Anda di halaman 1dari 10

AGING PROSESS (PROSES PENUAAN)

A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu
kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya
tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit
demi sedikit.

B. Batasan Usia Lansia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

C. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan dan stress

D. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,
4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap
kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga
kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk
melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
fisiknya.
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas,
hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang
menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup
yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi
lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan.
Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab
proses penuaan.
Stres juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi.
Stres dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani.
Apabila tubuh kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk
memulihkan diri sendiri. Pada batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus
persen dan tentu tidak pada semua kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami
stres maka makin kecil kemungkinan tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin
menua dan menjadi rentan terhadap penyakit. Apa yang menyebabkan tubuh kita
tidak bisa sepenuhnya memulihkan kerusakan tadi, sebagian besar belum
diketahui.

E. Teori Proses Menua


1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –
sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
3) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (disengagement theory)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi
kehilangan ganda (triple loss), yakni:
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak sosial
3. Berkurangnya kontak komitmen

F. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya
progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia >
65 tahun. Di Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan
gejala yang normal pada setiap orang tua. Namun kenyataan bahwa suatu
anggapan atau persepsi yang salah bahwa setiap orang tua mengalami
gangguan atau penurunan daya ingat adalah suatu proses yang normal saja.
Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan masyarakat kita yang salah.
Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia
adalah: usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan
suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler.
Gejala utama:
1) Afek depresi
2) Kehilangan minat
3) Berkurangnya energi (mudah lelah)

2. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.
Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan
penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang
membuat mereka depresi. Gejala depresi pada lansia dengan orang dewasa
muda berbeda dimana pada lansia terdapat keluhan somatik.

3. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir/dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.

4. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi dapat
terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang tersering yaitu:
waham kejar dan waham somatik.
a. Pencetus terjadinya gangguan delusi adalah:
1) Kematian pasangan
2) Isolasi social
3) Finansial yang tidak baik
4) Penyakit medis
5) Kecacatan
6) Gangguan pengelihatan/pendengaran

5. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan
stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang,
tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada
dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi
pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak
terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang
cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya.
Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan
kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).
Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan
kecemasan setelah suatu stressor yang berat. Gangguan stres lebih sering
pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada lansia akan
mudah terbentuk suatu cacat fisik.

6. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan apada
pasien > 60 tahun. Gangguan biasanya kronis dan prognosis adalah berhati-
hati. Untuk mententramkan pasien perlu dilakukan pemeriksaan fisik ulang
sehingga ia yakin bahwa mereka tidak memliki penyakit yang mematikan.Terapi
pada gangguan ini adalah dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.

7. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain


Riwayat minum/ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat
minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja/dewasa. Mereka biasanya
memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat penggunaan
alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis seperti ensefalopati wernicke
dan sindroma korsakoff.

8. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan
dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering
dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah:
a. Gangguan tidur.
b. Ngantuk siang hari.
c. Tidur sejenak di siang hari.

9. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


a. Perubahan-perubahan Fisik
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya.
b) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
c) Jumlah sel otak menurun.
d) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem Persarafan.
a) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stres.
d) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran.
a) Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya
kemampuan pendengaran
b) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
c) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.
4) Sistem Penglihatan.
a) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d) lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
5) Sistem Kardiovaskuler.
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabkan
d) menurunnya kontraksi dan volumenya.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7) Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
c) Kemampuan untuk batuk berkurang.
d) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal.
a) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk
b) Indera pengecap menurun
c) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
d) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
e) Daya absorbsi melemah.
9) Sistem Reproduksi.
a) Menciutnya ovari dan uterus.
b) Atrofi payudara.
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
d) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisi kesehatan baik.
e) Selaput lendir vagina menurun.
10) Sistem Perkemihan.
a) Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%.
b) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11) Sistem Endokrin.
a) Produksi semua hormon menurun.
b) Menurunnya produksi aldosteron.
c) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron,
estrogen, dan testosteron.
12) Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta
c) perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
d) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
13) Sistem Muskuloskletal
a) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b) Kifosis Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
c) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
d) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
e) Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ), menyebabkan
seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
f) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
b. Perubahan-perubahan Mental
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (Hereditas)
e) Lingkungan
2) Kenangan (Memory)
a) Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan.
b) Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan
buruk.
3) IQ (Inteligentia Quantion)
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai