PERCOBAAN
PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGENDALI
(TEKANAN, pH)
Hari : Selasa
Kelompok : 1
Praktikan : Arin Dian Safitri NIM. 1631410037
Tanggal Percobaan : 8 Mei 2018
15 Mei 2018
22 Mei 2018
i
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pemilihan jenis controller (P, PI, PID) dan parameternya (Kc, τI, τD) sangat
erat kaitannya dengan model proses yang akan dikontrol. Pemilihan parameter
pengendali merupakan masalah optimasi dimana sistem kontrol mencoba untuk
memenuhi beberapa kriteria optimalitas dan akan memperoleh control yang baik.
Proses pemilihan parameter pengendali dapat bervariasi dari percobaan coba-coba
(trial) untuk menemukan parameter kontrol yang sesuai dan baik. Kriteria umum
untuk kontrol yang baik adalah bahwa respon sistem terhadap perubahan langkah
dalam set point atau beban memiliki overshoot minimum dan rasio peluruhan
seperempat. Kriteria lain termasuk minimum rise time dan minimum settling time.
2
divariasikan dengan memasukkannya ke dalam pengontrol, biasanya dengan
menggunakan tombol.
Nilai ps adalah nilai dari sinyal output ketika ε adalah nol, dan di sebagian
besar pengendali ps dapat diatur untuk mendapatkan sinyal output yang dibutuhkan
ketika control system berada dalam kondisi steady state dan nilai ε = 0, atau juga
bisa diartikan nilai output akan langsung menjadi nol apabila nilai error sama
dengan nol (Coughanowr, 1991).
3
Hal ini sedikit lebih rumit daripada proportional controller, tetapi dapat meredam
kesalahan pada saat steady state.
𝑲𝒄 𝒕
𝒑 = 𝑲𝒄𝜺 + ∫ 𝜺𝒅𝒕 + 𝒑𝒔
𝝉𝑰 𝟎
4
dari perubahan step dapat membesar tak terhingga sehingga dapat membahayakan
sistem/plant. Oleh karena itu, perubahan error pada bagian derivative ini diganti
menjadi perubahan controlled variable (CV) dimana EN = SPN – CVN (Yusivar,
2010).
5
BAB 2
METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN
6
1.2.2 Bahan
a. Pengendali Tekanan
1. Udara
b. Pengendali pH
1. Larutan Asam (HCl 0,01 N)
2. Larutan Basa (NaOH 0,01 N)
3. Air
7
3.2.3 Gambar Alat
Keterangan gambar :
1. masukan untuk udara proses dan udara 7. differential pressure transducer box
tekan penggerak pneumatic valve 8. pressure transducer box
2. box penghubung arus untuk I/P 9. diffused outlet ke tangki
controller 10. diffused outlet ke udara terbuka
3. I/P converter 11. tangki udara
4. Pneumatic valve 12. kerangka penahan PCT-14
5. electrical connection untuk square root 13. orifice meter
extractor 14. stem plug valve
6. square root extractor 15. stem indicat
8
2
1
8
2.4 Prosedur Percobaan
2.4.1 Prosedur Percobaan Penentuan Karakteristik Pengendali pada
Pengendali Tekanan
Prosedur percobaan Penentuan Karakteristik Pengendali pada Pengendali
Tekanan adalah sebagai berikut :
A. Persiapan
1. Buka main valve udara tekan dan pastikan tidak terjadi kebocoran di sistem
pengendalian tekanan.
2. Hidupkan alat pengendali tekanan (PCT-14 + PCT – 10) dengan menekan
tombol “main switch”.
3. Tutup V3, V5, V6.
4. Buka V1, V2, V4, atur P1 = 22 psig dengan mengubah V1 dan atur P4 = 8 psig
dengan mengubah V2.
5. Hidupkan recorder dan atur kecepatan kertas recorder sebesar 3 cm/min.
B. Persiapan
1. Atur pengendali pada operasi manual, dengan cara mengatur panel pengendali
di PCT – 10
2. Masukkan nilai – nilai parameter pengendali, yaitu: Proportional Band (PB) =
20 – 50%, Integrative Constant (I) = 0 menit, Derivative Constant (D) = 0
menit, sedangkan set point (SP) atur pada posisi 30 – 40%.
3. Lakukan start up process dengan cara mengatur persen bukaan valve pengatur
laju alir udara masuk (%PO) hingga tercapai kondisi steady dan SP tercapai.
4. Jalankan recorder dengan kecepatan yang sudah ditentukan.
5. Ubah operasi pengendali pada operasi otomatis.
6. Berikan perubahan SP menjadi 50% - 60%, tunggu beberapa saat sampai SP
yang baru tercapai dan kondisi stabil.
7. Setelah stabil, berikan perubahan pada proses berupa perubahan disturbance
dengan membuka V6
8. Ulangi langkah a – g dengan mengubah harga PB, I maupun D sesuai arahan
dosen pengampu.
9. Amati dan analisis dengan perubahan perubahan yang terjadi
9
C. Mematikan
1. Matikan alat pengendali tekanan dengan menekan tombol “main switch”.
2. Tutup main valve udara tekan.
10
yang terjadi sampai menunjukkan kondisi steady kembali.
12. Lakukan perubahan SP dengan cara tekan/klik tombol “parameter” dan ubah
SP menjadi 40 – 50%, klik OK.
13. Tunggu hingga steady, setelah seady simpan hasil percobaan.
14. Ulangi langkah di atas dengan nilai Proportional Band, Integrative Constant
(I), dan Derivative Constant (D)yang berbeda.
C. Mematikan
1. Arahkan tombol “auto/ manual regulation” ke arah “auto”
SP : 50,5 %
Prop : 3 %PO : 69%
Ti : 0,1 %PV 1 : 30,5% 50,50% 0%
pid :1 SP : 50,5 %
Prop : 3 %PO : 69%
Ti : 0,1 %PV 1 : 30,8% 50,70% 0,10%
pid :3 SP : 50,8 %
11
%PO : 69%
Prop: 20 %PV 1 : 30,2% 42,90% 7,30%
SP : 50,2 %
%PO : 69%
Prop : 30 %PV 1 : 30,7% 40,50% 10,20%
SP : 50,7 %
Tanpa tangki Prop : 20 %PO : 69%
%PV 1 : 30% Ti : 0,1 %PV 1 : 30,5% 50,20% 0,30%
SP : 50% SP : 50,5 %
2
Kec. kertas : 30 cm/min Prop : 20 %PO : 69%
SP : 50,6 %
Prop : 20 %PO : 69%
Ti : 0,1 %PV 1 : 30,9% 50,20% 0,70%
pid :1 SP : 50,9 %
Prop : 20 %PO : 69%
Ti : 0,1 %PV 1 : 30,4% 50,10% 0,30%
pid :4 SP : 50,4 %
Tabel 2.2 Data Hasil Percobaan Penentuan Karakteristik Pengendali pada
Pengendali pH
Variabel Nilai %PV2 OFFSET
%PV 1 : 50,5%
Prop : 100 71,30% 9,20%
%PV 1 : 50% SP : 80,5%
12
Prop : 100 %PV 1 : 51,2%
80,40% 0,80%
Ti : 0,3 SP : 81,2 %
pid : 0,2
13
BAB 3
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
14
Prop : 100
6 Ti : 0,3 -0,1% 0 0 0,0333 s 0s 0
pid : 0,3
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Hasil Percobaan Penentuan Karakteristik Pengendali
pada Pengendali Tekanan
Percobaan karakteristik pengendali Tekanan bertujuan mengamati
karakteristik pengendali pada closed loop system. Dalam prosesnya yaitu
membandingkan set point dengan proses variabel (PV) dan untuk menentukan
tindakan perbaikan karakteristik pengendali dibagi menjadi dua macam yaitu
discontinue controller dan continue cotroller. Pada percobaan kami yang dilakukan
menggunakan continue controller yaitu Proportional (P), Proportional Integral
(PI), dan Propotional Integral Derivative (PID). Pada closed loop control system
terdapat dua jenis perubahan yaitu servo dan regulator. Dimana hasil data
percobaan digunakan untuk menganilisa respon untuk perubahan set point (SP).
Pada percobaan ini menggunakan jenis perubahan servo yang dilakukan
pada sistem dengan tangki dan tanpa tangki. Kecepatan kertas pada sistem dengan
tangki sebesar 12 cm/detik, sedangkan pada sitem tanpa tangki menggunakan
kecepatan kertas sebesar 30 cm/detik. Dimana pada percobaan ini dilakukan
perubahan SP dengan perubahan 30% menjadi 50% dalam kondisi steady state. Dan
tidak ada perubahan pada disturbance. Pada sistem ini, untuk mengetahui angka
proses variabel dilakukan perubahanhan pada %PO . Dari hasil percobaan diketahui
bahwa %PV sebesar 30% sekian terdapat pada kondisi %PO sebesar 69%.
15
Percobaan ini dilakukan dengan perubahan proportional saja yaitu
menggunakan proportional sebesar 3 dan 6. Pada grafik sebelah kiri dengan
proportional 3 didapat %PV awal sebesar 30,6% yang dilakukan perubahan
menjadi 50,6%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 48,7% dimana
didapatakan grafik respon seperti diatas. Dari grafik tersebut didapatkan analisa
yaitu offset sebesar 1.9%, overshoot 0.11 , decay rasio 0.6, risetime 0,39166 s,
respontime 0,225 s dan memiliki periode 0,075 s. Sedangkan pada proportional 6
didapatkan %PV awal sebesar 30,7% yang dilakukan perubahan menjadi 50,7%.
Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 47,3% dimana didapatkan grafik respon
seperti diatas yaitu pada gambar sebelah kanan. Dari grafik tersebut didapatkan
analisa yaitu offset sebesar 3,4%, overshoot 0.1463, decay rasio 0.166, risetime
0,35 s, respontime 0,325 s dan memiliki periode 0,075 s. Sehingga dari perbedaan
hasil diatas dapat menunjukkan bahwa nilai prop yang semakin besar dapat
menyebabkan nilai offset yang semakin besar pula. Karena nilai prop yang semakin
besar, tanggapan pada pengendali respone time menjadi lebih lambat sehingga jika
nilai prop semakin kecil makan akan semakin meredam nilai offset. Dimana melalui
percobaan dengan perbedaan proportional diketahui besar offset pada proportional
3 lebih kecil dari pada proporsional 6. t. Semakin kecil offset yang didapatkan maka
grafik yang dihasilkan semakin baik. Sehingga besar proportional 3 ini digunakan
untuk tahap berikutnya yaitu proportional- integral controller.
16
diatas. Dari grafik tersebut didapatkan analisa yaitu overshoot 0.08, decay rasio
0.75, risetime 0,3916 s, respontime 0,5883 s, memiliki periode 0,075 s dan tidak
memiliki offset Sedangkan pada proportional 3, ti 0,3 didapatkan %PV awal
sebesar 30,5% yang dilakukan perubahan menjadi 50,5%. Sehingga didapatkan
%PV akhir sebesar 50,4% dimana didapatkan grafik respon seperti diatas yaitu pada
gambar sebelah kanan. Dari grafik tersebut didapatkan analisa yaitu offset sebesar
0,1%, overshoot 0.08163, decay rasio 0,75, risetime 0,4166 s, respontime 0,583 s
dan memiliki periode 0,075 s. Sehingga dari perbedaan hasil diatas terdapat pada
nilai offset dan risetime yaitu pada prop 3 dan ti 0,1 mempunyai offset sebesar 0%
dan nilai risetime sebesar 0,3916 s, sedangkan pada percobaan yang menggunakan
prop 3, ti 0,3 mempunyai nilai offset 0,1% dan nilai risetime 0,416 s. Melalui
percobaan dengan perbedaan ti (waktu tinggal ) dengan proportional 3 dapat
diketahui besar offset pada proportional 3 ti 0,1 lebih kecil dari pada proporsional
3 0,3 dan mempunyai ristime yang lebih cepat. Karena semakin kecil nilai risetime
dapat menunjukkan bahwa pada sistem pengendali cepat menyentuh set point (SP).
Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa proportional integral controller dapat
meminimalkan atau menurunkan nilai offset dan mempercepatkan waktu risetime .
Sehingga besar proportional 3 ti 0,1 ini digunakan untuk tahap berikutnya yaitu
proportional integral-derivative.controller.
17
overshoot 0.08 , decay rasio 0.75, risetime 0,425 s, respontime 0,3883 s, memiliki
periode 0,066 s dan tidak memiliki offset. Sedangkan pada proportional 3 ti 0,1 td
3 didapat PV awal sebesar 30,8% yang dilakukan perubahan menjadi 50,8%.
Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 50,7% dimana didapatkan grafik respon
seperti diatas yaitu pada gambar sebelah bawah. Dari grafik tersebut didapatkan
analisa yaitu offset sebesar 0,1%, overshoot 0.12 , decay rasio 0.5, risetime 0 s,
respontime 0,833 s dan memiliki periode 0,066 s. Sehingga dari perbedaan hasil
diatas terdapat nilai offset dan risetime yaitu pada prop 3 dan ti 0,1, td 1mempunyai
offset sebesar 0% dan nilai risetime sebesar 0,425 s, sedangkan pada percobaan
yang menggunakan prop 3, ti 0,1 dan td 3 mempunyai nilai offset 0,1% dan nilai
risetime 0 s. Melalui percobaan dengan perbedaan td dengan proportional 3 dan ti
0,1 dapat diketahui besar offset pada proportional 3 ti 0,1 dan td 1 lebih kecil dari
pada proporsional 3 ti 0,1 dan td 3, yang mempunyai ristime yang lebih lambat.
Karena semakin kecil nilai risetime dapat menunjukkan bahwa pada sistem
pengendali cepat menyentuh set point (SP). Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa
proportional integral Derivative controller dapat meminimalkan atau menurunkan
waktu risetime.Karena sistem ini dapat menandakan bahwa cepat menyentuh set
point. Sehingga besar proportional 3 ti 0,1 td 3 adalah hasil terbaik dari percobaan
pada pengendali tekanan dengan tangki.
18
%PV awal sebesar 30,7% yang dilakukan perubahan menjadi 50,7%. Sehingga
didapatkan %PV akhir sebesar 40,50% dimana didapatkan grafik respon seperti
diatas yaitu pada gambar sebelah kanan. Dari grafik tersebut didapatkan analisa
yaitu offset sebesar 10,20%, overshoot 0.75, decay rasio 0.6667, risetime 0 s,
respontime 0,3866 s dan memiliki periode 0,0216 s. Sehingga dari perbedaan hasil
diatas dapat menunjukkan bahwa nilai prop yang semakin besar dapat
menyebabkan nilai offset yang semakin besar pula. Karena nilai prop yang semakin
besar, tanggapan pada pengendali respone time menjadi lebih lambat sehingga jika
nilai prop semakin kecil makan akan semakin meredam nilai offset. Dimana melalui
percobaan dengan perbedaan proportional diketahui besar offset pada proportional
20 lebih kecil dari pada proporsional 30. t. Semakin kecil offset yang didapatkan
maka grafik yang dihasilkan semakin baik. Sehingga besar proportional 20 ini
digunakan untuk tahap berikutnya yaitu proportional- integral controller.
Gambar 3.5 Tanpa Tangki prop 20, ti 0,1(a) dan prop 30, ti 0,5 (b)
Percobaan ini dilakukan perbedaan ti (waktu tinggal) dan besar proportional
sama. ti yang digunakan yaitu sebesar 0,1 dan 0,5 sedangkan besar proportional
sebesar 20. Pada gambar sebelah atas dengan proportional 20, ti 0,1 didapat %PV
awal sebesar 30,5% yang dilakukan perubahan menjadi 50,5%. Sehingga
didapatkan %PV akhir sebesar 50,20%, dimana didapatkan grafik respon seperti
diatas. Dari grafik tersebut didapatkan analisa yaitu offset 0,30%, overshoot
0,2689, decay rasio 0.875, risetime 0,725 s, respontime 0,6266 s, memiliki periode
19
0,02833 s. Sedangkan pada proportional 20, ti 0,5 didapatkan %PV awal sebesar
30,6% yang dilakukan perubahan menjadi 50,6%. Sehingga didapatkan %PV akhir
sebesar 45,90 % dimana didapatkan grafik respon seperti diatas yaitu pada gambar
sebelah bawah. Dari grafik tersebut didapatkan analisa yaitu offset sebesar 4,7%,
overshoot 0.08684, decay rasio 0,2575, risetime 0 s, respontime 0,3866 s dan
memiliki periode 0,0283 s. Sehingga dari perbedaan hasil diatas terdapat pada nilai
offset dan risetime yaitu pada prop 20 dan ti 0,1 mempunyai offset sebesar 0,3%
dan nilai risetime sebesar 0,725 s, sedangkan pada percobaan yang menggunakan
prop 30, ti 0,5 mempunyai nilai offset 4,7% dan nilai risetime 0 s. Melalui
percobaan dengan perbedaan ti (waktu tinggal ) dengan proportional 20 dapat
diketahui besar offset pada proportional 20 ti 0,1 lebih kecil dari pada proporsional
30 dan ti 0,5. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa proportional integral
controller dapat meminimalkan atau menurunkan nilai offset. Sehingga besar
proportional 20 ti 0,1 ini digunakan untuk tahap berikutnya yaitu
proportional integral-derivative.controller
Gambar 3.6 Tanpa Tangki prop 20, ti 0,1, td 1 dan prop 20, ti 0,1dan td 4
Percobaan ini dilakukan perbedaan td (derivative time) , besar proportional
dan ti (waktu tinggal) sama. td yang digunakan yaitu sebesar 1 dan 4 sedangkan
besar proportional sebesar 20 dan ti 0,1. Pada gambar sebelah atas dengan
proportional 20, ti 0,1 dan td 1, didapat PV awal sebesar 30,9% yang dilakukan
20
perubahan menjadi 50,9%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 50,20%
dimana didapatkan grafik respon seperti diatas. Dari grafik tersebut didapatkan
analisa yaitu offset 0,70% overshoot 0.6458 , decay rasio 0.0645, risetime 0,475 s,
respontime 0,4416 s, memiliki periode 0,0283 s. Sedangkan pada proportional 20
ti 0,1 td 4 didapat PV awal sebesar 30,4% yang dilakukan perubahan menjadi
50,4%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 50,10% dimana didapatkan grafik
respon seperti diatas yaitu pada gambar sebelah bawah. Dari grafik tersebut
didapatkan analisa yaitu offset sebesar 0,3%, overshoot 0,52 , decay rasio 0,
risetime 0,596 s, respontime 0,5583 s dan memiliki periode 0 s. Sehingga dari
perbedaan hasil diatas terdapat nilai offset dan risetime yaitu pada prop 20 dan ti
0,1, td 4 mempunyai offset sebesar 0,3% dan nilai risetime sebesar 0,596 s,
sedangkan pada percobaan yang menggunakan prop 20, ti 0,1 dan td 1 mempunyai
nilai offset 0,7% dan nilai risetime 475s. Melalui percobaan dengan perbedaan td
dengan proportional 20 dan ti 0,1 dapat diketahui besar offset pada proportional
20 ti 0,1 dan td 4 lebih kecil dari pada proporsional 20 ti 0,1 dan td 1, yang
mempunyai ristime yang lebih lambat. Karena semakin kecil nilai risetime dapat
menunjukkan bahwa pada sistem pengendali cepat menyentuh set point (SP). Hal
ini masih belum sesuai dengan teori bahwa proportional integral Derivative
controller dapat meminimalkan atau menurunkan waktu risetime.Karena sistem ini
dapat menandakan bahwa cepat menyentuh set point. Sehingga besar proportional
20 ti 0,1 td 4 adalah hasil terbaik dari percobaan pada pengendali tekanan tanpa
tangki.
21
terdapat jenis dua perubahan yaitu servo dan regulator. Dimana hasil data
percobaan digunakan untuk menganilisa respon untuk perubahan set point (SP).
Pada percobaan ini menggunakan jenis perubahan servo yang dilakukan pada
aliran air dan asam (rev). Dimana pada percobaan ini dilakukan perubahan SP
dengan perubahan 50% menjadi 80% dalam kondisi steady state. Dan tidak ada
perubahan pada disturbance.
%PV
%PV
60 60
55 55
50
50
-10 10 30 50 70 90 110 130 150
-20 20 60 100 140 180 220 260 300
WAKTU WAKTU
Gambar 3.7 (rev) air dan asam Prop 100 dan Prop 150
Percobaan ini dilakukan perubahan Proportional Band saja yaitu
menggunakan proportional band sebesar 100 dan 150. Pada gambar sebelah kiri
dengan proportional band 100 didapat %PV awal sebesar 50,5% yang dilakukan
perubahan menjadi 81,6%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 71,3% dimana
didapatkan grafik respon seperti diatas. Dari grafik tersebut didapatkan analisa yaitu
offset sebesar 9,2%, overshoot 0 , decay rasio 0 , risetime 0,625 s, respontime 0 s
dan memiliki periode 0 s. Sedangkan pada proportional band 150 didapat %PV
awal sebesar 50,3% yang dilakukan perubahan menjadi 81,3%. Sehingga
didapatkan %PV akhir sebesar 81,7% dimana didapatkan grafik respon seperti
diatas yaitu pada gambar sebelah kanan. Dari grafik tersebut didapatkan analisa
yaitu offset sebesar 12%, overshoot 0, decay rasio 0 s, risetime 0,0866 s, respontime
0 s dan memiliki periode 0 s. Dari kedua data tersebut dapat dilihat bahwa untuk
percobaan dengan PB 100 dan 150 tidak terdapat perbedaan pada nilai respontime,
periode of oscilation yaitu sebesar 0. Dan untuk nilai overshoot, decay ratio, dan
rise time pada PB 100 memilki nilai yang lebih kecil. Sehingga dari perbedaan
hasil diatas dapat menunjukkan bahwa nilai PB yang semakin besar dapat
menyebabkan nilai offset yang semakin besar pula. Karena nilai PB yang semakin
besar, tanggapan pada pengendali respone time menjadi lebih lambat sehingga jika
22
nilai PB semakin kecil makan akan semakin meredam nilai offset. Semakin kecil
offset yang didapatkan maka grafik yang dihasilkan semakin baik. Sehingga besar
proportional band 100 ini digunakan untuk tahap berikutnya yaitu proportional-
integral controller.
70
%PV
70
%PV
60 60
50 50
-20 20 60 100 140 180 220 260 300 -20 20 60 100 140 180 220 260 300
WAKTU WAKTU
Gambar 3.8 Dengan tangki PB 100 ti 0,1 dan PB 100 ti 0,3
Percobaan ini dilakukan perbedaan ti (waktu tinggal) dan besar proportional
band sama. ti yang digunakan yaitu sebesar 0,1 dan 0,3 sedangkan besar
proportional band sebesar 100. Pada gambar sebelah kiri dengan proportional band
100, ti 0,1 didapat %PV awal sebesar 50,3% yang dilakukan perubahan menjadi
80,3%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 81,7% dimana didapatkan grafik
respon seperti diatas. Dari grafik tersebut didapatkan analisa yaitu offset -1,4%
overshoot 0, decay rasio 0, risetime 0,733 s, respontime 0 s, memiliki periode 0 s.
Sedangkan pada proportional band 100 ti 0,3 didapat %PV awal sebesar 50,8%
yang dilakukan perubahan menjadi 80,8%. Dari kedua data tersebut dapat dilihat
bahwa diketahui tidak terdapat perbedaan pada nilai overshoot, decayratio,
respontime, periode of oscilation yaitu sebesar 0. Karena nilai offset dan risetime
pada pb 100 ti 0,3 memiliki nilai yang lebih kecil dan lebih cepat sehingga
parameter ini dapat digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu proportional integral-
derivative.controller. karena semakin kecil risetime menandakan bahwa sistem
pengendali cepat menyentuh set point (SP).
80
Waktu Vs PV(pb 100 Ti 0,3 Td 0,2) Waktu Vs %PV(pb 100 Ti 0,3 Td
80
0,3)
70 70
%pv
%PV
60 60
50 50
-5 20 45 70 95 120 145 170 195 -20 5 30 55 80 105 130 155
WAKTU waktu
Gambar 3.9 Dengan tangki Prop 100 ti 0,3 td 0,2 dan Prop 100 ti 0,3 td 0,3
23
Percobaan ini dilakukan perbedaan td (derivative time), besar proportional
band dan ti (waktu tinggal) sama. td yang digunakan yaitu sebesar 0,2 dan 0,3
sedangkan besar proportional band sebesar 100 dan ti 0,3. Pada gambar sebelah
kiri dengan proportional 100 ti 0,3 td 0,2, didapat PV1 awal sebesar 51,2% yang
dilakukan perubahan menjadi 80,2%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar
80,4% dimana didapatkan grafik respon seperti diatas. Dari grafik tersebut
didapatkan analisa yaitu offset 0,8% , overshoot 0, decay rasio 0 s risetime 0,133
s, respontime 0 s, memiliki periode 0 s. Sedangkan pada proportional band 100 ti
0,3 td 0,3 didapat PV awal sebesar 50,2% yang dilakukan perubahan menjadi
80,2%. Sehingga didapatkan %PV akhir sebesar 80,3% dimana didapatkan grafik
respon seperti diatas yaitu pada gambar sebelah kanan. Dari grafik tersebut
didapatkan analisa yaitu offset sebesar -0,1%, overshoot 0 , decay rasio 0 , risetime
0,0333 s, respontime 0 s dan tidak memiliki periode . Dari kedua data tersebut
dapat dilihat bahwa diketahui tidak terdapat perbedaan pada nilai overshoot,
decayratio, respontime, periode of oscilation yaitu sebesar 0. Karena nilai offset
dan risetime pada pb 100 ti 0,3 td 0,3 memiliki nilai yang lebih kecil dan lebih cepat
sehingga parameter ini dapat digunakan pada pengendali proportional integral-
derivative.controller. karena semakin kecil risetime menandakan bahwa sistem
pengendali cepat menyentuh set point (SP).
24
BAB 4
KESIMPULAN
1. Semakin kecil prop yang digunakan maka semakin kecil pula offset yang
dihasilkan, artinya hasilnya yang lebih baik.
2. Semakin kecil ti yang digunakan maka semakin kecil pula offset yang
dihasilkan, artinya hasilnya lebih baik
3. Semakin kecil td yang digunakan maka semakin kecil pula offsit dan
semakin cepat risetime dan respontime dibutuhkan
1) Semakin kecil prop yang digunakan maka semakin kecil pula offset yang
dihasilkan, yang artinya hasilnya yang lebih baik.
3) Semakin kecil pid yang digunakan menimbulkan offset yang lebih besar
begitu sebaliknya.
25
DAFTAR PUSTAKA
26