Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok

DASAR KEPENDUDUKAN

MAKALAH

“BONUS DEMOGRAFI”

OLEH

KELOMPOK 6

NENENG YULIA NINGSI J1A116079


NUR ANNISA J1A116086
RAHYAN J1A116098
RILA APRILIA J1A116107
SHERLY WULANDARI J1A116117
SITTI SHOMADYNA ZAYARTI J1A116123
TITIN ZUMARTIN J1A116132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Bonus Demografi." Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Dasar Kependudukan.

Dalam proses penyusunan Makalah ini, penyusun mengalami berbagai macam hambatan
dalam menyelesaikannya dan dalam penyusunan makalah ini saya selaku penyusun langsung
mengunjungi sumber-sumber yang berkaitan dengan tema tersebut.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dalam penyusunan Makalah ini. Dan
semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Kendari, 10 Mei 2018

PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian demografi
2.2 pengertian bonus demografi
2.3 ciri-ciri dan syarat bonus demografi
2.4 bonus demografi di Indonesia
2.5 dampak bonus demografi
2.6 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Bonus Demografi
2.7 Solusi permasalahan bonus demografi
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2020 hingga 2030 Negara Indonesia akan dihadiahi Bonus Demografi.
Bonus Demografi yang dimaksud yaitu ketika negara Indonesia memiliki jumlah
penduduk usia Produktif dengan jumlah yang melimpah, yaitu sekitar 2/3 dari jumlah
penduduk keseluruhan. Bonus demografi dapat dilihat dengan parameter Dependency
Ratio (angka beban ketergantungan) yang cukup rendah, yaitu mencpai 44. Hal ini berarti
bahwa dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya menanggung
sekitar 44 penduduk tidak produktif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) indonesia tahun
2010 menunjukkan Dependency ratio Indonesia sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015
dependency ratio memiliki angka lebih kecil yaitu 48,6. Angka dependency ratio ini akan
semakin kecil lagi pada tahun 2020 hingga 2030, yang akan menciptakan bonus
demografi untuk Indonesia. Dengan bonus demografi yang akan diterima Indonesia tahun
2020-2030, maka peluang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
dicapai. Namun untuk mewujutkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut.

Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi dipengaruhi oleh kesiapan


pemerintah untuk menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Kualitas tersebut
berkaitan dengan peingkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kecukupan gizi. Untuk
itu upaya menciptakan angkatan kerja yang berkualitas, perlu dipersiapkan matang-
matang. Data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa dari segi Partisipasi Sekolah
penduduk indonesia masih rendah digolongan umur 19-24 tahun. Angka partisipasi
sekolah kelompok umur 19-24 pada tahun 2013 masih 20,14%. Walau angka ini telah
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan
Angka partisipasi sekolah kelompok umur dibawahnya yang memiliki rata-rata mencapai
diatas 60%, masih menunjukkan kesenjangan yang besar.
Sementara Data tentang Human Development Index (HDI) yang disajikan United
Nations for Development Program (UNDP) menunjukkan angka HDI Indonesia masih
menempati urutan ke-111 dari 182 negara (Detiknews, 2014).

Jumlah angkatan kerja yang melimpah pada fase bonus demografi harus
dimanfaatkan secara baik oleh negara Indonesia. Kunci utamanya yaitu dengan
mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Hanya dengan angkatan kerja yang
berkualitas maka bonus demografi akan benar-benar memberikan dampak yang positif
bagi Indonesia. Dengan angkatan kerja yang berkualitas akan dapat merespon penawaran
kerja dari negara-negara maju. Fenomena yang terjadi saat ini adalah bahawa negara
maju kekurangan penduduk muda, sebagai kelompok angkatan kerja yang dibutuhkan
dalam pembangunan ekonomi. Untuk itu peluang tersebut bisa dimanfaatkan oleh negara-
negara yang mendapatkan bonus demografi.

Namun Peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bonus


demografi bisa saja menjadi boomerang bagi Indonesia sendiri. Ketika negara tidak siap
dalam menyongsong bonus demografi pada tahun 2020-2030, maka dapat menimbulkan
permasalahan baru yang tak kalah hebatnya. Ketika Indonesia tidak mampu menyiapkan
angkatan kerja berkualitas, tentu akibat yang terjadi yaitu akan menimbulkan
pengangguran dimana-mana. Pengangguran terjadi ketika angkatan kerja tidak mampu
terserap kedalam lapangan kerja yang sebenarnya tersedia karena tidak memenuhi
kualifikasi yang di butuhkan perusahaan. Dengan begitu, tentu bonus demografi hanya
sebagai angin lalu yang tidak memiliki dampak positif, dan bahkan malah menyebabkan
angin ribut ketika tingkat pengangguran semakin tinggi.

Aspek lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan yaitu bagaimana Negara
Indonesia bisa terus konsisten dalam menekan angka fertilitas (angka kelahiran). Hal ini
menjadi aspek penting karena jika tingkat fertilitas meningkat dan tidak terkendali pada
fase bonus demografi, maka akan menghambat upaya negara dalam mempersiapkan
angkatan kerja yang berkualitas. Dana untuk mempersiapkan angkatan kerja yang
berkualitas dari segi kesehatan, pendidikan dan kecukupan gizi, juga akan terbagi untuk
mengurusi kebutuhan bayi-bayi yang lahir. Dengan begitu upaya pemerintah untuk
memaksimalkan bonus demografi juga akan terhambat.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi
terjadinya bonus demografi yaitu keberhasilan pemerintah dalam menekan angka
kelahiran melalui program keluarga berencanan (KB). Semakin rendahnya tingkat
fertilitas berdampak pada penduduk kelompok umur 0-15 terkendali dan tidak terjadi
ledakan kelahiran. Sehingga sudah pasti dapat diprediksikan pada tahun 2020-2030,
struktur penduduk kelompok umur produktif jauh lebih besar dibanding kelompok umur
tidak produktif. Jika dilihat dari karakteristik kependudukan melalui piramida penduduk
maka piramida akan berbentuk gemuk dibagian tengah, dengan dasar piramida lebih
kecil. Bagian tengah piramida yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang
lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi
menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih
banyak dari jumlah sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud demografi ?


2. Apa yang diamksud bonus demografi ?
3. Apa saja ciri-ciri dan syarat bonus demografi ?
4. Bagaimana bonus demografi di Indonesia ?
5. Bagaimana dampak bonus demografi ?
6. Apa saja Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Bonus Demografi ?
7. Bagaimana solusi permasalahan bonus demografi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mataa kuliah dasar
kependudukan dan agar kita dapat mengetahui mengenai bonus demografi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian demografi ?
2. Untuk mengetahui pengertian bonus demografi ?
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan syarat bonus demografi ?
4. Untuk mengetahui bonus demografi di Indonesia ?
5. Untuk mengetahui dampak bonus demografi ?
6. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Bonus Demografi ?
7. Untuk mengetahui solusi permasalahan bonus demografi ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demografi

Demografi merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani yaitu, demos
yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti menggambar atau menulis.
Oleh karena itu, demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang
penduduk. Menuruut United Nation (1958) dan International Union for the Scientific
Study of Population (IUSSP, 1982) mendefinisikan demogarfi sebagai studi ilmiah
masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya.

2.2. Definisi Bonus Demografi

Demographic bonus atau bonus demografi adalah kondisi yang menguntungkan


bila dimanfaatkan untuk mempercepat pembangunan. Bonus demografi ini sesungguhnya
suatu kesempatan yang sangat langka. Hal ini terjadi bila suatu masyarakat atau bangsa
berhasil mengubah struktur umur penduduknya dari berbentuk pyramid menjadi bentuk
kubah dan kemudian berubah lagi menjadi bentuk granat.

Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari
besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang dialaminya. Saat ini Indonesia mengalami bonus demografi ini
dikarenakan proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu
yang dipercepat dengan keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) menurunkan
tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program
pembangunan lainnya. Akan tetapi usia produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan
menjadi beban negara, oleh karena itu mari kita tingkatkan wajib belajar 12 tahun,
lakukan pembinaan pola asuh & tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD,
peningkatan usaha ekonomi keluarga. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun
terus meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang
berjumlah 305,6 juta jiwa, jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang
sebesar 237,6 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia tersebut dibarengi
dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun).
Indonesia ini telah memasuki bonus demografi (rasio ketergantungan terhadap penduduk
tak produktif) sejak tahun 2012, yakni 49,6 persen. Atas dasar itu, penduduk Indonesia
yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah
satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk
produktif yang menanggung penduduk non produktif (usia tua dan anak-anak) akan
sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif. Melimpahnya
jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat
memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah
meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen.
Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031.
Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan menurunnya angka
ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100
orang penduduk usia produktif dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen
pada periode 2028-2031. Tetapi angka ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi
47,3 persen pada tahun 2035. Kontribusi penduduk berusia produktif ini telah terlihat dari
peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang stabil. Fenomena ini terlihat
juga di beberapa negara yang jumlah penduduknya turut meningkat dan kondisi
ekonominya sama seperti Brazil, Rusia dan India. Bahkan di sejumlah negara lain, bonus
demografi telah berkontribusi menumbuhkan ekonomi.

2.3 Ciri-ciri dan Syarat Bonus Demografi


Ciri-ciri dari bonus demogarfi yaitu, lebih banyaknya penduduk usia produktif
(15-64) tahun dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (0-15) tahun dan (64)
tahun keatas.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu Negara apabila ingin memperoleh
manfaat besar dari bonus demografi yaitu :

 Sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif

Pemnfaatan penduduk untuk dijadikan tenaga kerja yang bisa meningkatkan


kesejahteraan sangat erat hubungannya dengan kualitas. Pendidikan menjadi factor
pemicu kualitas sumber daya manusia yang tinggi.

 Terserap kedalam pasar

Menjadi factor penting dalam mengambil manfaat bonus demografi. Dengan banyaknya
dibutuhkan tenaga kerja maka, pengangguran akan berkurang dan kesejahteraan akan
meningkat pesat,

 Meningkatnya perempuan yang masuk kedalam pasar kerja

Dengan masuknya perempuan kedalam pasar kerja maka ratio 50 persennya akan
memenuhi pasar kerja sehingga semua akan lebih banyak lagi penduduk usia produktif
menjadi benar-benar produktif.

2.4 Demografi Di Indonesia

Pada kondisi bonus demografi masyarakat akan memperoleh pendapatan yang


lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak. Pada fase bonus demografi tingkat
ketergantungan (dependency ratio) penduduk tidak produktif kepada penduduk produktif
cenderung rendah (Kurniawan; dalam Detiknews [online], 2014).

Dependency Ratio Indonesia sejak tahun 1930 hingga tahun 2015 menunjukkan
kecenderungan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dependency ratio yang kecil
berarti beban ketergantungan penduduk usia produktif kepada penduduk produktif
semakin rendah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) indonesia tahun 2010 menunjukkan
Dependency ratio Indonesia sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015 dependency ratio
memiliki angka lebih kecil yaitu 48,6. Kecenderungan dependency ratio yang semakin
kecil ini akan berlanjut hingga tahun 2030, dan menciptakan bonus demografi bagi
indonesia. Sementara itu diperkirakan setelah tahun 2030 kecenderungan dependency
ratio akan naik kembali karena jumlah lansia meningkat.

Sementara itu, melimpahnya jumlah penduduk muda di berbagai wilayah provinsi


Indonesia telah mnciptakan bonus demografi. Bonus demografi dibeberapa provinsi di
Indonesia tersebut dapat dilihat dengan parameter Dependency Ratio yang cukup rendah,
yaitu mencapai dibawah 45. Yang berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk usia
produktif (15-64 tahun) hanya menanggung sekitar 45 penduduk tidak produktif (0-14
dan 65 tahun ke atas). Perhatikan data dependency ratio menurut Provinsi di Indonesia
pada tabel 1 berikut.

Bonus Demografi sebenarnya telah dialami oleh beberapa Provinsi di Indonesia


sejak tahun 2010. Beberapa provinsi itu seperti Jakarta, Yogyakarta, Jawatimur dan
Kepulaun Riau. Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa beban ketergantungan di
empat provinsi telah berada pada angka 46 dan 45. Beban ketergantungan yang cukup
rendah ini telah menciptakan jendela peluang untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi
diwilayah yang bersangkutan.

Bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2020 hingga 2030 harus benar-
benar di manfaatkan oleh pemerintah. Kesiapan pemerintah dalam menghadapi bonus
demografi tentu akan mendatangkan keuntungan yang besar. Dengan Bonus demografi
berarti Indonesia akan mendapati kondisi dimana jumlah angkatan kerja yang melimpah-
ruah. Angkatan kerja dengan jumlah yang besar tersebut jika dapat dikelola dengan baik
tentu akan mendorong kemajuan dan pertumbuhan ekonomi negara. Kuncinya terletak
pada peningkatan kualitas angkatan kerja yang berdaya saing pada pasar tenaga kerja
global.

Saat ini Indonesia memiliki 67 juta anak muda berumur 10-24 tahun. Mereka
inilah yang akan menjadi pemimpin dan penggerak pembangunan Indonesia pada fase
bonus Demografi tahun 2020-2030. Jumlah anak muda yang melimpah ini juga menjadi
incaran tenaga produktif negara-negara maju yang kekurangan anak muda. Sehingga bisa
menjadi keuntungan yang besar jika Indonesia mampu merespon permintaan pasar tenaga
kerja global (Kompas 29 November 2014, hlm 13).

Jumlah anak muda yang besar telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu
negara yang akan mendapatkan keuntungan demografi selain India dan Thiongkok.
Jumlah anak muda di dunia diperkirakan mencapai 1,8 miliar. Dan dari angka tersebut
Indonesia menempati posisi ketiga setelah India yang memiliki jumlah anak muda 356
juta, dan Thiongkok yang memiliki jumlah anak muda 269 juta. Jumlah anak muda ini
akan sangat menguntungkan jika strategi pembangunan yang memanfaatkan bonus
demografi bisa dijalankan dengan benar. Dengan investasi yang tepat dari pemerintah,
maka jutaan anak muda akan benar-benar menjadikan berkah demografi. Selain itu
juataan anak muda ini jika mampu dikelola dengan baik tentu akan bisa mengubah masa
depan Indonesia menjadi lebih baik.

Jika diperhatikan lebih seksama, bonus demografi akan menjadi pilar peningkatan
produktifitas suatu Negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui
pemanfaatan SDM yang produktif dalam arti bahwa penduduk usia produktif tersebut
benar-benar mampu menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
mereka dan memiliki tabungan yang dapat dimobilisasi menjadi investasi. Akan tetapi
jika yang terjadi adalah sebaliknya, dimana penduduk usiaproduktif yang jumlah besar
tidak terserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia dalam sebuah perekonomian, maka
akan menjadi beban ekonomi karena penduduk usia produktif yang tidak memiliki
pendapatan akan tetap menjadi beban bagi penduduk yang bekerja dan akan memicu
terjadinya angka pengangguran yang tinggi.

Indonesia dalam tujuh tahun terakhir (2005-2011) memiliki


pertumbuhan ekonomi sekitar 4,5-6,4 persen, diharapkan akan mampu mencapai
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi di era bonus demografi. Hal ini akan mampu
dicapai apabila pemerintah bersama masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan bonus
demografi yang diperkirakan akan dimulai pada tahun 2020. Tentu saja , ada prasyarat
yang harus dipenuhi untuk bisa memanfaatkan bonus demografi tersebut antara lain
kualitas SDM Indonesia harus sudah memadai dan mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional, dan bukan
menjadi pengangguran yang membebani perekonomiannasional.

Jika diperhatikan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di


Indonesia selama periode tahun 2005-2011 tampak bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan mulai tahun 2010 setelah mengalami
penurunan cukup signifikan pada tahun 2009 sebagai akibat dari krisis ekonomi global di
saat itu. Di sisi lain, angka pengangguran dapat ditekan dari waktu ke waktu, namun
masih selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang mampu dicapai oleh
perekonomian nasional. Hal inilah yang perlu diwaspadai untuk masa yang akan dating,
agar Bonus demografi dapat dimanfaatkan menjadi momen bagi kebangkitan ekonomi
nasional dan bukannya menjadi beban perekonomian nasional di masadepan.

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Pengangguran di Indonesia (%)


Sumber: Kompas, 2011 dalam Fikri; 2014

Jika dibandingkan dengan Negara lain di kawasan Asia, maka tingkat


pengangguran di Indonesia termasuk yang tinggi, dengan tingkat rata-rata selama
periode tahun 2008-2012 sebesar 7,2 persen, nilai yang sama juga dimiliki oleh
Negara Filipina, sedangkan Thailand memiliki tingkat pengangguran yang terendah
yakni 0,8 persen. Korea Selatan, dan Malaysia memiliki tingkat pengangguran pada
kisaran 3%, Jepang dan China di kisaran 4 perse. Untuk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dimasa mendatang, salah satu upaya yang harus dilakukan
adalah menekan angka pengangguran di Indonesia, dengan upaya ini maka bonus
demografi menjadi peluang bagi perekonomian nasional untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang lebihbaik.

Dalam hal pengangguran, Indonesia hingga tahun 2013 masih menghadapi


permasalahan serius dalam hal ketenagakerjaan yakni masih besarnya angka
pengangguran terdidik diamana jumlah pengangguran terdidik setiap tahunnya
dikhawatirkan akan terus bertambah karena jumlah lulusan perguruan tinggi juga
terus bertambah, akan tetapi tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat tertampung
di dunia kerja, akibatnya akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah
pengangguran terdidik di Indonesia. Untuk itu, diperlukan suatuupaya agar SDM
yang telah memiliki pendidikan memadai juga memiliki keterampilan dan kehalian
yang dibutuhkan oleh dinamika dunia kerja, sehingga kekhawatiran akan
peningakatan jumlah pengangguran terdidik ini dapat diatasi.

2.5 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Bonus Demografi

Bonus demografi dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi Indonesia.


Dengan persiapan yang baik dan investasi yang tepat, bonus demografi bisa mengubah
masa depan Indonesia menjadi lebih sejahtera dan maju. Namun keberhasilan dalam
memanfaatkan bonus demografi sangat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu
kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, ketersediaan lapangan kerja, dan konsistensi
penurunan angka kelahiran melalui program KB.

Pada fase bonus demografi jumlah anak muda sangat besar sebagai kelompok
produktif yang telah memasuki usia kerja. Sehingga Pengelolaan ketenagakerjaan yang
baik, menjadi pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan
ketenagakerjaan yang baik dengan mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas, akan
menentukan keberhasilan pemanfaatan bonus demografi. Untuk itu dalam
mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas haruslah dilihat dari aspek kualitas
pendidikan, kualitas kesehatan dan kecukupan gizi.

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan


Peningkatan kualitas pendidikan menjadi faktor utama keberhasilan perencanaan
ketenagakerjaan. Perencanaan tenaga kerja akan menjamin kebutuhan tenaga kerja,
terutama tenagakerja terdidik yang diperlukan dalam pembangunan (Sumarsono ,
2003:25). Dalam kerangka bonus demografi perencanaan ketenagakerjaan berhubungan
eret dengan pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Pada fase bonus demografi angka partisipasi sekolah harus ditingkatkan,


khususnya Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok umur 16-18 dan 19-24 tahun.
Langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
untuk menempuh pendidikan. Dengan pendidikan murah dan bantuan biaya pendidikan
bagi golongan miskin dapat memacu naiknya angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi
sekolah yang tinggi pada kelompok umur 19-24 akan menciptakan angkatan kerja yang
berkualitas dan terampil. Jenjang pendidikan yang tinggi sebagai bekal utama
menghadapai persaingan tenaga kerja.

Faktor utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan terletak pada tersedianya


sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap dan memadai. Selain itu dengan jumlah
tenaga pendidik yang memadai dan berkualitas menjadi salah satu aspek penting yang
tidak bisa dilupakan. Pemerintah juga harus memperhatikan pengembangan dibidang
sains dan teknologi penunjang pendidikan. Hanya dengan peningkatan dan perbaikan
diberbagi unsur penting dalam pendidikan, akan menjadi kunci utama peningkatan
kualitas pendidikan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan formal tidaklah menjadi satu-
satunya penentu keberhasilan untuk menciptakan angkatan kerja yang berkulaitas. Oleh
karena itu, pemerintah juga harus mengupayakan dan mengembangkan pendidikan non-
ijazah yang menekankan pada pengembangan ketrampilan. Dengan pengembangan
ketrampilan melalui pendidikan non-formal bisa menjadi salah satu alternatif untuk
menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Pendidikan non-ijazah bisa menjadi solusi
dari keterbatasan pendidikan formal, dan tepat untuk mewadahi anak-anak muda yang
tidak cocok dengan pendidikan formal.

2. Peningkatan Kualitas Kesehatan


Kealitas kesehatan menjadi aspek penting yang perlu ditingkatkan untuk
menyambut bonus demografi. Peningkatan kualitaas kesehatan akan menjadikan
angkatan kerja berkualitas selain berkualitas dalam segi pendidikan. Dengan
menyediakan layanan kesehatan yang baik dan bermutu menjadi kunci utama
peningkatan kualitas kesehatan tersebut.

Penyediaan layanan kesehatan dalam kerangka bonus demografi diprioritaskan


kepada penduduk usia 0-18 tahun. Prioritas ini di pilih karena penduduk usia 0-18 tahun
berada pada usia perkembangan. Dengan peningkatan kesehatan yang diprioritaskan pada
penduduk usia emas tersebut, maka nantinya diharapkan akan menciptakan anak-anak
muda yang berkualitas.

3. Konsistensi dalam Penurunan angka fertilitas

Konsistensi penurunan angka fertilitas yang baik akan membuat investasi


pendidikan dan kesehatan menjadi semakin optimal. Penurunan fertilitas akan
menurunkan proporsi anak-anak, dan akan menjaga populasi anak-anak tetap pada angka
yang kecil. Dengan begitu beban ketergantungan dalam fase demografi akan tetap bisa
ditekan. Konsistensi penurunan fertilitas ini perlu dipertahankan hingga tahun 2030.
Sehingga kesempatan emas pada fase demografi akan benar-benar bisa dimanfaatkan
dengan baik.

Konsistensi penurunan angka fertilitas berarti akan semakin memudahkan


pemerintah untuk fokus dalam program peningkatan kualitas anak muda. Penurunan
angka kelahiran akan mengurangi anggaran untuk kesehatan dan kebutuhan gizi bayi-
bayi yang lahir. Sehingga anggaran yang dimiliki pemerintah sebagian besar bisa
digunakan untuk investasi dalam peningkatan kualitas anak muda.

Penuruanan angka fertilitas dalam kerangka bonus demografi memang tidak bisa
dilepaskan dari keberhasilan program keluarga berencana (KB). Meningkatnya partisipasi
KB telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara signifikan. Data BPS nasional
menunjukan bahwa presentase perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah dan ikut
KB memiliki proporsi yang cukup besar. Data tahun 2000 hingga 2013 memperlihatkan
partisipasi KB menjacapi 50% lebih dimasisng masing tahun. Data tersebut juga
menunjukkan kecenderungan meningkat dari taun ketahun.

Meningkatnya Partisipasi KB hingga mencapai 62,43% pada tahun 2013 secara


langsung berdampak pada menurnnya angka fertilitas. Sejak tahun 1971 hingga 2012
Angka fertilitas total/TFR (Total Fertility Rate) menunjukkan kecenderungan semakin
menurun. Sampai tahun 2012 angka fertilitas total berada pada angka yang cukup kecil,
yaitu 2.60. Bahkan pada tahun 2000 angka fertilitas total berada pada angka terkecil yang
pernah dicapai Indonesia yaitu 2.27.

Keberhasilan program keluarga berencana dalam menekan angka kelahiran perlu


dipertahankan. Dengan konsisitensi menurunkan angka kelahiran melalui program KB,
akan menjadi salah satu faktor penting penentu keberhasilan pemanfaatan bonus
demografi.

4. Ketersediaan Lapangan Kerja

Ketersediaan lapangan kerja yang cukup pada fase bonus demografi menjadi
aspek penting yang tak bisa diabaikan. Jaminan ketersediaan lapangan kerja yang sesuai
dengan keahlian angkatan kerja akan membuat anak-anak muda bisa mengembangkan
potensinya, dan menjadi sumbangangan tanaga yang produktif bagi pengembangan
ekonomi negara. Dengan tersedianya lapangan kerja yang besar akan mampu
menampung jumlah angkatan kerja yang besar, dan tidak akan menjadikan jutaan anak
muda menganggur.

Jumlah angkatan kerja yang terus meningkat membutuhkan peningkatan lapangan


kerja. Peningkatan lapangan kerja akan memperluaas kesempatan kerja dan akan
mengurangi pengangguran. Perluasan kesempatan kerja harus dilihat berdasarkan
keseimbangan distribusi penyerapan kerja antar sektor perekonomian. Sehingga investasi
yang dipilih untuk memperluas kesempatan kerja diprioritaskan pada sektor yang belum
berkembang. Dengan penambahan lapangan kerja pada sektor tersebut akan
meningkatkan produktifitas perekonomian.
Penciptaan kesempatan kerja atau lapangan kerja menjadi aspek penting dalam
perencanaan tanaga kerja. Ketika perencanaan tenaga kerja telah diupayakan dengan baik
melalui peningkatan kualitas angkatan kerja, maka penciptaan kesempatan kerja juga
harus dilakukan untuk mendukungnya. Menurut Suroto (1992) perencanaan penciptaan
kesempatan kerja dan perencanaan persedian tenaga kerja merupakan dua aspek yang
saling berkaitan satu sama lain, dan menjadi satu pasang komponen yang harus cocok
(Suroto, 1992:399). Dalam kerangka bonus demografi, dua aspek perencanaan tenaga
kerja tersebut sangat penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa.

5. Meningkatkan Produksi Pangan

Besarnya jumlah penduduk usia produktif harus diimbangi dengan ketersediaan


bahan pangan yang cukup memadai sebagai sumber energi mereka dalam meningkatkan
produktivitasnya. Selain itu, bahan pangan juga harus ditingkatkan produksinya serta
didistribusikan secara merata ke seluruh daerah.

6. Melaksanakan Program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan nasional

Selain bermanfaat bagi pembangunan, usia produktif juga rawan memicu


pertumbuhan penduduk yang tak terkendali (ledakan penduduk). Sosialisasi tentang
Keluarga Berencana (KB) yang dikelola langsung oleh BKKBN ini harus tetap dilakukan
secara merata di Indonesia agar jumlah anak setiap keluarga dapat semakin dikontrol. Hal
positif yang dapat diambil adalah dengan jumlah anak yang semakin sedikit, maka
produktivitas mereka dapat dipertahankan bahkan meningkat karena tanggung jawab
mereka terhadap anak tidak akan semakin besar.

2.6 Dampak Bonus Demografi

Dampak positif bonus demografi (Bonus Demografi sebagai Jendela Peluang


Pertumbuhan Ekonomi )

Bonus demografi yang akan datang pada tahun 2020 hingga 2030, menjadi jendela
peluang (windows opportunity) untuk pertumbuhan ekonomi. Populasi penduduk produktif
yang besar akan bermanfaat sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan
tersedianya penduduk produktif yang siap kerja dengan jumlah yang besar menjadi modal
awal dalam pembangunan ekonomi. Selanjutnya tinggal bagaimana pemerintah Indonesia
mampu menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas dan lapangan kerja yang cukup untuk
menampung mereka.

Pemerintah perlu mempersiapkan angkatan kerja yang mampu merespon permintanaan


pasar tenaga kerja dalam kerangka bonus demografi. Dengan angkatan kerja yang terdidik
dan terampil maka berapapun jumlah angkatan kerja yang tersedia akan bisa terserap dalam
pasar tenaga kerja. Namun yang tak bisa dilupakan adalah bagaimanan pemerintah
manambah lapangan kerja untuk menampung mereka. Dengan tersedianya lapangan kerja
yang cukup dan sesuai dengan keahlian pencari kerja, maka populasi anak muda yang besar
akan benar-benar produktif dan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi negara.

Jaminan tersedianya lapangan kerja yang sesuai dengan kahlian pencari kerja, akan
memungkinkan anak-anak muda Indonesia mampu mengembangkan segala potensi yang
dimiliki. Dengan memperluas kesempatan kerja, akan memperluas usaha dan produksi yang
dihasilkan. Sehingga hal tersebut dapat mengerakkan ekonomi negara dan meningkatkan
Income.

