Ketika menerapkan aturan akuntansi dari berbagai negara untuk transaksi yang
sama, kita dapat menemukan perbedaan yang signifikan dalam laba dan aktiva bersih.
Perbedaan laba akuntansi terkadang signifikan oleh banyak pihak untuk membenarkan upaya
dari IASB menstandarisasi akuntansi internasional.
Penjelasan dari perbedaan dalam praktik akuntansi yang digunakan di berbagai
negara
Secara historis ada 2 model utama akuntansi keuangan yang diadopsi secara
internasional. Model Anglo-Amerika dan model Eropa Kontinental (Mueller, 1967; Nobes,
1984). Model Anglo-Amerika sangat dipengaruhi oleh peran badan akuntansi profesional
daripada pemerintah, menekankan pentingnya pasar modal (entitas di negara yang
menggunakan model akuntansi ini biasanya sangat bergantung pada sumber publik dari
ekuitas dan pembiayaan hutang), bergantung pada istilah seperti “jujur” dan “wajar”,
didasarkan pada pertimbangan substansi ekonomi yang melebihi bentuk hukum (bentuk
hukum yang terikat oleh undang-undang)
Model akuntansi Eropa-Kontinental, biasanya ditandai dengan masukan yang relatif
kecil dari profesi akuntansi, sedikit ketergantungan pada kebutuhan kualitatif seperti “jujur”
dan “wajar”, dan ketergantungan yang kuat pada pemerintah. Metode akuntansi
yang cenderung sangat terkait dengan peraturan pajak di tempat, dan informasi yang
cenderung sifatnya untuk melindungi kepentingan kreditur (entitas di negara yang
menggunakan model Eropa-Kontinental secara historis cenderung memperoleh sebagian
besar dana jangka panjang mereka dari sumber keluarga, pemerintah atau pemberi pinjaman,
seringkali bank).
Saat ini tidak ada satu pun teori yang jelas yang menjelaskan perbedaan
internasional dalam praktik akuntansi. Nobes (1998) meninjau literatur dan menegaskan
bahwa berbagai alasan telah diusulkan untuk menjelaskan perbedaan.
Alasan perbedaan akuntansi internasional tersebut diantaranya:
1. Hukum dan sistem politik yang mendasari
2. Sistem pajak
3. Tingkat pendidikan
4. Tingkat perkembangan ekonomi
5. Sifat kepemilikan bisnis dan sistem pembiayaan
6. Warisan kolonial
7. Perpajakan
8. Budaya
9. Sejarah
10. Bahasa
11. Agama
Budaya
Budaya adalah suatu konsep umum yang akan diharapkan berdampak pada sistem
hukum, cara bisnis dibentuk dan dibiayai dll. Selama bertahun-tahun budaya telah digunakan
dalam psikologi, antropologi, dan literatur sosiologi sebagai dasar untuk menjelaskan
perbedaan dalam sistem sosial (Hofstede, 1980). Takatera dan Yamamoto (1987)
mendefinisikan budaya sebagai sebuah ekspresi norma, nilai dan adat istiadat yang
mencerminkan karakteristik perilaku yang khas.
Gray (1988) menjelaskan bahwa istilah budaya biasanya diperuntukkan bagi
masyarakat secara keseluruhan, atau negara, sedangkan subkultur digunakan untuk tingkat
organisasi, profesi (seperti profesi akuntansi), dan keluarga. Gray (1988) berpendapat bahwa
sebuah metodologi yang menggabungkan budaya dapat digunakan untuk menjelaskan dan
memprediksi perbedaan internasional dalam sistem akuntansi dan pola pengembangan
akuntansi secara internasional.
Gray berpendapat bahwa sistem nilai atas akuntan berasal dari nilai-nilai sosial yang
terkait (yang dicerminkan oleh dimensi budaya hofstede). Nilai-nilai subkultur akuntansi
pada gilirannya akan berdampak pada pengembangan sistem akuntansi masing-masing di
tingkat nasional. Oleh karena itu, pada titik ini kita mungkin bisa mulai mempertanyakan
apakah sistem akuntansi dapat dikembangkan dalam “satu ukuran yang cocok” untuk semua
perspektif-suatu pendekatan yang dimiliki IASB diadopsi.
Kembali ke karya Hoftstede, empat dimensi nilai kemasyarakatan yang diidentifikasi
oleh Hofstede (1984) dapat diringkas sebagai berikut:
1. Individualisme vs Kolektivisme
Individualisme mengacu pada preferensi untuk kerangka sosial yang longgar dalam
masyarakat dimana individu merawat diri mereka sendiri dan keluarga dekat mereka
saja. Kolektivisme berarti kerangka sosial yang erat di mana kerabat, klan atau
kelompok lain saling memperhatikan. Mengatasi tingkat ketergantungan yang dimiliki
masyarakat di antara individu.
2. Jarak kekuasaan besar dan kecil
Jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota masyarakat menerima bahwa kekuasaan
di lembaga dan organisasi didistribusikan secara tidak adil. Masyarakat dalam jarak
kekuasaan besar menerima tatanan hierarkis di mana setiap orang memiliki tempat,
yang tidak memerlukan pembenaran lebih lanjut. Masyarakat dalam jarak kekuasaan
kecil berusaha untuk pemerataan kekuasaan dan menuntut pembenaran untuk
ketidakadilan kekuasaan.
3. Penghindaran ketidakpastian kuat vs lemah
Penghindaran ketidakpastian adalah sejauh mana anggota masyarakat merasa tidak
nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Masyarakat penghindaran
ketidakpastian yang kuat mempertahankan kode keyakinan dan perilaku yang kaku
dan tidak toleran terhadap orang dan gagasan yang menyimpang. Masyarakat
penghindaran ketidakpastian yang lemah menjaga suasana yang lebih santai di mana
praktik lebih penting daripada prinsip dan penyimpangan lebih mudah ditoleransi.
4. Maskulinitas vs Feminitas
Maskulinitas singkatan dari preferensi untuk prestasi, kepahlawanan, ketegasan dan
kesuksesan materi. Feminitas singkatan dari preferensi untuk hubungan, kesopanan,
merawat yang lemah, dan kualitas hidup.
Agama
Menurut Hamid, Craig and Clarke (1993) agama melampaui batas-batas nasional.
Mereka mempertimbangkan bagaimana budaya islam, yang ada di banyak negara, biasanya
gagal untuk merangkul praktik akuntansi “barat”. Mereka menyatakan :
kepatuhan dengan keyakinan Islam dapat mempengaruhi struktur bisnis dan
keuangan. Khususnya, banyak praktik akuntansi Barat yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam membutuhkan penjelasan.
Hamid, Craig dan Clarke (1993) menunjukkan bahwa tradisi Islam memiliki
gagasan tentang stewardship — tetapi kepada Tuhan dan bukan kepada pemasok ekuitas atau
modal utang. Ada juga perbedaan mendasar lainnya misalnya, islam menghalangi
pembiayaan utang dan melarang pembayaran bunga dan larangan ini memiliki implikasi yang
signifikan terhadap proses yang ditujukan untuk harmonisasi standar akuntansi.
Oleh karena itu, Hamid, Craig dan Clarke (1993) memberikan argumen yang logis
bahwa agama dapat memiliki dampak besar pada sistem akuntansi yang dipilih. Agama dapat
berpotensi mempengaruhi cara orang melakukan bisnis dan bagaimana mereka membuat
keputusan.
Sistem Hukum
Sistem hukum secara luas dibagi menjadi dua kategori besar : sistem hukum umum
dan sistem hukum Romawi. Dalam sistem hukum umum, praktik akuntansi negara cenderung
sangat bergantung pada penilaian profesional. Negara yang menganut sistem hukum umum
diantaranya Inggris, Wales, Irlandia, India, Amerika, Kanada, Australia. Sebaliknya, dalam
sistem hukum romawi hukumnya cenderung sangat rinci dan mencakup sebagian besar aspek
kehidupan sehari-hari. Negara yang menganut sistem hukum Romawi mencakup sebagian
besar Uni Eropa : Prancis, Italia, Spanyol (Selain Inggris, Wales dan Irlandia).
Kejadian Sejarah
Nobes dan Parker (2004) menunjukkan pentingnya faktor tambahan dari kejadian
sejarah, yang pengaruhnya akan dibatasi pada sistem akuntansi masing-masing negara yang
terkena dampak. Sebagai contoh, setelah Wall Street Crash pada tahun 1929, undang-undang
Securities Exchange yang didirikan di AS bertujuan untuk melindungi investor, sementara
tidak ada perkembangan seperti itu di Inggris. Undang-undang ini mencakup beberapa
persyaratan akuntansi tertentu, yang telah diserahkan ke badan penetapan standar akuntansi
sektor swasta, dan yang telah menghasilkan seperangkat peraturan akuntansi AS yang rinci
(seperti yang akan kita lihat di negara hukum Romawi).