Anda di halaman 1dari 4

Sejarah sidik jari

JULI 1892, Inspektur Alvarez dari Kepolisian di La Plata, Argentina


kesulitan menbongkar misteri kematian dua kanak-kanak di rumah gubuk
mereka, Francisca Rojas (26) sang ibu pun menjadi tertuduh, tetapi ia tak juga
mengaku. Berkat ketelitiannya, Alvarez menemukan sidik jempol berdarah di
pintu. Ketika dicocokkan, sidik itu pas dengan cap jempol kanan Francisca.
Kontan si ibu sadis ambruk pertahanannya dan mengaku. Kasus Rojas adalah
kasus kriminal pertama yang dipecahkan dengan temuan sidik jari di tempat
kejadian. Tak heran bila Argentina menjadi negara pertama di dunia yang
menggunakan sidik jari sebagai metode tunggal mengidentifikasi pelaku
kejahatan.

Lebih dari 30 tahun sebelumnya William Herschel, pegawai pemerintah


Inggris di India, sekitar tahun 1858 melihat bahwa permukaan tangan itu
bergaris-garis, dan bahwa sidik jari tiap orang itu khas, serta tak berubah.

Ketika kembali ke London tahun 1880, Herschel membaca tulisan Dr.


Henry Faulds dalam jurnal Nature tentang sidik jari. Menurut Faulds yang lama
bekerja di Jepang, sudah berabad-abad masyarakat lokal menggunakan sidik
jari. Bahkan, keringat dari pori-pori di ujung jari meninggalkan cetakan sejelas
bercak darah atau tinta. Faulds pun menganjurkan polisi untuk mencari sidik jari
pada setiap lokasi terjadinya kejahatan. Sayangnya, sama seperti Faulds, tulisan
Herschel pada Nature pun tidak diperhatikan orang. Sampai pada 1888, saat
ilmuwan masyhur Inggris, Sir Francis Galton - yang sedang mencari-cari metode
mengidentifikasi pelaku kejahatan - ingat karya Faulds dan Herschel. Galton
yang kemudian menjadi pendukung fanatik sidik jari berpendapat, perlu sistem
klasifikasi sederhana bila cetakan sidik jari akan digunakan dalam praktik sehari-
hari dinas kepolisian.

Baru 1869 Edward Henry, ketika inspektur jenderal di Bengali, India,


berhasil menemukan sistem yang disebut sistem klasifikasi Galton-Henry. Lima
tahun kemudian metode klasifikasi itu digunakan oleh Scotland Yard.

Selanjutnya dikenallah dactyloscopy, yaitu ilmu penggunaan sidik jari


sebagai alat identifikasi yang sangat diperlukan pelaksana hukum modern.
Termasuk didalamnya adalah membersihkan jari dengan bensin,
mengeringkannya, kemudian menggulingkannya ke permukaan gelas yang telah
dilapisi tinta cetak. Selanjutnya jari-jari itu dengan hati-hati di tempelkan ke kartu
hingga menghasilkan cetakan abu-abu terang dengan jarak antara guratan
terbaca jelas sehingga bisa dihitung dan dilacak.

Untuk mencari sidik jari tersembunyi yang ditinggalkan oleh penjahat,


dikenal sebagai sidik jari laten, ahli sidik harus menemukan lokasi sidik,
mengawetkan, dan mengidentifikasi cetakan sidik jari tersebut. Dalam sidik jari
laten, guratan-guratan itu tidak direproduksi dengan tinta, tetapi zat lain seperti
keringat, lemak kotoran, atau bahan-bahan alami lain yang ada pada jari si
penjahat. Kebanyakan sidik jari laten tidak berwarna karenanya perlu dibuat
"kasat mata" dengan mengoleskan bubuk abu-abu atau hitam yang berisi
kandungan kapur atau jelaga di campur dengan zat lain. Selanjutnya sidik jari
laten itu difoto atau diangkat dengan selotip untuk disimpan sebagai bukti.

Bila Galton-Henry membagi pola sidik jari menjadi 5 tipe dasar, maka FBI
AS, mengelompokkan menjadi 8 pola: radial loop (melengkung ke jempol), ulnar
loop (melengkung kelingking), double loop (dua lengkungan), central pocket loop,
plain arch, tented arch (menjulang runcing seperti menara atau gunung), plain
whorl (garis melingkar atau spiral), dan accendental. Sidik jari kelompok loop
mendominasi kurang lebih 65% dari seluruh pola sidik jari, di susul whorl kurang
lebih 35%, selanjutnya gabungan kelompok arch dan tented yang cuma 5%.

Sejak 1920-an FBI resmi menggunakan sistem itu. Hasilnya hingga saat
ini FBI menyimpan rapi lebih dari 140 juta set sidik jari dalam komputer, sehingga
tugas pembandingan dan pengidentifikasiannya bisa dilakukan dengan cepat.

Meski sistem klasifikasi Galton-Henry paling banyak digunakan dinas


kepolisian diseluruh dunia, dikembangkan pula teknik lain, misalnya dengan
spektograf suara yang dapat memberi cetakan grafik berbagai variabel suara
seperti frekuensi, intensitas, dan panjang suara. Sedangkan tes DNA bisa
mengidentifikasi seseorang melalui berbagai jenis unsur fisik ditemukan,
misalnya percikan darah, cairan air mani, atau sehelai rambut. Tes DNA itu
banyak digunakan dalam pembuktian hubungan kekerabatan seseorang,
sebagaimana dalam forensik.
Pasal dalam KUHP tentang Abortus
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
(2) Jika perbuatan (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 299
(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian,
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan
rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348, dapat
dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 5.

Pasal 35
(1) Hak-hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut dalam hal-hal yang
ditentukan dalam kitab undang-undang ini atau dalam aturan umum lainnya ialah :
1. hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu ;
2. hak memasuki Angkatan Bersenjata ;
3. hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-
aturan umum ;
4. hak menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan Pengadilan, hak
menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang
yang bukan anak sendiri ;
5. hak menjalankan mata pencarian tertentu.
(2) Hakim tidak berwenang memecat seorang pejabat dari jabatannya, jika dalam
aturan-aturan khusus ditentukan penguasa lain untuk pemecatan itu.

Anda mungkin juga menyukai