Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

HADIS TARBAWI

Dosen Pembimbing: Dr. Emawati, M. Ag.

MAKALAH
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN KOLUSI

Disusun Oleh:

ROFIUDDIN AZIZ
NIM. 16016037

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
kenikmatan, anugerah dan karunianya kepada kita semua. Shalawat dan
salam tidak lupa kami haturkan kehadirat nabi besar Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat serta seluruh pengikutnya. Rasa syukur kami kepada-
NYA karena telah menyelesaikan tugas mandiri pembuatan makalah
sederhana ini.
Makalah sederhana yang kami sajikan ini berjudul “Pendidikan Anti
Korupsi Dan Kolusi” dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir dan
Hadis Tarbawi program pasca sarjana IAIN Palangka Raya. Kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing ibuDr. Emawati, M. Ag.
Kami berharap makalah yang disajikan ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, Oktober 2016


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor UtamaKorupsi Dan Kolusi...........................................
B. Cara MendidikKeluarga Anti Korupsi Dan Kolusi.................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran-Saran................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maraknya pemberitaan korupsi dan kolusi yang terjadi di zaman


sekarang ini membuat resah masyarakat yang mendengarnya. pasalnya
para koruptor terpidana tak lain dan tak bukan adalah oknum para pejabat
yang di amanati untuk mengurus negara ini. Walaupun banyak juga tindak
korupsi dan kolusi yang terjadi pada oknum masyarakat biasa. Tindak
kejahatan korupsi dan kolusi merupakan perbuatan curang dan khianat
sehingga dampak yang dihasilkan dari perbuatan tersebut sangat
merugikan banyak pihak. Walaupun media massa banyak meliput kejadian
tersebut dan negara telah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) namun sepertinya belum mampu menuntaskan kasus korupsi
sampai ke akarnya.
Beberapa ungkapan untuk menggambarkan pengertian korupsi dan
kolusi mulai dari pemikiran perorangan hingga ayat suci Al-Quran, dan
ungkapan tersebut pun saling mendukung satu sama lainnya, sehingga
tidak terlalu jauh dari pengertian korupsi dan kolusi itu sendiri. Seperti
disebutkan dalam Undang-undang negara Republik Indonesia:
Pengertian korupsi yaitu setiap orang yang dengan sengaja secara
melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan
kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.1

Juga disebutkan oleh Al-Qur’an“Akhdzul Amwal Bil Bathil” dalam


surat Al-Baqarah: 188:

‫وولَ ِتوأملكلوا ِأوممووالولكمم ِبيوميَينولكمم ِبساَّلمبواَّسطسل ِووتلمدلوا ِسبواَّ ِإسول ِامللنكاَّسم ِلستوأملكلوا ِفوسريِقااَّ ِسممن ِأومموواسل ِالناَّسس‬
‫بساَّ مسل مسث ِووأونَميتلمم ِتويمعلولموون‬
Artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui”

1Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999.


Dari kedua pengertian diatas menjelaskan bahwa korupsi merupakan
tindakan busuk, palsu, dan suap2, perbuatan melanggar dan melawan
hukum, baik hukum agama maupun hukum negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor utama korupsi dan kolusi?
2. Bagaimana mendidik keluarga anti korupsi dan kolusi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor utama korupsi dan kolusi.
2. Untuk mengetahui cara mendidik keluarga anti korupsi dan kolusi.

BAB II
2KPK,206. Panduan penyelenggaraan pendidikan anti korupsi dimadrasah, hal 5.
PEMBAHASAN

A. Faktor utama korupsi dan kolusi


‫ ِوووم من‬-ِ ‫س ِلبوسروك ِلوله ِفسيَ سه‬ ‫ب ِنَويمف س‬ ‫ٌ ِفوم من ِأووخ وذله ِبسسطيَ س‬,‫ضرةة ِلحمل وةة‬ ‫س‬
‫…إنن ِوهوذا ِالموماَّول ِوخ و و و‬ِ:‫قواَّول ِورلسولل ِاللنه‬
‫س‬ ‫س‬
‫ٌ ِوووك ياَّون ِوكاَّلنيسذيِ ِيِوأملك يلل ِووولَ ِيِومش يبولع ِووالميَويلد ِالمعلمليَوياَّ ِوخميَ يةر ِسم يون ِالميَويسد‬,‫س ِولمي ِيِيلبوياَّورمك ِلويله ِفسيَ يسه‬ ‫أوخ يوذه ِبسسإمش يرا س‬
‫ف ِنَويمف ي س‬ ‫و ل و‬
َ‫السسمفولى‬

(1379ِ ِ:‫ٌالبخاَّرى‬,1717ِ ِ:‫)مسلم‬

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya harta itu lezat dan manis


(mempesona). Barangsiapa yang mendapatkannya dengan hati yang bersih
(tidak serakah) ia akan mendapatkan berkah dari harta itu. Dan barangsiapa
yang mendapatkannya dengan nafsu serakah, ia tidak akan mendapat berkah
dari harta itu. Dan ia bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah merasa
kenyang. Dan tangan di atas itu (dermawan) jauh lebih mulia dari tangan
yang di bawah (peminta-minta)”.

(Muslim: 1717; al-Bukhari: 1379)

Hadist di atas menjelaskan pengertian dasar dari harta yang


mempesona dan menjadi kebutuhan manusia di dunia. Rasulullah SAW
membuat perumpamaan tentang harta serta cara mendapatkannya. Harta
yang kita dapatkan hendaklah diperhitungkan mengenai cara perolehan,
cara pemakaian, serta zakat dan shadaqohnya. Karena di dalam harta yang
kita peroleh terdapat juga hak-hak orang lain. Jangan karena
mempertahankan gengsi dan ego semata kita menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan harta. Tiada larangan dalam agama dan negara untuk
mencari harta, tetapi wajiblah bagi kita untuk memilah dan memilih
sumber-sumber pendapatan harta kita agar mendapatkan barokah dari harta
yang kita usahakan sehingga kita bisa terhindar dari azab Allah SWT.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya korupsi, antara lain: 1) Faktor
Politik, 2) Faktor Sejarah, 3) Faktor Sosial Dan Budaya, 4) Faktor
Ekonomi.3 Faktor ketidakpuasan manusia pun menjadi salahsatu penyebab
terjadinya korupsi dan kolusi, tanpa memperhatikan cara untuk

3Axel Drehel, Corruption Arround The World: Evidence From A Structural Model. Page 5-7.
mendapatkannya apakah halal atau haram. Berdasarkan pasal 11 UU No.30
tahun 2002, kewenangan KPK untuk melakukan penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan, dibatasi oleh tindak pidana korupsi yang:
a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara dan orang
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara.
b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat: dan/ atau
c. Menyangkut kerugian negara paling sedikit 1.000.000.000,- (satu
miliyar rupiah).4

Rasulullah SAW bersabda:


‫ف ِابميسن ِآودوم ِإسلَن‬ ‫ٌ ِووولَ ِويمو ل‬,َّ‫ليو يمو ِوك ياَّون ِسلَبيم يسن ِآودوم ِوواسديِوياَّسن ِسم يمن ِوم ياَّسل ِولَبميتويغوييىَ ِثواَّلسثيايا‬ِ:‫قوياَّول ِورلسييولل ِاللين يسه‬
‫ل ِوج يمو و‬
‫ب‬ ‫ب ِاللنله ِوعولىَ ِوممن ِتواَّ و‬ ‫ٌ ِوويِويلتو ل‬,‫ب‬ ‫التسيورا ل‬
(2259ِ ِ:‫ٌ ِالتمذى‬,1737ِ ِ:‫ٌ ِمسلم‬,5956ِ ِ:‫)البخاَّرى‬

Rasulullah bersabda:“Seandainya manusia memiliki dua lembah penuh


harta, dia akan menginginkan yang ketiga. Tidak ada yang bisa memuaskan
perut manusia kecuali kematian. Dan Allah mengampuni orang yang
meminta ampun kepada-Nya”.

(al-Bukhari: 5956; Muslim: 1737; at-Tirmidzi: 2259)


Manusia memiliki rasa ketidakpuasan terhadap segala sesuatu, dari
segi harta maupun kuasa. Hanya orang-orang yang beriman lah yang
mampu mengendalikan rasa ketidakpuasan tersebut. Dari berbagai faktor
penyebab korupsi, ada yang mengedepankan kurangnya gaji ketika
menjadi pegawai sebagai alasan.5 Masalah itu terjadi apabila orang tersebut
salah dalam mengatur pengeluaran, gaya hidup yang tak sebanding dengan
pemasukan akibat gemar mengikuti gaya dan ambisi duniawi. Terlebih lagi
dalam memenuhi hasrat mengumpulkan materi harta tersebut memakai
jalan kekuasaan yang sedang dijabat dan diamanati kepadanya maka ia
termasuk kedalam orang-orang yang khianat. Allah SWT berfirman:

4UU No.30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi.


