Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi di dunia ini sudah berkembang secara cepat, sehingga
pertukaran kebudayaan, kebiasaan, dan tata krama antara negara satu dengan
negara lainnya sangat mudah terjadi.
Pertukaran pertukaran kebudayaan, kebiasaan, dan tata krama ini pun
secara tidak langsung akan mempengaruhi pola tingkah laku masyarakat di
suatu negara. Pola tingkah laku yang dipengaruhi sendiri adalah pola
kesopanan dan lain lain.
Berkaitan dengan hal di atas, akhir - akhir ini penulis sering mendengar
keluhan para orang tua tentang perubahan tingkah laku anak – anaknya yang
berusia remaja, dalam hal ini berkaitan dengan kesopanan, setelah menonton
tayangan televisi tertentu khususnya sinetron. Tidak sedikit pula para orang
tua memberikan pernyataan bahwa pada waktu mereka berusia remaja saat
dampak globalisasi belum begitu terasa, tingkah laku mereka lebih baik
daripada tingkah laku remaja sekarang.
Masa masa remaja sendiri merupakan masa masa pencarian jati diri dan
mudah sekali terombang ambing. Oleh karena itu penulis memandang perlu
menganalisis tentang pengaruh sinetron terhadap perilaku remaja khususnya
dalam norma kesopanan.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa banyak kah remaja yang suka menonton sinetron?


2. Apakah sinetron pada tayangan televisi dapat mempengaruhi
kesopanan perilaku remaja?
3. Perubahan kesopanan yang seperti apakah yang terjadi setelah
menonton sinetron?

1
4. Faktor apa sajakah selain sinetron yang dapat mempengaruhi
perubahan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui banyak remaja yang memiliki kegemaran menonton


sinetron
2. Untuk menganalisis apakah sinetron dapat merubah sikap remaja
3. Untuk mengetahui perubahan kesopanan yang seperti apakah yang
dipengaruhi sinetron
4. Mencari faktor faktor lain yang juga dapat merubah sikapa remaja

D. Manfaat Penelitian

1. Membantu para orang tua dalam memilihkan tayangan televisi yang


sesuai bagi anaknya.
2. Dapat membantu orang tua dalam mengetahui penyebab dari
perubahan kesopanan anaknya.
3. Memberikan pembelajaran bagi para remaja tentang perilaku seperti
apa yang pantas ditiru, dan perilaku seperti apa yang harus dihindari

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sinetron
Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/sinetron sinema elektronik
atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial
drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam
bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan
dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Menurut hasil wawancara
dengan Teguh Karya, sutradara terkenal asal Indonesia, istilah yang
digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh
Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian
Jakarta).
Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia
sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama
atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang
memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda
menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada
titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih,
tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.
Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode kebanyakan
karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan
kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi
mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal
ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar
kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segitiga, kehidupan keluarga
yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini sangat digemari
yaitu tentang kehidupan alam gaib.

B. Kesopanan
Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/kesopanan Kesopanan adalah
peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma
kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma
kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
Norma kesopanan sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam
bermasyarakat, karena norma ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat.
Sekali saja ada pelanggaran terhadap norma kesopanan, pelanggar akan
mendapat sanki dari masyarakat, semisal cemoohan. kesopanan merupakan
tuntutan dalam hidup bersama. Ada norma yang harus dipenuhi supaya
diterima secara sosial.
Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan adalah tidak tegas, tetapi dapat

3
diberikan oleh masyarakat, yang berupa cemoohan, celaan, hinaan, atau
dikucilkan oleh masyarakat.

C. Remaja
Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/remaja Menurut psikologi, remaja
adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal
dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan
fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya
suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia
berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk
menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian
masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam
membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.[rujukan?] Remaja juga
berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status
anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah
Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak
dan dewasa.
Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh
Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang
umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam karya tulis ini adalah
penelitian lapangan (Field Research) dan secara kuantitatif. Data data
yang diambil dari lapangan nantinya akan dihitung secara kuantitatif.

B. Populasi dan Sampel


Dalam menentukan populasi subjek penelitian, penulis memilih
para orang tua yang memiliki anak pada usia remaja yang berada di Kota
Magelang. Untuk memenuhi data dari semua popuplasi tersebut, sangat
sulit untuk penulis lakukan, untuk itu penulis memilih 20 orangtua yang
memiliki anak pada usia remaja di Kota Magelang secara acak yang
digunakan sebagai sampel.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah
20 lembar angket yang terdiri dari tujuh soal termasuk dua uraian bebas.
Angket selengkapnya terdapat pada lampiran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai
Berikut :
1. Membuat angket yang terdiri dari 7 soal termasuk di dalamnya
dua essay bebas yang tidak dihitung dalam penelitian karena
bersifat subjektif.
2. Membagikan angket kepada 20 orangtua yang memiliki kriteria
yang dibutuhkan penulis secara acak.

5
3. Mengambil kembali angket.
4. Mengubah angket menjadi sebuah data.
5. Mendeskripsikan hasil dari angket tersebut
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan penulis adalah pengolahan
data secara kuantitatif, data yang sudah terkumpul melalui angket dihitung
dan dikelompokan sesuai kebutuhan untuk menjawab rumusan masalah.

6
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Data yang didapat dari 20 orangtua yang memiliki anak pada usia remaja
di sekitar Magelang. Hasil angket tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Pertanyaan (dalam bentuk pilihan Presentase
No Jawaban
ganda) (%)

Apakah anda sering 75


a. ya
1 memperhatikan acara televisi
25
yang ditonton anak anda? b. tidak

a. sinetron 31.25

Acara apakah yang sering anak b. berita 43.75


2
anda tonton? c. kartun 25

d. ………… 0

Apakah ada perubahan sikap 47.06


a. Ya
3 yang anda rasakan setelah anak
anda menonton acara televisi? b. tidak 52.94

Jika iya perubahan sikap yang a. positif 50


4 seperti apakah yang terjadi?
b. negatif 50

Menurut anda, apakah hanya


5
acara televise saja yang a. ya
5 mempengaruhi perubahan
sikap tersebut? 95
b. tidak

7
B. Klasifikasi Data
Berdasarkan hasil angket yang didapat dari orangtua tersebut, data dapat
diklasifikasikan menjadi 5, yakni :

1. Diagram dari pertanyaan angket nomor satu :

perhatian orang tua


25%

ya
tidak
75%

Terdapat sebanyak 25% dari orangtua tidak pernah memperhatikan acara


apa yang ditonton oleh anaknya, sedangkan 75% lainnya selalu memperhatikan.

2, Diagram dari pertanyaan dua :

Acara yang ditonton


0%
25%
31.25%
sinetron
Kartun
Berita
lainnya ….

43.75%

Kebanyakan dari remaja menonton acara kartun dengan presentase


43.75%, dan tidak sedikit pula yang menonton sinetron yaitu sekitar 31.25%,
sedangkan untuk remaja yang gemar menonton berita ppresentasenya hanya 25%,
dan tidak ada remaja yang menonton acara lainnya.

8
3, Diagram dari pertanyaan tiga :

Adanya perubahan sikap

47.06%
Ya
52.94%
Tidak

Presentase remaja yang sikapnya berubah setelah menonton acara televisi


ternyata lebih sedikit dibandingkan remaja yang tidak berubah sikap dan
perilakunya setelah menonton acara televisi.

4. Diagram dari pertanyaan empat :

Arah perubahan

Positif
50% 50%
Negatif

Arah perubahan sikap antara menjadi lebih positif dan negatif disini
seimbang, 50% ke arah positif dan 50% ke arah negatif.

9
5. Diagram dari pertanyaan lima :

Apakah hanya sinetron yang


mempengaruhi?
5%

Ya
Tidak

95%

95% dari orangtua yang ditanyai melaui angket mengatakan bahwa faktor
penyebab perubahan sikap pada remaja tidak hanya sinetron saja, tetapi juga
terdapat faktor-faktor lain, sedangkan 5% nya lagi memiliki perbedaan pendapat
bahwa hanya sinetronlah yang mempengaruhi perubahan sikap tersebut.

C. Analisis Data
Salah satu kegiatan yang sering kita jumpai adalah menonton televisi, kita
dapat menjumpai begitu banyak acara televisi yang menarik dan membuka
wawasan, walaupun tidak semua acara televisi bisa memberikan dampak positif
bagi para pemirsanya, oleh karena itu penulis merasa bahwa pengawasan orangtua
khusunya kepada buah hati mereka pada masa remaja sangatlah diperlukan, teapi
berdasarkan pertanyaan angket, 25% orangtua tidak berpendapat demikian,
mereka tidak mengawasi apa yang anak anak mereka tonton, dan 75% nya lagi
selalu mengawasi apa yang anak-anak mereka tonton.
Pengawasan dari para orangtua ini pun sangat diperlukan terutama dalam
pemilihan acara televisi sendiri, dewasa ini kita menemukan banyak sekali acara
televisi yang ditayangkan dan dari pertanyaan angket nomor dua penulis
mengetahui bahwa terdapat sekitar 31.25% dari remaja menonton acara televisi,
43.75% menonton acara kartun, 25% menonton berita dan tidak ada dari remaja
yang menonton acara selain yang disebutkan dalam pertanyaan angket, pertanyaan
angket nomor dua ini sekaligus menjawab rumusan masalah nomor satu.
Ternyata, acara kartun adalah acara yang paling digemari dikalangan remaja di
sekitar Kota Magelang, penonton dari acara kartun ini mengalahkan penonton dari
acara sinetron, berita, dan juga acara lainnya. Acara sinetron sendiri menjadi
pilihan kedua dari para pemirsanya dilanjutkan dengan berita.

10
Pada peranyaan angket ketiga, menulis menganalisis ada tidaknya dampak
perubahan sikap yang dirasakan oleh para orangtua yang terjadi pada anak anak
mereka yang menonton acara acara televisi. Menurut hasil dari angket sendiri,
penulis menemukan bahwa jumlah anak anak yang mengalami perubahan sikap
setelah menonton acara televisi ternyata lebih sedikit dibandingkan anak anak
yang sikapnya tidak terpengaruh oleh acara televisi, walaupun jumlah
perbedaanya sendiri tidak terlampau besar yaitu 47.06% dari mereka mengalami
perubahan sikap dan 52.94% yang sikapnya tidak berubah, pertanyaan angket ini
mewakili rumusan masalah nomor dua.
Dari remaja yang sikapnya berubah setelah menonton acara televisi,
penulis menganalisis lagi ke arah manakah perubahan tersebut, apakah itu
merupakan perubahan yang menuju ke arah positif ataukah negatif, disini penulis
lebih mengkhusukan kepada para remaja yang mengalami perubahan setelah
menonton acara sinetron. Setelah penulis amati, penlis menemukan perubahan
antara yang positif dan negatif ternyata seimbang. Jawaban dari essay bebas pun
dapat digunakan sebagai referensi dalam pertanyaan angket ini, yaitu contoh-
contoh perubahan sikap tersebut seperti apa, dari segi positifnya kebanyakan dri
orangtua mengatakan bahwa wawasan dari anak – anak mereka bertambah setelah
menonton sinetron, karena sinetron sendiri juga dapat memberikan nilai – nilai
budaya, baik budaya asing maupun budaya nasional, para orangtua berpendapat
bahwa tidak semua budaya asing yang dibawa oleh sinetron dapat berpengaruh
negatif bagi para pemirsanya terutama remaja, bahkan tidak sedikit pula pengaruh
positif yang dibawa oleh sinetron. Sedangkan dari segi negatif, kebanyakan dari
mereka menjawab perubahan seperti malas belajar, lebih sulit diatur, sering
pulang larut malam, dan bahkan membantah saat diberi tahu, menurut para
orangtua perubahan perubahan ini terjadi setelah belum lama anak anak mereka
menonton sinetron, jawaban dari angket nomor empat sekaligus essay bebas
pertama ini mewakili rumusan masalah nomor tiga.
Pertanyaan angket dan essay bebas selanjutnya akan mewakili rumusan
masalah nomor empat, yaitu apakah hanya sinetron sajalah yang merupakan
faktor penyebab terjadinya perubahan sikap khususnya norma kesopanan.
Sebanyak 5% dari koresponden menyatakan bahwa hanya sinetronlah yang
merupakan faktor penyebabnya sedangkan 95% lainnya menyatakan bukan hanya
sinetron penyebab dari perubahansikap yang terjadi, jawaban dari essay bebas
mereka menyatakan bahwa faktor faktor lain yang juga mempengarui adalah
lingkungan, keluarga, teman sepergaulan, bawaan, dan kehidupan di sekolah.

11
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari
karya tulis ini :

1. Jumlah remaja yang gemar menonton sinetron terbilang cukup banyak


walaupun tidak sebanyak remaja yang gemar menonton kartun.
2. Jumlah remaja yang berubah sikapnya lebih sedikit dibandingkan yang
tidak, sehingga dapat disimpulkan bahwa acara televisi khususnya
sinetron tidak terlalu berefek pada perubahan sikap remaja.
3. Perbandingan perubahan sikap antara positif dan negatif seimbang,
sehingga dapat disimpulkan perubahan perubahan yang terjadi tidak
selalu pada perubahan yang negatif.
4. Dari angket diketahui bahwa masih banyak faktor faktor lain yang
berpengaruh pada perubahan sikap selain sinetron , yaitu :
a. Lingkungan
b. Keluarga
c. Teman seperrgaulan
d. Bawaan
e. Pendidikan di sekolah

B. Saran

1. Untuk para remaja boleh saja menonton film film yang berbudaya asing,
tetapi jangan lupakan budaya nasional, menonton film berbudaya asing
hanya untuk menambah wawasan saja.

2. Untuk para orangtua agar lebih memperhatikan acara televisi yang


ditonton anaknya

12
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sinetron

http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Edisi kelima. Yogjakarta: Pustaka


Pelajar Offset.

Berndt, T.J. 1992. Child Development. New York: Holf Renehart&Winston Inc.

13

Anda mungkin juga menyukai