian, maka manfaat yang

diharapkan dari masing-masing tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, penggunaan perangkat ini diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan proses sains untuk lebih mengembangkan

pemahaman konsepnya dan dengan adanya perangkat buku peserta didik

dan lembar kerja peserta didik dapat membantu dalam mengkonstruksi dan

menyampaikan ide atau hasil penemuan peserta didik.

2. Bagi guru, sebagai strategi untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran

di kelas, khususnya mengenai keterampilan proses sains dan pemahaman

konsep fisika.
8

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan oleh sekolah untuk dapat

dipergunakan guru-guru lain, khususnya guru fisika untuk memaksimalkan

proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai