Anda di halaman 1dari 11

aprilia_mega

Jumat, 11 Mei 2012


Partus Prematurus Iminen

A. Partus Prematurus Iminen

1. Pengertian

Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat di definisikan sebagai persalinan yang

terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir

(ACOG,1997).

Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat Herron,dkk , persalinan prematur

adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu ,

dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai dengan satu atau lebih

tanda berikut : (1) perubahan serviks yang progresif, (2) dilatasi serviks 2 sentimeter atau

lebih, (3) penipisan serviks 80 persen atau lebih.

Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa

kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998)

partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir

1000 sampai 2500 gram.

Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau

berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003).

Menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah persalinan yang terjadi di bawah

umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500 gram.

Dari beberapa pengertian partus prematurus diatas dapat disimpulkan bahwa partus

prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana akan timbul
persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37 minggu) atau berat badan

lahir kurang dari 2500 gram.

2. Etiologi dan Faktor Risiko

Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui. Namun

menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus

yaitu :

a. Faktor resiko mayor

Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada

kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32

minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem

sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan

iritabilitas uterus.

b. Faktor resiko minor

Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu,

riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II,

riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Sedangkan menurut Manuaba (1998), faktor predisposisi partus prematurus adalah

sebagai berikut:

a. Faktor ibu

Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan

bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh

darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.

b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi

hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.

c. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

3. Patofisiologi

Beberapa pemeriksaan dan faktor risiko dapat memperkirakan terjadinya partus

prematurus, antara lain ras kulit hitam, indeks masa tubuh yang rendah, perdarahan

pervagina, kontraksi, infeksi pelvis, bakterial vaginosis, partus prematurus habitualis, tes

serviko vaginal fetal fibronectin, dan ukuran servik yang pendek. Dua yang disebutkan

terakhir merupakan prediktor paling kuat.

Partus prematurus dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor

resiko minor adalah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan

lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat

abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Faktor resiko mayor adalah kahamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka

lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,

riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat

operasi konisasi dan iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau

lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan

keduanya

4. Diagnosis

a. Kriteria
1) Usia gestasi 22-36
2) HIS 1kali/10menit /selama 30detik
3) Dilatasi serviks 2cm atau perubahan dilatasi pada waktu satu jam

4) Pendataran serviks >50-80%


b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin, Kimia darah, golongan ABO,faktor Rhesus
2) Urinalisis atau kultur Urin
3) Bakteriologi Vagina’
4) Amniosentesis : Surfaktsn
5) Gas dan PH darah janin
c. USG untuk mengetahui
1) Usia gestasi,Jumblah Janin,besar janin, kativitas Biofisik
2) Cacat Kongenital
3) Letak dan Maturasi Plasenta
4) Volume cairan tuba dan kelainan Uterus
d. CTG guna menilai
1) Kesejahteraan Janin
2) Frekuensi dan kekuatan kontraksi

5. Tanda dan Gejala

Partus prematurus iminen ditandai dengan :

a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit

b. Rasa berat dipanggul

c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea

d. Keluarnya cairan pervaginam

e. Nyeri punggung

Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari kewaspadaan

tenaga medis.

6. Kontraindikasi Menghentikan Proses Persalinan Preterm

a. Faktor Maternal

1) Penyakit hipertensi dalam kehamilan yang berat ( misal eksaserbasi akut hipertensi kronik

eklampsia, preeklampsia berat )

2) Penyakit jantung atau paru (mis. Edema paru , ARDS, penyakit katub jantung, takiaritmia)

3) Dilatasi servik sudah > 4 cm

4) Perdarahan pervaginam ( milsa. Solusio plasenta, plasenta previa , DIC )


b. Faktor Janin

1) Bayi mati atau anomali kongenital yang lethal

2) Fetal distress

3) Infeksi intra uterine ( korioamnionitis )

4) Gawat janin berkaitan dengan usaha mempertahankan kehamilan

5) TBJ > 2500 gram

6) Eritroblastosis fetalis

7) PJT berat

7. Penilaian klinik

Menurut Saifuddin (2001), kriteria persalinan prematur antara lain kontraksi yang

teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaraan lendir kemerahan atau

cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :

a. Pada periksa dalam, pendataran 50-80 persen atau lebih, pembukaan 2 cm atau lebih.

b. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG: panjang servik kurang dari 2 cm

pasti akan terjadi persalinan prematur, tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan

menghalangi terjadinya persalinan prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring

kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi kelahiran prematur.

Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan pretem adalah:

a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit sekali selama 45 detik dalam

waktu minimal 2 jam .

b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.

c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor

d. Usia kehamilan antara 20 samapi 37 minggu


e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai 37 minggu.

f. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm

8. Pencegahan

a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur

b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan

preterm.

c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,

memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,

menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat

diketahui dan diawasi / diobati.

d. Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba,

1998).

Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan mengambil langkah-

langkah berikut ini :

a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).

b. Perbaiki keadaan sosial ekonomi

c. Cegah infeksi saluran kencing

d. Berikan makana ibu yang baik, cukup lemak , dan protein

e. Cuti hamil

f. Prenatal care yang baik dan teratur

g. Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak

9. Penanganan Umum
Prinsip penanganan Persalinan preterm lakukan evakuasi keadaan umum ibu , upayakan

melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.Adapun hal yang perlu diketahui dalam

penanganan umum persalinan preterm adalah :

a. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat

janin.

b. Demam atau tidak

c. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat janin, hidup/gawat janin/mati,

kelainan kongenital dan sebagainya dengan USG)

d. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan sectio cesarea

e. Fasilitas dari petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya seorang

neonatologis, bila perlu dirujuk (Saifuddin, 2002).

10. Penatalaksanaan

a. Segera lakukan penilaian tentang

1) Usia gestasi ( untuk prognosis)

2) Demam ada/tidak

3) Kondisi janin (jumlah, letak,TB) Hidup/gawat janin/mati,atau kelainan Kongenital dll

4) Letak plasenta : perlukah SC

5) Kesiapan Untuk Menangani bayi prematur

b. Tentukan kemungkinan penanganan selanjutnya (ada 3)

1) Pertahankan Janin hingga kelahiran aterm

2) Tunda persalinan 2-3 hari untuk memberikan obat pematangan paru janin

3) Biarkan terjadi persalinan

Penataklaksanaan belum dalam persalinan

a. Bedrest

b. Deteksi dan management faktor Resiko


c. Tokolitik

Kemungkinan obat-obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai

memberikan kortikosteroid sebagi induksi maturasi paru bila usia gestosis kurang dari 34

minggu. Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan

dan tindakan sebagai berikut:

a. Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin

b. Berikan 2 dosis betamethason 12 mg IM selang 12 jam (atau berikan 4 dosis deksamethason

5 mg IM selang 6 jam)

c. Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.

Pemberian obat-obatan tokolitik(salbutamol,MgSo4,Nifedipin, Nitrat) tidak lebih dari 48

jam.Monitor keadaan janin dan ibu (nadi, tekanan darah, tanda distres nafas, kontraksi uterus,

pengeluaran cairan ketuban atau darah pervaginam, DJJ, balance cairan , gula darah)

(Saifuddin, 2002).

11. Cara persalinan

Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomi

lebar dan lakukan perlindungan forceps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan

persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sunggsang , gawat janin dengan syarat

partus pervaginam tidak terpenuhi , janin letak lintang, placenta previa dan taksiran berat

janin 1.500 gram (Mansjoer, 2002).

Pimpinan partus prematurus bertujuan untuk menghindari trauma bagi anak yang masih

lemah :

a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama tapi sebaliknya jangan pula terlalu cepat

b. Jangan memecah ketuban sebelum pembukaan lengkap

c. Buatlah episiotomi medialis


d. Kalau persalinan perlu diselesaikan, pilihlah forceps diatas ekstraksi vakum

e. Jangan menggunakan narcose

f. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan ikterus neonatorum yang berat

(Sastrawinata , 1984).

12. Prognosis

Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan

berat 2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97 persen. 1500 sampai

2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500 gram sebesar 65-80 persen

(Mansjoer, 2002).

Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua

sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah

(jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-

sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan

dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa berupa :

a. Sindroma gangguan pernapasan.

Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah surfaktan (cairan

pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-paru tidak dapat berkembang

sempurna.

b. Perdarahan otak

Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur yang lahir

kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi prematur tumbuh menjadi

anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak yang lahir normal.

c. Kelainan jantung
Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan antara aorta

dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.

d. Kelainan usus

Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.

e. Anemia dan infeksi

Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur menghadapi berbagai

masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi karena sensor otaknya belum

sempurna, pengosongan lambung terhambat (refluks), kuning dan kebutaan (Rinawati, 2007).

Diposkan oleh aprilia_mega di 07.21


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

1 komentar:

1.

Putri Sarah Dita3 Juni 2012 06.33

kakak aprelll,,,, ^^
like ur post...

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Mengenai SayaArsip Blog


 ▼ 2012 (5)

o ▼ Mei (5)

aprilia_mega  KB metode kalender


Lihat profil lengkapku
 Menopause

 Partus Prematurus Iminen

 dimensi sosial wanita

 partus tak maju

 ► 2011 (3)

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

https://www.scribd.com/doc/111292529/ASKEP-PARTUS-PREMATUR

Oct 27, 2012 by DessPus Sinsetsuna

Anda mungkin juga menyukai