Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN Salah satu hewan golongan tersebut adalah

udang. Produk limbah kulit udang di


Nanoteknologi menjadi salah satu bidang Indonesia mencapai 325.000 ton per tahun
ilmu Fisika, Kimia, Biologi, dan Rekayasa (Prasetyo 2006).
yang penting dan menarik beberapa tahun Kitosan telah dibuktikan mampu
terakhir ini. Jepang dan Amerika Serikat menghambat penyerapan lemak oleh tubuh
merupakan dua negara terdepan dalam riset (Kaats et al. 2006). Kitosan juga banyak
nanoteknologi (Poole & Owens 2003). digunakan sebagai penyalut obat dengan
Berdasarkan data tahun 2004, pemerintah tujuan mengoptimalisasi penyerapan obat
Jepang mengeluarkan dana riset sebesar 875 pada sel target. Desai & Park (2005)
juta dolar (Kallender 2004) sedangkan membuktikan bahwa mikrosfer kitosan yang
Amerika Serikat sebesar 1,3 milyar dolar pada berikatan silang dengan tripolifosfat dapat
tahun 2006 (USGAO 2008). Penelitian digunakan sebagai peyalut obat dengan
nanobiosistem dan biomedis bahkan telah metode pengeringan semprot (spray drying).
menjadi prioritas di beberapa negara maju Selain itu, kitosan bersifat biodegradabel,
termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jepang, biokompatibel, nonimunogenik, serta
Australia, dan Cina (Malsch 2005). nonkarsinogenik sehingga cocok digunakan
Penggunaan nanopartikel sebagai dalam teknologi farmasi (Hejazi & Amiji
pembawa obat dan sistem pengantar obat telah 2003).
berkembang beberapa tahun terakhir. Ukuran Salah satu metode yang dapat digunakan
nanopartikel yang kecil menyebabkan ekstrak untuk pembuatan nanopartikel adalah
mudah larut dan memiliki efisiensi ultrasonikasi. Nanopartikel kitosan larut air
penyerapan yang tinggi di usus (Poulain & yang diperoleh dari hasil ultrasonikasi dapat
Nakache 1998). digunakan sebagai penyalut retinol.
Indonesia merupakan salah satu negara Nanopartikel retinol tersalut kitosan memiliki
yang memiliki ragam sumber daya alam ukuran 50 – 200 nm sesuai dengan jumlah
terbesar di dunia (Matthews 2002). Ragam retinol yang mengisi kitosan (Kim et al.
tanaman herbal yang cukup melimpah di 2006). Akan tetapi belum ada penelitian
Indonesia merupakan sumber yang tidak akan mengenai nanopartikel ekstrak temulawak
pernah habis dikembangkan menjadi obat tersalut kitosan.
(Nurkhasanah 2006). Salah satu tanaman Penelitian ini bertujuan memperoleh
herbal yang dapat dimanfaatkan dalam nanopartikel ekstrak temulawak dengan
teknologi nanobiomedis adalah temulawak. metode ultrasonikasi serta karakterisasi
Ekstrak temulawak diketahui memiliki morfologi, gugus fungsi, dan derajat
khasiat sebagai antibakteri (Rukayadi & kristalinitas nanopartikel yang diperoleh.
Hwang 2006), antijamur (Rukayadi & Hwang Hipotesis yang diajukan adalah metode
2007), antioksidan, dan antiinflamasi (Lim et ultrasonikasi dengan variasi waktu sonikasi,
al. 2005). Akan tetapi, konsumsi ekstrak penambahan TPP, dan seleksi metode
temulawak secara oral menimbulkan rasa getir pengeringan dapat menghasilkan nanopartikel
pada lidah serta memiliki bioavailabilitas ekstrak temulawak tersalut kitosan. Penelitian
rendah. Hal ini disebabkan ekstrak temulawak ini diharapkan dapat memberikan inovasi
memiliki kelarutan rendah dalam saluran teknologi pembuatan nanopartikel ekstrak
pencernaan sehingga sulit masuk ke plasma temulawak dengan penyalut kitosan untuk
darah (Marczylo et al. 2007). Salah satu upaya pengobatan. Selain itu, penggunaan kitosan
yang telah dikembangkan untuk mengatasi dalam penelitian ini diharapkan dapat
permasalahan tersebut adalah penyalutan meningkatkan nilai guna kitosan dalam bidang
dengan partikel nano. Enkapsulasi dengan kesehatan.
menggunakan nanopartikel menyebabkan
ekstrak mudah menyebar dalam darah dan
lebih akurat dalam mencapai target (Poulain TINJAUAN PUSTAKA
& Nakache 1998). Salah satu penyalut yang
aman digunakan dalam teknologi Nanopartikel
nanoenkapsulasi adalah kitosan. Kitosan Nanoteknologi merupakan ilmu yang
merupakan hasil ekstraksi limbah kulit hewan mempelajari partikel dalam rentang ukuran 1 -
golongan Crustacea (Hu et al. 2007). 1000 nm (Jain 2008). Penelitian nanopartikel
Limbah kulit hewan golongan Crustacea sedang berkembang pesat karena dapat
yang cukup melimpah di Indonesia berpotensi diaplikasikan secara luas seperti dalam bidang
untuk dijadikan sebagai bahan baku kitosan. lingkungan, elektronik, optis, dan biomedis.
2

Jain (2008) mengklasifikasikan dan pengukuran molekul tunggal. Partikel


nanopartikel menjadi lima macam yang digunakan pada aplikasi tersebut harus
berdasarkan jenis materi partikel yaitu memenuhi persyaratan seperti keseragaman
kuantum dot, nanokristal, lipopartikel, ukuran, paramagnetik kuat, dan stabil dalam
nanopartikel magnetik, dan nanopartikel lingkungan larutan penyangga garam (Jain
polimer. Kuantum dot merupakan kristal 2008).
berukuran nano dari suatu bahan Beberapa penelitian mengenai
semikonduktor yang bersinar atau nanopartikel telah diaplikasikan secara luas
berfluoresens apabila dikenai dengan cahaya dalam bidang industri. Pembuatan pipa nano
seperti laser. Kuantum dot memiliki sifat tidak karbon (carbon nanotubes) telah digunakan
stabil dan sulit larut sehingga penggunaan dalam pembuatan elektroda baterai dan
kuantum dot harus ditanamkan dalam bahan peralatan listrik lainnya (Poole & Owens
penjerap karet. Beberapa kristal yang sering 2003). Pengembangan nanoteknologi dalam
digunakan sebagai kuantum dot adalah industri tekstil terbukti mampu melindungi
kadmium selenida (CdSe) dan seng selenida kain dari paparan bakteri. Penggunaan
(ZnSe). Pembuatan nanopartikel kuantum dot nanopartikel perak oksida (AgO2) tersalut
menggunakan gas mikroemulsi pada suhu kitosan dapat digunakan sebagai pelindung
kamar. Teknik ini memanfaatkan fase kain agar warna kain tidak mudah luntur dan
terdispersi dari berbagai mikroemulsi untuk lebih tahan terhadap paparan bakteri.
beberapa nanoreaktor yang identik. Kuantum Nanopartikel perak oksida tersalut kitosan
dot banyak digunakan sebagai penanda dalam yang diperoleh dengan metode emulsifikasi
pelacakan protein pada sel hidup, biosensor, ini berdiameter kurang lebih 300 nm.
ekspresi gen, pengambilan gambar sel hidup Pengujian antibakteri dilakukan dengan kapas
secara in vitro, dan melacak keberadaan sel dan menunjukkan aktivitas antibakteri yang
kanker dengan bantuan Magnetic Resonance tahan lama hingga 20 kali pencucian kapas
Imaging (MRI) secara in vivo. (Hu et al. 2007). Penggunaan nanopartikel
Partikel yang termasuk dalam kuantum dot dalam bidang pertanian dapat menghindari
selain CsSe dan ZnSe adalah nanopartikel fitotoksisitas pada tanaman dengan
emas dan nanopartikel silika (SiO2). menggunakan herbisida terhadap gulma yg
Nanopartikel emas digunakan untuk bersifat parasit. Nanopartikel herbisida dapat
mengetahui keberadaan timbal dalam DNA. meningkatkan penetrasi melewati kutikula dan
Molekul DNA yang melekat pada jaringan tanaman dan mengatur pelepasan
nanopartikel emas menghasilkan warna biru herbisida dalam gulma (Luque & Rubiales
pada spektroskopi. Keberadaan senyawa 2009). Di bidang makan dan minuman,
timbal mengakibatkan putusnya ikatan penggunaan nanopartikel dengan penyalut
molekul DNA dengan nanopartikel emas seng oksida (ZnO) dapat melindungi senyawa
sehingga menyebabkan perubahan warna asam linoleat terkonjugasi dan asam linoleat
menjadi merah. Nanopartikel emas juga dapat gamma terhadap suhu tinggi diatas 50 ºC.
digunakan sebagai biosensor dalam Penyalut seng oksida juga dapat mencegah
mendeteksi adanya penyakit. Metode terjadinya autooksidasi pada kedua asam
biosensor menggunakan nanopertikel emas ini lemak tersebut (Won et al. 2008).
lebih akurat dibanding penggunaan molekul Nanopartikel dapat digunakan sebagai
fluoresens lainnya karena lebih banyak salinan pengantar obat melalui berbagai jalur
antibodi dan DNA yang dapat melekat pada pengiriman. Nanopartikel sangat penting
nanopartikel emas. Nanopartikel silika dalam pengantaran obat secara intravena
diperoleh dari ekstrak cangkang silika hasil sehingga dapat melewati pembuluh darah
sedimentasi alga. Nanopartikel ini telah terkecil secara aman. Penggunaan
digunakan dalam sistem pengantaran obat dan nanopartikel juga dapat memperluas
terapi gen (Jain 2008). permukaan obat sehingga meningkatkan
Lipopartikel adalah matriks berukuran kelarutan obat dalam sistem pengantaran obat
nano yang dikelilingi oleh lipid bilayer dan melalui saluran pernapasan (Jain 2008).
ditanamkan dalam protein membran integral. Beberapa jenis nanopartikel yg dapat
Jenis nanopartikel ini digunakan dalam digunakan sebagai pengantar obat antara lain
biosensor, pengembangan antibodi, penelitian nanopartikel emas (Radt et al. 2004),
mengenai struktur reseptor kompleks, dan nanopartikel kalsium fosfat (Morcol et al.
mikrofluida (Jain 2008). 2004), nanopartikel siklodekstrin
Nanopartikel magnetik merupakan bahan (Memisoglu-Bilensoy & Hincal 2006), dan
penting untuk sortasi sel, pemisahan protein, nanopartikel kitosan (Xu et al. 2003).
3

Nanopartikel emas digunakan sebagai dibanding obat kanker biasa (Sunderland et al.
pengatur pelepasan obat dalam tubuh. Proses 2006). Senyawa-senyawa yang bersifat
pelepasan obat pada sel target dapat antioksidan umumnya memerlukan penyalut
dikendalikan dengan pelapisan nanopartikel agar aktivitas antioksidan tetap optimal.
emas pada dinding partikel polimer pengantar Mozafari et al. (2006) menunjukkan bahwa
obat. Dinding polimer pengantar obat akan penggunaan nanopartikel senyawa antioksidan
terbuka apabila nanopartikel emas terkena seperti vitamin E, vitamin C, karotenoid, dan
sinar laser dari luar tubuh. Kelebihan fenol dengan penyalut asal lemak seperti
nanopartikel emas sebagai sistem pengantar nanoliposom, arkaeosom, dan nanokokleat
obat adalah pengendaliannya dapat dilakukan mampu memberikan perlindungan yang
secara eksternal. Pada umumnya pelepasan signifikan terhadap senyawa antioksidan.
obat dikendalikan oleh perubahan lingkungan Penggunaan penyalut berbahan dasar lemak
pada sel target (Radt et al. 2004). dapat meningkatkan potensi pengiriman
Nanopartikel kalsium fosfat digunakan intraseluler.
dalam sistem pengantaran insulin secara oral. Nanoenkapsulasi memiliki banyak
Nanopartikel kalsium fosfat yg terisi insulin keuntungan antara lain melindungi senyawa
direaksikan dengan polietilen glikol (PEG) dari penguraian, meningkatkan akurasi obat
dan diendapkan dengan kasein sehingga dapat pada target, dan mengendalikan pelepasan
dikonsumsi secara oral. Dosis tunggal dari senyawa aktif seperti obat (Mozafari et al.
campuran tersebut diujikan terhadap mencit 2006). Pengendalian pelepasan obat dilakukan
yang mengalami diabetes non obesitas agar penggunaan obat lebih efisien, untuk
sebelum dan sesudah makan untuk mengamati memperkecil efek samping, serta untuk
aktivitas glikemik. Hasil pengujian mengurangi frekuensi penggunaan obat
menunjukkan kadar hipoglikemik yang (Babtsov et al. 2005).
berkepanjangan setelah pemberian secara oral Senyawa aktif yang dienkapsulasi
nanopartikel kalsium fosfat-insulin pada umumnya yang mudah bereaksi dengan
mencit yang mengalami diabetes. senyawa lain, cenderung tidak stabil, atau
Nanopartikel kalsium fosfat melindungi memiliki waktu paruh eliminasi yang singkat
insulin dari degradasi ketika melewati (Birnbaum & Peppas 2003). Senyawa aktif
lingkungan asam lambung (Morcol et al. dapat terletak tepat di tengah-tengah kapsul
2004). dan bertindak sebagai intinya, atau tersebar di
Siklodekstrin merupakan kelompok seluruh kapsul atau tidak terpusat pada satu
oligosakarida siklik dengan permukaan luar titik saja (Mozafari et al. 2006).
yang bersifat hidrofilik dan pusat rongga yang Polimer yang bisa digunakan pada proses
bersifat lipofilik. Nanopartikel siklodekstrin enkapsulasi suatu senyawa aktif adalah yang
digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan bersifat biokompatibel dan biodegradabel. Hal
stabilitas senyawa dalam air (Memisoglu- ini disebabkan produk yang dihasilkan akan
Bilensoy & Hincal 2006). dimasukkan ke dalam tubuh baik secara oral
Nanopartikel kitosan dibentuk dengan maupun intravena. Selain itu, polimer sebagai
ikatan ionik dengan tripolifosfat (TPP). penyalut tidak boleh bereaksi secara kimia
Penggunaan nanopartikel kitosan dapat dengan senyawa aktif yang dibawa. Polimer
meningkatkan efisiensi protein Bovine Serum yang dapat digunakan untuk proses
Albumin (BSA) tersalut kitosan hingga 90%. enkapsulasi antara lain alginat, kitosan (Ain et
Ukuran nanopartikel kitosan-BSA yang al. 2003) dan etilselulosa (Warsiti 2008).
dihasilkan mencapai 110-180 nm. Efisiensi
nanoenkapsulasi meningkat seiring Kitosan
bertambahnya konsentrasi BSA (Xu et al. Kitosan merupakan senyawa berbobot
2003). molekul besar yang memiliki rantai
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa polisakarida β(1-4)-2-amino-2-deoksi-D-
penggunaan obat-obatan dalam ukuran glukosa dengan rumus kimia (C6H11NO4)n.
