Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANEKA MODEL INTERAKSI KELAS RANGKAP DALAM PKR


Disusun Guna Memenuhi Tugas Pembelajaran Kelas Rangkap

Dosen Pengampu : Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Dyananda Erlian M. (1401416251)


2. Wahyu Agustina Soliha (1401416260)
3. Wiwit Anggita Sari (1401416281)
4. Yunia Permatasari (1401416283)

Rombel 13

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Di indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri ribuan


pulau, tak dapat di hindari permaslahan penyebaran dan permasalahan
perbadaan. Begitu juga sistem pendidikan kita.Misalnya dalam
penyebaran guru SD, Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan
SD secara merata ke segalah penjuru wilaya tanah air. Akibatnya masih
terjadi kekurangan Guru SD secara lokal di mana-mana, termasuk
dipapua masi mengalami kekurangan Guru Sdsekitar 4000 0rang.

Dalam masalah perbedaan dalam kualitas hasil belajar pada


umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingan
dengan meraka yang berada di daerah, terutamah daerah terpencil. Akibat
kekurangan Guru mungkin saja akan menambakan adanya perbedaan ini.

Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti


penyebab terjadinya kurang baik kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini di
karenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan
pembelajaran kelas rangkap (pkr). Dalam unit II, sub unit III ini, anda
akan kami ajak untuk memahami aneka model interaksi kelas dala pkr,
oleh karena itu anda tidak punya lagi angapan bawah pkr merupakan
suatu masalah yang sulid untuk di atasi. Namun, justru sebaliknya pada
diri anda akan mendapat pemahaman terhadap pkr adalah suatu tantangan
dan kenyatan tersebut harus anda hadapi sebagai tugas Guru SD.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aneka Model Interaksi Kelas Dalam PKR


Sesuai dengan prinsip khusus PKR, pelaksanaan PKR
memerlukan penerapan berbagai model pembelajaran yang berpotensi
mengaktifkan siswa. Mengenai model tersebut, Winataputra (1997)
mengadaptasi beberapa model yang tercakup dalam dua kelompok
yakni:
1. Model Proses Belajar Arahan Sendiri (MPBAS)
2. Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS) yang
meliputi:
a. Model Olah Pikir Sejoli (MOPS)
b. Model Olah Pikir Berebut (MOPB)
c. Model Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
d. Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS)
e. Model Tutorial Lintas Kelas (MTLK)
f. Model Diskusi Meja Bundar (MDMB)
g. Model Tugas, Diskusi dan Resitasi (MTDR)
h. Model Aktivitas Tugas Terbuka (MATTa) dan tertutup
(MATTu).
Untuk masing-masing model akan disajikan urutan dan saran
penggunaanya dalam rangka PKR.
1. Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
Model PBAS merupakan suatu kerangka kegiatan belajar atas
prakarsa siswa atau secara mandiri dengan mendapat bimbingan
seperlunya dari guru. Dalam model ini guru berperan sebagai pemberi
kemudahan belajar atau “facilitator of learning”, misalnya menyediakan
sumber belajar, memberi petunjuk, memberi dorongan, mengecek
kemajuan belajar, memberi balikan dan mengecek hasil belajar siswa.
Model PBAS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
 Kegiatan Guru
1. Menyediakan sumber belajar
2. Memberikan penugasan belajar
3. Mengecek kemajuan belajar
4. Memberikan penugasan belajar lanjut
5. Mengecek kemajuan belajar
6. Mengevaluasi hasil belajar siswa
 Kegiatan Siswa
1. Penyeleksian
- Menemukan informasi esensial/inti
- Membuat catatan tentang butir-butir yang penting
- Mengeksplorasi ide pokok
2. Pemahaman
- Melihat bahan lebih awal
- Menggunakan isarat kontekstual
- Mencari sumber bahan
3. Penguatan Ingatan
- Mengkaji ulang bahan
- Mengingat butir penting
- Mengetes sendiri
- Merancang cara belajar sendiri
4. Penjabaran lanjutan
- Bertanya pada diri sendiri
- Membentuk citra sendiri
- Menarik analogi dan metapora
5. Pengintegrasian
- Mengungkapkan sendiri
- Membuat ilustrasi atau diagram
- Menggunakan banyak sumber
- Mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
- Menjawab permasalahan sendiri
6. Pengecekan
- Mengecek apa yang telah dikuasai
- Menyadari kekuatan dan kelemahan
 Saran Penggunaan
Model PBAS ini diadaptasi dari model Thomas, Strage dan
Curley tahun 1988 dalam Miller tahun 1989. Model ini digunakan
sebagai model belajar mandiri. Belajar mandiri bisa dilakukan
secara perseorangan maupun kelompok. Inti dari belajar mandiri
adalah mencari dan mengolah informasi atas dasar dorongan
belajar dari dalam diri. Artinya tanpa menunggu datangnya tugas
atau perintah dari orang lain. Walaupun demikian karena model ini
akan diterapkan di SD, arahan dari guru masih tetap diperlukan
dalam kadar yang tidak terlalu besar. Berikanlah petunjuk yang
sesingkat, sejelas, setegas mungkin. Model ini harus menjadi
intinya PKR. Dalam hubungan ini guru PKR bertugas untuk
memelihara kelangsungan kegiatan tersebut. Keberhasilan PKR
sebagian terbesar terletak pada berhasiltindaknya PBAS
dibudayakan di lingkungan sekolah.

2. Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS)


Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) terdiri atas
model-model sebagai berikut:
a Model Olah Pikir Sejoli (MOPS)
Model olah pikir sejoli atau MOPS merupakan kerangka
kegiatan belajar secara berpasangan. Setiap pasang siswa ditugasi
untuk melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama di bawah
kontrol guru. Model OPS memiliki langkah-langkah sebagai
berikut:
 Langkah – langkah
Tahap 1 Siswa menyimak pertanyaan atau tugas yang diajukan
guru.
Tahap 2 Semua murid diberi kesempatan untuk memikirkan
jawaban atas pertanyaan atau tugas tersebut.
Tahap 3 Guru memberi isyarat agar siswa secara berpasangan
dengan siswa lain yang duduk di sampingnya untuk
mendiskusikan jawaban atau mengerjakan tugas yang
telah dipikirkan sendiri. Setiap pasangan diminta untuk
merumuskan jawaban yang di sepakati berdua.
Tahap 4 Masing-masing pasangan diminta untuk menyampaikan
pendapatnya dalam diskusi kelas yang dibimbing guru.
o Catatan: Waktu untuk mengerjakan setiap tahap diatur oleh
guru sesuai dengan keadaan.
 Saran Penggunaan
Model OPS diadaptasi dari Model “Think Pair Share”
Kagan tahun 1989 dalam Miller (1989).
Model ini menitikberatkan pada komunikasi banyak arah
secara bertahap. Tahap pertama dan kedua meawadahi
komunikasi satu arah (guru-murid) dengan respon dalam bentuk
komunikasi dalam diri atau intrapersonal. Tahap ketiga
mewadahi komunikasi timbal balik dalam kelompok kecil dua
orang sebagai persiapan komunikasi banyak arah dalam diskusi
kelas pada tahap keempat. Pada dasarnya model ini memiliki
tujuan Pembina kerjasama dan komunikasi social. Model ini
dapat digunakan dalam kelas PKR khususnya dalam satu atau
lebih dari satu mata pelajaran yang menampilkan satu topik
yang ditata menurut arasnya. Dalam suasana PKR dengan satu
ruangan (PKR211) pasangan diskusi dapat terdiri dari dua murid
berbeda kelas. Dalam penggunaan model ini guru berperan
sebagai penanya,moderator atau pengatur dan manager atau
pengelola kelas.

b Model Olah Pikir Berebut (MOPB)


Model Olah Pikir Berebut atau MOPB merupakan kerangka
kegiatan belajar yang menekankan pada proses berfikir menyebar
atau “divergent thinking” secara dialogis. Model OPB memiliki
langkah-langkah sebagai berikut :
 Langkah-langkah
Tahap 1 Guru mengajukan pertanyaan yang meminta banyak
jawaban.
Tahap 2 Siswa secara perorangan berpikir dan selanjutnya
memberi jawaban secara lisan.
o Saran Penggunaan
Model OPB ini diadaptasi dari model “Roundrobin” dari
Kagan tahun 1989 dalam Miller 1989. Model ini termasuk
kedalam proses curah pendapat atau yang dirangsang dengan
pertanyaan menyebar yakni pertanyaan yang menuntut banyak
jawaban yang bervariasi. Pola PKR yang cocok sebagai arena
penerapan ni adalah pola satu atau lebih dari satu kelas dalam
satu ruangan untuk membahas atau lebih dari satu mata
pelajaran yang mempunyai topk an subtopic. Tujuan model ini
bukanlah untuk mendapatkan suatu kesimpulan tetapi untuk
melibatkan sebanyak-banyaknya murid dalam menggali
sebanyak-banyaknya pendapat. Peran guru yang utama adalah
sebagai penanya sesuai tujuan pembelajaran, moderator dan
manager kelas.
c Model Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
Model Konsultasi Intra Kelompok atau MKIK merupakan
kerangka kegiatan belajar kelompok dalam mememcahkan masalah
dengan menggunakan sumber belajar yang tersedia. Model KIK
memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
 Langkah-langkah
Tahap 1 Siswa diminta menyiapkan alat tulis. Semua pena
disimpan di tengah meja setiap kelompok.
Tahap 2Seorang siswa pada setiap kelompok diminta
membacakan pertanyaan dari beberapa pertanyaan
yang telah disiapkan guru.
Tahap 3 Semua siswa mencari jawaban dari buku yang tersedia
atau dari hasil diskusi kelompok.
Tahap 4 Siswa yang duduk sebelah kiri pembaca pertanyaan
pada setiap kelompok, ditugaskanuntuk mengecek
apakah setiap murid dalam kelompok mengerti
maksud pertanyaan dan menyepakati jawabannya.
Tahap 5 Bila telah dicapai kesepakatan mengenai jawaban atas
pertanyaan itu, semua murid mengambil pena masing-
masng dan menuliskan jawaban dengan kata-kata
sendiri pada buku catatan masing-masing.
Tahap 6 Selanjutnya dengan mengikuti urutan langkah 1
sampai 5 meneruskan kegiatan untuk pertanyaan ke 2
dan seterusnya sampai setiap murid dalam kelompok
mendapat giliran membacakan pertanyaan dan
mengecek jawaban kelompok.
o Catatan: Selama proses berlangsung guru memantau, memberi
petunjuk yang diperlukan dan memelihara disiplin kelas.
 Saran Penggunaan
Model KIK ini diadaptasi dari model “Team mate
Consult”dari Kagan tahun 1989 dalam Miller (1989). Tujuan
model ini adalah untuk mengembangkan kemampuandan
kebiasaan saling berbagai ide dan memebuat kesepakatan
bersama mengenai sesuatu hal serta menuangkan hasil
kesepakatan itu dengan bahasa sendiri. Model ini dapat
diterapkan dalam kelas PKR baik yang dilakukan dalam satu
atau lebih dari satu mata pelajaran. Yang perlu dicatat ialan
pengelompokan murid sebaiknya menurut kelas. Mungkin akan
lebih cocok digunakan di kelas IV ke atas mana murid sudah
bisa menuliskan buah pikirannya.
d Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS
Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS) merupakan kerangka
kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelasnya
yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam
melakukan sesuat kegiatan atau memahami suatu konsep. Model
TTS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Pilihlah siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
Tahap 2 Berikan tugas khusus untuk membantu temannya
dalam bidang tertentu.
Tahap 3 Guru selalu memantau proses saling membantu
tersebut.
Tahap 4 Beriakan penguatan kepada kedua belah pihak agar
baik anak yang membantu maupun yang dibantu
merasa senang.
 Saran Penggunaan
Model TTS ini dirancang untuk mengembangkan sikap
dan kebiasaan saling membantu antar teman sebaya. Miller
(1989) memberikan beberapa saran untuk dapat berhasilnya
program tutorial sebagai berikut:
1) Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai,
2) Jelaskan tujuan itu kepada seluruh kelas,
3) Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai,
4) Gunakanlah cara yang praktis,
5) Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru,
6) Pusatkan kegiatan toturial pada keterampilan pikiran yang
diminta di kelas,
7) Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan
tutor,
8) Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi
melalui tutorial. Dalam memanfaatkan totur sebaya guru
berperan sebagai manusia yang akan dimintakan
keterangan,petunjuk, dan sarannya oleh:murid yang ditugasi
sebagai totur sebaya. Jagalah agar murid yang menjadi totur
tidak bersikap sombong.
e Model Toturial Lintas Kelas (MTLK)
Model Toturial Lintas Kelas (MTLK) merupakan kerangka
kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan siswa lain kelas yang
lebih tinggi untuk membantu siswa kelasnya dalam memahami
ataumengerjakan sesuatu. Model MTLK memilki langkah-langkah
sebagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Pilih siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata
dikelas di atasnya.
Tahap 2 Berikan tugas khusus untuk membantu siswa adik
kelasnya
Tahap 3 Guru selalu memantau proses saling membantu proses
saling membantu tersebut.
Tahap 4 Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik
siswa yang membantu maupun yang dibantu agar
mereka merasa senang.
 Saran penggunaan
Model TLK digunakan secara lintas kelas yang lebih
tinggi, misalnya murid kelas VI yang pandai ditugas untuk
membantu kelompok kelas dibawahnya. Semua saran Militer
(1989) uuuntuk model TTS berlaku untuk model ini.

f. Model Diskusi Meja Bundar (MDMB)


