Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS


SINISTRA INKARSERATA

Disusun oleh :
dr. Meiliska Aulyanissa

Pembimbing :
dr. H. Nur Cholis

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARJAWINANGUN


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)
PERIODE 6 APRIL 2018 – 5 AGUSTUS 2018
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi
kiri. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang
dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul kasus emergensi dengan
inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan
laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3 Menurut sifat nya hernia
dibedakan menjadi hernia repponible, irreponible, inkarserata atau strangulata.
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah
komplikasi seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif
direkomendasikan hanya pada hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi
hernia adalah herniotomy
Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit
pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia
umumnya dapat diatasi.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

No. RM : 987917

Nama pasien : Tn. Rustono

Tanggal Lahir : 19, Oktober 1962

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pangurangan

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan

Masuk sejak : 14 Mei 2018

ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 14 Mei 2018 di


IGD RSUD Arjawinangun

Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Os mengeluh terdapat benjolan di lipat paha sebelah kiri, hal ini dirasakan
sejak ± 2 tahun yang lalu, pada awal nya benjolan keluar sedikit dan bisa
dimasukkan kembali dengan tangan, benjolan muncul pada saat Os melakukan
aktivtas dan menghilang jika berbaring/istirahat. Akan tetapi, dengan seiring
berjalan nya waktu keluhan benjolan terasa semakin membesar, 1 minggu yang
lalu benjolan di lipat paha kiri semakin membesar dan menganggu aktivitas dan
benjolan tidak dapat dimasukkan kembali. Os juga mengeluh nyeri terus menerus

3
di sekitar benjolan tersebut. Mual (+), muntah (+) frekuensi 2 kali sejak 1 hari
lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu


Os belum pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. Os mengatakan
tidak memiliki riwayat hipertensi dan kencing manis.

Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita keluhan yang serupa dengan os.
Os mengatakan dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat hipertensi yaitu
ayah kandung os, dan tidak ada riwayat penyakit kencing manis dalam keluarga.

Riwayat Kebiasaan dan Sosial


Riwayat kebiasaan os sering mengangkat beban berat setiap hari nya
karena pekerjaan os sebagai karyawan yang setiap hari mengangkat beban berat,
dan terkadang BAB sering mengedan. Riwayat merokok disangkal, os
mengatakan jarang melakukan berolahraga.

4
PEMERIKSAAN FISIK (14/5/2018)

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : CM

 Tekanan Darah : 120/70 mmHg

 Nadi : 86x/menit

 Frekuensi Napas : 21 x/ menit

 Suhu : 36,40 C

Status generalis
 Kepala : Tidak ada kelainan

 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

 Kulit : Turgor kulit baik

 Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan napas simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vocal fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada
 Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Auskultasi : Bising usus (+) normal

5
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (+) di titik McBurney dan epigastrium,
nyeri lepas (+), rovsing sign (+), Psoas sign (+),
obturator sign (+), defans muskuler (-),
Tidak teraba massa di perut kanan bawah
Perkusi : Timpani
 Ekstremitas : Capillary refill time < 2 detik

 Status Lokalis (regio inguinalis sinistra)

Inspeksi : Terdapat benjolan dibawah ligamentum inguinale,


permukaan rata, tidak ada perubahan warna.
Palpasi : Teraba hangat, benjolan tidak dapat dimasukkan
kembali, benjolan seukuran kepalan tangan dewasa.
Nyeri Tekan (+)
Transiluminasi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+)

6
Pemeriksaan Laboratorium (22 April 2018 di RSUD Arjawinangun)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 15.3 13.2 – 17.3 g/dl
Leukosit 11.8 3.8 – 10.6 /uL
Trombosit 172 150 – 440 /uL
Hematokrit 42.6 40 – 52 %
INDEKS ERITROSIT
Eritrosit 5.06 4.4 – 5.9 /uL
MCV 84.2 80 - 100 fL
MCH 30.2 26 – 34 pg
MCHC 35.9 32 – 36 g/dL
RDW 14.0 11.5 – 14.5 g/dl
MPW 8.5 7.0 – 11.0
PDW 15.5 15.0 – 17.0
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Segmen 68 28 – 78 %
Limfosit 28 25 – 40 %

Monosit 3% 2-8%
0% 2–4%
Eosinofil
0% 0–1%
Basofil
0% 3–6%
Luc

KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 112 75 – 140 mg/dL

7
RESUME
Os mengeluh terdapat benjolan di lipat paha sebelah kiri, hal ini dirasakan sejak
± 2 tahun yang lalu, pada awal nya benjolan keluar sedikit dan bisa dimasukkan kembali
dengan tangan, benjolan muncul pada saat Os melakukan aktivtas dan menghilang jika
berbaring/istirahat. Akan tetapi, dengan seiring berjalan nya waktu keluhan benjolan
terasa semakin membesar, 1 minggu yang lalu benjolan di lipat paha kiri semakin
membesar dan menganggu aktivitas dan benjolan tidak dapat dimasukkan kembali. Os
juga mengeluh nyeri terus menerus di sekitar benjolan tersebut. Mual (+), muntah (+)
frekuensi 2 kali sejak 1 hari lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 86x/menit,
frekuensi napas 21 x/ menit, suhu 36,40 C. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan
Inspeksi :terdapat benjolan dibawah ligamentum inguinale, permukaan rata, tidak ada
perubahan warna. Palpasi: teraba hangat, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali,
benjolan seukuran kepalan tangan dewasa. Nyeri Tekan (+), Transiluminasi (-),
Auskultasi : Bising Usus (+)

DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata
DIAGNOSIS BANDING
1. Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Strangulata
2. Limfadenitis inguinalis
3. Hidrocele
PENATALAKSANAAN
- NGT
- Kateter Urin
Medikamentosa
1. IVFD RL 20 tetes/menit
2. Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
3. Inj. Ondansetron 3 x 8 mg IV
4. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg IV
Tindakan : Hernioraphy pada tanggal 15 Mei 2018.

8
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
Ad Fungsionam : Ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia
indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada
hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua
hernia tetapi 40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani
operasi hernia inguinal.2,3

3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam
hidup
b) Akibat dari pembedahan senelumnya
c) Kongenital
 Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
 Hernia kongenital tidak sempurna

9
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek
pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun)
setelah lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)
d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
 Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering
mengejan pada saat buang air besar atau buang air kecil.
 Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan
ikatnya yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena
jaringan lemak yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat
penyokong.
 Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal
 Penyakit yang melemahkan dinding perut
 Merokok
 Diabetes mellitus

4. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

10
5. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
 Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
 Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia.
 Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan
untuk menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia
yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis,
hernia umbilikalis, dan hernia skrotalis.
 Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia
inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga
lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat
perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan

11
intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat
sembelit, dll).
 Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui
kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
 Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior
oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari
dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
 Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.

6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis


Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus
telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun
terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.1,2

12
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan
bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-
barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas
akibat trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital
dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkaserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Finger test  menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis
lateralis, bila impuls disamping jari hernia inguinalis
medialis.4

13
Pemeriksaan Ziemen test  posisi
berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu,
hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan, penderita disuruh batuk bila
rangsangan pada jari ke-2 hernia ingunalis
lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis,
jari ke-4 hernia femoralis.4

 Pemeriksaan Thumb test  anulus ditekan dengan ibu


jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar
benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak
keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4
b. Pemeriksaan penunjang
 Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3
 Serum elektrolit meningkat
 Pemeriksaan radiologis
 Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia
incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari
suatu massa yang teraba di inguinal.
 CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.

8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis
ectopic, undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma

14
i. Ascites

9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya
pada hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy:
membuka dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding
posterior abdomen kanalis ingunalis.1,2

Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat
isinya dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-
anak cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-
macam tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi
liechtenstein dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi
yang rendah.1,2

10. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit
pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia
umumnya dapat diatasi.

15
BAB IV
KESIMPULAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Menurut sifat nya hernia dibedakan menjadi hernia repponible, irreponible,
inkarserata atau strangulata.
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy
Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.


Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217

3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
706- 710, EGC, Jakarta.

4. Inguinal Hernia: Anatomy and


Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik
Bedah, edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.

6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.

7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran,


Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai