Oleh:
Kelompok 1
Febri Seran
Joanina A. Seran
Sally N. Nitbani
KUPANG
2018
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Apa hakikat dan defenisi dari Kesulitan Belajar ?
b. Bagaimana padangan para ahli tentang kesulitan belajar ?
c. Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi kesulitan belajar ?
d. Apa itu hakikat asesmen ?
1.4 Manfaat
a. Dapat mengetahui apa hakikat dan defenisi dari Kesulitan Belajar.
b. Dapat mengetahui bagaimana padangan para ahli tentang kesulitan belajar.
c. Dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalam klasifikasi kesulitan belajar.
d. Dapat mengetahui apa itu hakikat asesmen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenetik, berbagai hambatan
tersebut, bukan penyebab atau pengaruh langsung.”
d. Pandangan para ahli Psikologi terhadap kesulitan belajar dapat dilihat dari definisi
kesulitan belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi sebagai berikut
(www.psychologytoday.com/conditions/learning-disability,2009)
4
e. Defenisi kesulitan belajar oleh para ahli medis:
Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu penyebab dari
kesulitan belajar adalah karena disfungsi otak yang terjadi secara minimal (minimal brain
disfungtion). Oleh sebab itu, otak merupakanperangkat yang penting dan berpengaruh
terhadap keberhasilan manusia dalam melakukan berbagai kegiatannya, termasuk belajar.
Markam & Yani (1978:8-13) dan Johnson (2009) secara rinci menguraikan tentang otak
dan fungsi otak dalam kegiatan hidup manusia seperti berikut ini. Otak memiliki 3 bagian
utama beserta fungsinya masing – masing, yaitu: cerebrum untuk mengaturmemori dan
mengontrol respons terhadap berbagai sinyal sensori yang berasal dari didunia disekitar
manusia. Cerebelum berfungsi mengkoordinasi seluruh gerakan otot sehingga manusia
mampu berjalan dengan seimbang. Dan, Brain Stem berfungsi mengirim semua keputusan
yang telah diambil oleh otak kepada seluruh tubuh.
5
2.2.1 Pandangan Ahli Neurologi tentang Penyebab Kesulitan Belajar
Hubungan antara susunan syaraf pusat dan kesulitan belajar telah diteliti oleh Alfred
Strauss. Ia menerangkan adanya hubungan antara luka pada otak dengan penyimpangan di dalam
perkembangan bahasa, persepsi, dan perilaku. Selanjutnya Strauss dan Lehtinen (1942)
mengemukakan bahwa kerusakan pada otak yang menjadi penyebab terjadinya kelainan persepsi
visual dan auditif sehingga menyebabkan kesulitan di bidang bahasa, membaca, matematika, dan
bidang lainnya. Penelitian Wittrock (1978) dan Gordon (1983) mendukung hasil penelitian yang
telah dilakukan Strauss. Keduanya menyimpulkan bahwa belahan otak bagian kiri (left
hemisphere) mengatur fungsi sequential linguistic (urutan linguistik) dan verbal task (tugas
verbal). Sedangkan belahan otak bagian kanan (right hemisphere) mengatur auditory task (tugas
auditori), visual spatial task (tugas visual spasial), dan nonverbal activities (aktivitas nonverbal).
6
secara logis Kesadaran terhadap seni,
Sains dan matematika kreativitas, imajinasi,
Keterampilan dalam intuisi
mengolah angka Pemahaman secara
keseluruhan dan kesadaran
terhadap musik dan irama
Hasil penelitian menemukan bahwa struktur otak individu yang mengalami cidera otak
berbeda dengan struktur otak individu yang tidak pernah mengalami kerusakan otak. Hasil
penelitian tersebut sampai saat ini masih tetap diakui, di antaranya 60%-70% individu yang kuat
dalam fungsi belahan otak bagian kiri memiliki kemampuan yang tinggi di bidang bahasa,
sementara itu hanya 20%-30% individu yang kuat dalam fungsi belahan otak bagian kanan yang
memiliki kemampuan dalam bidang bahasa.
Para ahli berkeyakinan bahwa akan lebih menguntungkan apabila otak individu yang
berkesulitan belajar diperiksa agar dapat diketahui apakah terdapat perbedaan dengan otak
individu yang tidak berkesulitan belajar. Seiring dengan perkembangan Computerized Axia
Tomographic (CAT), maka peneliti memperoleh cara yang lebih maju dalam memeriksa otak
manusia.
7
Kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara
spontan
Kehilangan kemampuan untuk berpikir secara fleksibel
Mempertahankan dengan kuat pemikiran dari satu arah/berpikir secara
kaku (perseveration)
Tidak dapat memusatkan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas
(attending)
Emosi labil (emotionally labile)
Terjadi perubahan dalam perilaku social
Terjadi perubahan dalam kepribadian
Mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
Tidak mampu untuk melakukan ekspresi bahasa
Parietal Lobe Tidak dapat memusatkan perhatian terhadap lebih dari satu objek
dalam waktu yang bersamaan
Tidak mampu dalam mengingat nama suatu objek (anomia)
Tidak mampu dalam memposisikan kata untuk membentuk suatu
kalimat secara tertulis (agraphia)
Mengalami salah membaca (alexia)
Mengalami kesulitan menggambar objek
Mengalami kesulitan dalam menentukan posisi kiri dan posisi kanan
Mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan matematika (dyscalculia)
Mengalami kekurangsadaran terhadap bagian-bagian tubuh tertentu
dan/atau lingkungan (apraxia) sehingga mengalami kesulitan dalam
mengurus diri sendiri (self-care)
Tidak dapat memusatkan perhatian secara visual (visual inattention)
Mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan mata dan
tangan
8
Mengalami kesulitan dalam memahami bahasa lisan (wernicke’s
aphasia)
Mengalami gangguan dalam menentukan pilihan terhadap objek atau
suara yang perlu diperhatikan
Mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan objek,
nama orang
Kehilangan kemampuan dalam short-term memory
Terpengaruh dengan ingatan jangka panjang (long-term memory)
Mengalami peningkatan atau penurunan keinginan dalam perilaku
Tidak mampu mengkategorikan objek (categorization)
Sulit dalam membatasi pembicaraan/berbicara terus-menerus
Perilaku agresi meningkat
Occipital Lobe Mengalami kerusakan dalam lapangan penglihatan (visual field cuts)
Kesulitan dalam menentukan objek yang ada di sekitar
Kesulitan dalam menentukan warna (color agnosia)
Halusinasi
Ilusi visual-tidak tepat dalam melihat objek (visual illusion-
inaccurately seeing objects)
Buta kata, tidak mampu memahami kata-kata
Mengalami kesulitan dalam memahami gambar
Tidak mampu memahami benda yang bergerak (movement agnosia)
Kesulitan dalam menulis dan membaca
9
Susah tidur (insomnia/sleep apnea)
Sebagian ahli di bidang kesulitan belajar yakin bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh
factor yang berkaitan dengan luka minimal yang terjadi pada otak (minimally brain
damage/MBD). Akibat dari keadaan ini maka terjadi disfungsi minimal otak (minimal brain
dysfunction), yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. Hasil penelitian Heward &
Orlansky menjelaskan bahwa pada beberapa kasus tidak ditemukan hubungan langsung antara
brain injured dengan kesulitan belajar. Bosehes & Myklebust melaporkan hasil rekaman otak
200 anak normal dan 200 anak yang berkesulitan belajar pada waktu melakukan kegiatan
membaca. Hasil rekaman tersebut menunjukkan hanya 29% anak normal dan 42% anak
berkesulitan belajar memperlihatkan pola gelombang syaraf yang abnormal. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara brain injured dan kesulitan
belajar.
