Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tekanan abnormal yang nilainya lebih besar dari tekanan hidrostatik, atau
sering disebut sebagai overpressure, merupakan kondisi yang sering terjadi pada
kegiatan pengeboran. Tekanan ini akan meningkatkan resiko pengeboran seperti
kick dan blow out. Resiko tersebut dapat dikurangi dengan melakukan prediksi
tekanan pori formasi sebelum melakukan kegiatan pengeboran. Prediksi tekanan
pori formasi merupakan faktor yang krusial dalam menyiapkan program
pengeboran karena akan menentukan bagaimana rencana teknis pengeboran
seperti desain casing, berat lumpur pengeboran, mitigasi overpressure, sebagai
penunjang aspek keselamatan dan keekonomian suatu pengeboran sumur.
Optimalisasi posisi sumur yang berkaitan dengan aspek petroleum system juga
dapat ditingkatkan dengan tambahan informasi dari prediksi tekanan pori formasi.
Aktifitas eksplorasi melalui kegiatan pengeboran sumur eksplorasi sedang
dilakukan di Area “Pandawa”, Cekungan Tarakan, Kalimantan (Gambar 1.3.).
Dari pengeboran beberapa sumur eksplorasi yang sudah dilakukan di area ini,
terlihat adanya perbedaan karakter tekanan pori yang signifikan (overpressure)
seperti terlihat melalui data sumur. Sebagai contoh kasus yaitu terjadinya
kenaikan tekanan pori yang signifikan pada sumur eksplorasi “B” mulai dari
Formasi Umur Pliosen sampai formasi yang lebih tua (Gambar 1.1.). Tetapi pada
pengeboran sumur eksplorasi “D”, penetrasi pada formasi umur yang sama
terlihat bahwa nilai tekanan porinya normal sesuai bertambahnya kedalaman,
artinya tidak terjadi kondisi overpressure seperti pada sumur “B” (Gambar 1.2.).
Seiring dengan kegiatan eksplorasi yang sedang berjalan, akan dilanjutkan
pengeboran sumur eksplorasi berikutnya pada area ini. Dengan adanya variasi
karakteristik tekanan pori pada area ini, maka perlu dibuat suatu model prediksi
tekanan pori untuk mengetahui bagaimana distribusi tekanan pori pada Area
“Pandawa” terutama pada posisi usulan pengeboran selanjutnya agar program
pengeboran yang berkaitan dengan aspek mitigasi overpressure dan petroleum
1
system dapat optimal. Prediksi tekanan pori ini dilakukan pada dasarnya bukan
untuk menghindari zona overpressure, namun akan digunakan sebagai informasi
sekunder untuk mengoptimalkan posisi atau lokasi dari sumur, sehingga strategi
pengeboran dapat dioptimalkan demi terpenuhinya aspek keselamatan dan
keekonomian dari suatu kegiatan pengeboran.

Formasi umur Pliosen

Gambar 1.1. Nilai tekanan terhadap kedalaman di Sumur “B” menunjukkan


terjadi kenaikan tekanan pori yang signifikan/overpressure mulai
Formasi Umur Pliosen (Target Finder Ltd., 2007).

Formasi umur Pliosen

Gambar 1.2. Nilai tekanan terhadap kedalaman di Sumur “D” tidak menunjukkan
kenaikan tekanan pori yang signifikan mulai Formasi Umur
Pliosen, nilainya naik normal sesuai pertambahan kedalaman
(Target Finder Ltd., 2007).
2
1.2 . Rumusan Masalah

Perbedaan karakter tekanan pori yang ditemukan pada sumur “B” dan “D”
merupakan indikasi adanya distribusi tekanan pori yang bervariasi di Area
“Pandawa”. Oleh karena itu, penelitian mengenai prediksi tekanan pori menjadi
sesuatu yang penting untuk dilakukan. Nilai tekanan pori didapatkan dari data
aktual sumur yang diasosiasikan dengan data satu dimensi. Permasalahan yang
muncul adalah bagaimana nilai tekanan pori di posisi lain, memprediksi dan
memodelkannnya secara tiga dimensi menggunakan data yang ada. Pemodelan
tekanan pori pada penelitian ini akan dilakukan dengan mengintegrasikan data
sumur dan seismik.

1.3 .Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemodelan tekanan pori
menggunakan data sumur dan seismik untuk mengetahui:
1. Distribusi nilai tekanan pori Formasi Umur Pliosen di Area “Pandawa”,
Cekungan Tarakan.
2. Prediksi nilai dan karakter tekanan pori Formasi Umur Pliosen pada posisi
usulan pengeboran di Area “Pandawa”, Cekungan Tarakan.
3. Mekanisme geologi yang menjadi penyebab utama terjadinya tekanan
abnormal/overpressure di Area “Pandawa”, Cekungan Tarakan.

1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi daerah penelitian adalah di Area “Pandawa”,Cekungan Tarakan,


Kalimantan, yang ditandai dengan garis warna merah pada gambar 1. 3.

3
Gambar 1.3. Lokasi penelitian di Area “Pandawa”, Cekungan Tarakan,
Kalimantan, ditandai dengan garis warna merah (Google Earth,
2015).

1.5. Batasan Penelitian


Penelitian ini dibatasi pada permasalah mengenai bagaimana model
distribusi tekanan pori di Area “Pandawa”, Cekungan Tarakan, menggunakan data
sumur dan seismik. Prediksi tekanan pori difokuskan pada Formasi Umur Pliosen
yang merupakan formasi obyektif utama pengeboran dan memiliki data aktual
sumur. Beberapa pendekatan akan digunakan untuk memodelkan tekanan pori di
daerah penelitian, terutama prediksi tekanan dari metode Eaton (1975).
Pembahasan mengenai bagaimana mekanisme operasional pengeboran sumur
tidak dibahas agar penelitian ini fokus pada pemodelan distribusi tekanan pori.

1.6. Luaran Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan luaran-luaran meliputi:
1. Peta distribusi tekanan pori Formasi Umur Pliosen di area
penelitian.

4
2. Penampang melintang tekanan pori di area penelitian.
3. Penampang profil prediksi tekanan pori di lokasi usulan
pengeboran.

1.7. Penelitian Terdahulu

1.7.1. Eaton (1975)


Eaton (1975) memperkenalkan persamaan empiris prediksi tekanan pori
menggunakan data kecepatan dan resistivitas. Selain kedua parameter tersebut,
terdapat paramater lain yaitu tekanan overburden, tekanan hidrostatik, dan
eksponen faktor Eaton, yang nilai eksponennya dapat dimodifikasi berdasarkan
kondisi geologi daerah penelitian, mengingat Eaton menggunakan persamaan
empiris tersebut menggunakan data dari Teluk Meksiko.

1.7.2. Reynolds (1989)


Reynolds (1989) melakukan penelitian mengenai keberadaan overpressure
di Cekungan Tarakan menggunakan data aktual tekanan sumur yang distribusi
datanya cukup mewakili area Cekungan Tarakan. Reynolds menyimpulkan
bahwa keberadaan overpressure merupakan hal yang banyak ditemukan di
Cekungan Tarakan, dimana diasosiasikan karena keberadaan lapisan shaly yang
terkompaksi pada proses sedimentasi yang cepat.

1.7.3. Bowers (1995)


Bowers (1995) mempublikasikan metode perhitungan baru yang dapat
mengakomodir kompaksi normal, undercompaction dan unloading dalam satu
rumus perhitungan yang dapat dikalibrasikan dengan data lain, dimana Bowers
menambahkan variabel dari persamaan Eaton (1975). Bowers menentukan
kecepatan berdasarkan kompaksi normal dan eksponen untuk tekanan efektif.
Metode tersebut menggunakan asumsi hubungan empiris antara tekanan efektif
dengan kecepatan.

5
1.7.4. Dutta (2002)
Dutta (2002) mengaplikasikan data kecepatan seismik berupa stacking
velocity sebagai data primer untuk memprediksi tekanan pori di Teluk Meksiko.
Model kecepatan diperoleh dengan mengkonversi data stacking velocity
menggunakan persamaan Dix, kemudian digunakan sebagai masukan utama pada
pemodelan tekanan pori.

1.7.5. Target Finder Limited (2007)


Target Finder Limited menganalisa tekanan pori di Cekungan Tarakan
menggunakan data log, kecepatan checkshot dan tekanan aktual dari data sumur
yang sama digunakan oleh Reynolds (1989). Disimpulkan bahwa penyebab
terjadinya tekanan pori secara umum di Cekungan Tarakan pada kedalaman
sekitar 500 meter - 2000 meter disebabkan oleh undercompaction (loading),
sedangkan pada kedalaman sekitar 3000 meter disebabkan oleh keberadaan gas
pada zona reservoir batupasir/ karbonat yang tebal.

1.8. Manfaat dan Keaslian Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam memberikan
gambaran distribusi tekanan pori di area penelitian khususnya pada lokasi prospek
pengeboran. Dalam bidang eksplorasi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai informasi sekunder untuk mengoptimalkan posisi dari sumur pengeboran,
sehingga strategi pengeboran dapat dioptimalkan agar aspek keselamatan selama
pengeboran dan hasil secara keekonomian dapat tercapai. Dengan mengetahui
profil prediksi tekanan pori pada lokasi prospek pengeboran, diharapkan dapat
menjadi acuan dalam merencanakan program pengeboran agar resiko selama
pengeboran seperti kick dan blowout dapat dihindari. Berdasarkan kajian pustaka,
rumusan masalah, rangkuman peneliti terdahulu, penambahan data dan metode
yang digunakan dalam penelitian, serta kesimpulan penelitian yang akan
mengulas faktor geologi penyebab terjadinya overpressure di daerah Cekungan
Tarakan, maka penelitian ini dapat dikatakan berbeda dengan peneliti sebelumnya.
6

Anda mungkin juga menyukai