Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit pada

waktu yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan

lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada sudah

dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah karena

tidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan komplikasinya.1

Morbili atau campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh

virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas,

batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (koplik’s

spot), diikuti dengan erupsi makulopopuler yang menyeluruh. Bertahun-

tahun kejadian penyakit campak terjadi pada anak-anak balita meminta

banyak korban tetapi masyarakat belum menyadari bahayanya, bahkan ada

mitos jangan memberikan obat apa saja pada klien sebelum bercak-bercak

merah pada kulit keluar. 1,2

Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah

kurangnya gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca

campak.Subacute Sclerosing Panensifilitis (SSPE) pada anak > 10 tahun,

1
Munculnya gejala penyakit tuberculosis paru yang lebih parah pasca

mengidap penyakit campak yang berat disertai pneumonia.2

1.2 Tujuan

Mahasiswa kepaniteraan klinik senior dapat mampu mengetahui, memahami,


dan menjelaskan tentang :

1. Definisi
2. Etiologi
3. Patologi
4. Patogenesis
5. Manifestasi klinis
6. Diagnosis
7. Imunitas
8. Imunisasi
9. Penatalaksanaan
10. Pencegahan

1.1 Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai Morbili.

b. Bagi institute pendidikan


Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi
kegiatan yang ada kaitanntya dengan pelayanan kesehatan, khususnya
yang berkaitan dengan Morbili.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3

stadium yaitu (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah

pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak

bergejala, (2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam,

konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada

mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya

ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan. 1

Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih

tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian

luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case

fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak

menderita campak adalah <12>

Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui

droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.

Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan

hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan

seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak .2

3
2.2 Etiologi

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan

genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip

dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret

nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa

saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki

daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar

selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif

minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku,

minimal 4 minggu dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak

aktif pada pH rendah .3

2.3 Patologi

Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa

nasofaring, bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler

terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel

polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi

yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari

penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel

Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil,

appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada

epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar

sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan

mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa

4
trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan

terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin

disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri .5

Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di

otak dan medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba

dengan inclusion body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing

panencephalitis .2

2.4 Patogenesis

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit

virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi

utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus

pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah

penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang

menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi

multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik

regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak

juga terjadi di lokasi pertama infeksi.

Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang

ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,

konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi

organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan

virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan

5
kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama

infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,

dan makrofag .5

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan

memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa

bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus

dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus .

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi

0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring

atau kemungkinan konjungtiva

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer

3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7 Viremia sekunder

7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

nafas

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

6
2.5 Manifestasi klinis

Stadium inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).

Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif,

penderita tidak menampakkan gejala sakit.

Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium

prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala

klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi

konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak

Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat

menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan

menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul

pada hari ke-10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar

butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat

hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham

bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti

palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 –

2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18

jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya

menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

7
Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi

yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan

pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai

makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan

garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke

seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.

Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan

terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di

kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai

dengan urutan munculnya. 2

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan

tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak

berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa

penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi.

Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada

infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian

kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak

sehingga sulit dikenali. 2

2.6 Diagnosis

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.

Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat

8
ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi

dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition

(HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin

inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan

HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa

prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel

serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x

atau lebih. Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam.

Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG

akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel

darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit

encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah

limfosit sedangkan kadar glukosa normal . 2

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding morbili diantaranya :

1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah

menghilang.

2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.

Gejala yang timbul tidak seberat campak.

3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam

muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.

9
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda

patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis

eksudativa atau membranosa. 4

Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki

setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat

penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena

masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala

penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek.

Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang

jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama

dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa

orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala

apapun. 5

Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya

telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada

orang yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan

Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu

sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang

10
mendadak (39,5˚C sampai 40,6˚C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga

didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada

dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset

penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke

arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan

tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat

berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul efusi

pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun

paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes

serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF

dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan

meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10

infeksi titer jarang melebihi 1:160 .5

2.8 Penyulit

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur

lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh

bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :

11
a) Bronkopneumonia

Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak.

Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi

sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan

Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus,

batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala

pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang

masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang,

perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi

mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan

dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.

b) Encephalitis

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak.

Gejala encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari

setelah onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi

campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis

yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan

frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya

komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat

virus campak tersebut.

12
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)

Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan

karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual

yang diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-

rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi

pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan.

Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif

dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x

lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah

mendapat vaksinasi.

d) Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat

terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion,

pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

e) Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan

stadium erupsi.

f) Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran

cerna sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat

menurunnya daya tahan penderita campak. 3

13
g) Laringotrakheitis

Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga

dibutuhkan tindakan trakeotomi.

h) Jantung

Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak.

Walaupun jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang

terlihat gejala kliniknya.

i) Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi

campak yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat

hemoragik. Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati

dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.

Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata. 5

2.9 Imunitas

Struktur antigenik

Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak.

Kemudian IgM menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi)

14
sedangkan IgG tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM

menunjukkan baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan

pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya

dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan, sedangkan

vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA

sekretori. 3

Imunitas transplasental

Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena

campak. Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 – 6 bulan dan

kadarnya akan menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi

maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut

masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak

akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan

maupun sesudah kelahiran. 5

2.10 Imunisasi

Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif

dapat berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan.

Vaksin dari virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu

yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari

antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan

dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga

15
harus disimpan pada suhu 4˚C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah

dikeluarkan dari lemari pendingin.

Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak

digunakan lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak

dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori.

Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang

sedang menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil,

memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau

bahan-bahan berasal dari darah .6

Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili.

Dosis serum dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah

terinfeksi, tetapi semakin cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau

10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun

tidak terlalu berat.

2.11 Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,

pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi

infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan

vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit

untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan

epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna

untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total .5

16
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang,

asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan

dengan penyulit yang timbul. 7

2.12 Pencegahan

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi

Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap

anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke

dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula

diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang

telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia

6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena

transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.
7

2.13 Prognosis

Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai

dengan penyulit maka prognosisnya baik .2

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Morbilli merupakan penyakit infeksi virus akut, menular. Secara

epidemiologi penyebab utama kematian terbasar pada anak. Morbilli disebabkan

oleh virus RNA dari family Paramyxoviridae, genus Morbillivirus yang ditularkan

melalui percikan air ludah (droplet) dari mulut selama masa prodormal. Gejala

klinis morbilli terdiri dari 3 stadium,yaitu : stadium kataral, stadium erupsi,

stadium konvalensi. Pencegahan morbilli dapat dilakukan dengan imunisasi aktif,

imunisasi pasif dan isolasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds)

Nelson Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders.

p.743

2. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90

3. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk.

(ed) Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Hal. 105

4. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema

Akut dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI. Hal. 113

5. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan

(eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3.

Philadelphia. Saunders. p.2283 – 2298

6. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo

Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit

Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125

7. Pudjiadi, antonius. 2010. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1 IDAI: jakarta

8. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III

Jilid 2. FKUI 2000.

9. Haryowidjojo. Demam Campak. Htttp://www.Pediatrik.com. [diakses 22

Agustus 2008]

19
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Penyakit Infeksi Tropis. Jakarta:

IDAI, 2004.

20

Anda mungkin juga menyukai