Kesimpulan tersebut diperkuat oleh Watson yang menjelaskan bahwa Traumatic Brain
Injury (TBI) merupakan penyebab langsung kesulitan belajar. TBI memilki implikasi akademik
yang muncul dengan karakteristik kesulitan belajar dan kesulitan perilaku yang mencakup :
Kesulitan dalam berpikir secara logis dan mengemukakan alasan-alasan yang rasional
Lambat dalam meberikan respons, reaksi, dan menyelesaikan kegiatan karena mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian
Memiliki keterbatasan secara fisik
Perilaku sosial yang kurang tepat
10
Sulit untuk mengingat
Sering bingung dalam mengahadapi tugas-tugas yang harus diselesaikan
Kesulitan belajar
Mengalami kesulitan dalam bahasa dan berbicara
11
psikomotor, impulsif, kelainan perilaku, dan kelainan emosi anak yang dikandungnya.
Shaywits & Cohen (1980) meneliti 87 anak dari ibu peminum minuman keras dan yang
mengalami kesulitan belajar menunjukkan bukti yang memperkuat temuan-temuan
sebelumnya, bahkan 15 diantara anak tersebut hyperactive.
2. Merokok
Menurut Sparks (1984), di dalam rokok terdapat dua bentuk zat yang disebut nicotin dan
carbon monoxide. Kedua bentuk zat tersebut merupakan agen perusak pertumbuhan bayi di
dalam kandungan. Nicotine menurunkan kelancaran aliran darah dan menurunkan pernafasan
bayi dalam kandungan. Carbon monoxide menurunkan kadar oksigen karena kemampuannya
menembus plasenta. Anak yang lahir dari ibu yang perokok secara signifikan dapat
mengalami kesulitan belajar, hiperaktif, impulsif atau kurang mampu mengontrol emosi.
(Nicols & Chen, 1981). Dunn, McBurney, dan Hunter (1977) melakukan penelitian terhadap
anak usia 6,5 tahun, yang lahir dari ibu perokok dengan berat badan kurang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dari ibu yang perokok memiliki skor IQ yang
rendah apabila dibanding dengan anak yang dilahirkan oleh ibu hamil yang tidak perokok.
3. Limbah mengandung zat kimia
David, Clark, dan Voelle (1972) menjelasakan terdapat hubungan langsung antara
masalah/kelainan perilaku anak dengan racun limbah yang mengandung zat kimia yang
terhirup oleh anak. Para ahli tersebut mengemukakan bahwa racun limbah yang mengandung
zat kimia jika terhirup oleh anak usia dini menyebabkan anak tersebut dapat menjadi
hiperaktif. Needleman (1980) mengemukakan bahwa limbah yang mengandung zat kimia
menjadi penyebab terjadinya kelainan perkembangan dalam bidang bahasa, khususnya
bahasa verbal, kelainan dalam diskriminasi auditif, proses perkembangan bahasa dan
perhatian.
12
system syaraf, yang menyebabkan hiperaktif dan kesulitan belajar. Cott menyatakan bahwa
kesulitan belajar disebabkan oleh ketidakmampuan darah dalam menyerap vitamin dalam jumlah
normal.
13
Tugas-tugas perkembangan atau development tasks yang perlu dituntaskan dalam
perekembangan anak adalah :
1. Kesulitan dalam pemusatan perhatian
Perhatian merupakan prerequisite atau persyaratan dalam melakukan tugas-tugas
belajar. Oleh karena itu, salah satu tugas yang perlu dituntaskan oleh anak pada
perkembanagnnya adalah kemampuan dalam menetukan pilihan terhadap apa yang
perlu diperhatikannya.kemampuan ini membantu anak dalam memproses stimuli atau
rangsangan yang ditangkap oleh pancaindera dengan cermat. Ketidakmampuan dalam
menentukan pilihan dalam perhatian akan meyebabkan anak tidak dapat memproses
stimuli dengan cermat dan tidak fokus serta memindahkan perhatiannya dengan
mudah sebelum ia dapat mengambil manfaat dari stimuli yang diperhatikannya.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian menghambat proses belajar. Sebaliknya,
kesulitan dalam memecahkan perhatian akan mengakibatkan anak sulit dalam
mengalihkan perhatiannya terhadap benda-benda yang diperhatikannya. Hal ini ini
akan menjadi penyebab dn penerima informasi di bidang akademik.
Kesulitan perhatian mencakup kesulitan dalam memusatkan perhatian
(inattention) adalah kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada suatu kegiatan dan
kesulitan dalam menghentikan perhatian (overattention). Kesulitan ini merupakn
penyebab kesulitan belajar.
2. Kesulitan mengingat
Kesulitan dalam mengingat apa yang telah dilihat dan didengar atau apa yang
telah dialami, merupakan faktor penyebab kesulitan belajar dalam berpikir. Hal ini
disebabkan karena kemampuan berpikir sangat erat hubungannya dengan dengan
kemampuan dalam mengingat hal-hal yang telah dialami yang memberikan informasi
dalam mengoperasikan kemampuan berpikir. Kemampuan mengingat apa yang dilihat
dan didengar dapat dikembangkan dengan memfokuskan perhatian anak terhadap apa
yang dilihat dan didengarny dan meberikan penjelasan tentang berbagai konsep yang
terkait dengan apa yang dilihat dan didengar. Penerimaan konsep dengan informasi
yang lengkap dan dalam pengalaman lansung membantu anak untuk menyimpan
pengalamannya ke dalam bentuk skemata yaitu ingatan visuual visual memery ke
dalam ingatan auditori atau auditorybmemory serta pengetahuan terhadap konsep-
14
konsep yang teratur dan tersususn dengan baik yang disimpan didalam memori di
otak.
3. Kesulitan berpikir
Kemampuan berpikir adalah kemampuan dalam mengoperasikan kemampuan
kognitif yang mencakup kemampuan memformasikan konsep dan mengasosiakan
formasi konsep dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah membantu anak
atau individu dalam merespons situasi baru dengan tindakan yang sesuai.
4. Kesulitan bahasa
Tugas perkembangan anak dalam masa perkembangannya adalah tugas dalam
penguasaan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisa. Kesulitan bahasa sudah
dapat diidentifikasi sejak usia dini. Secara umum, anak yang mengalami kesulitan
bahasa tidak berbicara seperti anak-anak sebayanya dan tidak dapt merespons secara
tepat terhadap berbagai pernyataan verbal, seperti sapaan, perintah, permintaan dan
lain-lain. Kesulitan bahasa akan menjadi penyebab kesulitan belajar.
5. Kesultan persepsi dan perseptual Motor
Persepsi adalah proses yang terjadi didalam otak dalam rangka mengolah semua
informasi yang diterima oleh pancaindera dan memaknai informasi tersebut dalam
memberikan respon yang sesuai dengan informasi yang diterima oleh pancaindera
(Papalia & Old,1985: 96). Proses persepsi menggabungkan berbagai pancaindera
(multisensory inputs) memberi kontribusi pada respon motorik. Sebagai contohnya
seorang bayi memutarkan kepalannya dalam rangka merespon input visual dan input
auditori maka sekaligus ia akan melihat wajah seseorang dan mendengarkan suaranya.
Proses intrasensosry (intrasensosry redunndency) sehingga mengakibtakan informasi
yang saling bertumpang tindih (overlaping), informasi tentang wajah dan suara
seseorang dapat direspons oleh anak dengan memutar kepalanya kearah sumber
informasi.
Anak yang mengalami kesulitan dalam persepsi tidak dapat memahami petunjuk
arah dijalan, tidak dapat memahami kata yang tertulis dengan simbol-simbol visual
lainnya. Tidak dapat memahami arti dari sebuah gambar yang dilihatnya atau susra
yang didengarnya. Mungkin saja tidak memahami posisi, dikiri, dikanan, diatas,
15
dibawah, di dalam, di luar serta tidak menentukan gerakan yang sesuai dengan
pemecaham masalah yang dihadapi.
Kemampun persepsi ini dapat dilatiha dengan berbagai kegiatan seperti; (1)
membedahkan ciri-ciri suatu objek, (2) memcocokkan objek yang satu dengan objek
lainnya, (3) mengenal simbol-simbol,(4) mengidentifikasi bagian objek atau gambar
uang tidak lengkap, menyusun puzzle, (5) konsep yang berkaitan dengan posisi benda,
(6) posisi benda dengan tubuh. Kemampuan konseptual motor dapat dilakukan dengan
kegiatan seperti: koordinasi mata dan gerakan tangan dan koordinasi tangan dengan
gerakan mata, body image, yaitu gerakan mendorong menarik, gerakan memukul dan
memantulkan, gerakan menendang.
16
Mengintegrasikan input informasi merupakan tahap kedua dalam proses
pengolahan informasi, yang mencakup kegiatan menginterprestasikan dan
mengkategorikan informasi kedalam kelompok yang sesuai, selanjutnya
menghubungkan informasi tersebut dengan apa yang telah dipelajari atau
dialami sebelumnya. Siswa yang engalami kesulitan dalam mengitegrasikan
input informasi akan mengalami kesulitan dalam menceritakan sustu cerita
dengan urutan yang benar, dan tidak dapat mengingat informasi sesuai dengan
urutanya, dapat memahami konsep baru, tetapi tidak dapat mengambil
kesimpulan umum., dari konsep yang baru diterimanya, dapat mempelajari fakta
baru, tetapi tiadak dapat mengaitkan fakta tersebut dengan fakta lainnya
sehingga mengandung makna tentang suatu kejadian atau peristiwa. Proses
tersebut memrlukan penguasaan kosakata yang baik, ketidakmampuan dalam
menguasai kosakata yang mewakili berbagai konsep dan hubungan yang ada
diantara konsep-konsep tersebut menyebabkan masalah dalam berkomunikasi.
2) Menyimpan informasi
Penympann informasi sangat erat hubungannya dengan ingatan, baik ingat
jangka pendek atau ingatan jangka panjang. Pada umumnya, kesulitan dalam
mengingat terjadi pada area yang berkaitan dengan ingatan jangka pendek, yang
menyebabkan individu yang bersangkutan sulit dalam mepelajari hal-hal baru
tapa pengulangan yang lebih banyak dari biasanya. Kesulitan dalam ingatan
visual (visual memory) menyebabkan kesulitan belajar mengeja kata.
3) Memberikan respons yang sesui dengan informasi yang diterima
Respons terhadap informasi dapat keluar dalam bentu kalimata atu
tindakan sepertoi isyarat, menggambar atau menulis. Kesulitan dalam
memberikan respons terhadap informasi yang diterima melalui bahasa
disebabkan oleh k,esulitan dalam berbahasa secara lisan. Oleh karena itu,
kesulitan dalm meproses informasi dapat meyebabkan kesulitan berbahasa lisan,
hal yang sam dapat pula terjadi dalam menulis dan menggambar.
17
2.3.4 Hubungan Kesulitan Belajar Dalam Tugas-Tugas Perkembangan Kesulitan
Belajar Akademik
Uraian berdasarkan informasi yang berkaitan antara Hubungan kesulitan belajar
pada anak usia dini yaitu kesulitan belajar dalam menuntas tugas-tugas perkembangan
denagn kesulitan belajar akademik. Hubungaannya ada diantara kesulitan belajar
akademik setelah anak memasuki usia sekolah dasar. (terlihat ditabel halaman 38).
18
(WISC-R) yang terdiri atas lima subtes, seperti berikut ini. (Mc. Loughlin (1986:118-
145, Weschsler,2003).
a. Tes untuk menguji kemampuan umum.
b. Tes untuk menguii kemampuan di bidang analogis dan persamaan.
c. Tes untuk menguji kemampuan matematika.
d. Tes untuk menguji kosa kata.
e. Tes untuk menguji kemampuan dalam mengambil keputusan dalam menghadapi
situasi sosial. Subtes ini dilengkapi dengan tes-tes sebagai berikut.
