Anda di halaman 1dari 101

SURVEI PENGUKURAN DAN

PEMETAAN

Diklat Dasar Tata Ruang dan


Pertanahan
Angkatan I
Tahun 2016
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
mampu memahami penyelenggaraan
pemetaan tematik.
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
mampu :
• Pengertian Dasar Pemetaan Tematik
• Pemanfaatan Citra Satelit Dalam Pemetaan
Tematik
• Survei Pemetaan Tematik
JENIS PETA
Berdasarkan jenis, peta terbagi atas :
1. Peta dasar
Peta yang menampilkan unsur alam dan unsur
buatan. Unsur alam antara lain : gunung, sungai,
danau, vegetasi. Unsur buatan antara lain : gardu
PLN, tugu batas, gedung.
Contoh peta dasar : peta RBI, peta bidang tanah,
peta topografi
2. Peta tematik
Peta yang menampilkan unsur tema tertentu di
atas peta dasar. Contoh peta tematik : peta tempat
wisata, peta komoditi pertanian, peta rawan bencana
alam, peta penggunaan tanah, dan lain – lain
Peta Tematik
Peta yang menggambarkan atau menyajikan tema-
tema tertentu.
TUJUAN PEMETAAN TEMATIK
Melayani kebutuhan informasi spasial bagi internal maupun
eksternal BPN, peta tematik yang dibuat harus tersedia dalam
satuan regional maupun satuan bidang tanah

peta tematik satuan skala kecil dan


regional menengah
bagian penting dalam
perencanaan wilayah
dan kebijakan
pertanahan
secara umum

peta tematik dalam satuan skala


besar
bidang tanah
sebagai kendali
kebijakan pelayanan
pertanahan dan
perencanaan wilayah
tingkat detail
Inventarisasi Penataan Penyusunan Rehabilitasi
Tanah Aset Kawasan dan Evaluasi Lahan Kritis
Pemerintah Kumuh Tata Ruang

Evaluasi
Ketahanan
Evaluasi
Pangan
kerusakan
lingkungan
hidup

Arahan Lokasi
Peta Pembangunan
Tematik Sektoral
Potensi
komoditi (pendidikan,
pertanian/ kesehatan, dll
perkebunan

Rencana Perencanaan Pengembang


pembangunan Pembangunan pembangunan an daerah
infrastruktur wilayah daerah terpencil/ potensi
pesisir perbatasan wisata
negara
PETA PENGGUNAAN TANAH

a. Pengertian : memetakan tutupan permukaan bumi


baik yang merupakan bentukan alami maupun
buatan manusia
b. Landasan hukum : Pasal 15 UUPA dan PP No. 16/
2004 tentang Penatagunaan Tanah
c. Output kegiatan : peta dalam bentuk digital dengan
skala
- Perkotaan : 1: 5.000 – 1 : 10.000
- Perdesaan : 1 : 10.000 – 1 : 25.000
d. Data input : foto udara dan citra satelit
e. Metode survei : groundcheck
PETA GAMBARAN UMUM PENGUASAAN TANAH

a. Pengertian : memetakan blok persil tanah berdasarkan


jenis penguasaan tanah yang meliputi : tanah millik
bersertipikat, tanah milik belum bersertipikat, tanah negara
telah diperuntukkan dan tanah negara belum diperuntukkan
b. Landasan hukum : Pasal 3,4, dan 6 UUPA
c. Output kegiatan : peta dalam bentuk digital dengan skala
- Perkotaan : 1: 5.000
- Perdesaan : 1 : 10.000
d. Data input : foto udara dan citra satelit, peta bidang tanah,
peta pendaftaran tanah peta persil tanah (PBB), peta
kawasan hutan, pertambangan, peta tanah HGU
e. Metode survei : sistem sampling dan groundcheck
PETA KEMAMPUAN TANAH

a. Pengertian : pengelompokkan karakteristik fisik


tanah yang meliputi : lereng, kedalaman efektif tanah,
tekstur tanah, faktor erosi, drainase, faktor pembatas
b. Landasan hukum : Pasal 15 UUPA dan PP No. 16/
2004 tentang Penatagunaan Tanah
c. Output kegiatan : peta dalam bentuk digital dengan
skala 1 : 10.000 – 1 : 25.000 hanya untuk wilayah
perdesaan
d. Data input : Citra satelit beresolusi, peta RBI
e. Metode survei : plotting data sekunder pada peta
kemampuan tanah
PETA INFRASTRUKTUR WILAYAH

a. Pengertian : menggambarkan jaringan dan fasilitas


vital di suatu wilayah meliputi : jaringan jalan, jaringan
listrik dan bangunan penunjang, jaringan telepon dan
bangunan penunjang, jaringan gas dan bangunan
penunjang, jaringan PDAM, jaringan drainase dan kanal
banjir, jaringan irigasi dan bangunan penunjang serta
sarana transportasi
b. Landasan hukum : Pasal 15 UUPA dan PP No. 16/
2004 tentang Penatagunaan Tanah
c. Output kegiatan : peta dalam bentuk digital dengan
skala 1 : 5.000 untuk perkotaan dan1 : 10.000 untuk
perdesaan
d. Data input : Foto udara dan citra satelit, peta jalan,
peta jaringan listrik, gas, telepon, air minum
PETA MASALAH PERTANAHAN
a. Pengertian : menggambarkan masalah pertanahan
berdasarkan kelas : sengketa prosedur penetapan hak
dan pendaftaran tanah, sengketa batas/letak bidang
tanah, sengketa ganti rugi tanah ex partikelir, sengketa
tanah ulayat, sengketa tanah obyek landreform, sengketa
pengadaan tanah dan sengketa pelaksanaan putusan
pengadilan
b. Landasan hukum : Pasal 3, 4 dan 6 UUPA
c. Output kegiatan : peta dalam bentuk digital dalam satuan
blad dan satuan wilayah. Peta dalam satuan blad
dimaksudkan untuk memperoleh posisi lokasi sedangkan
dalam satuan wilayah untuk memperoleh
penyebarannya.
d. Data input :
• Foto udara dan citra satelit, peta bidang tanah, data
masalah pertanahan
e. Metode survei : plotting data sekunder
Peta indikasi tanah terlantar
a. Pengertian : tanah yang diterlantarkan oleh
pemegang hak atas tanah, Hak Pengelolaan atau
pihak yang telah memperoleh dasar penguasaan atas
tanah tetapi belum memperoleh hak atas tanah
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
yang berlaku
b. Landasan hukum : Pasal 3, 4 dan 6 UUPA, PP 36/
1998
c. Output kegiatan : peta dalam bentuk digital dalam
satuan blad dan satuan wilayah. Peta dalam satuan
blad dimaksudkan untuk memperoleh posisi lokasi
sedangkan dalam satuan wilayah untuk memperoleh
penyebarannya.
d. Data input : foto udara dan citra satelit, peta bidang
tanah, data tanah yang diindikasikan terlantar
e. Metode survei : survei dan plotting data sekunder
TUGAS KELOMPOK
• Setiap kelompok mendapat 1 jenis peta
tematik
• Sebutkan layer – layer yang harus ada
di peta tematik
• Sebutkan kelas – kelas tematik untuk
peta tematik yang dipilih
• Sebutkan pilihan simbol (titik/ garis/
poligon)
PENGINDERAAN JAUH
Pengertian Penginderaan Jauh
Penggunaan sensor radiasi elektromagnetik
untuk merekam gambar lingkungan bumi
yang dapat diinterpretasikan sehingga
menghasilkan informasi yang berguna.
Curran (1985)

Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi


tentang suatu obyek, daerah atau fenomena
melalui analisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontak langsung dengan
obyek, daerah atau fenomena yang dikaji.
Lillesand dan Kiefer (1979)
SEJARAH PENGINDERAAN JAUH
Landsat 8 SPOT5

Landsat 1

SPOT7
Aster

CSIR
FOTOGRAMMETRI
Citra fotografik adalah foto udara
yang diperoleh dari pemotretan
dari udara yang menggunakan
pesawat terbang atau wahana
terbang lainnya. Hasil dari proses
fotogrametri adalah berupa peta
foto atau peta garis.
FOTO UDARA (FOTOGRAMETRI

1. Lebih sederhana sistem


operasionalnya
2. Tingkat kedetilan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan
3. Resolusi spasial lebih baik
CITRA SATELIT

Landsat (Amerika Serikat)


1. Biaya relatif lebih Ikonos (Amerika Serikat+Jepang)
murah Quickbird (Amerika Serikat)
2. Kontinyu SPOT (Perancis )
3. Mudah didapat NOAA (Amerika Serikat )
IRS (India)
Aster (Amerika Serikat ), dll.
Prinsip Dasar Penginderaan Jauh
Band 1 (0.45-0.52 _m; biru) : membedakan kejernihan air dan antara tanah
dengan tanaman
Band 2 (0.52-0.60 _m; hijau) : mendeteksi tanaman.
Band 3 (0.63-0.69 _m; merah) : membedakan tipe tanaman, lebih daripada
band 1 dan 2
Band 4 (0.76-0.90 _m; reflected IR) : meneliti biomas tanaman, dan
membedakan batas tanah-tanaman dan daratan-air.
Band 5 (1.55-1.75 _m; reflected IR) : menunjukkan kandungan air tanaman
dan tanah, untuk membedakan tipe dan kesehatan tanaman, dan untuk
membedakan antara awan, salju dan es
Band 6 (10.4-12.5 _m; thermal IR) : berguna untuk mencari lokasi kegiatan
geothermal, mengukur tingkat stress tanaman, kebakaran, dan kelembaban
tanah
Band 7 (2.08-2.35 _m; reflected IR) : berhubungan dengan mineral; ratio
antara band 5 dan 7 berguna untuk mendeteksi batuan dan deposit mineral
Kombinasi Band

Band 3,2,1

Band 4,3,2

Band 5,4,2
Sistem Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh Pasif


• Panchromatic imaging system
• Multispectral imaging system
• Super spectral Imaging System
• Hyper spectral Imaging System

Penginderaan Jauh Aktif


• RADAR System
• LiDAR System
Panchromatic Imaging System
• Single channel sensor yang digunakan
• Visual pada citra tampak dalam bentuk gradasi
hitam putih
• Mempunyai keunggulan resolusi spasial
Multispectral Imaging System

• Menggunakan multi kanal detektor dimana setiap


kanal memiliki band warna tertentu
• Mempunyai keragaman warna dan kecerahan yang
lebih baik
Super Spectral Imaging System
Fitur pada citra menampilkan detail
spektral dan spasial yang sangat baik
• Contoh : satelit WorldView-3
Hyper Spectral Imaging System
- Menggunakan kanal gelombang elektromagnetik
yang banyak dengan spektrum sempit
- Menghasilkan celah perbedaan warna yang banyak
(lebih dari 100)
- Cocok untuk aplikasi pertanian, pertambangan,
geologi
Alunite Penentuan batuan
Kaolinite geologi

Alunite + Kaolinite
Montmorillonite

Chalcedony

Temperatur
permukaan laut dari
satelit MODIS
Penginderaan Jauh Pasif

Penginderaan jauh pasif menggunakan teknologi


optical remote sensing. Cara kerjanya yaitu dengan
memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang
berasal dari radiasi matahari dan dipantulkan dari
obyek di atas permukaan bumi lalu diterima sensor
untuk membentuk citra (image).
Merupakan sistem penginderaan jauh yang paling
umum penggunaannya dan yang paling luas cakupan
wilayahnya.
Sensor pankromatik hanya menggunakan 1 band,
sedangkan sensor multispektral menggunakan lebih
dari 2 band
RADAR (Radio Detection And Ranging) System

Sensor memancarkan gelombang mikro yang diarahkan ke


permukaan bumi, dan hasil pantulannya diterima kembali

Keuntungan sistem Radar :


- Siang dan malam
- Dapat menembus awan/ tak tergantung cuaca
- Penetrasi permukaan bumi dan vegetasi
- Dapat membentuk DEM (untuk model 3D)
RADAR
RADAR
LiDAR (Light Detection And Ranging) System

Sensor mengirim pulsa sinar laser yang mengenai


dan memantul dari permukaan bumi
DATA CITRA SATELIT

1) Resolusi spasial mengacu pada pada


ketajaman citra untuk mengukur elemen terkecil
yang dapat dibedakan dan dikenali dari suatu
citra. Pada umumnya apabila orang berbicara
mengenai resolusi dimaksudkan sebagai resolusi
spasial.
Kemampuan sensor dalam
mendefinisikan objek di
permukaan bumi yang diwakili
oleh pixel (picture element)

Resolusi :
-Pankromatik : < 1m
-Multispektral : 1,3 – 5 m
-Near InfraRed : 30 m
-ShortWave Infra Red :30 m
30 x 30 meter

4 x 4 meter

1 x 1 meter
DATA CITRA SATELIT

2) Resolusi spektral merupakan kerincian


spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh suatu sistem penginderaan jauh. Jenis
resolusi ini dihubungkan dengan jumlah saluran
(band) yang tersedia. Semakin banyak band yang
tersedia akan semakin baik penyajian warna dari
suatu citra.
Jumlah band dalam
Satelit Landsat 8 :
5 band visible light
1 band NIR
2 band SWIR
2 band TIR
1 band Cirrus
DATA CITRA SATELIT

3) Resolusi radiometrik menunjukkan


kepekaan sistem sensor terhadap perbedaan
terkecil kekuatan sinyal yang dinyatakan oleh
gradasi nilai tone. Konsep resolusi radiometrik
sering digabungkan dengan resolusi spektral
dikaitkan dengan penyajian gradasi warna.
DATA CITRA SATELIT

4) Resolusi temporal merupakan frekuensi


perekaman ulang bagi daerah yang sama.

Sampai lokasi yang


sama
pada x hari

Landsat : 16 hari
SPOT : 1 hari
Ikonos : + 3 hari
Quikbird : 2 – 6 hari
NOAA : 24 jam
KARAKTERISTIK CITRA SATELIT
Satelit Resolusi Spasial Jumlah Revisited Cakupan
Band Time
Landsat-8 Pankromatik 15 m 11 16 hari 185x185 km2
Multispektral 30 m
SPOT-7 Pankromatik 1,5 m 5 1 hari 60x60 km2
Multispektral 6 m
Ikonos Pankromatik 0,82 m 5 3 hari 11,3x11,3 km2
Multispektral 3,2 m
Quickbird Pankromatik 0,61 m 6 2-6 hari 16,3x16,3 km2
Multispektral 2,44 m
WorldView-3 Pankromatik 0,31 m 29 1-4 hari 13,1x13,1 km2
Multispektral 1,24 m
GeoEye-2 Pankromatik 0,34 m 5 1 hari 14,5x14,5 km2
(WorldView-4) Multispektral 1,36 m
ALOS Pankromatik 2,5 m 5 4-6 hari 35-70x35-70 km2
Multispektral 10 m
Kompsat-3A Pankromatik 0,7 m 6 2-5 hari 12x12 km2
Multispektral 2,8 m
Orbview-3 Pankromatik 1 m 5 3 hari 8x8 km2
Multispektral 4 m
Perbandingan Tingkat Resolusi Satellit Dengan Skala Peta

Skala Resolusi Satelit Akurasi


1 : 100.000 30 m 50 m
1 : 50.000 20 m 25 m
1 : 25.000 10 m 12,5 m
1 : 10.000 2,5 m 5m
1 : 5.000 1m 2,5 m
1 : 3.000 0,61 m 1,5 m
1 : 2.500 0, 5 m 1m
Platform Penginderaan Jauh

Apa untung rugi dari


masing – masing platform
penginderaan jauh ?
INTERPRETASI CITRA

Secara umum proses citra dapat dibedakan menjadi proses


awal (preprocessing) dan pemrosesan citra (image
processing).

Data collection
Data acquisition

Image processing Data preprocessing


Data preprocessing

1) Koreksi rotasi Bumi. Untuk mendapatkan posisi obyek


muka bumi dengan baik pada waktu lokal yang relatip sama,
sehingga posisi citra yang direkam berada pada arah utara -
selatan yang tepat.

2) Pengurangan bising (noise). Kesalahan yang bisa timbul


dari berbagai tahapan penggunaan alat elektronik yang
merekam sinyal pada sensor hingga alat elektronik yang
digunakan oleh pemakai.
 Kesalahan acak (random) disebabkan instrumen sensor
yang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikurangi
hingga relatip kecil
 Kesalahan sistimatis, yang dapat dihilangkan pada proses
awal. satu citra
Data preprocessing

3) Koreksi radiometrik. Bias yang disebabkan karena


adanya perbedaan dalam ketinggian matahari, yang
tergantung dari tahun, berbeda dalam jumlah hamburan dan
penyerapan atmosfer, dan juga karena perbedaan liputan di
suatu daerah

4) Koreksi Atmosfer. Pendekatan yang sering digunakan


adalah metode darkest pixel (nilai pixel terendah).Metode ini
menghitung pengaruh penghamburan molekul di udara
melalui rasio dari pengaruh penghamburan aerosol di infra
merah dekat terhadap penghamburan aerosol pada panjang
gelombang lainnya.
5) Koreksi Geometris.
Cara pertama dengan menghitung pengaruh ketelitian lokasi,
ketinggian dan arah perekaman satelit lalu mentransfer
koordinat citra ke proyeksi peta yang digunakan.
Cara kedua adalah adalah dengan perhitungan berdasarkan
pada titik yang koordinatnya diketahui (ground control point)
dalam satu citra.

CITRA LANDSAT SEBELUM CITRA LANDSAT SESUDAH


KOREKSI GEOMETRI KOREKSI GEOMETRI
Rektifikasi Citra Terhadap Citra
Proses konversi koordinat dari suatu citra berdasarkan
referensi koordinat suatu citra

Geographic Lat/Lon UTM

47 27 24 N,
123 53 15 W
432950,
5256434 meters
CONTOH PEMOTONGAN CITRA

CITRA LANDSAT CITRA LANDSAT


SEBELUM DIPOTONG SESUDAH DIPOTONG
Pemrosesan Citra

Salah satu tahap pemrosesan citra adalah penajaman citra.


Penajaman citra mencakup berbagai tehnik untuk memperbaiki
penampilan citra dan kemudian menginterpretasinya.
Jenis pekerjaan interpretasi citra lebih banyak berupa
interpretasi secara visual. Sedangkan ekstraksi informasi
merupakan cara untuk mengartikan informasi dari citra digital
asli dengan bantuan proses komputer, baik dalam bentuk citra,
peta, maupun tabel serta data lainnya yang diperlukan.
Interpretasi Visual
melakukan interpretasi suatu kenampakan atau obyek
melalui mata terhadap citra yang ditampilakan melalui
screen monitor atau pada hasil cetakan citra

?
1. TONE / RONA

TONE/RONA:
Tone/rona mengacu pada kecerahan atau warna relatif suatu
obyek dalam image. Secara umum, rona merupakan elemen
yang mendasar dalam pembedaan target.

Rona akan lebih mudah


diinterpretasikan bila bervariasi
dengan elemen bentuk, tekstur,
dan pola obyek

Tanaman tua

Tanaman muda
2. BENTUK

BENTUK :
Bentuk, mengacu pada struktur
dan outline obyek individu

?
3. UKURAN

UKURAN :

Ukuran obyek dalam image


merupakan fungsi skala.

Contoh :
Ukuran antara bangunan sebagai
tempat tinggal dengan bangunan
sebagai bangunan komersial.

?
?
4. POLA

Pola, mengacu pada


susunan
kenampakan spasial
obyek.

Pola perkebunan yang


dikembangkan
Oleh perusahaan akan
terlihat
teratur dibandingkan
dengan pola ?
pertanian yang alami ?
5. TEKSTUR

Tekstur, mengacu pada


susunan dan frekuensi rona
suatu obyek, yang nampak
pada kenampakan kasar atau
halusnya permukaan obyek.

Contoh adalah :
perbedaan hutan alam dengan
hutan tanaman industri, yang
relatif punya keseragaman
dalam kanopi.

?
?
6. BAYANGAN

Bayangan memberikan ide dalam


membedakan profil atau ketinggian suatu
obyek

tanpa bayangan

dengan bayangan
7. ASOSIASI
Asosiasi berkaitan dengan hubungan antara obyek terhadap
obyek yang lain.

Contoh pantai dimana


terdapat vegetasi pada
wilayah muara sungai,
mungkin dapat diasosiasikan
dengan mangrove

mangrove
Klasifikasi Citra
Penggolongan informasi spektral atau informasi spasial dari suatu
citra menjadi beberapa klas yang berbeda dan mempunyai arti
terhadap obyeknya.
Cara untuk melakukan klasifikasi yaitu :
1. Teknik klasifikasi terbimbing (supervised)
2. Teknik klasifikasi tak terbimbing (unsupervised)

Klasifikasi terbimbing tergantung banyak dipengaruhi oleh


pengetahuan pada daerah yang di analisis. Operator memasukkan
nilai pixel pada citra yang mewakili satu kelompok liputan lahan
di lapang. Selanjutnya komputer akan mencari pixel yang
mempunyai karakteristik spektral yang sama. Daerah yang
diinformasikan pada komputer tersebut disebut training area
/training sample
Klasifikasi tak terbimbing tidak memerlukan pengetahuan
tentang pixel pada citra, tetapi hanya didasarkan pada nilai
digital tiap pixel secara mutlak. Pada prinsipnya, nilai digital
untuk tiap pixel pada tiap panjang gelombang diuji, dan citra
tersebut kemudian dibagi menjadi sejumlah kelas
PENGGUNAAN GPS HANDHELD
TAMPAK DEPAN
Antena
IN=Untuk mengecilkan cakupan Peta
Connector
sehingga objek lebih jelas

FIND = Untuk mencari posisi OUT=Untuk memperbesar cakupan


objek yang kita inginkan Peta
misal (titik, kota dll)
PAGE= Untuk mengganti ke depan
Tombol –tombol Fungsi halaman-halaman tampilan di LCD

POWER=On/Off
MENU= Untuk menampilkan menu
QUIT=Untuk mengganti ke
yang ada pada setiap tampilan
belakang halaman-halaman
halaman LCD GPS
tampilan di LCD GPS

ENTER=Menyimpan posisi
Tombol Besar berfungsi titik hasil pengamatan
sebagai Mouse, supaya tersimpan dalam
menggeser pointer memory
(atas,bawah,kanan, kiri)

MONITOR/LCD GPS
PRINSIP PENGOPERASIAN GPS HANDHELD
Satelit
Target GPS
N Tampilan

Pengamat

Receiver
GPS

Jl. Sudirman

Persil
Tabel 1. Ukuran Tingkat Ketelitian Pemetaan (Minimal Unit Pemetaan)

Tabel Ukuran Tingkat Ketelitian


Pemetaan
No Skala peta Ukuran panjang Ukuran luas ½ x ½
1/2cm di lapang cm2 di lapang

1 : 250.000 1.250 meter 156,25 Ha

1 : 100.000 500 meter 25 Ha

1 : 50.000 250 meter 6,25 Ha

1 : 25.000 125 meter 1,56 Ha

1 : 10.000 50 meter 0,25 Ha

1 : 5.000 25 meter 0,0625 Ha

1 : 2.500 12,5 meter 0,0156 Ha

1 : 1.000 5 meter 0,0025 Ha


Tahapan
Pembuatan
Peta Tematik
Persiapan : penyiapan dokumen
administrasi, bahan kerja dan
peralatan teknis, serta
perlengkapan lapang

Pengambilan data lapang meliputi


pengukuran, survei lapang,
pengambilan sampel serta
pengamatan sesuai dengan
metodologi pada masing –
masing tema peta.

Pengolahan data adalah entri


data hasil kegiatan lapang,
plotting data, pengeditan,
pembuatan topologi hingga
kontrol kualitas.
Penyajian data merupakan
finishing dari seluruhnya dalam
bentuk layout peta.
Persiapan Pemetaan Tematik
A. Persiapan administrasi. meliputi :
• Penyiapan dokumen administrasi
• Koordinasi dengan pihak pemberi pekerjaan
• Persiapan personil pelaksana, meliputi : koordinator-
koordinator, tenaga administrasi, operator, surveior
• Perencanaan waktu pelaksanaan dan tenaga
pelaksananya
• Pembuatan laporan pendahuluan

B. Persiapan teknis meliputi


• Mobilisasi tenaga pelaksana dan atau peralatan yang
akan dipergunakan untuk penyelesaian pekerjaan
• Persiapan peralatan termasuk pengujian dan
pengaturan kembali (adjustment) alat-alat sebelum
Pembuatan peta kerja ditujukan untuk
mempersiapkan bahan dalam rangka kegiatan
selanjutnya yaitu kegiatan survei lapang dalam
rangka pengecekan antara data hasil interpretasi
dengan kondisi eksisting dilapangan. Pembuatan
peta kerja ini untuk 2 tema yang perlu disiapkan,
yaitu tema penggunaan tanah dan penguasaan
tanah skala besar.
Unsur dalam peta kerja adalah :
- Peta dasar. Sesuai dengan UU No. 4 Tahun
2011 tentang Informasi Geospasial, peta dasar
yang digunakan adalah Peta Rupabumi Indonesia
- Citra satelit. Digunakan sebagai petunjuk awal
data penggunaan tanah berdasarkan interpretasi
- Keterangan lain baik spasial maupun tekstual
yang berasal dari sumber lain
Peta dasar
Unsur dasar :
jalan, sungai, batas
administrasi, tempat2
penting

Citra satelit

Diproses terlebih Keterangan lain


dahulu sebelum
ditampilkan.
Digunakan sbg
petunjuk awal
penggunaan
tanah. Sangat
membantu dalam
pekerjaan di
lapang
Survei Pemetaan Penggunaan
Tanah
Langkah pertama harus dilakukan adalah mencari
titik pasti di lapang sesuai dengan yang tampak pada
peta kerja dan merupakan titik awal pengamatan
menjelajah lapangan. Contoh simpang jalan, jembatan,
mercusuar dan lainnya yang terlihat nyata khas.

Perjalanan survei sesuai rencana jalur jelajah


pengamatan. Jangan lupa cantumkan dan berikan
simbol klasifikasi penggunaan tanah pada peta kerja
sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan
– Semua poligon penggunaan tanah yang masuk
dalam tingkat ketelitian sebagai ukuran minimal
unit pemetaan, seperti tercantum pada tabel
ukuran tingkat ketelitian pemetaan (minimal unit
pemetaan) di atas.
– Jaringan jalan, rel, yang didasarkan pada
kwalitas, nilai dan fungsi dari aksesnya, contoh:
jalan aspal, jalan berbatu, jalan tanah; jalan
penghubung kampung dengan sawah, tegalan,
kebun, rel kereta api, rel lori.
– Saluran pengairan/sungai, yang didasarkan pada
kualitas, nilai dan fungsi dari saluran, contoh:
sungai, irigasi, drainase, bendungan, terowongan
air, waduk, situ, embung dengan mencantumkan
namanya bila ada.
– Batas administrasi.
Survei Pemetaan Penguasaan Tanah

Pekerjaan survei pemetaan penguasaan tanah menyangkut


pekerjaan inventarisasi data dari berbagai sumber. Jenis – jenis
data yang dikumpulkan antara lain :
• BPN : Peta Bidang Tanah, Peta Pendaftaran Tanah.
• Pajak Bumi dan Bangunan : Peta Persil Tanah.
• Kehutanan : Peta Kawasan Hutan,dll

Setelah memperoleh data – data penguasaan tanah dari


berbagai instansi, lakukan ploting data di atas peta kerja yang
telah disiapkan. Untuk mempermudah pekerjaan terlebih dahulu
tarik poligon untuk tanah kawasan hutan, tanah bersertifikat
berskala besar, tanah bersertifikat lainnya dalam satu blok
persil, dan sebagainya sehingga semua wilayah terbagi habis
dalam kriteria gambaran umum penguasaan tanah.
Survei Pemetaan Kemampuan
Tanah
Penarikan batas lereng pada peta dasar / lapang. Batas lereng
dibuat dengan mengukur jarak transis kontur pada peta topografi :
CI x 100
d = ----------------------------- x 1000 mm
L x S

D = jarak antara garis kontur


C1 = interval kontur (m)
L = lereng (dalam %)
S = besaran skala (contoh : untuk skala 1 : 5000, maka S = 5000)
Untuk transisi yang padat dihitung selisih antara 5 kontur,
sedang yang jarang dihitung selisih antara 2 kontur, contoh :
Menghitung jarak transis pada peta topografi skala 1 : 5.000 dan
interval kontur 2,5 m.
Rencana jalur pengamatan ditentukan oleh skala peta, pola aliran
dan bentuk wilayah. Untuk skala 1 : 25.000, 1 : 50.000 dan 1 : 100.000
pengamatan utamanya adalah jalur aliran sungai utama pada blad
yang dipetakan atau jalur khayal tegak lurus dengan garis kontur.
Jarak antara jalur pengamatan pada skala 1 : 100.000 = 2 Km, skala 1
: 50.000 = 1 Km dan 1 : 25.000 = 500 m. Sedangkan untuk skala lebih
besar dari skala 1 : 25.000 jarak jalur pengamatan adalah 200 m.
Penentuan titik awal pemetaan dimulai dari tanda alam yang relatif
permanen berupa :
a.Tugu trianggulasi.
b.Persimpangan atau lekukan sungai.
c.Persimpangan jalan yang kedudukannya telah diyakini.
d.Tanda alam lainnya.
Bahan dan peralatan adalah segala sesuatu yang diperlukan khusus
untuk keperluan pengambilan data kemampuan tanah adalah :
a.Abney hand level : untuk pengukuran lereng.
b.Altimeter : untuk pengukuran ketinggian tempat.
c.Bor tanah : untuk pengukuran kedalaman efektif tanah.
d.Bor gambut : untuk pengukuran gambut.
e.Munsell soil color chart : untuk mengamati jenis tanah.
f.GPS receiver : untuk penentuan lokasi.
Pengamatan unsur – unsur kemampuan tanah sebagai berikut
:
a. Lereng yang sudah ditarik berdasarkan peta topografi,
diamati kembali di lapang dengan menggunakan
clynometer/abney level (alat pengukur lereng)
b. Kedalaman efektif tanah diamati dengan menggunakan bor
tanah yang berbentuk spiral. Pengeboran dilakukan pada
lokasi tanah asli, bukan pada tanah timbunan dan tegak
lurus dengan permukaan tanah. Batas kedalaman efektif
tanah diperoleh bila mata bor tanah telah menemui bahan
induk, lapisan pasir yang tebal, cat-clay yang berbau
seperti telur busuk yang menyengat, lapisan keras (padas)
atau lapisan kedap air.
c. Drainase diamati pada permukaan hanya pada wilayah
yang berlereng 0 – 2 % saja. Tanda-tanda adanya genangan
di lapang dilihat beberapa indikator di sekitar daerah
pengamatan. Untuk mengetahui lamanya genangan masih
diperlukan informasi dari penduduk setempat.
d. Tekstur tanah diamati di lapang pada kondisi kelembaban
tanah kapasitas lapang. Dengan mengambil contoh tanah
pada keadaan tanah 20 – 30 cm dilakukan pengamatan
tekstur
Penyajian Peta Tematik
Pengolahan data
melalui program
SIG

Peta kerja hasil


survei lapang

Pelaporan dan Layout peta


penyimpanan
data
Jenis Data

Data raster : data yang tersusun atas grid – grid


teratur yang disebut piksel (pixels).

Data vektor : : data yang tersusun atas garis -


garis yang terhubung dan titik. Terdiri dari titik,
garis dan area (polygon)
Data Raster

Data raster adalah data yang terbagi atas unit – unit


terkecil dalam satuan pixel. Satu pixel merupakan satu
unit bujur sangkar yang menyimpan informasi warna
(color) dan kepekatan (tone). Contoh data raster adalah
data grafis seperti hasil scan dan hasil pemotretan serta
citra satelit/ foto udara. File data raster dinyatakan
dalam *.jpg, *.bmp, *.gif, *.wmf. *.tiff, *.geotiff, dan
sebagainya.
File dengan extention *.jpg, *.bmp, *.gif, *.wmf hanya
sebatas gambar.
Sedangkan file dengan extention *.tiff dan *.geotiff dapat
menyimpan geokoordinat yang umumnya adalah citra
satelit.
Data spasial
digambarkan
dalam bentuk
piksel

Peta dengan
format
raster

Peta dengan
format raster
digabungkan
dengan data
vektor
Data Vektor
Fitur/ obyek titik umumnya untuk lokasi di bawah minimal unit
tetapi penting untuk ditonjolkan. Contoh : tempat ATM,
kantor desa, sekolah, ibukota provinsi, dsb.
Fitur garis umumnya untuk obyek alam atau jaringan utilitas
yang lebarnya tidak masuk minimal unit tetapi penting untuk
ditonjolkan. Contoh : jalan, sungai, saluran irigasi, jaringan
telepon, listrik, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya
adalah garis khayal untuk suatu batas interval seperti : garis
kontur, garis curah hujan/ iklim, garis lereng, dsb.
Fitur area umumnya untuk batasan wilayah/ daerah yang
mempunyai ciri kelas tersendiri. Contoh : area penggunaan
tanah sawah, kebun campur, hutan; area penguasaan tanah
HGU, tanah kehutanan, dsb.
Polygon
Line

Point
Apa keuntungan dan kerugian
data raster dan data vektor ?
Langkah – langkah pembuatan peta digital sebagai berikut :
• Rektifikasi citra
• Registrasi/ kalibrasi peta
• Digitasi/ entri/ inputting data
• Pengisian struktur data
• Editing
• Edgematching/ korelasi
• Transformasi
• Labelling
• Annotasi
• Layout
• Pembuatan metadata
Rektifikasi : proses pengaturan posisi letak citra atau data
raster lainnya sehingga sesuai dengan letak di permukaan
bumi (georeferenced)

Registrasi/ kalibrasi : proses penentuan batas area


pekerjaan digitasi/entri/inputting

Digitasi/ entri data/ inputting data : proses pemasukan


data ke dalam komputer yang dilakukan melalui meja
digitizer atau melalui on display pada komputer

Editing : proses koreksi hasil digitasi akibat dari human


error. Kesalahan digitasi tersebut menyebabkan tidak
terbentuknya topologi (hubungan antar komponen data
digital)
Pembuatan struktur data
sesuai dengan NSPK
Pemetaan Tematik
Standar Kartografi
Standar pembuatan peta mengacu pada NSPK Survei dan
Pemetaan Tematik. Hal – hal yang distandarkan :
-Penggunaan simbol
-Penggunaan warna serta pola arsir dan garis
-Annotasi teks dalam muka peta
-Layout peta
Hasil akhir peta digital dibuat dengan program ArcView/ArcGIS
dan dalam format *.shp. Seluruh bentuk simbol, pola arsir dan
garis bersumber dari katalog ArcGIS.
Standar simbol dibuat untuk unsur titik, garis dan poligon. Rumus
warna menggunakan RGB untuk tampilan di komputer
sedangkan CMYK untuk kepentingan cetak/ hardcopy.
Layer yang ditampil-
kan :
1. Poligon
- Tematik
2. Garis (line)
- Sungai
- Jalan
- Batas administrasi
3. Titik
- Ibukota administrasi
pemerintahan
Standar simbol
garis dan poin

Standar simbol
poligon
Standar Layout
Standar Kontrol Kualitas

Hasil tabulasi data


yang sudah sesuai
dengan standar

Ketersambungan antara
batas geometri dan
fungsionalnya sudah Hasil editing data
sesuai sebagai hasil dari sudah sesuai dengan
kegiatan edge matching kondisi dan informasi
data eksisting
dilapangan
-Hasil akhir pekerjaan berupa peta tematik digital
-Informasi peta tidak boleh diubah (digeneralisir), informasi
peta ditampilkan sesuai dengan skala input
-Pencetakan peta (sebagai sampel) dalam kertas glosy
dengan ukuran A0 dengan skala menyesuaikan untuk
seluruh tema per Kabupaten dan dijilid dalam satu kesatuan
sebanyak 1 exsemplar dengan sampul HardCover dan
design disesuaikan
-Semua data dan hasil pekejaan disimpan dalam Alat
Perekam Data berupa eksternal hard disk
-Catat dan rekam dalam SIMAK BMN sesuai prosedur yang
berlaku
TERIMA KASIH....

Anda mungkin juga menyukai