Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN PENYAKIT HERNIA

A. PENGERTIAN
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya
yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. (Long, 1996 :
246).
Hernia adalah penonjolan isi perut, dari rongga yang normal melalui defek
pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding(Mansjoer,Arif dkk.Kapita Selekta
Kedokteran).
Hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu organ bersangkutan
(NANDA NICNOC,2013).
Jadi , hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang
didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.
Berikut adalah beberapa penjelasan hernia menurut letaknya :
a. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan ( pipa tenggorokan)
turun, melewati diagfragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks) ( NANDA NICNOC,2013) .
b. Hernia epgastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk
di garis tengah perut. Hernia epigastrk biasanya terjadi dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dpat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan
( NANDA NICNOC,2013).
c. Hernia umbilikal berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar
yang disebabkan bukkan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhny( NANDA
NICNOC,2013).
d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
a) Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis
lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan
mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM,
2003).
b) Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis
medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal
posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum
hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia
(Ignatavicus,dkk 2004).
e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. ni mulai sebagai
penyumbat lemak dikanalis femoralis yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk kedalam kantung.
f. Hernia insisional dapat terjadi melalui melalui luka pasca operasi
perut. Hernia ini muncul sebagai tonjol di sekitar pusar yang terjadi
ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

B. ETIOLOGI
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau
ganas, kehamilan,lemak tubuh.

Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :


1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien
(misalnya: Vit.C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung
kongenital yang telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan
hernia sampai kelemahan dinding abdomen akuisita atau kenaikan tekanan
intraabdomen mengizinkan isi abdomen memasuki kantong tersebut.

C. EPIDEMIOLOGI
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia
femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya
berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis
femoralis dan 16 % pada umbilicus. Tempat umum hernia adalah lipat
paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan
insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang
adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal
inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.

D. PATOFISIOLOGI

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan


jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh
trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat
dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan
peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan
otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal
dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya
terjadi pada pria dari pada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi
sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral
dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat
lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke
dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih
umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara (Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal
untuk menutup (Nettina, 2001 : 253)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang
dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari
usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah
karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena
kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau
terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan
herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat
dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal
indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan
apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu
mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

E. GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang terjadi pada pasien hernia inguinalis adalah

1. Penonjolan di daerah inguinal


2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdomen.
4. Terdengar bising usus pada benjolan
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan
elektrolit.

G. PENATALAKSANAAN
1. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa
ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis
adalah :
a. Herniotomy : Membuang kantong hernia, ini terutama pada
anak – anak karena dasarnya adalah kongenital
tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan
bedah plastik untuk memperkuat dinding perut
bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak
dilakukan pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia
(truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas
pada waktu istirahat (malam).
2. Manajemen keperawatan
a. Pre operasi
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di
daerah inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia
dan penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul
adalah gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan
resiko tinggi terjadi reinkarserata.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali
secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik
sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan
intraabdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat
dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah
resiko tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan luka operasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan
pulang.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PENYAKIT HERNIA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi
dan waktu lama
2) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
3) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
4) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
berjalan
b) Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
c) Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan
financial keluarga
Tanda : Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
d) Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri
tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
e) Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan,
kaku pada leher.
Tanda : Perubahan cara berjalan dan nyeri tekan abdomen.
f) Status Pernapasan
1) Frekuensi, irama dan ke dalaman
2) Bunyi napas
3) Efektifitas upaya batuk
g) Status Nutrisi
Gejala : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah
Tanda : BB turun, dehidrasi, lemas otot
(Doengoes Marilyn E, 2000)

B. DATA FOKUS
1) Pre Operasi
DATA FOKUS MASALAH

a. Perubahan selera makan Gangguan Rasa Nyaman (nyeri)


b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Prilaku distraksi
e. Gelisah
f. Sikap melindungi area nyeri
g. Nyeri tekan
h. Gangguan tidur
i. Gerakan mata berpencar atau
tetap pada satu focus meringis
(menurut NANDA
NICNOC,2013)
a. Ketidaktahuan tentang penyakit Kurang pengetahuan
yang dialami
b. Bertanya tentang penyakit
a. Gangguan tidur Kecemasan
b. Kontak mata yang buruk
c. Tampak waspada
d. Mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam
peristiwa hidup
e. Ketakutan
f. Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidak berdayaaan
(menurut NANDA
NICNOC,2013)
a. Mual dan muntah Ketidakseimbangan nutrisi kurang
b. Menghindari makanan
dari kebutuhan tubuh
c. Membrane mukosa pucat
d. Bising usus hiperaktif
(menurut NANDA
NICNOC,2013)

2) Post Operasi
DATA FOKUS MASALAH

a. Perubahan selera makan Nyeri


b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Prilaku distraksi
e. Gelisah
f. Sikap melindungi area nyeri
g. Nyeri tekan
h.
i. Gangguan tidur
j. Gerakan mata berpencar atau
tetap pada satu focus meringis
(menurut NANDA NICNOC,2013)
a. Ketidaktahuan tentang penyakit Kurang pengetahuan
yang dialami
b. Bertanya tentang penyakit
a. Mual dan muntah Ketidakseimbangan nutrisi kurang
b. Menghindari makanan
dari kebutuhan tubuh
c. Membrane mukosa pucat
d. Bising usus hiperaktif
(menurut NANDA NICNOC,2013)
a. Kelemahan fisik Intoleran Aktivitas
b. Tirah baring atau imobilisasi
c. Ketidakseimbangan suplai dan
dan kebutuhan oksigen
d. Imobilisasi
e. Gaya hidup monoton

C. MASALAH KEPERAWATAN
a) Pre Oprasi
1. Gangguan Rasa Nyaman (nyeri)
2. Kurang Pengetahuan
3. Kecemasan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b) Post Operasi
1. Gangguan Rasa Nyaman (nyeri)
2. Kurang Pengetahuan
3. Intoleran aktivitas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Resiko Infeksi

D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Nyeri pada daerah Tujuan : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
benjolan b.d proses Nyeri berkurang termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
penyakit sampai dengan hilang kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dan
secara bertahap.
ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil :
3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu mengetahui pengalaman nyeeri pasien.
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
penyebab
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
nyeri,mampu 6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menggunakan menemukan dukungan.
7. Kontrol lingkungan yang dapat menpengaruhi
teknik non
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
farmakologi untuk
kebisingan.
mengurangi nyeri)
8. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
2. Melaporkan bahwa 9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri berkurang (farmakologi, non – farmakologi, dan
dengan interpersonal).
10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
menggunakan
intervensi.
manajemen nyeri
11. Ajarkan tentang tehnik non – farmakologi.
3. Mampu mengenali 12. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
nyeri
(skala,intensitas,frek
uensi, dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

Kurang Tujuan : 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan


pengetahuan Mengungkapkan pasien tentang proses yang spesifik.
tentang proses pengertian tentang 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
penyakit b.d proses penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
kurangnya pengobatan dan dapat anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
informasi. berpartisipasi dalam 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
pengobatan muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.
Kriteria hasil : 4. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
1. Pasien dan keluarga cara yang tepat.
menyatakan 5. Sediakan informasi kepada pasien tentang
pemahaman tentang kondisi dengan cara yang tepat.
penyakit,kondisi,pro 6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
gnosis, dan program 7. Instruksikan mengenai tanda dan gejala untuk
pengobatan melaporkan pada pemberi perawatan
2. Pasien dan keluarga kesehatan, dengan cara yang tepat.
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat
atau tim kesehatan
lainnya.

Kecemasan b.d Tujuan : 1. Gunakan pendekan yang menyenangkan


tindakan medik 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
1. Klien dapat
yang akan pelaku pasien
mengungkapkan
dilakukan. 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
perasaan,
dirasakan selama prosedur
kecemasannya.
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
2. Cemas berkurang,
dan mengurangi takut
tampak rileks, dapat
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
kooperatif.
6. Identifikasi tingkat kecemasan
Kriteria hasil : 7. Bantu pasien mengenal situasi yang
1. Klien mampu menimbulkan kecemasan
mengidentifikasi 8. Dorong pasien untuk mengungkapkan
dan mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
gejala cemas. 9. Intruksikan pasien menggunakan teknik
2. Mengidentifikasi, relaksasi
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
untuk mengontrol
cemas.
3. Vital sign dalam
batas normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh, dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
Ketidakseimbanga Tujuan: Nutrition Management
n nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
dari kebutuhan terpenuhi. jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh berhubungan Kriteria hasil : pasien.
dengan mual dan 1. Adanya 2. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
muntah peningkatan badan serat untuk mencegah konstipasi
sesuai dengan tujuan 3. Berikan makanan yang dipilih ( sudah
2. Mampu dikonsultasikan oleh ahli gizi)
mengidentifikasi 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
kebutuhan nutrisi 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada 6. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
tanda-tanda nutrisi yang dibutuhkan
malnutrisi
4. Tidak terjadi Nutrition Monitoring
penurunan berat 1. BB pasien dalam batas normal
badan yang berarti 2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor lingkungan selama makan
4. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor mula dan muntah
7. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjunctiva.
2. Post Operasi

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Nyeri b.d insisi Tujuan : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
luka operasi. Nyeri berkurang komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
sampai dengan hilang durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
secara bertahap. presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dan
Kriteria Hasil :
ketidaknyamanan.
1. Mampu mengontrol
3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
nyeri (tahu
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
penyebab 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
nyeri,mampu
6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menggunakan
menemukan dukungan.
teknik non 7. Kontrol lingkungan yang dapat menpengaruhi
farmakologi untuk nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri) kebisingan.
8. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
2. Melaporkan bahwa
9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri berkurang
(farmakologi, non – farmakologi, dan
dengan
interpersonal).
menggunakan 10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
manajemen nyeri intervensi.
11. Ajarkan tentang tehnik non – farmakologi.
3. Mampu mengenali
12. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
nyeri
(skala,intensitas,fre
kuensi, dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
Kurang Tujuan : 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pengetahuan Mengungkapkan pasien tentang proses yang spesifik.
tentang proses pengertian tentang 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
penyakit b.d proses penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
rawatan di rumah pengobatan dan dapat anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
berpartisipasi dalam 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
pengobatan muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.
Kriteria hasil : 4. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
1. Pasien dan keluarga cara yang tepat.
menyatakan 5. Sediakan informasi kepada pasien tentang
pemahaman tentang kondisi dengan cara yang tepat.
penyakit,kondisi,pr 6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
ognosis, dan 7. Instruksikan mengenai tanda dan gejala untuk
program melaporkan pada pemberi perawatan
pengobatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
2. Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat
atau tim kesehatan
lainnya.
Ketidakseimbanga Tujuan: Nutrition Management
n nutrisi kurang Mengetahui aktivitas 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
dari kebutuhan yang dapat jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh berhubungan meningkatkan pasien.
dengan mual dan resistensi terhadap 2. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
muntah infeksi serat untuk mencegah konstipasi
Kebutuhan nutrisi 3. Berikan makanan yang dipilih ( sudah
terpenuhi. dikonsultasikan oleh ahli gizi)
Kriteria hasil : 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
1. Adanya 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
peningkatan badan 6. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan
tujuan Nutrition Monitoring
2. Mampu 1. BB pasien dalam batas normal
mengidentifikasi 2. Monitor adanya penurunan berat badan
kebutuhan nutrisi 3. Monitor lingkungan selama makan
3. Tidak ada tanda- 4. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
tanda malnutrisi 5. Monitor turgor kulit
4. Tidak terjadi 6. Monitor mula dan muntah
penurunan berat
7. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
badan yang berarti
jaringan konjunctiva

Intoleran Aktivitas Tujuan : 1. Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan


1. Konservatif ketidaktoleransi terhadap aktivitas dan
energi : tingkat memerlukan pelaporan terhadap perawat dan
pengelolaan energi dokter
aktif untuk memulai 2. Buat jadawal latihan aktivitas secara bertahap
dan memelihara untuk pasien dan berikan periode istirahat
aktivitas 3. Berkan suport dan libatkan keluarga dalam
2. Daya tahan : program terapi
tingkat dimana energi 4. Bantu dengan aktivitas fisik teratur
memampukan pasien ( misalnya ambulasi, transfer, perubahan posisi,
untuk beraktivitas. perawatan personal ) sesuai kebutuhan
3. Toleransi 5. Batasi rangsangan lingkungan ( kebisingan dan
aktivitas : tingkat cahaya ) untuk meningkatkan relaksasi
dimana aktiivitas 6. Bantu pasien untuk memonitor diri dengan
dapat dilakukan mengembangkan dan menggunakan dokumetasi
pasien sesuai energi tertulis tentang intake kalori dan energi sesuai
yang dimiliki kebutuhan.
Kriteria Hasil : 7. Tentukan faktor penyebab kelelahan, monitor
1. Berpartisipasi respon kardiorespiratory ( tacikardi,dypsneu,
dalam aktivitas pucat), monitor respon O2 thd aktivitas, monitor
fisik tanpa disertai intake nutrisi)
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari-
hari secara mandiri
3. Tanda-tanda vital
normal.
4. Energy psikomotor
5. Level kelemahan
6. Mampu berpindah
dengan atau tanpa
bantuan alat.
7. Status
kardiopulmonari
adekuat.
8. Sirkulasi status
baik.
9. Status respirasi
adekuat
Resiko infeksi Tujuan : 1. Observasi dan laporkan tanda dan gejala
berhubungan Kriteria Hasil : infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor,
dengan trauma, 1. Mengetahui resiko. dan adanya fungsiolaesa.
kerusakan 2. Memonitor faktor 2. Kaji temperatur klien tiap 4 jam.
jaringan. resiko lingkungan. 3. Catat dan laporkan nilai laboratorium
3. Memonitor resiko (leukosit, protein, serum, albumin).
dari tingkah laku. 4. Kaji warna kulit, kelembaban tesktur, dan
4. Mengembangkan turgor.
kontrol resiko 5. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi
secara efektif. nosokomial.
5. Memodifikasi gaya 6. Tingkatkan intake cairan.
hidup untuk 7. Istirahat yang adekuat
mengurangi resiko 8. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
menggunakan. keperawatan.
dukungan personal 9. Gunakan standard precaution dan gunakan
untuk mengontrol sarung tangan selama kontak dengan darah,
resiko. membran mukosa yang tidak utuh.
6. Berpartisipasi 10. Ikuti transmisi pencegahan dasar untuk udara,
dalam screening droplet, dan kontak – kontak tranmitted
untuk microorganisme.
mengidentifikasi 11. Ganti IV line sesuai dengan aturan yang
resiko. berlaku.
7. Memonitor 12. Pastikan perawatan aseptik pada IV line.
perubahan status 13. Pastikan tehnik perawatan luka secara tepat.
kesehatan. 14. Dorong pasien untuk istirahat.
15. Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi.
16. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda –
tanda gejala infeksi dan kalau terjadi untuk
melapor kepada perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,J,L (1999). ”Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2


Mansjoer, Arief., 2000, Kapita Selekta Kedokteran,. Jakarta: Media Aesculapius.
________ 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika
Corwin, Elizabeth, 2009, Patofisiologi, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai