Mentari Rahayu
Mentari Rahayu
”Tidak ada setiap orang pun boleh dihilangkan secara paksa. Tidak ada pengecualian
apapun, apakah dalam keadaan perang atau ancaman perang,situasi politik dalam
negeri yang tidak stabil atau situasi darurat lain, yang dapat diterima sebagai alasan
pembenar terhadap tindakan penghilangan secara paksa.” (Pasal 1 Konvensi
Internasional tentang Perlindungan Terhadap Semua Orang Dari Tindakan
Penghilangan Secara Paksa)
Dan Ke-13 aktivis yang masih hilang dan belum kembali berasal dari berbagai
organisasi, seperti Partai Rakyat Demokratik, PDI Pro Mega, Mega Bintang, dan
mahasiswa yaitu, sebagai berikut:
1. Petrus Bima Anugrah (mahasiswa Unair dan STF Driyakara, aktivis SMID.
Hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998).
2. Herman Hendrawan (mahasiswa Unair, hilang setelah konferensi pers KNPD di
YLBHI, Jakarta, 12 Maret 1998).
3. Suyat (aktivis SMID. Dia hilang di Solo pada 12 Februari 1998).
4. Wiji Thukul (penyair, aktivis JAKER. Dia hilang diJakarta pada 10 Januari
1998).
5. Yani Afri (sopir, pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam
Pemilu 1997, sempat ditahan di Makodim Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta
pada 26 april 1997)
6. Sonny (sopir, teman Yani Afri, pendukung PDI Megawati. Hilang diJakarta
pada 26 April 1997)
7. Sonny (sopir, teman Yani Afri, pendukung PDI Megawati. Hilang diJakarta
pada 26 April 1997)
8. Noval Al Katiri (pengusaha, teman Deddy Hamdun, aktivis PPP. Dia hilang di
Jakarta pada 29 Mei 1997)
9. Ismail (sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)
10. Ucok Mundandar Siahaan (mahasiswa Perbanas, diculik saat kerusuhan 14
Mei 1998 di Jakarta)
11. Hendra Hambali (siswa SMU, raib saat kerusuhan di Glodok, Jakarta, 15
Mei 1998)
12. Yadin Muhidin (alumnus Sekolah Pelayaran, sempat ditahan Polres Jakarta
Utara. Dia hilang di Jakarta pada 14 Mei 1998)
13. Abdun Nasser (kontraktor, hilang saat kerusuhan 14 Mei 1998, Jakarta)
Mugiyanto, Nezar Patria, Aan Rusdianto (korban yang dilepaskan) tinggal satu
rumah di rusun Klender bersama Bimo Petrus (korban yang masih hilang). Faisol
Reza, Rahardjo Walujo Djati (korban yang dilepaskan), dan Herman Hendrawan
(korban yang masih hilang) diculik setelah ketiganya menghadiri konferensi pers
KNPD di YLBHI pada 12 Maret 1998.
Proses penculikan
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap:
1. Menjelang pemilu Mei 1997
2. Dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret
3. Sembilan di antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari
kurungan dan muncul kembali.
Kasus ini di selidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasar UU No
26/2000 tentang pengadilan HAM dan hasilnya telah diserahkan ke jaksa agung
pada 2006. Tim penyelidik Komnas HAM untuk kasus penghilangan orang secara
paksa ini bekerja sejak 1 Oktober 2005 hingga 30 Oktober 2006.
Adapun jumlah korban atas penghilangan orang tersebut adalah 1 orang
terbunuh, 11 orang di siksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara
paksa, dan 19 orang dirampas kemerdekaan fisiknya secara sewenang – wenang.
Abdul Hakim Garuda Nusantara ( Ketua Komnas HAM pada 2006 ) meminta
agar hasil penyelidikan yang didapat dapat dilanjut oleh kejaksaan agung untuk
membentuk tim penyidik, karena telah didapat bukti permulaan yang cukup untuk
menyimpulkan terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan. Sementara itu,
asisten tim ad hoc penyidik peristiwa penghilangan orang secara paksa pada
1997-1998, Lamria, menyatakan ada beberapa orang dari 13 aktivis yang masih
dinyatakan hilang tersebut diketahui pernah berada di Pos Komando Taktis
(poskotis) Kopassus yang terletak di cijantung, jakarta.
Komnas HAM menyimpulkan ada bukti permulaan pelanggaran HAM berat
dalam kasus penghilangan orang secara paksa selama 1997-1998. Kesimpulan ini
di dasarkan penyelidikan dan kesaksian 58 korban dan warga masyarakat, 18
anggota dan purnawirawan polri, serta seorang purnawirawan TNI.
Pada 22 desember 2006 Komnas HAM meminta DPR agar mendesak presiden
mengerahkan dan memobilisasi semua aparat penegak hukum untuk
menuntaskan persoalan. Ketua DPR Agung Laksono pada 7 Februari 2007 juga
meminta presiden Yudhoyono memerintahkan jaksa Agung Abdul Rahman Saleh
melakukan penyelidikan berdasarkan temuan Komnas HAM untuk menuntaskan
kasus penculikan 13 aktivis.