CA MAMMAE
OLEH:
KELOMPOK 1
Konsep Teori
B. Etiologi
Penyebab spesifik kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun beberapa factor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:
1. Riwayat pribadi kanker payudara beresiko mengalami kanker payudara sebelahnya.
2. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetic (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
3. Masa reproduksi yang relative panjang
a. Menarche (menstruasi) pada usia muda sebelum usia 12 tahun..
b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun).
c. Wanita yang belum mempunyai anak, lebih lama terpapar dengan hormone
esterogen relative lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
3. Genetik
a. Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan.
b. Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
c. mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
4. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal.
Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7
tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar
untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap
sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf.
Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran
darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya
pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik
dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan
menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang
tengkorak, vertebredan panggul). Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita
kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang
sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi
kanker.
Web Of Coution
Hipoksia pada sel kanker Bendungan pada limfe setempat Hipermetabolisme jaringan
G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/plasma, pemeriksaan sitologis.
2. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal
ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
3. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
4. CT Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma payudara pada organ lain.
5. Sistologi biopsy aspirasi jarum halus.
6. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sedimental dan sentriifugasi darah.
H. Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor local dan penyinaran).
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena)
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi seluruh payudara, semua atau sebagian jaringan
aksial.
a. Mastektomi radikal, yaitu seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya, seluruh isi aksial.
b. Mastektomi radikal yang diperluas, yaitu sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non Pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;
pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
Penyinaran radiasi biasa dilakukan setelah insisi massa tumor untuk mengurangi
kecenderungan kekambuhan dan menyingkirkan kanker residual. Radiasi penyinaran
eksternal dengan foton yang diberi melalui akselarasi limer, di beri setiap hari selama >
45 minggu dari seluruh ragio payudara pasca radiasi.
Efek samping bersifat sementara yaitu reaksi kulit sekitar 2 minggu setelah pengobatan
komplikasi radiasi mencakup pneumonitis, fraktur iga dan fibrosis payudara yang jarang
terjadi.
2. Kemotrapi
Adjuvan sistemik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut. Kombinasi
obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembangbiak dengan cepat atau menekan
perkembangbiakannya dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi
kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan
pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Preparat yang sering digunakan dalam kombinasi adalah : cytoxan ©, methorexate (m),
fluorouracil (F) dan adrilamycin (A) kombinasi yang biasa digunakan adalah cmf atau
CAF. Pemberian kombinasi kemoterapi didasarkan pada usia, status fisik, penyakit, dan
akut tidaknya dalam percobaan klinik.
Efek samping: Mual, muntah, perubahan rasa kecap, alopesra, mukosis, demotitis,
keletihan, peningkatan BB, depresi sumsum tubuh.
3. Terapi hormone dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
Keputusan pemberian terapi hormonal didasarkan pada indeks reseptor astrogen.
Progesterone dari pemeriksaan uji jaringan tumor diambil saat biopsy.
Preparat yang digunakan :
a. Temoxifen
Indikasi : pasca menopause dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris +.
Efek samping : mual, muntah, rasa panas, refeni cairan, dan depresi.
b. Diethyustriibestrol
Menghambat pelepasan FSH dan IH untuk menurunkan ekstrogen dan ikatan
ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, fetasi cairan, mual.
c. Mengestrol untuk menurunkan reseptor ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, peningkatan nafsu makan.
d. Auksimesteron (halotestin) yang menekan ekstrogen dengan menekan IH dan
FSH.
Efek samping : veriksasi (peningkatan pertumbuhan bulu wajah, suara lebih
dalam).
e. Amihognitotimid (cytodren) yang mengubah androgen menjadi astrogen.
Efek samping : ruam, frasitus.
I. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura, tulang dan
hati.
J. Pencegahan
Kanker payudara dapat dicegah dengan cara:
1. Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama.
2. HIndari banyak merokok dan mengkonsumsi alcohol.
3. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), setiap bulan. SADARI dapat
dilakukan dengan:
a. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit
payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Jangan khawatir bila
bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris.
b. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala.
dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong siku ke belakang dan
cermati bentuk maupun ukuran payudara. Otot dada akan dengan sendirinya
berkontraksi saat Anda melakukan gerakan ini.
c. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga
payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan
(kontraksikan) otot dada Anda.
d. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian
atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area
payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan
gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke
puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan Anda.
e. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting. Berkonsultasilah
ke dokter seandainya hal itu terjadi.
f. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas.
Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan
menggunakan ujung jari-jari, tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak.
Ulangi langkah ini pada sisi berlawanan, untuk mencermati payudara sebelah kiri.
4. Hindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis-jenis radiasi lainnya.
5. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Sebaiknya
sering mengkonsumsi kedelai serta produk olahannya, seperti tahu, tempe, dan susu
kacang kedelai, sebab kedelai mengandung phyto estrogen, yaitu genistein, yang
bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya kanker payudara.
6. Lakukan olahraga secara teratur.
7. Hindari terlampau banyak makan makanan berlemak tinggi.
8. Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi.
9. Makanlah lalap kunir puti (temu mangga) lebih kurang dua ruas jari setiap hari.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
AKTIVITAS ISTIRAHAT
Data subjek : Masih memerlukan bantuan untuk BAB, BAK, dan kebersihan
diri/personal hygiene.
Gelisah dan susah tidur malam hari atau adanya factor yang
mempengaruhi tidur, ansietas.
Data objek : Bau badan tidak sedap, mata merah, konjungtiva pucat, BB turun.
MAKANAN/CAIRAN
Data subjek : Kebiasaan diet buruk, misal rendah serat, tinggi lemak, bahan pengawet.
Data objek : Kehilangan napsu makan, perubahan berat badan, berkurangnya massa
otot, perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema, mual, muntah.
INTEGRITAS EGO
Data subjek : Stress konstan (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) menunda mencari
pengobatan.
Stress/takut tentang diagnose, prognosis, harapan yang akan dating.
Data objek : Alopesia, lesi meat, pembedahan, depresi, kehilangan control.
NEUROSENSORI
Data subjek : Pusing, sinkope.
Data objek : Kesadaran menurun.
NYERI/KENYAMANAN
: Nyeri pada penyakit yang luas/metastatic (nyeri local jarang terjadi pada
keganasan dini).
Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan “lucu” pada
jaringan payudara.
Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan
penyakit fibrokistik.
KEAMANAN
Data subjek : Pemajanan kimia toksik, karsiogen.
Data objek ; Demam, ruam kulit, ulserasi, edema, eritema pada kulit sekitar.
INTERAKSI SOSIAL
2. Diagnosa Keperawatan :
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi
kanker.
Kriteria Hasil yang Diharapkan/Kriteria evaluasi pasien :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas.
- Melaporkan nyeri yang dialaminya.
- Mengikuti program pengobatan.
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin.
4. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.
C. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.
D. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria evaluasi
FORMAT DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. U
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Maadura/ Indonesia
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Alamat : Sumber jambe
KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan payudara sebelah kanan membesar disertai nyeri
c) Pola Eliminasi
BAB : Klien mengatakan belum BAB pada hari ini.
BAK : Sebelum MRS : klien mengatakan BAK tidak mengalami gangguan. Saat MRS
klien tidak terpasang kateter.
d) Pola Aktivitas
Klien mengatakan selama sakit aktivitasnya tidak terganggu dan kebutuhan klien bisa
dilakukan sendiri.
e) Pola Istirahat-Tidur
Klien mengatakan kebutuhan tidurnya tidak terganggu.
PEMERIKSAAN FISIK
b) Kepala
Inspeksi: Keadaan umum kepala cukup bersih, rambut berwarna hitam, konjungtiva
tidak anemis, mukosa bibir lembab, bentuk telinga simetris, serumen (-), tidak
ada nyeri tekan pada wajah.
c) Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid dan tidak ada pembesaran vena
jugulari.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada leher.
d) Thorax/dada
Inspeksi: Dada simetris, ekspansi paru maksimal, ictus cordis pada ICS 5
Palpasi: Nyeri tekan (-), tidak ada odem atapun kelainan
Perkusi: Terdengar suara pekak pada perkusi
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-), bunyi S1 S2 tunggal.
e) Abdomen
Inspeksi: Bentu perut klien agak cembung, tidak ada bekas luka operasi.
Auskultasi: Bising usus (+) 8 x/menit
Perkusi: Redup
Palpasi: nyeri tekan (-)
f) Ekstermitas
Kekuatan otot aktif, tidak ada kelainan ataupun gangguan pada kekuatan otot ekstermitas
atas maupun ekstermitas bawah.
Tonus otot 5 5
5 5
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
h) Laboratorium tanggal : 14-12-2016
Hemoglobin : 14,6 gr/dL
Hematokrit : 42,5 %
Trombosit : 307 3/µl
Leukosit : 10,2 3/µl
SGOT : 18 U/L
SGPT : 19 U/L
Serum creatinin : 0,9 mg/dL
BUN : 9 mg/dL
PPT : 23,3
APPT : 26,7
GD sewaktu : 92 mg/dL
ANALISA DATA
Intra OP
Klien dilakukan tindakan operasi dengan anastesi General dimana seluruh tubuh klien
tidak sadarakan diri, pada saat sebelum operasi dilakukan anastesi general dengan mesin
anastesi (+), suction (+), obat-obatan (+), pulse oxymeter (+), EKG (+), NIBP (+). Pada
saat Op dimulai observasi dan monitoring TD, spO2, oksigenasi, EKG, keluar darah ±
100 cc pada saat pelaksanaan MRM. Suhu ruangan klien 16-20 oC.
Post Op
Klien sudah dilakukan tindakan operasi dan dipindahkan ke recorvery room pada saat
sudah dipindahkan klien langsung dipasang oksigenasi, monitor TD, SPO2 dan EKG.
Nyeri klien muncul kembali berhubungan dengan adanya tindakan invasif MRM dan efek
anastesi yang sudah hilang. observasi keluhan klien pasca anastesi, akral kulit klien
dingin, suhu ruangan 16-20 oC.
5. Observasi tanda-tanda
vital klien
Perencanaan POST Op
2 Resiko Infeksi Tidak terjadi infeksi dalam 1. Jelaskan pada klien tentang
1 x 24 jam dengan kriteria
hasil : 2. Ajarkan untuk cuci tangan
6. Kolaborasi pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi
4. Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Vol. 2. EGC : Jakarta.
Wiley dan Blacwell. 2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA. Singapura: Markono print Media Pte Ltd