Tugas UAS Prof. Musa Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

HASIL PENGAMATAN REALITAS EKONOMI ISLAM

DI MASYARAKAT “PRAKTIK JUAL BELI”


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester)
Mata kuliah : PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Musa Asy’arie

Penyusun :
Fikri Irwanda (17208010018)

PROGRAM MAGISTER EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017
HASIL PENGAMATAN REALITAS EKONOMI ISLAM DI MASYARAKAT
PRAKTIK JUAL BELI

Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali kegiatan yang bisa kita lakukan. Baik dalam
hal kewajiban kita beribadah dan kegiatan berhubungan dengan sesama manusia. Salah satu bidang
yang sangat diperhatikan dalam Islam adalah muamalah, atau kegiatan dengan sesama manusia. Hal
ini sangat diperlukan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup pada zaman modern ini, manusia tidak
dapat melakukannya sendiri. Manusia selalu membutuhkan orang lain. Salah satunya adalah dalam
proses kegiatan jual beli.
Siapa yang tidak pernah melakukan jual beli? Menurut saya, semua orang di dunia ini pernah
melakukan jual beli, bahkan jual beli sudah menjadi kegiatan keseharian yang pasti akan dilakukan.
Dalam pengamatan saya, bahwa ekonomi syariah telah ada dimasyarakat sejak lama, hanya saja tidak
menggunakan istilah islam sehingga tidak dicap sebagai kegiatan ekonomi islam. Dalam hal ini jual
beli dalam ilmu ekonomi islam di sebut Murabahah. Murabahah yaitu kegiatan jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati disertai ketentuan bahwa penjual harus
memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkatan keuntungan sebagai
tambahannya.
Nah, dalam hal ini saya akan mencoba mengamati dan mencoba membahas apa itu
murabahah atau jual beli . Sebagai umat muslim Untuk mengetahui bagaimana murabahah yang baik
dan benar dalam kehidupan sehari hari terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu yang dimaksud
dengan murabahah. Murabahah itu berasal dari kata Arab yaitu rabaha, yang berarti untung atau suatu
yang menguntungkan. Nah sedangkan murabahah menurut para ulama yaitu jual beli dengan modal
awal yang ditambah keuntungan yang di ketahui. Murabahah dalam artian luasnya yaitu suatu akad
jual beli barang dengan menyatakan perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
Jadi menurut saya, pada intinya dapat di simpulkan bahwa murabahah itu adalah
“keuntungan”. Yang mana pedagang mengambil untung dalam sebuah barang yang di jualnya kepada
pembeli, pembeli mengetahui harga awal dan keuntungan yang di dapat oleh si penjual dengan
menyebut kepastian harga yang ditentukan serta atas kesepakatan bersama.
Apakah mengambil keuntungan yang besar termasuk riba atau tidak? Yang saya tahu setiap
perdagang dan penjual pasti ingin mendapatkan keuntungan, dan apalagi yang memang mata
pencahariannya sehari-hari hanya sebagai seorang usaha pedagang. Dalam hal ini transaksi
murabahah atau jual beli sah-sah saja. Soal mengambil untung yang besar dalam berdagang itu bukan
lah suatu yang riba karena keuntungan itu termasuk dari rezeki allah. Karena sebagaimana allah telah
menjelaskan tidak ada batasan tertentu dalam mengambil keuntungan. Jadi, setiap pedagang yang