Pengelolaan angkatan kerja yang tepat tentu juga akan menjawab permasalahan
pengangguran yang selama ini masing memiliki angka yang cukup tinggi. Tingkat
Pengangguran Terbuka di Indonesia bulan Agustus 2014 masih cukup tinggi yaitu 5,94%.
Angka tersebut lebih tinggi dari tingkat pengangguran terbuka bulan Februari 2014 yang
hanya 5,70%. Untuk itu, dalam kerangka bonus demografi sangat diperlukan kesiapan dan
strategi yang tepat, sehingga jumlah anak muda yang melimpah mampu mendorong
peningkatan ekonomi. Dengan terserapnya jutaan anak muda dalam lapangan kerja selain
mengurangi angka penganguran juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

Bonus demografi menjadi kondisi yang sangat baik bagi suatu negara untuk
meningkatkan pendapatan dan standar hidup masyarakatnya pada posisi yang sejahtera.
Selain itu dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan akan bisa mengakhiri
kemiskinan yang selama ini masih menjadi salah satu problem utama.

Dampak negatif Bonus demografi ( Masalah dalam Bonus Demografi )


Masalah yang ada pada bonus demografi adalah apabila pemerintah tidak
memanfaatkan bonus demografi dari awal maka bonus yang menguntungkan itu dapat
terganggu oleh penduduk usia tua, di atas 60-65 tahun. Apabila keadaan ekonomi
penduduk usia tua tersebut rendah, pendapatannya di masa usia kerja rendah, dan tidak
mempunyai tabungan, penduduk tersebut akan menimbulkan beban ketergantungan
secara ekonomi yang berat. Keadaan ini akan mempersempit keuntungan yang bisa
diperoleh dari bonus, atau membengkaknya jumlah penduduk yang makin dewasa pada
usia kerja. Perhitungan jumlah mutlak angka penduduk paling ideal, yaitu penduduk
dengan usia ketergantungan anak-anak dan penduduk dengan usia ketergantungan tua,
menurut Adioetomo, diperkirakan akan terjadi pada tahun 2020-2030. Bonus demografi
yang sesungguhnya mulai nampak pada awal abad ke 21 ini adalah prakteknya belum
memberi makna yang berarti. Bonus demografi (the window of opportunity) hanya akan
bermanfaat kalau mutu penduduk mendapat pemberdayaan yang memadai dan
penyediaan lapangan kerja yang mencukupi. Indonesia diprediksi akan mendapat bonus
demografi di tahun 2020-2030, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar
sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Akan tetapi usia
produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan menjadi beban negara, oleh karena itu
Pemerintah harus meningkatkan wajib belajar 12 tahun, lakukan pembinaan pola asuh &
tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha ekonomi
keluarga dan peningkatan segala bidang agar SDM kita mampu bersaing di dunia
International.

2.7 Solusi Permasalahan Bonus Demografi

Berdasarkan dari paparan data dan analisis yang telah disajikan sebelumnya, maka
dapat disusun beberapa strategi untuk menghadapi bonus demografi tahun 2020-2030.
Rancangan strategi ini berupa suatu intervensi sosial melalui berbegai kebijakan pemerintah.
Intervensi sosial dalam bentuk kebijakan pemerintah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki, baik individu, kelompok maupun negara.
Intervensi yang dapat dilakukan setidaknya meliputi empat aspek penting yaitu disektor
pendidikan, sektor kesehatan, ketenagakerjaan dan program Keluarga Berencana.
Empat aspek penting yang terdiri dari kualitas pendidikan, kualitas kesehatan,
ketenagakerjaan dan program keluarga berencana tersebut menjadi kunci utama keberhasilan
pembangunan pada fase bonus demografi. Untuk itu, berbagai intervensi yang tepat pada
empat sektor ini menjadi prioritas utama dalam menghadapi dan menyambut bonus
demografi tahun 2020 hingga 2030. Berikut ini beberapa strategi dalam bentuk kebijakan
yang bisa dijalankan pemerintah untuk menghadapi bonus demografi:

a. Strategi dibidang Pendidikan:

a) Peningkatan kualitas pendidikan melalui wajib belajar 12 tahun (sampai tingkat


SMA/SMK).

b) Tidak hanya sampai tingkat SMA, dalam jangka panjang bisa ditingakatkan secara
konsisten kesempatan sekolah sampai jenjang perguruan tinggi.

c) Untuk mendukung keberhasilan wajib belajar 12 tahun, dan sampai jenjang perguruan
tinggi, maka diperlukan berbagai program bantuan biaya pendidikan (Beasiswa).
Dengan beasiswa prestasi dan beasiswa keluarga miskin dapat meningkatkan Angka
Partisipasi Sekolah sampai tingkat SMA/SMK, dan juga sampai jenjang perguruan
tinggi.

d) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan seperti fasilitas laboratorium yang


lengkap, fasilitas multimedia, gedung sekolah dan lain sebaginya. Dengan fasilitas
yang lengkap tentu akan mendukung kegiatan belajar siswa dan mamacu peningkatan
prestasi.

e) Meningkatkan kualitas tenaga pengajar/Guru/Dosen.

f) Menambah alokasi dana untuk anggaran pendidikan

b. Strategi dibidang Kesehatan

a) Meningkatkan anggaran untuk Kesehatan

b) Meningkatkan kualitas tenaga medis seperti Dokter, Bidan, Perawat dsb.


c) Meningkatkan saranan dan prasaranan kesehatan seperti: pembangunan fasilitas
kesehatan di daerah yang belum memiliki, manambah kelengkapan fasilitas
kesehatan, fasilitas Rawat inap, penambahan Rumah sakit milik pemerintah
sebagai pemberi layanan kesehatan gratis, dan lain sebaginya.

d) Penyediaan layanan kesehatan dalam kerangka bonus demografi diperioritaskan


kepada penduduk usia 0-18 tahun (usia emas). Program riil bagi penduduk usia
emas ini (usia perkembangan) meliputi penggalakan program “asi eksklusif”,
pemberian makanan bergizi, imunisasi, dan lain sebagainya.

e) Selain ditujukan untuk penduduk usia 0-18, layanan kesehatan juga ditujukan
kepada penduduk usi 19-21 tahun, karena sebagi penduduk yang akan memasuki
dunia kerja. Sehingga kualitas keseatan penduduk usia ini perlu diperhatikan
sebagi syarat kesiapan dalam memasuki dunia kerja.

c. Strategi dibidang Ketenagakerjaan

a) Menekan angka pengangguran dengan memberikan kesempatan kerja yang luas


melaui penyediaan lapangan kerja yang banyak

b) Penyediaan dan penambahan lapangan kerja disesuaikan dengan kemampuan para


pencari kerja.

c) Pengembangan UMKM sebagai sektor informal yang lebih fleksibel dalam


penyerapan lapangan kerja

d) Menciptakan angkatan kerja yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan-


pelatihan, untuk bisa bersaing di dunia internasional.

d. Strategi dibidang Keluarga Berencana untuk menekan angka fertilitas

a) Meningkatkan aseptor KB

b) Mendorong dan meningkatkan Aseptor KB laki-laki.

c) Penyuluhan untuk kesehatan reproduksi dan pernikahan dini


d) Disusun UU mengenai batas usia minimum pernikahan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk
2. Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya
proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan
yang dialaminya.
3. Ciri-ciri dari bonus demogarfi yaitu, lebih banyaknya penduduk usia produktif (15-64)
tahun dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (0-15) tahun dan (64) tahun
keatas
4. Dengan melimpahnya jumlah penduduk muda di berbagai wilayah provinsi Indonesia
telah menciptakan bonus demografi
5. Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi sangat dipengaruhi oleh empat
faktor utama yaitu kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, ketersediaan lapangan kerja,
dan konsistensi penurunan angka kelahiran melalui program KB.
6. Dampak bonus demografi yaitu ada dampak positif bonus demografi (bonus demografi
sebagai jendela peluang pertumbuhan ekonomi ) dan dampak negatif bonus demografi (
masalah dalam bonus demografi )

7. Ada Empat aspek penting dalam solusi permasalahan bonus demografi yang terdiri dari
kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, ketenagakerjaan dan program keluarga berencana
tersebut menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan pada fase bonus demografi.
DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik (2011) booklet agustus 2011

Badan pusat statistik (2012) booklet agustus 2012

Irianto, Yusuf. 2001. Isu-isu Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jawatimur: Insan
Cendikia

Kurniawan, Bagus. 2014, ‘2020 Indonesia Alami Bonus Demografi’, Detiknews, [Online],
diakses 01 Desember 2014, yang ada di :
http://news.detik.com/read/2014/06/12/225936/2606875/10/2020-indonesia-alami-bonus-
demografi

Lembaga demogafi UI (2010) dasar-dasar demografi (2 ed) (S. Moertiningsih, penyunt) Jakarta,
DKI Jakarta, Indonesia: Salemba Empat

Lembaga demografi UI (1980) buku pegangan bidang kependudukan. jakarta, Indonesia :


Salemba Empat

Moh.Yasin, dkk. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia

Republika, 2014, ‘BKKBN: Masalah Bonus Demografi Sangat Serius’, Surat Kabar Republika,
[Online], diakses 01 Desember 2014, yang ada di :
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/11/27/nfp38b-bkkbn-masalah-bonus-
demografi-sangat-seriu

Sumarsono, Sony. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjan.


Yogyakarta: Graha Ilmu
Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai