Anda di halaman 1dari 2

Umat Islam dan Kristen tunjukkan

toleransi di hari raya


Rizki Washarti Wartawan BBC Indonesia

Hak atas foto AFP Image caption Sebuah gereja dan masjid di Malang yang terletak bersampingan masing-masing menggelar acara
keagamaan.

Tahun ini hari raya umat Islam Maulid Nabi Muhammad dan umat Kristen Natal jatuh
hampir bersamaan yakni pada tanggal 24 Desember dan 25 Desember.Bagi sejumlah pemuda
di Cirebon momen ini digunakan untuk saling bantu membantu agar perayaan kedua hari raya
tersebut berjalan dengan lancar. Sugianto, seorang anggota dari organisasi masyarakat
bernama Pelita (Pemuda Lintas Agama) mengatakan dirinya dan beberapa pemuda anggota
lainnya membantu perayaan Maulid Nabi di sebuah universitas di Cirebon, meski bukan
penganut agama Islam.

"Dalam membantu itu kita menyiapkan segala sesuatunya, baik angkut-angkut kursi,
soundsystem (sistem suara), perlengkapan lain seperti dekorasi, lalu dalam hal ini juga kita
berbagi tugas soal parkiran," kata Sugianto. Di lain pihak, pemuda yang beragama Islam juga
membantu umat Kristen mempersiapkan acara untuk Natal.

"Udah dua hari ini bantu-bantu, nyiapin persiapan Natal. Itu bentuk dari kegiatan
sosial karena Pelita kan orientasinya menjaga kerukunan umat beragama, di bidang sosialnya,
bukan teologinya," ucap Haryono yang juga tergabung dalam Pelita.
Gereja dan masjid berdampingan
Natal tahun ini juga kebetulan jatuh pada hari Jumat. Oleh karena itu, Gereja
Immanuel di Malang akan melakukan perayaan hari Natal pada pukul 08.00 - 10.30 WIB
untuk tidak mengganggu jalannya Salat Jumat.Gereja tersebut berada dekat dengan sebuah
masjid, yakni Masjid Agung Jami yang juga mengadakan pengajian Maulid Nabi pada Kamis
(24/12) malam, bertepatan dengan misa malam Natal

.
Hak atas foto Pelita Image caption Sejumlah pemuda dari organisasi pemuda lintas agama menyiapkan perayaan Natal.

"Kemarin kami kordinasi, sifatnya sama-sama kita mengatur keamanan, sama-sama


kita mengatur parkir. Parkir kita kan bersama yah," kata Emmawati Baule, pendeta dan ketua
di GPIB Immanuel Malang.Menurut KH Zainuddin A Muhith, ketua umum takmir Masjid
Agung Jami Malang, masjidnya dan Gereja Immanuel selama ini memang selalu saling
toleransi dan bekerja sama.

"Misalnya, pihak-pihak gereja mengajak pada suatu saat di ulang tahunnya untuk
kerja bakti tentang keindahan kota, ngecat jalan, kami menyediakan tenaga, antara lain. Itu
kan menunjukkan kebersamaan kita," kata Zainuddin.

Sebenarnya sikap dan tindakan saling menghormati antar umat beragama di Indonesia
masih banyak lagi, namun hal tersebut jarang terdengar.Hal ini menurut Anick Hamim
Tohari, seorang aktivis pluralisme yang pernah bekerja di Jaringan Islam Liberal, disebabkan
oleh banyak hal. Beberapa di antaranya karena sifat mudah lupa dan acuh.

"Meskipun itu (sikap saling menghormati) itu tindakan yang wajar dan sudah
seharusnya dilakukan di Indonesia, tapi dalam kondisi di mana intoleransi meningkat tajam,
kampanye ini (saling menghormati) harus terus-menurus dilakukan," kata Anick. Anick pun
mengimbau agar semua pemeluk agama saling mendukung dan mencegah adanya kasus-
kasus intoleransi.

Anda mungkin juga menyukai