A. PENGERTIAN
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya
yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. (Long, 1996 :
246).
Hernia adalah penonjolan isi perut, dari rongga yang normal melalui defek
pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding(Mansjoer,Arif dkk.Kapita Selekta
Kedokteran).
Hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu organ bersangkutan
(NANDA NICNOC,2013).
Jadi , hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang
didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.
Berikut adalah beberapa penjelasan hernia menurut letaknya :
a. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan ( pipa tenggorokan)
turun, melewati diagfragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks) ( NANDA NICNOC,2013) .
b. Hernia epgastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk
di garis tengah perut. Hernia epigastrk biasanya terjadi dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dpat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan
( NANDA NICNOC,2013).
c. Hernia umbilikal berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar
yang disebabkan bukkan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhny( NANDA
NICNOC,2013).
d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
a) Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis
lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan
mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM,
2003).
b) Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis
medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal
posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum
hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia
(Ignatavicus,dkk 2004).
e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. ni mulai sebagai
penyumbat lemak dikanalis femoralis yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk kedalam kantung.
f. Hernia insisional dapat terjadi melalui melalui luka pasca operasi
perut. Hernia ini muncul sebagai tonjol di sekitar pusar yang terjadi
ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
B. ETIOLOGI
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau
ganas, kehamilan,lemak tubuh.
C. EPIDEMIOLOGI
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia
femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya
berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis
femoralis dan 16 % pada umbilicus. Tempat umum hernia adalah lipat
paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan
insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang
adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal
inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.
D. PATOFISIOLOGI
E. GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang terjadi pada pasien hernia inguinalis adalah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan
elektrolit.
G. PENATALAKSANAAN
1. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa
ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis
adalah :
a. Herniotomy : Membuang kantong hernia, ini terutama pada
anak – anak karena dasarnya adalah kongenital
tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan
bedah plastik untuk memperkuat dinding perut
bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak
dilakukan pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia
(truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas
pada waktu istirahat (malam).
2. Manajemen keperawatan
a. Pre operasi
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di
daerah inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia
dan penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul
adalah gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan
resiko tinggi terjadi reinkarserata.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali
secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik
sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan
intraabdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat
dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah
resiko tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan luka operasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan
pulang.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi
dan waktu lama
2) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
3) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
4) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
berjalan
b) Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
c) Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan
financial keluarga
Tanda : Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
d) Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri
tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
e) Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan,
kaku pada leher.
Tanda : Perubahan cara berjalan dan nyeri tekan abdomen.
f) Status Pernapasan
1) Frekuensi, irama dan ke dalaman
2) Bunyi napas
3) Efektifitas upaya batuk
g) Status Nutrisi
Gejala : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah
Tanda : BB turun, dehidrasi, lemas otot
(Doengoes Marilyn E, 2000)
B. DATA FOKUS
1) Pre Operasi
DATA FOKUS MASALAH
2) Post Operasi
DATA FOKUS MASALAH
C. MASALAH KEPERAWATAN
a) Pre Oprasi
1. Gangguan Rasa Nyaman (nyeri)
2. Kurang Pengetahuan
3. Kecemasan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b) Post Operasi
1. Gangguan Rasa Nyaman (nyeri)
2. Kurang Pengetahuan
3. Intoleran aktivitas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Resiko Infeksi
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi