Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena dengan
memiliki tubuh yang sehat, maka setiapmanusia bisa melakukan berbagai aktifitas dengan baik.
Namun saatini manusia banyak yang menjalankan gaya hidup yang tidak sehat,baik dari segi
pola makan hingga kurangnya aktifitas fisik. Hal inimengakibatkan banyak munculnya penyakit
di dalam tubuh, salah satunya adalah penyakit degeneratif yaitu hipertensi (Indriana, 2014)
Tekanan darah tinggi atau hipetensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan salah
satu factor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadiaan penyakit jantung dan pembuluh
darah. Hipertensi sering disebut juga sebagai the silent killer (pembuluh diam-diam) karena tidak
menunjukkan gejala. Sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja
pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau dating dengan keluhan lain.
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Dalam statistik kesehatan
dunia tahun 2012, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hipertensi adalah
suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan 45
% dari jantung coroner. Pada tahun 201, WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita
hipertensi. Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di
dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives
Angka kejadian hipertensi di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis (63,2%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan
darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 25,8% dan kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan untuk responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi
sedang minum obat hipertensi sebesar 0,75%.
Penanganan yang tepat serta diagnosis dini penyakit hipertensi perlu dilakukan
mengingat masih rendahnya tingkat kesadaran akan kesehatan pada masyarakat Indonesia.
Terapi dengan obat hipertensi (antihipertensi) juga harus di dasarkan pada bukti ilmiah dalam
khasiat untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, biaya dan adanya penyakit lain serta
faktor-faktor risiko lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil peresepan anti hipertensi di
Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui profil peresepan
antihipertensi di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui jumlah dan persentase
peresepan antihipertensi terbanyak berdasarkan:

1. Jenis kelamin dan usia pasien


2. Zat aktif hipertensi, nama generik dan nama dagang
3. Golongan Hipertensi
4. Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi penulis

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis serta melatih kemampuan dalam
mengidentifikasi dan menganalisis resep antihipertensi.

1.4.2 Bagi rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam program monitoring, evaluasi, penggunaan,


perencanaan, dan pengadaan antihipertensi di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Masalah

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial yang


persisten (Wells et all, 2015). JNC 7 mengklasifikasikan tekanan darah pada pasien
dewasa sebagai berikut :

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal < 120 Dan < 80
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89
Stage 1 hipertensi 140-159 Atau 90-99
Stage 2 hipertensi ≥ 160 Atau ≥ 100

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (Anonim, 2003)

Krisis hipertensi merupakan suatu kondisi klinik yang ditandai dengan


tingginya tekanan darah yaitu >180/120 mmHg yang dapat menyebabkan
kerusakan organ. Krisis hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi adalah
kenaikan tekanan darah ekstrim yang diikuti kerusakan organ tubuh dan
harus dilakukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan organ
lebih lanjut. Hipertensi urgensi merupakan kenaikan darah ekstrim tanpa
disertai kerusakan organ (Anonim, 2006).

b. Epidemiologi

Sekitar 31% dari populasi mempunyai tekanan darah >140/90


mmHg. Jumlah penderita laki-laki lebih besar daripada perempuan pada
usia di bawah 45 tahun, namun pada usia 45-54 penderita perempuan
sedikit lebih banyak. Pada usia >54 tahun penderita perempuan lebih
banyak daripada laki-laki (diPiro et all, 2005).Tekanan darah meningkat seiring
bertambahnya usia, dan hipertensi umum terjadi pada orang tua. Peluang seseorang
menderita hipertensi pada usia ≥ 55 tahun, walaupun mempunyai tekanan darah
normal, adalah 90%. Kebanyakan orang menderita pre-hipertensi sebelum
akhirnya didiagnosa menderita hipertensi dimana diagnosa terjadi pada
dekade ketiga sampai kelima dalam kehidupan (diPiro et all, 2005).

c. Etiologi

Pada kebanyakan pasien, penyebab hipertensi tidak diketahui


(essential or primary hypertension). Hal ini menyebabkan hipertensi tidak
bisa disembuhkan tapi bisa dikontrol. Hanya ada beberapa pasien yang diketahui
penyebab terjadinya hipertensi (secondary hypertension). Jika penyebab kenaikan
tekanan darah diketahui maka hipertensi dapat disembuhkan (diPiro et all, 2005).

Mekanisme yang berkontribusi dalam terjadinya hipertensi primer telah


diidentifikasi. Faktor genetik memegang peranan dalam perkembangan hipertensi jenis
ini dimana terlihat pada pasien yang menderita hipertensi juga mempunyai hubungan
kekeluargaan yang juga menderita hipertensi (diPiro et all, 2005; Anonim, 2006).

Kurang dari 10% pasien menderita hipertensi sekunder yang disebabkan karena
penyakit lain atau karena penggunaan obat tertentu. Kebanyakan hipertensi sekunder
disebabkan karena disfungsi ginjal yang menyebabkan severe chronic renal disease atau
renovaskular. Jika penyebab kenaikan tekanan darah sudah diketahui, maka penyebab
tersebut dihindari atau penyebab tersebut diterapi ( jika penyebab adalah penyakit utama)
(diPiro et all, 2005).

d. Terapi

Tujuan terapi : tujuan keseluruhan adalah untuk mengurangi kesakitan dan


kematian. JNC 7 merekomendasikan target TD < 140/90 mmHg untuk keseluruhan
pasien, kurang dari 140/80 mmHg untuk pasien hipertensi dengan DM dan kurang dari
130/80 mmHg pada pasien hipertensi dengan CKD yang mengalami albuminaria secara
persisten (> 30 mg urine albumin dalam 24 jam) (Wells et all, 2015). Penatalaksanaan
terapi hipertensi dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi
nonfarmakologi dilakukan dengan melakukan modifikasi gaya hidup yang dapat
dilakukan dengan cara mengurangi berat badan jika overweight, menggunakan Dietary
Approaches to Stop Hypertension sebagai diet, diet intake Natrium ( ideal = 1,5 g/hari
atau NaCl 3,8 g/hari), olahraga aerobik, konsumsi alkohol dalam jumlah sedang ( 2 gelas
atau kurang dalam sehari), berhenti merokok (Wells et all, 2015).
Pada terapi farmakologi pemilihan obat tergantung dari tingkat
kenaikan tekanan darah dan ada tidaknya penyakit penyerta :

a) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

ACEI bekerja dengan menghambat pembentukan Angiotensin II


dari Angiotensin I yang merupakan vasokonstriksi poten dan
stimulan sekresi aldosteron. ACEI juga menghambat degradasi
bradikinin sehingga menyebabkan batuk kering dan menstimulasi
sintesis agen vasodilator lain seperti prostaglandin E2 dan
prostasiklin (Wells et all, 2015).

b) Β-bloker

Β-bloker digunakan sebagai terapi lini pertama pada specific


compelling indication (seperti post-MI, coronary artery disease).
Mekanisme hipotensi obat golongan ini melibatkan penurunan
cardiac output melalui efek inotropik dan kronotropik negatif pada
jantung dan penghambatan pelepasan renin pada ginjal (Wells et
all, 2015).

c) Calcium Cannel Bloker

CCB menimbulkan relaksasi bagi jantung dan otot polos, dengan


cara menghambat kanal kalsium sehingga menghambat masuknya
kalsium ekstraseluler ke sel. Hal ini akan menyebabkan
vasodilatasi dan menyebabkan penurunan TD. CCB Dihidropiridin
menyebabkan aktivasi syaraf simpatik dan semua golongan CCB
9(kecuali Amlodipin dan Felodipin) mempunyai efek inotropik
negatif (Wells et all, 2015).

d) Angiotensin Receptor Inhibitor

Angiotensin II diperoleh dari jalur RAAS dan jalur alternative yang


menggunakan enzim chymase. ACEI hanya memblok jalur RAAS
dan ARB memblok Angiotensin II dari jalur lain. ARB memblok
reseptor Angiotensin 1 sehingga Angiotensin II tidak dapat bekerja.
Tidak seperti ACEI, ARB tidak menghambat degradasi bradikinin.
Walaupun karena sebab ini maka obat golongan ARB tida
menimbulkan batuk namun hal ini mungkin juga menimbulkan
konsekuensi negatif karena efek antihipertensi ACEI juga dapat
disebabkan karena kenaikan kadar bradikinin (vasodilator) (Wells
et all, 2015).

e) Diuretik

Diuretik menurunkan TD dengan cara diuresis. Reduksi volume


plasma dan volume stroke (jumlah darah jantung yang dipompa
keluar dari ventrikel pada setiap denyut) karena proses diuresis
menurunkan TD dan cardiac output. Penurunan cardiac output pada
awal terapi akan menimbulkan kompensasi berupa peningkatan
resistensi pheripheral vaskular. Pada terapi jangka panjang (chronic
therapy), cairan ekstraseluler dan cairan plasma akan kembali ke
level pre-treatment, dan resistensi pheripheral vaskular menurun di
10 bawah base-line. Penurunan resistensi vaskular bertanggungjawab
pada efek hipotensi jangka panjang (Wells et all, 2015).

2. Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada apoteker untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik,
serta menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006).

3. Rumah Sakit

a. Definisi

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna11
Pada fasilitas pelayanan kefarmasian berupa apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, atau toko obat. Pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan
medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik (Anonim,
2014).

c. Klasifikasi Rumah Sakit

a) Klasifikasi berdasarkan kepemilikan


Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri dari rumah sakit
pemerintah dan swasta. Rumah sait pemerintah terdiri dari
rumah sakit pusat yang langsung dikelola oleh Dinas
Kesehatan, rumah sait pemerintah daerah, rumah sakit militer,
dan rumah sakit BUMN (Siregar, 2004)
b) Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan
Dibedakan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kepada
berbagai jenis kesakitan. Rumah sakit khusus adalah rumah
sakit yang memberikan pelayanan diagnosis dan pengobatan
dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun nonbedah
(Siregar, 2004)

c) Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan


Terdiri dari dua jenis yaitu rumah sakit pendidikan dan rumah
sakit nonpendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah rumah
sakit yang mengadakan program pelatihan residensi dalam
medik, bedah, pediatrik, dan bidang spesialis lain (Siregar,
2004)

d. Profil Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya

Visi dan Misi:

1) Visi

Menjadi rumah sakit pilihan dengan memberikan pelayanan terbaik


dan berbudi luhur

2) Misi

- Memberikan pelayanan kesehatan bagi kebutuhan kastamer dari semua


lapisan dengan standar pelayanan prima
- Menmingkatkan profesionalisme sumber daya manusia
- Berperan aktif dalam kegiatan masyarakat dan lingkungan
- Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau
eksperimen semu yang tujuan untuk mengungkapkan adanya pengaruh suatu manipulasi adaptif
terhadap responden. Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin
berpengaruh dan mempengaruhi variable bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrolan
yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen dalan laboratorium. Mengingat
penelitian ini adalah penelitian yang menguji keefektifan sehingga tidak dimungkinkan untuk
untuk mengontrol semua variabel bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini
adalah eksperimen semu (Quasi eksperimen). Adapun jenis desain dalam bentuk penelitian ini
adalah berbentuk desainnonequivalent (pretest dan posttest) control group design berikut :
Keterangan :
Kelompok A : Kelompok hipertensi sebelum dilakukan terapi
kombinasi relaksasi nafas dalam dan rendam kaki
air hangat pada kelompok intervensi.
Kelompok B : Kelompok hipertensi sebelum dilakukan tindakan
relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol
Kelompok A1 : Kelompok hipertensi setelah dilakukan tindakan
intervensi kombinasi relaksasi nafas dalam dan
rendam kaki air hangat.
Kelompok B1 : Kelompok hipertensi setelah dilakukan relaksasi
nafas dalam pada kelompok kontrol.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya

2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2016 sampai dengan 14 Agustus2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi.
Sugiyono (2002) menyebutkan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subjek/objek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi
yang berkunjung memeriksakan diri di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya yang memiliki
angka insidensi penyakit hipertensi yang tinggi.

2. Sampel
a. Besar Sampel.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk
memenuhi populasi (Notoatmojo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
rumus besar sampel menurut (Dipiro et al, 2008).
n = ( 4a2 (Zcrit + Zpwr)2 : D2
*Keterangan :
n : Jumlah sampel
Zcrit : Nilai berdasarkan ketepatan untuk kriteria signifikasi yang diharapkan ditetapkan sebesar
5% (hipotesis dua arah) = 1,96 (Dharma, 2011).
Zpwr : Nilai berdasarkan ketepatan untuk kekuatan statistik yang diharapkan ditetapkan sebesar
95% = 1.645 (Dharma, 2011)
a : Estimasi variant kedua kelompok diasumsikan sama untuk dua kelompok.
D : Perbedaan minimum yang diharapkan antara dua mean (effect size)
Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini mengikuti rumus diatas dengan :

1) Minimum expected difference (D) 0,8


2) Estimated standart deviation (a) 0,5
3) Desired Power 0,95
4) Zcrit 0,05 = 1,969
5) Zpwr 0,95 = 1,645

Maka besar sampel yang dibutuhkan adalah :


n = ( 4a2 (Zcrit + Zpwr)2 : D2
n = ( 40,52 (1,960 + 1,645)2 : 0,82
= 20,306 = 20
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 20
responden untuk kelompok perlakuan dan 20 responden untuk kelompok kontrol.

b. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penentuansampel dalam penelitian ini adalah dengan
simple random sampling. Teknik penetapan sampel ini dilakukan dengan metode pengambilan
sampel secara acak sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
populasi tidak dipertimbangkan dalam penelitian. Setiap individu dapat dijadikan sampel tanpa
mempertimbangkan karakteristik atau stratifikasi yang dimiliki oleh individu tersebut (Kelana,
2011). Untuk cara pengambilan sampel diambil secara acak dengan cara pengambilan secara
dikocok atau diundi dari masing-masing wilayah kerja Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya yang
dibagi menjadi beberapa wilayah dari mencakup beberapa kalurahan seperti kalurahan
Sondakan, Penumping dan kalurahan Bumi dengan cara mengambil data dari pasien yang
memeriksakan diri di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya.

c. Kriteria Sampel.

1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi, target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Bersedia menjadi responden penelitian.
b) Penderita hipertensi yang memeriksakan diri di Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya
hipertensi ringan diatas yang mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
c) Penderita hipertensi yang berumur 34 – 75 tahun.
d) Kesadaran compos mentis
e) Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
f) Pernah mendapatkan terapi farmakologis yang sama penurun hipertensi selama menderita
hipertensi setelah memeriksakan diri ke Rumah Sakit Muji Rahayu Surabaya

2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik umumsubyek penelitian dari suatu populasi, target yang
tidakmterjangkau untuk diteliti (Nursalam, 2012). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
a) Penderita hipertensi yang sudah terkena komplikasi penyakit seperti stroke.
b) Penderita hipertensi yang mengkonsumsi alkohol.
c) Pasien yang menolak atau tidak kooperatif.
d) Pasien yang mengalami stres.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas ialah terapi
rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam sedangkan variabel terikat adalah penurunan
tekanan darah hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, JNC 7 Express, The Seventh Report of The Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, U.S department of
Health and Human Service
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit
Anonim, 2006, Pharmaceutical care untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi Klinik
dan Komunitas, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Anonim, 2013, Riset Kesehatan dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI
Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 58 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit diPiro,J.T., Talbert,R.L., Yee,G.C., Matzke,G.R.,
Wells,B.G., Posey,L.M., 2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Sixth Edition,
McGraw-Hill Education
Lin, P., 2003, Drug Interaction and Polypharmacy in the Elderly, The Canadian Alzheimer
Disease Review
Sibagariang, E.E., 2010, Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan, CV.
Trans Info Media, Jakarta
Siregar, C., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan, Penerbit EGC,Jakarta
Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Syamsuni,H.A.,
2006, Ilmu Resep, Penerbit EGC, Jakarta
Wells,B.G., DiPiro,J.T., Schwinghammer,T.L., DiPiro,C.V., 2015, Pharmacotherapy Handbook.
Ninth Edition, McGraw-Hill Education

Anda mungkin juga menyukai