Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK PEMICU II

KEPERAWATAN MATERNITAS I
“KONSEP PERSALINAN”

PSIK A’16

Kelompok 3

1. Zhimhadha (11161040000005)
2. Mutiara Martin (11161040000010)
3. Dea Putri Rahmadani (11161040000015)
4. Cholisa Erlani Obey (11161040000027)
5. Cindy Januar Fitri (11161040000029)
6. Pugi Wahyuni (11161040000033)
7. Tutty Alawiyah (11161040000034)
8. Nur Wasilah (11161040000037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Serta
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah diskusi kelompok pemicu
2 yang kami buat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk para
pembaca.

Ciputat, Juni 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang....................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................... 5

BAB II Pembahasan

2.1 Anatomi Panggul.................................................................... 6

2.2 Defini Persalinan..................................................................... 10

2.3 Jenis Persalinan....................................................................... 11

2.4 Tanda Dan Gejala Persalinan.................................................... 11

2.5 Teori Mulainya Persalinan....................................................... 13

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan.................................... 14

2.7 Kala Dan Fase Persalinan......................................................... 16

2.8 Adaptasi Dalam Persalinan..................................................... 17

2.9 Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus.......................................... 22

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan............................................................................. 33

3.2 Saran....................................................................................... 33

Daftar Pustaka.......................................................................................... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. Persalinan normal yaitu proses lahirnya bayi dengan Letak
Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat,
serta tidak melukai ibu da nbayi,yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. Dan persalinan abnomal yaitu persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Persalinan merupakan hal yang di tunggu-tunggu oleh para ibu hamil,
sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang
paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil
yang selama 9 bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke
dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon
ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan,
mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup
melelahkan. Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahap
persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala
hal nya guna menghadapi proses persalinan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi panggul?
2. Apa yang dimaksud dengan persalinan?
3. Apa saja jenis persainan?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada persalinan?
5. Apa saja teori mulainya persalinan?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi persalinan?
7. Apa saja kala dan fase pada persalinan?
8. Bagaimana adaptasi persalinan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap ibu yang melakukan persalinan
sesuai dengan kasus?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi panggul.
2. Untuk mengetahui definisi persalinan.
3. Untuk mengetahui jenis persainan.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada persalinan.
5. Untuk mengetahui teori mulainya persalinan.
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persalinan.
7. Untuk mengetahui kala dan fase pada persalinan.
8. Untuk mengetahui adaptasi persalinan.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap ibu yang melakukan
persalinan sesuai dengan kasus.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Tulang Panggul


Tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang - tulang
ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara
kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat
artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.
Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum
(tl panggul) dan os koksigis. Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini
hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu
persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung
koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal
ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus,
dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang.

Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah
linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang
dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ-organ abdominal selain itu pelvis

6
mayor merupakan tempat perlekatan otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari
kolon, rectum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium.
Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh
muskulus levator ani dan muskulus koksigeus

A. Bagian-Bagian Panggul
1. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis
(false pelvis). Pelvis mayor dibentuk oleh 4 buah tulang:
a. 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga buah tulang:
a) Tulang Usus (Os. Ilium)
b) Tulang Duduk (Os. Ischium)
c) Tulang Kemaluan (Os. Pubis)
b. 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan
mengecil dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara
kedua tulang pangkal paha. Terdiri dari lima ruas tulang yang
berhubungan erat.
c. 1 tulang tungging (Os. Coccygis)
Berbentuk segitiga dengan ruas tiga sampai lima buah dan bersatu.
Pada saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang
sehingga memperluas jalan lahir.
2. Pelvis minor adalah bagian pelvis yang terletak di bawah linea
terminalis (true pelvis) penting dalam persalinan
3. Batas antara pelvis mayor dan minor adalah garis yang melalui tepi
atas symphisis (linea terminalis/inominata) kiri linea promontorium,
linea terminalis kanan, symphisis
B. Istilah Obstetri Ginekologi
1. Sumbu Panggul
Bentuk dari panggul kecil mempunyai saluran dengan sumbu yang
jalannya melengkung Sumbu tersebut merupakan garis penghubung
persekutuan antara diameter transversa dan conjugata vera di pintu atas
panggul (PAP) dengan titik sejenis pada Hodge II, III dan IV, dimana

7
mendekati Hodge III sumbu lurus dan sejajar dengan sacrum,
kemudian melengkung ke depan sesuai dengan lengkung sacrum
2. Pintu Atas Panggul (PAP)
Merupakan bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea
inominata/terminalis, dan tepi atas simphisis

3. Pintu Tengah Panggul


Merupakan bidang dengan ukuran terkecil Bidang ini berbentuk
segitiga dari tepi bawah symphysis ke kedua spina ischiadika kanan
dan kiri, kemudian memotong sacrum 1-2 cm di atas ujung sacrum
4. Pintu Bawah Panggul

8
Merupakan satu bidang tetapi terdiri dari 2 segitiga yang dasarnya
sama yaitu garis yang menghubungkan tuber ischiadicum kanan dan
kiri. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung dari os sacrum.
Sedangkan sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kanan dan kiri.
Segitiga bagian depan dibatasi oleh arcus pubis
C. Bidang Hodge
Adalah bidang khayal yang dibayangkan ada dalam panggul untuk menilai
kemajuan persalinan (penurunan kepala) Ada 4:
1. Hodge I
Bidang yang melalui tepi atas symphisis dan promontorium sesuai
dengan PAP
2. Hodge II
Bidang yang melalui tepi bawah symphisis dan promontorium sejajar
dengan bidang Hodge I
3. Hodge III
Bidang yang melalui spina ischiadika sejajar dengan Bidang Hodge II
4. Hodge IV
Bidang yang melalui os coccygeus sejajar dengan bidang Hodge I
D. Bentuk-Bentuk Panggul
Selain ukuran panggul, bentuk panggul juga mempengaruhi jalannya
persalinan Menurut Caldwell- Moloy (1933) ada 4 macam:

9
1. Gynecoid
Bentuk PAP hampir bulat, dimana jarak antara anterior-posterior kira-
kira sama dengan diameter transversa. Umumnya pada wanita (45 %).
2. Android
Bentuk PAP hampir segitiga, meskipun jarak antara anterior-posterior
hampir sama dengan diameter transversa. Bagian belakang pendek dan
gepeng, bagian depan menyempit ke muka Umum pada laki-laki,
wanita (15 %).
3. Anthropoid
Bentuk PAP agak lonjong seperti telur, dimana jarak anterior-superior
lebih besar dari diameter transversa. Pada wanita (35 %).
4. Platypeloid
Bentuk seperti jenis gynecoid tetapi menyempit pada arah anterior-
posterior, jarak antara anterior- posterior lebih kecil dari diameter
transversa. Pada wanita (5 %).

2.2 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir.

10
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

2.3 Jenis persalinan


1. Persalinan berdasarkan umur kehamilan yaitu:
a. Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, berat janin <500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu (Fadlun, 2012).
b. Partus Immaturus : partus dari hasil konsepsi pada kehamilan dibawah
28 minggu dengan berat janin kurang dari 1000 gram
c. Partus Prematurus : kelahiran hidup bayi dengan berat antara 1000
gram sampai 2500 gram sebelum usia 37 minggu
d. Partus Maturus atau Aterm : persalinan pada kehamilan 37-42 minggu,
berat janin diatas 2500 gram.
e. Partus Postmaturus atau Postterm : persalinan yang terjadi 2 minggu
atau lebih dari hari perkiraan lahir (Saifuddin, 2014)
2. Bentuk-bentuk persalinan menurut Manuaba (2010) yaitu:
a. Persalinan spontan : bila proses persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan : bila proses persalinan dibantu oleh tenaga dari luar
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus)

2.4 Tanda dan Gejala Persalinan


Menurut Manuaba (2007), tanda-tanda persalinan adalah:
1. Tanda persalinan sudah dekat (awal persalinan)
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke–36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan:
a) Kontraksi Braxton hicks
b) Ketegangan dinding perut

11
c) Ketegangan ligamentum rotandum
d) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil:
a) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
b) Dibagian bawah terasa sesak
c) Terjadi kesulitan saat berjalan
d) Sering miksi (beser kencing)
e) Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks
dikemukan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu
terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone,
dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin
tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering
sebagai his palsu.
A. Sifat his permulaan (palsu)
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasinya pendek
e) Tidak bertambah bila beraktifitas
f) Tanda his persalinan
B. Terjadinya his persalinan, his persalinan mempunyai sifat :
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya
makin besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
c. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan

12
b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servicalis lepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
d. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam.

2.5 Teori Mulainya Persalinan


Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
1. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di dalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul
his.
2. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu

13
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan
extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Berapa faktor yang mempengaruhi persalinan, antara lain:
1. Power (Tenaga atau Kekuatan)
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar, dalam persalinan kekuatan
yang dimaksud adalah kekuatan HIS. His adalah gelombang kontraksi
ritmik otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri
pada daerah di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal
gelombang tersebut didapat dari “pacemaker‟ yang terdapat di dinding
uterus daerah tersebut. His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan
mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu. Resultante
efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah
lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka,
untuk mendorong isi uterus ke luar.
a. His dapat terjadi sebagai akibat dari:
a) Kerja hormon oksitosin
b) Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
c) Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan
massa konsepsi.
b. His dikatakan baik dan ideal apabila:
a) Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
b) Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
c) Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
d) Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang
mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot

14
korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement).
Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nyeri saat his
berlangsung adalah:
a) Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf
di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi
sensasi nyeri.
b) Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan
peritoneum, menjadi rangsang nyeri.
c) Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas
atau anxietas, atau eksitasi).
d) Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
b. Hal yang penting dinilai mengenai His adalah :
a) Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos, bagian pertama
peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
b) Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10
menit).
c) Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan atau mmHg
terhadap frekuensi).
2. Passage (Jalan Lahir)
Faktor jalan lahir meliputi bentuk dan ukuran jaringan tulang serta
jaringan lunak pada panggul yang meliputi uterus (pada kehamilan dapat
dibagi menjadi segmen atas rahim, segmen bawah rahim dan serviks
uterus), otot – otot dasar panggul dan perineum.
3. Passanger (Janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang
meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan
posisi janin.
a. Sikap (Habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,
biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap

15
fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi,
lengan bersilang di dada.
b. Letak (Situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya
letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak
membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak
kepala atau letak sungsang.
c. Presentasi
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah
rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan
lain-lain.
d. Bagian Terbawah Janin
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
e. Posisi Janin
Posisi janin dalam keadaan normal, yaitu kepala janin berada di
bawah.

2.7 Kala dan Fase dalam Persalinan


Persalinan dapat dibagi dalam 4 kala (stages), yaitu:
1. Kala I
Mulai dari his teratur sampai pembukaan lengkap. In partu (partus mulai)
ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena
serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (efficement). Kala
pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu:
a. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.

16
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama.
Kepala janin telah turun masuk ruang pintu bawah panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan
yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin.
3. Kala III
Setelah lahirnya bayi, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta terlepas,
terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira – kira 100-200 cc.
4. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

2.8 Adapatasi Persalinan


1. Adaptasi janin
a. Denyut jantung janin (DJJ)
Untuk memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan
oksigenasi DJJ rata-rata pada aterm adalah 140 denyut/ menit
sedangkan DJJ normal ialah 110 sampai 160 denyut/ menit
b. Sirkulasi janin
Sirkulasi janin dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan
darah, dan aliran darah tali pusat kontraksi uterus selama masa

17
persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui anterior spirallis,
sehingga mengurangi perfusi melalui ruang intervilosa.
c. Pernafasan dan perilaku lain janin
Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada aorta
dan badan carotid guna mempersiapkan janin untuk memulai
pernafasan setelah lahir. Perubahan yang terjadi:
a) 7-2 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama persalinan
pervaginam)
b) Tekanan oksigen (PO2) janin menurun
c) Tekanan karbondioksida (PCO2) arteri meningkat
d) PH arteri menurun
2. Adaptasi ibu
A. Perubahan Fisiologis Ibu
1. Perubahan kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari uterus dan
masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan curah
jantung sekitar 10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar 30 % -
50% pada tahap II persalinan.
2. Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian O2 terlihat
dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat
menyebabkan alkalosis respiratorik (PH meningkat) hipoksia dan
hipokapnea (CO2 menurun)
3. Perubahan pada ginjal
Pada trimester ke II kandung kemih menjadi organ abdomen.
Apakah terisi kandung kemih dapat teraba diatas simpisis pubis.
Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih secara spontan akibat dari:
a. Edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi
b. Rasa tidak nyaman
c. Sedasi dan rasa malu

18
4. Perubahan integument
Terlihat pada daya distensibilitas daerah introtus vagina (muara
vagina). Pada setiap individu tingkat distensibilitas berbeda,
meskipun meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil
pada kulit sekitar introitus vagina meskipun tidak dilakukuan
episiotomi/ terjadi laserasi.
5. Perubahan muskuloskeletal
Dapat mengalami stress selama masa persalinan. Diaphoresis,
keletihan, proteinuria dan kemungkinan peningkatan suhu
menyertai peningkatan aktivitas yang menyolok. Nyeri punggung
dan nyeri sendi terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm.
6. Perubahan neuriologis
Menunjukkkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman pada
masa persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk ke
tahap I persalinan dan masuk kesetiap tahap berikutnya. Mula-
mula wanita terasa euphoria kemudian menjadi serius dan
mngelami amnesia diantara fraksi selama tahap ke II akibatnya
wanita merasa senang atau merasa letih saat melahirkan.
7. Perubahan pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas
melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran
cerna menurun dan waktu pemasangan lambung menjadi lambat.
Mual, muntah, dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks
terhadap dilatasi serviks lengkap.
8. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunann kadar progresteron dan peningkatan
estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan
kadar aliran darah dapat menurun akibat proses persalinan.
B. Perubahan Psikologis Ibu

19
Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain
adalah:
1. Periode “Taking In” atau “Fase dependent”
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan
ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala
kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991)
menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang
disebut dengan taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin,
fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari. Ia akan
mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat
menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik. Membutuhkan
nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi
bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu
proses masa nifas.
a. Periode ini terjadi selama 2-3 hari sesudah melahirkan. Ibu
baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan
pengalamannya waktu melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan
dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi
pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil
perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya.
Bidan harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu
sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan
permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering

20
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan
oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena
kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan.
2. Periode “Taking Hold” atau “Fase independent”
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-
hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai
keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan
berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan
bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya
sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar mempraktekkan cara-
cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini sebagai
fase taking hold. Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk
menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan
atau perawat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan
kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting
memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,
BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan
bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok,
dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak
mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.
f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.

21
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk
memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus
selalu diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai
menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak
nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu”
atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan
sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa
untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
3. Periode “Letting Go”
Periode atau Fase Mandiri (letting go) dimana masing-masing
individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat
menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar
dari sebuah keluarga.
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah.
Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat
tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak
ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

2.9 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Umum
Nama : Nn. Ayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluhan Utama :
a. Mengeluh perutnya kenceng-kenceng yang makin lama makin kuat
dan sering
b. Mengeluarkan lendir darah dari jalan lahir
B. Pemeriksaan Fisik

22
1. Pengkajian kala I
a. Fase laten
a) Integritas ego : senang atau cemas
b) Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Kontraksi regular, frekuensi, durasi, dan keparahan
2) Kontraksi ringan masing-masing 5-30 menit berkisar 10-30
detik
c) Keamanan : irama jantung janin paling baik terdengar pada
umbilicus
d) Seksualitas :
1) Membrane makin tidak pecah.
2) Cerviks dilatasi 0 – 4 cm bayi mungkin pada 0
(primigravidarum) atau dari 0 - ±2 cm (multigravida).
3) Rabas vagina sedikit, mungkin lender merah muda (show),
kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir.
b. Fase aktif
a) Aktivitas/istirahat : dapat menunjukan bukti kelelahan
b) Integritas ego :
1) Dapat lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan.
2) Ketakutan tentang kemampuan pengendalian pernafasan
dan atau melakukan teknik relaksasi.
c) Nyeri/kenyamanan: kontraksi sedang tiap 3,5 -5 menit berakhir
30-40 menit
d) Keamanan :
1) Irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada
posisi vertex.
2) Denyut jantung janin (DJJ) bervariasi dan perubahan
periodik umumnya tramati pada respons terhadap kontraksi,
palpasi abdominal, dan gerakan janin.
e) Seksualitas :
1) Dilatasi serviks dari kira-kira 4 sampai 8 cm (1,5 cm/jam
miltipara, 1,2 cm/jam nulipara).

23
2) Perdarahan dalam jumlah sedang.
3) Janin turun ± 1-2 cm dibawah tulang iskial.
c. Fase transisi
a) Sirkulasi : TD meningkat 5-10 mmHg diatas nilai normal kien,
nadi meningkat.
b) Integritas ego :
1) Perilaku peka.
2) Mungkin mengalami kesulitan mempertahankan control.
3) Memerlukan pengingat tentang pernafasan.
4) Mungkin amnestik, dapat menyatakan “saya tidak tahan
lagi”.
c) Eliminasi : dorong untuk menghindari atau defekasi melalui
fekal ( janin pada posisi posterior).
d) Makanan/ cairan : terjadi mual muntah.
e) Nyeri / ketidaknyamanan :
1) Kontraksi uterus kuat setiap 2-3 menit dan berakhir 45- 60
detik.
2) Ketidaknyamanan hebat pada area abdomen / sakral.
3) Dapat menjadi sangat gelisah.
4) Menggeliat-geliat karena nyeri / ketakutan.
5) Tremor kaki dapat terjadi.
f) Keamanan :
1) DJJ terdengar tepat diatas simphisis pubis.
2) DJJ dapat menimbulkan deselerasi lambat (sirkulasi uterus
terganggu) atau deselerasi awal.
g) Seksualitas :
1) Dilatasi serviks dari 8-10 cm.
2) Penurunan janin + 2 - +4 cm.
3) Tampilan darah dalam jumlah berlebihan.
2. Pengkajian kala II
a. Aktivitas / istirahat :
a) Laporan kelelahan.

24
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan
sendiri/teknik relaksasi.
c) Letargi.
d) Lingkaran hitam di bawah mata.
b. Sirkulasi : TD dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi
c. Integritas ego :
a) Respon emosional dapat direntang dan perasaan
fear/irritation/relief/ joy.
b) Dapat merasa kehilangan control atau sebaliknya seperti saat
ini klien terlibat mengejan secara aktif.
d. Eliminasi :
a) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada
kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan
uterus.
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c) Distensi kandung kemih mungkin ada, urin harus dikeluarkan
selama upaya mendorong.
e. Nyeri / ketidaknyamanan :
a) Dapat merintih atau meringis selama kontraksi.
b) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
c) Melaporkan rasa terbakar / meregang dari perineum.
d) Kaki gemetar selama upaya mendorong.
e) Kontraksi uterus kuat, terjadi 1,5-2 menit masing-masing dan
berakhir 60-90 detik.
f) Dapat melawan kontraksi, khusunya bila ia tidak berpartisipasi
dalam kelas kelahiran anak.
f. Pernafasan : frekuensi pernafasan meningkat.
g. Keamanan :
a) Diaphoresis sering terjadi.
b) Bradikardia janin (tampak saat deselerasi awal pada pemantau
elektrik) dapat terjadi selama kontraksi (kompresi kepala).
h. Seksualitas :

25
a) Serviks dilatasi penuh (10 cm) dan penonjolan 100 %.
b) Peningkatan perdarahan pervaginam.
c) Penonjolan rektum atau perineal dengan turunnya janin.
d) Membran dapat ruptur bila masih utuh.
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kotraksi.
3. Pengkajian kala III
a. Aktivitas / istirahat : perilaku dapat direntang dari senang sampai
keletihan
b. Sirkulasi :
a) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali
normal dengan cepat.
b) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anestesi.
c) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
curah jantung.
c. Makanan / cairan : kehilangan darah normal 250-300cc.
d. Nyeri / ketidaknyamanan : dapat mengelih tremor kaki/menggigil.
e. Keamanan :
a) Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya
robekan atau laserasi.
b) Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
f. Seksualitas :
a) Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya 1-5 mnt setelah melahirkan
bayi.
b) Tali pusat memanjang pada muara vagina.
4. Pengkajian kala IV
a. Aktivitas/istirahat : dapat tampak berenergi atau
kelelahan/keletihan, mengantuk.
b. Sirkulasi :
a) Nadi biasanya lambat (50-70 dpm), karena hipersensitivitas
vagal

26
b) Tekanan darah bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesia/anestesi, atau meningkat pada respons
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
(HKK)
c) Edema bila ada, mungkin dependen (mis, ditemukan pada
ekstermitas bawah), atau dapat meliputi ekstermitas atas dan
wajah, mungkin umum (tanda-tanda HKK).
d) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sempai 400-
500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk
kelahiran sesaria.
c. Integritas ego :
a) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah; mis,
eksitasi atau perilaku menunjukan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa.
b) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk
perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol; dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
d. Eliminasi :
a) Hemoroid sering ada dan menonjol.
b) Kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis pubis atau
kateter urinarius terpasang.
c) Dieresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi
menghambat aliaran urinarius, dan/atau cairan I.V. diberikan
selama persalinan dan kelahiran.
e. Makanan/cairan : dapat mengeluh haus, lapar, atau mual.
f. Neurosensori :
a) Sensasi dan gerakkan ekstermitas bawah menurun pada adanya
anesthesia spinal atau analgesia kaudal/epidural.
b) Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukan terjadinya atau
menetapnya hipertensi, khususnya pada diabetika, remaja, atau
klien primipara)

27
g. Nyeri/ketidaknyamanan : dapat melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber; mis, setelah nyeri, trauma jaringan/perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin/otot
tremor dengan “ menggigil”.
h. Keamanan :
a) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan
tenaga, rehidrasi).
b) Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
i. Seksual :
a) Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak
setinggi umbilicus.
b) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap,
dengan hanya beberapa bekuan kecil (sampai ukuran plam
kecil ).
c) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas.
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara.
e) Payudara lunak, dengan putting tegang.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang apabila dana dan sarana memenuhi menurut
Nugroho (2012) antara lain:
1. Sitologi vagina yaitu dengan indeks kariopiknotik meningkat (> 20 %).
2. Foto rontgen untuk melihat inti penulangan terutama pada os cubiod,
proximal tibia dan bagian distal femur.
3. USG yaitu menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban, derajat
maturitas plasenta, besarnya janin, keadaan janin.
4. Kardiotokografi yaitu menilai kesejahteraan janin dengan Non Stress
test (NTS) relaktif atau tidak, maupun Contraction Stress Test (CTS)
negatif atau positif.
5. Amniostropi yaitu warna air ketuban.
D. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

28
1 DS : Nyeri akut Kontraksi uterus
a. Perut ibu kencang-
Dx : Nyeri akut b/d kontraksi uterus
kencang makin
lama makin kuat
2 DO : Perubahan proses Peningkatan
b. Bayi perempuan keluarga perkembangan
lahir anggota keluarga

Dx : Perubahan proses keluarga b/d


peningkatan perkembangan anggota
keluarga

3 DS : Resiko kekurangan Perdarahan


a. Pengeluaran lendir volume cairan
darah dari jalan Dx : Resiko kekurangan volume cairan b/d
lahir perdarahan
DO :
a. Terjadi persalinan

4 DS : Resiko cidera janin Hipoksia jaringan


a. DJJ 138x/menit
Dx : Resiko cidera janin b/d hipoksia
DO :
jaringan
a. A/S 8-9

E. Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan


NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat


kontraksi selama 3x24 jam diharapkan nyeri
uterus nyeri klien dapat berkurang, 2. Kaji
dengan kriteria hasil : kebutuhan
1. Mengidentifikasi teknik klien terhadap
untuk mengontrol nyeri sentuhan fisik

29
2. Melaporkan nyeri selama
berkurang kontraksi
3. Tampak rileks diantara 3. Pantau durasi,
kontraksi frekuensi, dan
intensitas
uterus
4. Anjurkan
klien
berkemih
setiap 1-2 jam
, dan kaji
distensi
kantung
kemih
5. Berikan
informasi
tentang
ketersediaan
lochea, efek,
dan durasi
efek analgetik
2 Perubahan setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan
proses selama 1x24 jam diharapkan klien untuk
keluarga b/d klien dapat meningkatkan menggendong
peningkatan kesatuan dan ikatan keluarga, , menyentuh,
perkembanga dengan kriteria hasil : dan
n anggota 1. Menggendong bayi saat memeriksa
keluarga kondisi ibu dan bayi
neonatus bersentuhan
memungkinkan kulit ke kulit
2. Mendemonstrasikan 2. Anjurkan
perihal kedekatan dan ayah untuk

30
ikatan yang tepat menyentuh
dan
menggendong
bayi dan
membantu
dalam
perawatan
bayi
3. Observasi dan
catat interaksi
bayi dan
keluarga
4. Anjurkan dan
bantu
pemberian
ASI
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. ukur masukan
kekurangan keperawatan selama 1x24 jam, dan haluaran
volume cairan diharapkan : 2. pantau suhu
b/d 1. klien bebas dari tanda klien
perdarahan dehidrasi dan rasa haus 3. kaji denyut
2. haluaran urine adekuat, jantung janin
membran mukosa dan data dasar
lembab 4. berikan cairan
peroral/parent
eral
5. lepaskan
pakaian yang
berlebihan,
lindungi dari
menggigil
4 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan

31
janin b/d keperawatan selam 1x24 jam, pemeriksaan
hipoksia diharapkan : leopold untuk
jaringan 1. Denyut jantung janin menentukan
dalam batas normal posisi dan
2. Tidak ada perubahan presentasi
berbahaya janin
2. Pantau denyut
jantung janin
3. Catat
kemajuan
persalinan
4. Inspeksi
perineum ibu
5. Berikan
perawatan
perineal pada
ibu sesuai
protokol atau
perintah
6. Posisikan
pasien miring
kiri
7. Kolaborasi
pemberian
oksigen

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Tanda persalinan sudah dekat (awal persalinan) diantaranya yaitu terjadi
lightening (kepala turun memasuki PAP), serviks menjadi lembek, mendatar,
dan mengeluarkan sekresi lendir dan darah dari vagina seperti yang dialami
oleh Ny.Ayu pada kasus. Proses persalinan terdiri dari empat kala. Kala
pertama yaitu terjadinya pembukaan pada serviks mulai dari 1 cm hingga 10
cm, kala dua yaitu proses pengeluaran janin, kala tiga yaitu proses
pengeluaran plasenta, dan kala empat yaitu kala pengawasan selama 1 jam
setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum. Setelah proses persalinan selesai,
akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu maupun bayi
sehingga keluarga dan tenaga kesehatan harus memperhatikan ibu dan bayi
dengan intensif dan juga memberikan support.

3.2 Saran
Semoga makalah kami ini mampu memberikan manfaat dan bahan
pembelajaran tentang persalinan bagi segenap pembaca. Apabila dalam
makalah kami ini masih banyak kekurangan, kami mohon maaf. Dan dari para
pembaca kami harapkan kritik dan sarannya untuk membangun makalah ini
supaya menjadi lebih baik lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulecheck et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). Jakarta:


Elseiver.
2. Herawati, M. 2011. Psikologi Ibu Anak untuk Kebidanan. Jakarta: EGC.
3. Kurniawan, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Manuaba, I B G. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
5. Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi Jilid 1. Jakarta:
EGC.
6. Moerhead. Et al. 2012. Nursing Outcome Classification (NOC). Jakarta:
Elseiver.
7. Oxorn. 2008. Fisiologi dan Patologi Persalinan Edisi 2. Jakarta: Esentia
Medika.
8. PPNI. 2012. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
9. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
10. Purwaningsih dan Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC
12. Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &
Keluarga Edisi 18 Vol 1. Jakarta: EGC.

34

Anda mungkin juga menyukai