Melengkapi gambar.
Menyusun gambar.
Menyusun balok.
Merakit objek.
2. Tes Pencapaian Hasil Belajar
Untuk mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan pencapaian hasil
belajar maka dapat dilakukan tes-tes bakuyang telah diuraikan oleh Mc. Loughlin
(1986:118-145) sebagai berikut :
a. Woodock-Johnson Psyho-Educational Batery
Woodock-Johnson Psyho-Educational Batery adalah salah satu tes baku ang
digunakan untuk mengukur kemampuan individu yang berusia tahun sampai 80
tahun. Tes ini dibagi dalam tiga bagian ang mencakup berbagai enis subtes.
19
Pengetahuan umum.
Peabody Individual Achievement Test PIAT adalah salah satu tes yang dibuat untuk
mengukur kemampuan kognitif da pencapaian hasil individu berusia 6 tahun sampai
60 tahun.
Wide Range Achievement Test WRAT adalah salah satu tes yang dibuat untuk
mengukur individu yang berusia 3 tahun sampai 74 tahun di dalam bidang membaca,
20
mengeja dan aritmatika atau matematika. Tujuan khusus dari penggunaan WRAT
adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu di dalam bidang-bidang
yang disebutkan sebelumnya.
Identifikasi huruf.
Identifikasi kata.
Mengisi kata pada bagian kalimat yang perlu dilengkapi denga kata yang
sesuai.
Pemahaman makna kata.
Pemahaman makna paragraph…
21
f. Test of Written Language TWOL(TWOL)
22
2.4.2 Asesmen Informal
Asesmen informal merupakan teknik yang selalu digunakan oleh para pendidik
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. Asesmen informal dapat
dilakukan guru dengan cara, mengobservasi kekuatan dan kelemahan anak dalam belajar,
melakukan pretes dan postes, meeriksa hasil kerja siswa, dan lain-lain.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan pengmpulan data yang memerlukan ketekunan
dan ketrampilan.
2. Rating scale
Rating scale digunakan sebagai alat pencatat selama melakukan pengamatan terhadap
kegiatan kemajuan belajar siswa dalam bidang akademik dan perkembangannya
dibidang nnakademik atau di bidang sosial.Rating scalemerupakan alat yang
dikembangkan berdasarkan sejumlah skor yang dikembangkan berdasarkan kriteria
tertentu untuk mengukur kualitas perkembangan siswa, baik dibidang akademik dan
nonakademik.Kualitas yang dinyatakan dalam skor dimulai dari skor terendah sampai
pada skor yang tertinggi.
3. Check List
Check Listberbentuk pernyataan-pernyataan yang dapat mewakili perilaku yang
mungkin ditampilkan siswa.Misalnya, perilaku dalam belajar dan dapat digunakan
untuk berbagai tujuan dalam berbagai bidang.
4. Anecdotal Record
Anecdotal Record merupakan catatan tentang peristiwa-peristiwa khusus yang
dilakukan anak sehingga peristiwa tersebut perlu direkam untuk melengkapi dokumen
yang diperlukan dalam menilai perkembangan anak.
5. Studi Kasus
Studi Kasus merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan dalam asesmen
informal.Misalnya, hal-hal yang berkaitan dengan riwayat perkembangan akademik.
6. Analisis Terhadap Sampel Kinerja
Analisis terhadap sampel kinerja (work sample analysis) yang salah satunya adalah
portofolio digunakan sebagai bahan dalam melakukan informal asesmen.Portofolio
berisi kumpulan dari sampel kinerja anak diberbagai bidang, seperti matematika,
23
mengarang seni, olah raga.Dari dokumen yangtelah dikemas dalam bentk portofolo
dapat diketahui kelemahan dan kekuatan anak.
7. Penilaian Acuan Patokan
Penilaian Acuan Patokan adalah salah satu bentuk penilaian yang dilakukan dengan
jalan membandingkan hasil belajar yang dicapai siswa dengan tujuan belajar yang
seharusnya dicapai oleh siswa tersebut, oleh karena penilaian dan penentuan posisi
hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan hasil belaja siswa lainya yang berada
dalam kelompok sama.
8. Penilaian Acuan Norma
Penilain acuan norma(norm reference evaluation) adalah melakukan penilaian
terhadap hasil elajar dengan cara membanding hasil belajar siswa dengan siswa lain
yang berada dalam kelompoknya. Dengan demikian, nilai 7 belum tentu
mencerminkan hasil belajar yang baik, apabila rata-rata siswa didalam kelompoknya
mencapai nilai 8. Nilai 4 belum tentu buruk apabila rata-rata siswa didalam
kelompoknya adalah 3.
24
2.4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Asesmen
Beberapa petunjuk yang perlu dipedomani oleh guru dalam rangka mengembangkan
pedoman instrumen ang reliable adalah sebagai berikut.
a. Memperbanyak item soal. Reliable dapat ditingkatkan melalui perbanyak item soal. Hal
ini juga dapat menghindari terjadinya kesalahan. Dengan demikian, item berjumlah 30
lebih baik daripada 20 item.
b. Menentukan tingkat kesulitan yang optimum. Tingkat kesulitan yang moderat atau
normal akan memberikan penyebaran skor yang normal.
c. Menulis aitem secara jelas. Reliabilitas instrumen akan meningkat apabila siswa
memahami pertanyaan ang diajukan.
d. Reliable tes akan meningkat apabila selama melakukan tes siswa berada dalam keadaan
yang tenang.
e. Skor yang diberikan secara objektif dapat meningkatkan reliable instrumen.
25
Pengembangan instrumen asesmen secara baku yang digunakan dalam melakukan
asesmen terhadap kemampuan anak berkesulitan belajar dibidang akademik atau
nonakademik, dilakukan dalam beberapa langkah berikut.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum, kesulitan belajar disebabkan oleh kelainan dalam salah satu atau lebih
dalam proses belajar. Kelainan proses tersebut mencakup : proses fonologi, proses visual
spatial, proses kecepatan dalam mengingat, memusatkan perhatian dan proses eksekusi yang
mencakup kemampuan merencanakan dan mengambil keputusan. Faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dapat dikategorikan ke dalam 5 faktor penyebab yaitu : (1) kerusakan yang
terjadi pada susunan syaraf pusat, (2) ketidakseimbangan biokimia, (3) keturunan, (4)
lingkungan, (5) pengaruh teratogenic (zat kimia/obat-obatan).
Kesulitan belajar juga memcakup kesulitan dalam mengatur, mengelolah, dan
melaksanakan, seperti dalam melakukan perencanaan, menerapkan rencana dan
mengevaluasi penetapan perencanaan atau yang dikenal dengan istilah organizational skill,
selanjutnya kesulitan belajar mempengaruhi kemampuan dalam persepsi sosial, interaksi
sosial dan pemahaman terhadap suatu perseptif (masalah atau peristiwa dan objek). Kesulitan
belajar merupakan suatu keadaan yang menetap sepanjang hidup. Intervensi kesulitan belajar
perlu dilakukan sedini mungkin oleh orang tua, guru dan para ahli terkait, yaitu ahli kesulitan
belajar.
Asesmen merupakan proses yang dilakukan dalam kegiatan secara sistematis dalam
rangka mengumpulkan informasi tentang perkembangan anak dan kemajuan belajar yang
dicapainya.
3.2 Saran
1. Peran orang tua harus mampu mengetahui sekecil apa pun masalah yang dihadapi
anaknya baik dalam kesulitan belajar agar, orang tua mau berpartisipasi untuk membantu
anak ketika dalam kesulitan belajar.
2. Peran guru agar mampu membantu anak yang mengalami kesulitan dalam belajar .
3. Peran sekolah agar membantu siswa/siswi yang mengalami kesulitan dalam belajar dan
memberikan alternatif untuk membantu siswa yang bermasalah.
27
DAFTAR PUSTAKA
28