mengambil keuntungan mau sebesar apapun keuntungan yang ia dapatkan itu halal karena
sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya keuntungan itu tidak ada batasan tertentu.
Jika berbicara tentang cara pembebanan pembiayaan dalam murabahah para ulama memiliki
pendapat yang berbeda beda, diantaranya sebagai berikut.
1. Menurut Mazhab Imam Syafi’i membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri karena
komponen ini termasuk dalam keuntungannya. Begitu pula biaya biaya yang tidak
menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biaya.
2. Menurut Ulama mazhab Hanafimembolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-
biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh penjual.
3. Menurut Ulama Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun tidak
langsung dapat dibebankan pada harga jual beli selama biaya- biaya itu harus dibayarkan
kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai barang yang dijual.
Jadi dapat dikatakan bahwa dari pendapat mazhab tersebut membolehkan pembebanan biaya
langsung yang dibayar kepada pihak ketiga, dari ketiga mazhab tersebut tidak memperbolehkan
pembebanan biaya langsung yang berkaiatan dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan
penjual maupun biaya langsung yang berkaitan dengan hal–hal berguna. Berbeda sendiri dengan
Mazhab Maliki, mazhab Maliki tidak membolehkan pembebanan biaya.
Dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-MUI/ IV/2000,
Murabahah di perbolehkan (halal). Alasan dengan dihalalkanya murabahah karena masyarakat
membutuhkan bantuan penyaluran dana dari bank syariah dengan berdasarkan prinsip jual beli.
Dalam jual beli barang yang diperdagangkan haruslah barang yang halal, mekanisme jual beli pun
harus halal. Dari cara pembayaran, jual beli dapat dilakukan dengan tiga cara :
1. barang diserahkan saat ini, uang yang dibayar saat ini,
2. barang diserahkan saat ini, uang dibayar belakangan;
3. barang diserahkan belakangan, uang diserahkan saat ini.
Yang tidak boleh dilakukan adalah barang diserahkan belakangan, uang dibayar belakangan.
Dalam fiqh transaksi ini di sebut transaksi kali bi kali. Dari ketiga cara pembayaran tersebut, penetuan
harga ditentukan atas dasar kerelaan penjual dan pembeli.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa transaksi murabahah itu halal karena dalam transaksi tersebut
antara penjual dan pembeli telah terdapat unsur kesepakatan. Dan Si pembeli mengetahui bahwa si
penjual tersebut mengambil untung dalam transaksi tersebut. Dan Apabila jual beli telah dilakukan
sesuai ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayaran dan pemanfaatan atas barang yang
diperjual belikan menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
yaitu kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua bela pihak dapat dilihat dari ijab dan qabul yang
dilansungkan. Jadi dalam transaksi murabahah itu halal selama tidak ada unsur riba.
Dalam masalah jual beli, sering kali ada banyak hal yang dilakukan oleh kita yang bersifat
kecurangan atau berlaku tidak adil dalam aktivitas tersebut. Tentu saja hal ini pasti akan lumrah
terjadi karena kita sebagai manusia memiliki hawa nafsu yang mendorong dirinya berbuat semena-
mena. Tidak jarang kita pun melihat bahwa sahabat-sahabat Nabi bahkan Nabi sendiri dulunya adalah
saudagar. Tentunya seorang saudagar melakukan aktivitas jual beli dalam kesehariannya. Ada banyak
sekali hikmah dan pelajaran dari proses jual beli.
Kegiatan ekonomi sudah pasti dilakukan manusia dalam keseharian. Ada banyak sekali
aktivitas transaksi ekonomi yang dijalankan oleh manusia dalam satu hari dan tidak ada satupun yang
luput dari aturan dan pengawasan Allah. Sebagai makhluk ekonomi, kita membutuhkan pemenuhan
kebutuhannya untuk hidup yang dilakukan dengan transaksi ekonomi atau jual beli. Hal ini tentu saja
dilakukan manusia bersama manusia lainnya, alias tidak dilakukan sendiri. Sebagai agama rahmatan
lil alamin, tentu saja islam memberikan aturan juga berbagai prinsip agar transaksi ekonomi dalam
kehidupan manusia dapat berjalan sesuai manfaatnya untuk umat.
Tidak jarang, orang-orang melakukan transaksi ekonomi dan tidak mendasarkan prinsipnya
dengan islam. Mereka menganggap bahwa urusan ekonomi dan urusan islam adalah suatu yang
berbeda. Padahal, setiap sektor kehidupan manusia tidaklah bisa dipisahkan aturan islam. Allah tidak
memisahkannya, dan semua sektor kehidupan manusia sangat bergantung kepada islam.
Agar transaksi ekonomi berjalan dengan baik dan menimbulkan kemaslahatan, harus ada
aturan yang mengatur. Misalnya aturan yang terangkum dalam fikih muamalah. Dengan kita
mempelajari fikih muamalah akan dapat membedakan antara transaksi yang dibolehkan dan dilarang
dalam Islam. Untuk itu, islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, mengatur hal ini semuanya
untuk diterapkan dan diberlakukan dalam kehidupan manusia. Tujuannya serta merta untuk membuat
keadilan dan tidak ada kedzaliman yang berlaku dalam aktivitas manusia tersebut. Termasuk dalam
hal jual beli islam pun tidak melarang atau mengharamkan, hanya mengatur dan membuatnya menjadi
proses yang berkah.
Jual beli tentunya harus dilaksanakan dengan suka sama suka. Jika ada proses jual beli yang
membuat salah satu terdzalimi atau merasa tidak adil, maka perniagaan itu tidak akan terjadi, atau
jikalaupun terjadi maka yang rugi juga akan kembali pada pihak tersebut. Misalnya orang yang
menipu pembeli, maka pembeli yang merasa tidak adil akan tidak kembali kepada penjual tersebut.
Hal ini juga sebagaimana dijelaskan dalam hadist bahwa proses jual beli akan meningkatkan keadilan
dan keseimbangan ekonomi karena ada aturan bahwa barang dan harga yang dijual harus sama dan
menguntungkan satu sama lain.
Yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan segala aturan yang
ditetapkan oleh syariat. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan aturan-aturan tersebut, misalnya
dengan memenuhi aturan rukun dan syaratnya. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam jual beli menurut syariat:
1. Transaksi harus didasari dengan kejujuran sehingga pihak yang melakukan transaksi
tidak tertipu.
2. Tidak melakukan pemaksaan dalam bertransaksi sehingga kesepakatan didasarkan pada
suka sama suka.
3. Semua pihak yang melakukan transaksi harus bertanggung jawab.
4. Transaksi dilakukan tidak untuk tujuan merugikan salah satu pihak sehingga ada yang
merasa tertipu.
5. Transaksi diniatkan untuk mencari rida Allah sehingga harus menjauhi kebatilan.

Selain itu, kita menghindari dan menjauhkan serta tidak melakukan jual beli yang dilarang
menurut islam. Jual beli yang dilarang syar'i, yaitu karena melanggar syarat dan rukun yang sah dalam
jual dan beli. Diantaranya menghindari jual beli secara ribawi dan batil. Jual beli ribawi berarti
transaksi yang mengandung unsur-unsur riba, sedangkan disebut jual beli batil karena terjadi
pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ditetapkan syar'i. Pada saat sekarang, kita dapat menemukan
berbagai macam transaksi ribawi maupun batil, baik dalam perdagangan, pinjaman, maupun kerja
sama yang lain.
Jual beli ribawi yaitu jual beli yang mengandung unsur riba. Riba menurut bahasa artinya
bertumbuh, bertambah, atau lebih. Artinya, bertambah melebihi pokok modal, baik itu berjumlah
sedikit ataupun banyak. Semua transaksi yanng mengandung riba hukumnya adalah haram, termasuk
riba dalam jual beli/ jual beli ribawi. Para ulama berbeda-beda dalam menjelaskan macam-macam
riba. Di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Riba Fadal
Riba fadal yaitu mempertukarkan barang sejenis dengan ketentuan terdapat kelebihan
pada salah satu barang tersebut. Contohnya, menukar 1 kg beras kualitas A dengan 2 kg
beras berkualitas B atau menukar emas kadar 24 seberat 6gram dengan emas 22 karat
seberat 10 gram.
2. Riba Nasi'ah
Riba nasi'ah yaitu penambahan dalam utang piutang, baik barang ataupun uang sebagai
imbalan karena ada penundaan pembayaran utang. Misalnya, Rais meminjam uang
kepada Anwar sebesar Rp 400.000,00 dengan perjanjian akan dikembalikan dalam tempo
satu minggu. Setelah jatuh tempo ternyata Rais belum dapat mengembalikan utangnya
sehingga ia harus membayar tambahan dari jumlahnya.
3. Riba Qardi
Riba qardi yaitu utang tanpa disertai tenggang waktu, tetapi dengan mensyaratkan
membayar bunga tertentu bagi peminjam. Contoh, seseorang meminjam uang sebesar Rp
100.000,00 bunganya 25% sehingga harus mengembalikan sejumlah Rp 125.000,00.
4. Riba Yad
Riba yad yaitu jual beli yang tidak jelas, yaitu penjual dan pembeli berpisah sebelum
terjadinya serah terima. Contoh, seseorang membeli 5 kg beras dan setelah membayarnya
ia langsung pergi tanpa menyaksikan beras yang ia beli, sudah ditimbang atau belum,
bagaimana wujudnya, dan sebagainya.
Selain jual beli ribawi, diharamkan pula melakukan jual beli batil. Jual beli yang batil adalah
jika jual beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi. Termasuk batil juga jika jual beli itu
pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan, seperti jual beli yang dilakukan anak-anak, orang gila, atau
barang yang dijual itu barang-barang yang diharamkan syarak (seperti bangkai, darah, babi, dan
khamar). Jual beli yang batil ini banyak sekali macamnya dan sering terjadi dalam dunia perdagangan,
baik skala kecil maupun besar. Adapun macam-macam jual beli yang batil antara lain sebagai berikut.
1. Sesuatu yang tidak ada wujudnya dan tidak dapat diserahkan langsung kepada pembeli.
2. Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna matangnya untuk dipanen.
3. Jika mengandung unsur penipuan, seperti luarnya baik, tetapi isinya rusak.
4. Jual beli benda-benda najis seperti babi, khamar, bangkai, dan darah.
5. Jika yang dijual adalah barang milik umum.
6. Jual beli bersyarat seperti ungkapan pedagang ”Jika kontan harganya Rp500,00 dan jika
berutang harganya Rp750,00”.
7. Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat seperti ucapan penjual kepada pembeli,
”Saya jual kendaraan saya ini kepada A bulan depan jika A mendapat hadiah.”

Dalam pengamatan saya selanjutnya, proses jual beli pada perkembangan zaman seperti saat
ini proses jual beli tidak hanya dilakukan secara langsung, melainkan bisa juga dengan proses online.
Proses online ini tentu saja membutuhkan teknologi yang mendukung agar proses jual beli dapat
dilakukan secara transparant dan sesuai kenyataan.
Pada bisnis jual beli online proses akad juga harus dilakukan. Misalnya yang telah saya amati
dengan pembuatan form pernyataan dari penjual dan pembeli, tidak menutupi keadaan barang atau
produk yang dijual, membayar sesuai pernjanjian, mengirim barang dan mengirim uang sesuai jumlah
yang telah disepakati. Tanpa proses seperti ini tentu saja akan merugi dan membuat kita akan
mendapatkan dampak mudharatnya. Namun, seiring perkembangan zaman tidak hanya jual beli
barang saja yang dilakukan online, akan tetapi penipuan, judi, taruhan, dsb juga bisa dilakukan online,
dan islam tetap melarang hal tersebut.

Kegiatan jual beli yang kita lakukan sehari-hari juga seharusnya mendatangkan manfaat dan
hikam bagi kita. Hikmah dibolehkannya jual beli adalah karena kebutuhan seseorang terhadap suatu
barang tergantung pada pemilik barang tersebut, sedangkan pemilik barang tidak akan memberikan
barangnya tanpa pengganti. Mengenai disyariatkannya jual beli adalah merupakan jalan sampainya
masing-masing dari kedua belah pihak kepada tujuannya dan pemenuhan kebutuhannya. Diantara
hikmahnya yang lain adalah melapangkan persoalan kehidupan dan tetapnya alam karena dapat
meredam terjadinya perselisihan, perampokan, pencurian, pengkhianatan, dan penipuan. Kemudian
ada manfaat jual beli, antara lain :
1. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak
milik orang lain.
2. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing atas dasar kerelaan.
3. Masing-masing merasa puas. Penjual melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan
menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dengan ikhlas dan menerima
barang.
4. Menjauhkan diri dari memakan atau memilki barang yang haram.
5. Penjual dan pemberi mendapat rahmat dari Allah swt.
6. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.
Selain dari hal yang disebutkan di atas, dengan melakukan jual beli maka kita bisa menjaga
kehalalan rezeki. Tentu saja bagi yang melakukan penipuan atau pelanggaran jual beli akan membuat
rugi diri sendiri. Dan bagi penjual atau pembeli yang tidak bisa menjaga kehalalan rezekinya
Serta proses jual beli dapat menambah silahturahmi dan memperbanyak jejaring kita di
masyarakat. Berbagai kebutuhan akan kita beli di orang yang berbeda, untuk itu setiap transaksi jual
beli kita akan mendapatkan orang-orang yang berbeda di setiap harinya. Untuk itu jejaring pun akan
semakin banyak. Dengan silahturahmi dan jejaring tentunya hal tersebut dapat menambahkan
keberkahan harta dan rezeki kita. Untuk itu, ummat islam harus dapat melakukan jual beli yang halal
agar hikmah dan keberkahan jual beli tersebut dapat dirasakan dengan baik oleh kita. Tentu saja
dengan menjauhi jual beli yang juga mengandung riba.
TANGGAPAN DISKUSI KELAS
Materi : KOSMOLOGI EKONOMI ISLAM

 Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta dalam berskala
besar. Secara khusus, ilmu ini behubungan dengan asal mula dan evolusi darisuatu objek.
 Alam semesta itu terdapat potensi untuk berubah, tidak seperti cetakan yang sudah selesai.
Hal itu dikarenakan manusia sebagai khalifah yang mempunyai pengetahuan dengan
meneruskan penciptaan dan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah.
 Kita sebagai manusia yang berada dan hidup di alam semesta tidak sepatutnya untuk
khawatir. Karena alam semsesta telah menyediakan apa saja yang diperlukan manusia untuk
hidup dapat diolah untuk semua kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh yang telah dipaparkan
Prof. Musa, seekor cacing saja yang tinggal dibawah tanah saja sudah dijamin
hidupnya.
 Semua kegiatan ekonomi berada didalam ruang alam semesta dan menggunakan
bahan dasar yang tersedia di alam dan berasal dari Tuhan.
 Alam semesta dengan semua kebutuhan untuk menjalankan proses kegiatan ekonomi
membutuhkan “Kreasi dan Inovasi” dari manusia agar dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan. Seperti Industri yang mengeksplorasi dan pengolahan sumber daya alam, Pasar
yang melakukan proses perdagangan serta digitalisasi, Distribusi yang membangun
transportasi serta jaringan, Manajemen yang mengurusi sumber daya manusia serta
kemitraan.
 Namun dalam praktiknya, sumber daya alam diakui oleh negara melalui undang-undang yang
sebenarnya diolah oleh korporasi dan dikuasai individu dan individu itulah yang
menikmatinya sehingga tidak terciptanya keadilan, pemerataan serta kesejahteraan sosial
 Perang merupakan salah satu alat untuk menguasai ekonomi. Sebagai contoh negara Amerika
tidak bisa hidup tanpa adanya nya perang di dunia, karena indutri persenjataan Amerika akan
berkurang bahkan berhenti beroperasi dan mengakibatkan perekonomian mereka memburuk,
sehingga Amerika selalu membuat perang tersebut dengan cara langsung ataupun penciptaan
isu-isu dan menguasai ekonomi serta sumber daya, seperti perang di Irak untuk menguasai
minyak
 Kemenangan dari Kapitalis untuk menguasai ekonomi antara lain:
1. Penguasaan Sains dan teknologi untuk mengeksplorasi sumber daya alam
2. Kekuatan monopoli yang besar sehingga dapat menguasai pasar dunia
3. Terjadi monopoli dan pemiskinan negara berkembang

Anda mungkin juga menyukai