Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada gangguan kelenjar tiroid menurut Yunita dan Leksana (2013)

1. Penatalaksanaan medis
a. Terapi radiasi (kemoterapi)
b. Operasi
1) Pengangkatan kelenjar tiroid sebagian (tiroidektomi partial)
2) Pengangkatan seluruhnya (tiroidektomi total)
Peran perawat adalah pada saat penatalaksanaan pre-operatif, intra operatif, dan post
operatif
a. Penatalaksanaan pre operasi
1) Inform consent (surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh klien
atau penanggung jawab klien
2) Keadaan umum, meliputi semua sistem tubuh terutama sistem pernapasan dan
kardiovaskuler
3) Hasil pemeriksaan atau data penunjang, serta hasil biopsy jaringan jika ada
4) Persiapan mental dengan suport secara mental dan pendidikan kesehatan
mengenai jalannya operasi oleh perawat
5) Konsul anestesi untuk kesiapan pembiusan
6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidektomi total berhubungan dengan
minum suplemen hormon tiroid seumur hidup
2. Terapi farmakologis
a. Hipotiroid
Tujuan pengobatan :
1) Meringankan keluhan dan gejala
2) Menormalkan metabolisme
3) Menormalkan TSH (bukan mensupresi)
4) Membuat T₃ dan T₄ normal
5) Menghindarkan komplikasi dan resiko
Prinsip melaksanakan substitusi :
1) Makin berat hipotirodisme, makin rendah dosis awal dan makin banyak
peningkatan dosis
2) Geriatric dengan angina pectoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati hati
3) Prinsip substitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormon tiroid endogen
pasien. Indicator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi
tidak dianjurkan, sebab ada resikogangguan jantung dan densitas mineral.
Tersedia: L-tiroksin (T₄), L-triodotironin (T₃), maupun pulvustiroid. Pulvus
tidak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T₃ tidak digunakan
sebagai substitusikarena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan
beberapa kali sehari. Obat oral terbaik ialah T₄. Akhir-akhir ini dilaporkan
bahwa kombinasi pengobatan T₄ dengan T₃ (50 ug T₄ diganti 12,5 ug T₃)
memperbaiki mood dan faal neuropsikologis. Tiroksin tidak dianjurkan
diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain
yang mengganggu serapan dari usus. Contohnya: pada peyakit sinrom
malabsorbsi, short bowel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, alumunium
hidroksida, kolestiramin, formula kedelai, sulfas ferosus, kalsium karbonat.

b. Hipertiroid
1) Propylthiouracil
Propylthiouracil atau biasa disingkat PTU merupakan obat antitiroid golongan
thionamide yang tersedia dalam sediaan generik di Indonesia. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan mencegah
pengikatan iodine ke thyroglobulin sehingga mencegah produksi hormon tiroid.
Selain itu obat anti tiroid memiliki efek imunosupresan yang dapat menekan
produksi limfosit, HLA, sel T dan natural killer sel (Fumarola et al, 2010).
Menurut Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo edisi III, dosis
awal propylthiouracil adalah 100-150 mg setiap 6 jam, setelah 4 – 8 minggu
dosis diturunkan menjadi 50 – 200 mg sekali atau dua kali dalam sehari.
2) Methimazole
Methimazole atau biasa disingkat MMI merupakan obat anti tiroid golongan
thionamide yang menjadi lini pertama pengobatan hipertiroidisme dan
merupakan metabolit aktif dari carbimazole. Carbimazole merupakan bentuk
pro-drug dari methimazole yang beredar di beberapa negara seperti Inggris. Di
dalam tubuh carbimazole akan diubah menjadi bentuk aktifnya methimazole
dengan pemotongan gugus samping karboksil pada saat metabolisme lintas
pertama. Mekanisme kerja methimazole dalam mengobati hipertiroidisme sama
seperti propylthiouracil yaitu menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan
mencegah pembentukan hormon tiroid. Namun methimazole tidak memiliki
efek mencegah konversi T4 ke T3.

Sumber:

Yunita, Mega dan Leksana, Ery. (2013). Angka Kematian Pasien Pasca Bedah Tiroid di RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Diakses pada 22 April 2017 pukul 15.30, dari:
http://eprints.undip.ac.id/44077/

Anda mungkin juga menyukai