http://www.scribd.com/doc/141586087/Pemberian-Obat-Secara-Titrasi
PENGERTIAN
Pemberian suatu obat yang sebelumnya sudah mengalami pencampuran dengan suatu larutan tertentu sehingga
didapatkan konsentrasi obat yang dinginkan
TUJUAN
Untuk memudahkan pemberian yang di bagikan dalam dosis kecil / microgram
Untuk menghitung kadar suatu zat/obat dalam suatu larutan
(http://www.ilmukesehatan.asia/kegawatdaruratan/obat-emergency.html)
a. Obat-Obat Hemodinamik
Kegagalan sirkulasi bisa disebabkan oleh inadekuat preload, gagal jantung, maldistribusi (mis. Pada shock
sepsis dan anafilaksis). Bila kegagalan sirkulasi menetap setelah loading cairan optimal, maka perlu
dipertimbangkan obat-obat inotopik aktif untuk meningkatkan kontraktilitas miokard.
CO = SV x HR
1. Adrenaline/Epinephrine
Efek: menaikkan laju nadi dan tekanan darah, vasokinstriksi, bronkodilatasi melalui sistem saraf simpatis
reseptor alpha dan beta.
Peringatan: Penderita jantung, aritmia, penderita yang mendapat infuse adrenalin harus dimonitor dengan
ketat (lebih baik dengan arterial line) dan obat sebaiknya diberikan lewat vena sentral
2. Noradrenalin
Efek: vasokonstriksi pembuluh darah, bekerja pada reseptor alfa, berefek menaikkan TD
Dosis: larutkan 4 mg dalam 250 ml dextrose 5%, infuse dimulai dengan dosis 4-8mg/mnt, titrasi
Lama kerja: singkat
3. Dopamin
Efek: merupakan inotropik kuat, menaikkan laju denyut nadi dan menguatkan kontraksi, melalui efek simpatis
reseptor beta, meningkatkan cardiac output
Dosis: larutkan 250 mg kedalam 250-1000 dextrose 5%, dan mulai dengan dosis 2,5 mg/kgBB/menit, dan dapat
dinaikkan sesuai kebutuhan. Walaupun dapat diberikan lewat vena tepi yang besar tapi yang terbaik lewat
vena sentral. Dapat pula diberikan leeway syringe pump.
Dobutamin
Efek: merupakan ionotropik kuat, menaikkan laju HR dan menguatkan kontraksi melalui efek simpatis reseptor
beta jantung, meningkatkan CO
Dosis; larutkan 250 mg dalam 250-1000 ml D5% dan mulai dengan dosis 2,5 mg/kg BB per menit dan dapat
dinaikkan sesuai dengan kebutuhan. Walaupun dapat diberikan levat vena tepi yang besar tapi yang terbaik
lewat vena sentral, dapat juga melalui syring pump.
Peringatan: pemberian lewat infuse harus dimonitor dengan ketat dan diberikan nlewat vena sentral
Dosis:
Ringan: 2-5 mcg/kg BB/mnt. Mengaktifkan reseptor dopaminergik, menjadikan vasodilatasi ginjal, koroner dan
serebral
Sedang: 5-10mcg/kgBB/mnt. Mengaktifkan beta reseptor sehingga dapat meningkatkan kontraktilitas
tekanan darah dan CO.
Berat: >10mcg/kgBB/mnt. Mengaktifkan reseptor alfa, membuat vasokonstriksi pembuluh darah.
Rumus; dosis x BB x 60
jumlah mcg/cc
4. Heparin
Efek: merupakan antikoagulan potan yang bekerja terhadap potensiasi terhadap beberapa faktor koagulan
termasuk thrombin dan faktor x. efektifitasnya dapat diukur secara laboratories yaitu APTT
Dosis; Iv: 5000Unit diikuti dengan infuse 40.000 unit/24 jam, atau 10.000 unit tiap 6 bulan; SC: 5000 unit sebelum
pembedahan kemudian 5000 unit setiap 8-12 jam.
5. AMINOPHILYLLINE
Efek: Bronkodilatasi, chronotropic (mempengaruhi denyut miokard) dan inotropic ringan, diuretic ringan
Dosis:
IV: 4 mg/kgBB dalam 15 menit
Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus 0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia lanjut, chirrosis hepatis atau
gagal hepar atau penderita dengan pengobatan crythromcin atau cimetidine
Oral: 100-300 mg 3-4 kali sehari
Rectal: 360 mg suppositoria 1-2 kali sehari
6. ANTACID
Sediaan: Alumunium hydrozida 500 mg tablet. Alumunium hydrozida 4% cair. Alumunium trisilicate 250 mg
tablet. Magnesium trisilicate
Indikasi: Pengobatan simtomatis pada dispepsia yang disebabkan ulkus peptikum, gastritis, duodenitis reflux
esophagitis, dispepsi non ulkus dan prevensi stres ulcus. Pada dosis efektif untuk penyembuhan.
Dosis: Untuk pengobatan dispepsia: 1-2 tablet atau 10-20 ml. Untuk pengobatan ulcus pepticum 20 ml tiap 2
jam.
Efek samping: Senyawa aluminium dapat menyebabkan konstipasi. Senyawa magnesium dapat
menyebabkan diare.
7. BUPIVACAINE (Marcain)
Efek: inotropik ringan, mengurangi efek depresi citrate pada jantung, pada transfusi darah mencegah tetapi
karena kadar Ca yang rendah
Indikasi: Pada tranfusi darah (lebih dari 1 unit/5 menit pada orang dewasa) hiperkalemia, tetani.
9. CIMETIDINE
Efek: merupakan antagonis reseptor H2 yaitu untuk mengurangi sekresi asam lambung
Sediaan: injeksi 100mg/ml dalam ampul 2 ml. Tablet 200mg, 400 mg, 800 mg.
Indikasi: pengobatan ulkus lambung dan ulkus duodenum jinak refluks esofagitis dan preventiv stress ulcus.
Dosis:
IV : 100-200 mg/jam selama 2 jam, bila perlu dapat diulang setelah 4-6 jam.
Infus: 400 mg dalam 100ml NaCl 0,9% diberikan dalam 1 jam dan diulang seteah 4-6 jam. Dapat juga dengan
infus kontinyu 50-100 mg/jam selama 24 jam
Oral: 400 mg 2xsehari atau dosis tunggal 800 mg selama 4-6 minggu
Efek samping: Pada pemberian IV secara cepat dapat menimbulkan aritmia, interaksi dengan obat lain
(potensiasi warfarin, phenitoin, aminophiline, ginekomasti (jarang))
10.DIAZEPAM
Dosis:
Rute Dosis dewasa Dosis Pediatric
IV 5-20 mg, dengan efek bervariasi pada Titrasi, mulai dengan 0,1
tiap pasien, pada pasien tua lebih ml/kgBB
sensitif
Infus 80 mg/lt dan diberikan dalam 8 jam
PR 0,25 mg/kgBB
Efek samping: Mengantuk, kurang kooperatif, depresi napas atau obstruksi terutam pada pasien tua, kadang
terjadi hipotensi. Metabolit diazepam dapat terakumulasi pada pemberian per infus selama beberapa hari
dengan dosis tingi. Dianjurkan menurunkan dosis secara bertahap berdasarkan respon klinis pasien
Perhatian: pada pemberian intravena dapat menyebabkan kerusakan pada vena dan pada pemberian
jangka lama sebaiknya digunakan jalur vena sentral, sebaiknya dihindari pemberian intramuskuler karena
absorbsinya kurang baik, selain rasanya nyeri
11.LARGACTIL
Efek: Merupakan transquiliser mayor dengan efek sedatif anti emetic dan berguna untuk pengobatan hiccup
yang persisten. Selain itu juga merupakan vasodilator dan mempengaruhi homeostatis temperatur.
12.DIGOXIN
Efek: menurunkan kecepatan konduksi impuls yang melalui nodus arttrioventrikularis. Meningkatkan kekuatan
kontraksi jantung (efek inotropic positif)
Sediaan: Injeksi: 250 mg/ml dalam ampul. Tablet: 62,5 mg, 125 mg
Dosis:
IV: 0,5 mg dalam 15 menit dan diulang setelah 6 jam kemudian dilanjutkan pemberian peroral.
Oral: Untuk digitalis cepat mulai dengan 0,75-1,5 mg diikuti dengan 0,25 mgsetiap 6 jam sampai fibrilasi
terkontrol. Dosis pemeliharaan: 0,25-0,5 mg/hari. Untuk digitalisasi lambat mulai dengan 0,25-0,75 mg/hari
sampai terjadi perbaikan kemudiandosis dituunkan. Level digoxin dalam darah 1-2 mg/liter(therapeutik)
Lama kerja: Half life: 34-51 jam dan lebih lama pada gagal ginjal
Efek samping: Pada pasien dengan insufisiensi renal atau hipokalemia biasanya lebih mudah terjadi
keracunan digoxin dengan gejala: mual, muntah, aritmia (supraventikuler, bradikardia, dan block)
Ginecomastia (sangat jarang)
Perhatian: pemebrian digoxin intravena harus pelan atau perinfus dan hanya pada situasi darurat. Dosis harus
diturunkan bila pasien telah mendapat obat glikoside jantung yang lain dalam waktu 72 jam sebelumnya
13.EPHEDRINE
Efek: merupakan obat vasopressor dan menyebakan vasokonstriksi pembuluh darah, meningkatkan laju
denyut nadi dan kontraktilitas melalui reseptor alpha dan beta sehingga menaikkan TD dan CO, juga
merupakan bronkodilator ringan
Indikasi: hipotensi karena vasodilatasi. Pemberian cairan harus selalu dilakukan sebelum menggunakan
vasopressor. Aman digunakan pada penderita yang sedang hamil karena tidak menurunkan aliran darah
plasenta.
14.FUROSEMIDE
Dosis: 0,3 – 1 mg/kgBB. Pada gangguan renal dibutuhkan dosis yang tidak tinggi
Efek samping: dapat memperburuk keadaan hipovolumia pada pasien dehidrasi, hipokalemia
15.GLYCERYL TRINITRATE
Efek: menyebabkan relaksasi otot polos sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah vena, pada dosis yang
besar juga menyebabkan dilatasi arteri koroner
Infus: 50 mg dilarutkan dalam 250 dextrose 5% titrasi juga dapat diberikan dengan syringe pump
Perhatian: pemberian lewat infus harus dimonitor dengan sangat ketat dan obat diberikan lewat vena sentral
16.HYDROCORTISONE
Indikasi: asma akut, shock anaphylactic, reaksi alergi, reaksi obat, reaksi transfusi, terapi insufisiensi adrenal,
menekan proses inflamasi beberapa penyakit
Efek samping: pengobatan jangka panjang: hipertensi, kelemahan otot, osteoporosis, ulcus pepticum.
Perubahan netral dapat terjadi seperti: euphoria dan disphoria. Gangguan pertumbuhan pada anak. Pada
pengobatan lama dapat juga terjadi supresi kelenjar adrenal (pada dosis tinggi)
Perhatian: untuk mencegah efek withdrawal, maka perlu dilakukan tapering dosis
17.LABETALOL
Efek: Merupakan antagonis reseptor beta sistem saraf simpatis. Menyababkan lambatnya laju denyut nadi,
dan menurunkan kekuatan kontraksi. Juga pada reseptor alpha sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh
darah. Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan darah.
18.METHYLDOPA
Sediaan: 50 mg/ml dalam ampul 5 ml. Tablet: 125 mg, 250 mg, 500 mg
Dosis: IV: 250 mg- 500 mg dalam 500 ml Dextrose 5%, infus
Lama Kerja: 8-48 jam (oral), onset 4-6 jam, Durasi 16 jam (iv)
19.MORPHINE
Efek: Merupakan Analgesik opiat yang bekerja pada otak dan medula spinalis
Efek samping: mual, muntah, depresi nafas, kontraksi otot polos kadang kolik kantung empedu, dapat
memperburuk nyeri pada kolik renal, sedasi gatal di kulit
20.LIGNOCAINE
Efek: sebagai anestesi lokal, juga menstabilkan membran sel miokard sehingga berefek sebagai anti aritmia
Sediaan: 0,5%, 1%, 2%, 4%, 5%, 10% dalam ampul 2 ml atau vial 2 ml dan 50 ml
Indikasi:
Dosis: LA : maksimum dalam 4 jam: 3 mg/kgBB. 7 mg/kgBB dengan adrenalin 1:200.000
IV: untuk aritmia ventrikuler: 1-1,5 mg/kgBB plain bolus dan diikuti dengan infus kalau perlu
Perhatian: pasien <5 kg, cidera kepala, penyakit saluran nafas, orang tua
22.NALOXONE
Efek samping: bila naloxone digunakan untuk mereverse suatu over dosis opiat maka efek analgesiknya akan
ikut hilang sehingga problem nyeri akan timbul kembali terutama pada pemberian naloxone dosis tinggi
23.NIFEDIPINE
24.NITROPRUSID
Dosis: pemberian perinfus 0,1-1 mg/kgBB/menit sebagai dosis awal, selanjutnya disesuaikan dengan respon
tekanan darah. Jangan melebihi dosis maksimum 8 mg/kgBB/menit, dan apabila dalam 20 menit tidak
memberikan respon yang memuaskan maka pemberian dihentikan.
Lama kerja: sangat pendek
Efek samping: hipotensi, muntah, pusing dan nyeri perut terutama apabila tetesan infus terlalu cepat pada
overdosis: akan terjadi asidosis berat.
Perhatian: tidak dianjurkan penggunaan tanpa fasilitas arterikline monitor untuk tekanan darahnya. Obat ini
harus terlindung dari cahaya dan segera digunakan memalui jalur vena sentral.
25.NORADRENALINE
Efek: vasokonstriksi pembuluh darah melalui alpha reseptor sehingga menaikkan tekanan darah
Dosis: larutkan 4 mg dalam 250 ml D5%, infus dimulai dengan dosis 4-8 mg/menit titrasi
26.PHENYTOIN
Efek: merupakan anti konvulsan, mengurangi frekuensi kejang dengan menstabilir ambang kejang
Suspensi: 30 mg/5 ml
Indikasi: untuk prevensi dan mengontrol kejang pada grandmal epilepsi dan lobus temporalis, juga efektif
pada pasien eklampia
Iv: 13-15 mg/kgBB bolus (maksimal 50 mg/menit) kemudian diteruskan 100 mg tiap 6 jam
Efek samping: toxic akut ataxia, nystagmus dan bicara tidak jelas, hirsutisine, lymphadenopati, hiperflasi
ginggiva. Hindari penggunaan pada pasien hamil, khususnya trimester pertama
27.SALBUTAMOL
Efek: merupakan bronkodilator kuat yang bekerja pada reseptor beta 2 susunan saraf simpatis, juga sebagai
relaksan uterus.
Perhatian: takikardi, tremor, sakit kepala, hipokalemia terutama pada pemberian perinfus
28.VERAPAMIL
Efek: meningkatkan periode refraktur otot jantung yaitu dengan menurunkan kecepatan konduksi jaringan
pengantar
Dosis: intravena 5 mg pasien dan diulang setelah 5 menit sampai dosis maksimum 10-15 mg
Perhatian: jangan berikan verapamil bersama-sama dengan beta bloker, karena dapat terjadi blok jantung
yang fatal
29. WARFARIN
Efek: memperpanjang coagulasi darah dan dapat diukur melalui protrombin time. Efek antikoagulan ini timbul
melalui mekanisme penghambatan efek vitamin K
Dosis: 10 mg/hari selama 3 hari diikuti 2-8 mg/hari sampai nilai protrombin time normal
Indikasi: trombosis vena dalam, emboli pulmonum, fibrilasi atrial, penderita dengan katub stenosis
Perhatian: terjadi [potensiasi dengan alkohol dan obat seperti aspirin, phenobarbital, phenilbuzone, beberapa
antibiotik dan phenytoin.
Daftar Pustaka:
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC: Jakarta
Rambe, A. 2004. Obat-obat Penyakit Serebrovaskuler. Available on: www.library.usu.ac.id tanggal akses: 22
Mei 2008
Rokhaeni, H., Purnamasari, E., Rahayoe, A. 2001. Buku Ajar keperawatan Kardiovaskuler. Bidang DIKLAT
Harapan Kita: Jakarta
Suryono, dkk. 2007. Materi Pelatihan keperawatan Intensif. IRI RSUP DR. Sardjito: Yogyakarta