5Erry riyana hardjapamekas (2008)
‫ي نـ وأأي ينہاَ ۡمُأٱ ر تليِذَّنن ۡمُنءانمنموُاا ۡمُنل ۡمُ ن متوُنَ موُاا ۡمُأٱنرل ۡمُنوٱألررمسوُنل ۡمُنو ن متوُنَ مووُاا ۡمُأأنمـننـتتعمك ۡمُنوأأنَ م عت ۡمُتنععلنمموُنن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.”
(QS. al-Anfal (8) : 27)

Dalam hal khianat, kita sering mendengar pemberitaan diberbagai


media baik cetak maupun televisi bahwaprilaku korup yang dilakukan oleh
para oknum pejabat, terkadang bisa juga dipicu oleh suap yang dilakukan
oleh oknum masyarakat kepada oknum pejabat tersebut. Pekerjaan tersebut
dilakukan biasanya untuk mendapatkan kemudahan dalam suatu proyek
atau alasan lainya. Apabila oknum pejabat tersebut memiliki iman maka ia
akan menolak suap tersebut, apabila tidak maka penyuap dan yang disuap
akan mendapat laknat.

Seperti sabda Rasulullah SAW:

(‫لعنة ِال ِعليَه ِالرشىَ ِوالرتشىَ ِ ِ ِ) ِرواه ِاحد ِوابو ِداود ِوالتمذى ِوابن ِماَّجه ِعن ِابن ِعمر‬

Artinya : “Allah melaknat orang yang menyuap dan memberi suap”


(HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Saat ini korupsi dan kolusi ibarat “Warisan Haram” tanpa surat
wasiat6, ibarat bola salju yang terus bergulir membesar tetapi terasa panas.
Semua ini disebabkan oleh minimnya keimanan seseorang terutama para
oknum pejabat negeri yang seharusnya bekerja dan mendapatkan upah dari
hasil yang dikerjakannya, tetapi tamak sehingga memperkaya diri dengan
cara yang haram.Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:

‫من ِاستعملناَّه ِعلىَ ِعمل ِفرزقناَّه ِرزقاَّ ِفماَّ ِاخذ ِبعد ِذلك ِفهو ِغلول‬

6Indah Sri Utari, Pendidikan Anti korupsi untuk perguruan Tinggi. Des 2011. Hal-39.
ِ ِ (‫) ِرواه ِابو ِداود ِوالاَّكم ِعن ِبريِدة‬

Artinya : “ Barang siapa yang telah aku pekerjakan dalam suatu


pekerjaan, lalu aku beri gajinya, maka sesuatu yng diambil di luar
gajinya itu adalah penipuan (haram).”

(HR. Abu Daud, Hakim dari Buraidah)

Jelaslah sudah kita harus mendahulukan yang halal dari yang


haram. Mengambil yang halal dari yang haram. Agar senantiasa
selamat didunia dan diakhirat. Upaya pemerintah dan masyarakat pun
dalam mencegah korupsi dan kolusi semakin gencar, mulai
dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Indonesian
Corruption Watch (ICW) hingga pendidikan anti korupsi yang
dimulai dari bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

B. Mendidik Keluarga Anti Korupsi Dan Kolusi


Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam masyarakat yang dipimpin
oleh seorang kepala keluarga. Maka sangatlah relevan jika pendidikan anti
korupsi diajarkan dan diterapkan mulai dari keluarga, dimulai dengan
menerapkan sopan santun, saling menghormati, serta kasih sayang yang
semua itu telah ada dalam ajaran agama. Pendidikan anti korupsi bukan
hanya sekedar teori pengetahuan semata, namun juga harus di hayati dan
diamalkan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Pendekatan personal merupakan cara yang paling mudah dimana
orangtua menasehati anak-anaknya tentang norma-norma kehidupan agar
mereka terhindar dari perbuatan tercela. Orangtua juga menyampaikan
ajaran agama untuk sisi spiritual anak-anaknya seperti shalat berjamaah,
banyak berdzikir, membaca dan mengkaji Al Qur’an bersama sehingga
mereka bisa merasakan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari juga
sebagai pondasi untuk membentengi mereka dikemudian hari, sehingga
generasi penerus mempunyai sikap anti korupsi dan kolusi. Mengajarkan
kebaikan dalam keluarga merupakan salahsatu pondasi awal melakukan
kebaikan dalam bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam
dalam Al Qur’an surah Luqman 16-17 disebutkan:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 


ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 
ِ ِ ِ ِ ِ 
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 
ِ ِ ِ ِ ِ ِ 

16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus[1181] lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikianituTermasukhal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).(Luqman 16-17)

[1181] Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi
segala sesuatu bagaimana kecilnya.
Selain mengajarkan kebaikan kepada keluarga, kita juga di wajibkan
menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan dan mencegah berbuat
keburukan. Serta melakukan semua itu dengan sabar, dengan segala
konsekuensinya. Seandainya tiap-tiap dari keluarga melakukan semua ini,
niscaya kehidupan bernegara juga akan semakin baik. Kemudian
kewajiban untuk menyerukan kebajikan juga disebutkan juga dalam surah
Ali Imran:

‫ك ِلهلم ِالملممفلسلحوون‬ ‫س‬


‫وولمتولكمن ِسممنلكمم ِألنمةة ِيِومدلعوون ِإسول ِاملومسي ِوويِوأململروون ِبساَّلموممعلروف ِوويِويمنيوهموون ِوعسن ِالملممنوكسر ِوولأولوئس و‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)

Dan rasulullah juga bersabda:

‫بويلنغلوا ِوعنن ِوولومو ِآيِوةا‬

Artinya: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR.Bukhari)

Dalam menyampaikan kebaikan, tidak perlu menunggu ataupun


menunda. Dimulai dari lingkungan terkecil (keluarga) hingga yang terbesar
(masyarakat). Sehingga bila saling mengingatkan kita bisa untuk ikut
mengamalkan ajaran agama.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasanayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadis diatas prilaku
korupsi dan kolusi di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Kecintaan berlebih terhadap harta dunia
2. Ketidak puasan terhadap harta yang ada
3. Penyalah gunaan jabatan dan kekuasaan yang sebenarnya amanat
rakyat.

Dan sarana paling paling efektif untuk penerapan pendidikan anti


korupsi dan kolusi adalah pendekatan diri terhadap ajaran agama. Yang
semua itu dimulai dari:
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Lingkungan (masyarakat)

B. Saran
Prilaku korupsi dan kolusi adalah perbuatan jahat yang tidak bisa
ditawar lagi. Umat Islam telah dibekali dan dijaga oleh aturan-aturan
agama untuk bisa mengantisipasi prilaku tersebut. Namun dalam
pengajarannya hendaklah dilakukan bersama-sama, bukan hanya ucapan
dari mulut dan teori semata.S emoga Allah menjaga dan merahmati kita
semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
penyusun, Al Quran Dan Terjemahnya, tempat terbit, tahun terbit.
Keputusan Dirjen Pendidikan Islam no: 1696, 2013 Panduan Penyelenggaraan
Pendidikan Anti Korupsi Di Madrasah. Direktorat Madrasah, Direktorat
Jendral Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2013.
Fahriza Marta Tanjung, Menggantungkan nasib pemberantasan korupsi pada
sekolah, Bahan diskusi pada diskusi Publik “memberantas korupsi melalui
pendidikan” SEMAF FIS Unimed, SeGI Medan dan SAHdaR, Unimed,
21 Februari 2009.
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, Pendidikan Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi, Kemendikbud, Jakarta, 2011.
Drehel, Axel, and Christos Kotsogiannis, Steve McCorriston.Corruption Around
The World: Evidence from a Structural Model, 2004.
Muhammad ibn Ismail al Bukhari, Al-Jami’ al-Sahih, (Kairo: Al- Matba’ah
al-Salafiyah 1400H), 4:179.
Muhammad ibn Ismail al Bukhari, Al-Jami’ al-Sahih, (Kairo: Al- Matba’ah
al-Salafiyah 1400H), 4:180.
Muslim ibn al-Hajjaj, Al- Jami al- Sahih, (Kairo; Al- Matba’ah al- Misriyyah
bi al- Azhar, 1929), 7:124.
Muslim ibn al-Hajjaj, Al- Jami al- Sahih, (Kairo; Al- Matba’ah al- Misriyyah
bi al- Azhar, 1929), 7:138-139.
Muhammad ibn Isa al- Turmudhi, al Jami’ al –kabir, (Beirut: Dar al-Gharb
al-Islami, 1996), 4:161.
Muhammad ibn Yazid al- Qazwini ibn Majah, Sunan (Beirut: Dar al-Jayl, n.d) 4:7
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Al-Musnad, (Kairo: Dar al-Hadith, 1995),
16:296.
Sulayman ibn Ahmad al-Tabrani, Al-Mu’jam al-Kabir (Kairo: Maktabah ibn
Taymiyyah, 2008), 2:93-94.
Abu Dawud Sulayman ibn al-ash’ath, sunan Abi Dawud, Beirut: dar ibn Hazm,
1998), 3:238.
Muhammad ibn Ismail al Bukhari, al-Jami’ al-Sahih (Kairo: Al-Matba’ah
al Salafiyyah, 1400H), 2:493.

Anda mungkin juga menyukai