Model Diskusi Meja Bundar atau MDMB merupakan
kerangka kegiatan belajar siswa yang bersifat mengundang
pendapat siswa secara tertulis dalam suasana terstruktur. Model
DMB memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Siswa dibagi dalam kelompok kecil berjumlah 3-4
orang.
Tahap 2 Guru mengajukan pertanyaan secara tertulis atau
lisan menuntut banyak jawaban.
Tahap 3 Selembar kertas diedarkan dalam setiap kelompok.
Setiap bergilir setiap murid dalam kelompok itu, menuliskan
jawaban terhadap pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
 Saran penggunaan
Model DMB ini diadaptasi dari model “Roundtable” dari
kagan tahun 1989 dalam Militer (1989). Tujuan model ini ialah
mengembangkan keterampilan mengemukakan ide secara
tertulis melalui situasi kerja kelompok. Model ini mirip dengan
model OPB, hanya dengan ,odel OPB jawaban murid
disampaikan secara lisan. Pengguanaan model ini akan lebih
tepat dikelas IV ke atas.
g. Model Tugas Diskusi-Resitasi (MTDR)
Model Tugas dan Resitasi atau MTDR merupakan kerangka
kegiatan belajar siswa dalam rangkaian kegiatan melaksanakan
tugas, mendiskusikan tugas, dan melaporkan hasil pengerjaan tugas
tersebut. Model TDR mmiliki langkah-langkah sevagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Pemberian tugas dari guru.
Tahap 2 Pelaksanaan diskusi kelompok siswa.
Tahap 3 Pelaporan hasil diskusi siswa.
o Catatan: Selama proses berlangsung guru memantau,
memberi balikan, dan memilihara disiplin kelas.
 Saran penggunaan
Model TDR merupakan kombinasi dari metode
pemberian tugas dan diskusi. Model ini cocok digunakan
dikelas VI ke atas. Tujuan model ini tertuju pada
pengembangan keterampilan akademik yang tercapai melalui
situasi kerja sama. Dalam model ini guru berperan sebagai
manager kelas, nara sumber, dan penilai/pemonitor.
h. Model Aktivitas Tugas Tertutup (MATTu), dan Aktivitas
Tugas Terbuka (MATTa)
Kedua model tersebut (MATTU dan MATTA) merupakan
kerangka kegiatan belajar melalui pemberian tugaas kepada siswa
secara terarah pada satu jawaban atau banyak jawaban.
 Langkah-langkah:
Model ATTU dan Model ATTA merupakan model
pemberian tugas. Tidak memiliki langkah khusus, karena itu
berlaku prosedur pemberian tugas biasa. Yang khas dalam kedua
model ini ialah dalam sifat isi tugasnya. Tugas tertutup
berbentuk tugas yang hanya memerlukan satu jawaban yang
benar. Sedangkan tugas terbuka berbentuk tugas yang
memnuntut hasil yang beraneka ragam misalnya tugas membuat
karangan.
 Saran penggunaan
Model ini dapat digunakan unuk berbagai bidang studi.
Dalam kelas PKR model ini lebih tepat digunakan di kelas IV ke
atas. Peran guru dalam model ini adalah sebagai nara sumber
dan manager kelas. Misi utama model ini adalah melatih
keterampilan berpikir kognitif dan komuniasi secara tertulis.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Penyusunan jadwal harian pada kelas PKR harus mempertimbangkan
beberapa kelas yang dirangkap, berupa mata pelajaran yang akan
diajarkan, topik-topik apa saja yang akan dibahas, dan format
pembelajaran yang mana yang akan digunakan.
2. Pada dasarnya ada dua format atau bentuk atau model metode
pembelajaran dalam PKR yaitu: Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
dan Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS). Model pertama
menitikberatkan pada inisiatif/berbuat atas dorongan sendiri dan
merupakan belajar perorangan, sedang yang kedua menekankan pada
cara belajar bersama (cooperative learning).
3. Model PBMKS mencakup model atau bentuk belajar sebagai berikut:
Olah pikir Sejoli (OPS), Olah Pikir Berebut (OPB), Konsultasi Intra
Kelompok (KIK), Tutorial Teman Sebaya (TTS), Tutorial Lintas Kelas
(TLK), Diskusi Meja Bundar (DMB), Tugas Diskusi Resitasi (TDR),
Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu), Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa). Di
luar semua itu masih dapat dikembangkan lagi.
4. Setiap model atau bentuk proses belajar-mengajar memiliki
langkahlangkah pembelajaran yang khas. Langkah-langkah ini
menggambarkan urutan kegiatan guru dan murid dalam keseluruhan
proses pembelajaran merangkap kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Depdikbud.


Winartaputra, Udin S. 1999. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai