BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta termasuk bumi yang menjadi tempat tinggal mahluk hidup
ternyata penuh dengan fenomena yang sangat menakjubkan dan sangat memukau
yang kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana semua itu dapat
terjadi. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan
terhadap fenomena yang ada di alam semesta dan isinya. Berdasarkan Kurikulum
“berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau
diri peserta didik keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat memahami
sains perlu lebih menekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas saintis dengan
dalam sains sehingga pembelajaran sains dilaksanakan melalui sebuah proses yang
Pemahaman konsep pun dijadikan sebagai salah satu hasil pembelajaran yang
diharapkan tumbuh dengan baik di dalam diri peserta didik. Untuk dapat
yang lebih baik. Hal ini ditujukan pada peserta didik sebagai bekal untuk
3
merupakan dua aspek dari beberapa aspek yang harus dilatih dan dikembangkan
oleh guru yang nantinya dapat dijadikan peserta didik untuk menyelesaikan atau
Menurut Semiawan (1992: 14-16) ada dua alasan yang mendasari pentingnya
(1) bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju
pula, sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta
kepada peserta didik. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta dan konsep dari
berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak mungkin tercapai. Oleh
karena itu, peserta didik perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan
mengolah informasi dari berbagai sumber, dan (2) bahwa sains itu dipandang
sebagai dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Dengan melihat
alasan ini, betapa pentingnya keterampilan proses bagi peserta didik untuk
mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi peserta didik di masa yang akan
datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa yang maju lainnya.
Selain keterampilan proses sains, pemahaman konsep penting pula untuk diajarkan
pada peserta didik. Purwanto (dalam Khaerani, 2010: 17) mengunkapkan bahwa
didik mampu memahami konsep, dan fakta yang diketahui, serta dapat
4
sesuai dengan yang diharapkan seperti yang diuraikan di atas, berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh dari SMA Tut Wuri Handayani Makassar, ditemukan
informasi bahwa aspek keterampilan proses sains peserta didik belum optimal
adalah materi tentang gaya yang seyogianya dapat ditindak lanjuti dengan
Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran fisika di SMA Tut Wuri
Handayani Makassar, persentase ketuntasan peserta didik kelas XI IPA pada ujian
KD 1 tahun ajaran 2011/2012 dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah
70 dan yang tuntas mencapai 36% (Sumber: Rekapitulasi nilai sumatif guru kelas
XI IPA Tut Wuri Handayani Makassar tahun pelajaran 2011/2012). Hal ini
keberhasilan.
Salah satu strategi alternatif yang dapat digunakan untuk membantu peserta
yang sifatnya menuntun peserta didik sehingga terjadi proses berpikir yang
baru yang sedang dipelajari. Dalam strategi pembelajaran generatif, peserta didik
lebih banyak berperan aktif dengan banyak mengamati sendiri fenomena alam
keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika peserta didik, karena
melalui pembelajaran ini peserta didik diberi kesempatan oleh guru untuk
yaitu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutarman dan Swasono (dalam
keterampilan proses sains dan aktivitas peserta didik. Demikian juga yang
dikemukakan oleh Maria (1999: 84) bahwa penerapan strategi generatif dapat
B. Rumusan Masalah
berikut:
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
7
generatif.
generatif.
D. Manfaat Penelitian
Mengacu pada tujuan yang dicapai dari penelitian, maka manfaat yang
dan lembar kerja peserta didik dapat membantu dalam mengkonstruksi dan
konsep fisika.
8