nanometer mampu meningkatkan kelarutan Gugus amino menggantikan –OH pada atom
dan penyerapan oleh tubuh. Selain itu, C2 (Gambar 1) (Muzzarelli & Peter 1997).
penggunaan obat-obatan dalam skala nano Kitosan memiliki bobot molekul besar, tidak
dapat mengurangi dosis obat yang dapat bersifat racun, larut dalam asam pada suhu
mengakibatkan efek samping pada beberapa kamar, tidak larut dalam pelarut organik
pasien (Malsch 2005). Penggunaan seperti metanol, mampu mengikat air, dan
nanopartikel dalam mendeteksi dan mengobati mampu membentuk penyalut (Alasalvar &
sel target yang terkena kanker lebih efektif Taylor 2002).
4

penelitian menunjukkan penggunaan kitosan


dapat diterima oleh tubuh dan tidak
menimbulkan gejala klinis. Menurut laporan
Wedmore et al. (2006), kitosan digunakan
untuk mencegah pendarahan tentara Amerika
Serikat pada saat perang di Irak. Data
Gambar 1 Struktur kimia kitosan (Muzarelli & penelitian menunjukkan 97% kasus
Peter 1997). pendarahan dapat dihentikan dengan
Bahan baku yang digunakan untuk penggunaan kitosan sebagai pengganti obat
pembuatan kitosan adalah kulit, kepala, atau anti pendarahan. Sebanyak 62 dari 64 pasien
cangkang dari hewan golongan Crustacea berhasil dihentikan pendarahan dengan
yang mengandung kitin (Alasalvar & Taylor menggunakan kitosan sedangkan 2 pasien
2002). Kitosan diperoleh dari deasetilasi kitin lainnya tidak bisa dihentikan pendarahan
yang merupakan biopolimer alami. Kitosan karena terkena luka yg cukup dalam.
dapat diproduksi dari limbah udang hasil Kitosan juga mulai banyak digunakan
industri pangan asal laut. Pemanfaatan limbah dalam teknologi pengantar obat. Beberapa
tersebut sekaligus meningkatkan produktifitas penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
industri pangan asal laut (Suyatma et al. kitosan sebagai pengantar obat meningkatkan
2004). efisiensi obat tanpa menimbulkan efek
Indonesia merupakan salah satu negara samping pada tubuh. Nanopartikel kitosan
pengekspor udang terbesar di dunia dengan yang ditambahkan gugus tiol mampu
nilai ekspor antara 850 juta hingga 1 miliar meningkatkan penyerapan teofilin dalam
dolar per tahun. Data Direktorat Jenderal pengobatan penyakit asma. Teofilin
Budidaya Departemen Kelautan dan merupakan obat antiinflamasi yang sering
Perikanan menunjukkan bahwa areal tambak digunakan dalam pengobatan asma melalui
udang nasional pada tahun 2003 seluas intranasal. Efek antiinflamasi teofilin
478.847 hektar dengan volume produksi ditunjukkan dengan adanya penurunan
191.723 ton atau 400 kg per hektar. Jumlah eosinofil dalam cairan Bronchoalveolar
tempat pengolahan udang di Indonesia lavage (BAL) hingga 20%. Penggunaan
mencapai sekitar 170 tempat dengan kapasitas nanopartikel kitosan sebagai pembawa tiofilin
produksi sebesar 500.000 ton per tahun. menunjukkan penurunan eosinofil hingga
Proses pembekuan udang dilakukan dalam 35% pada tikus (Lee et al. 2006).
bentuk tanpa kepala dan tanpa kulit. Bagian Nanopartikel kitosan sebagai pengantar
kepala dan kulit sebesar 60 hingga 70 persen obat mata juga menunjukkan adanya
dari berat udang menjadi limbah (Prasetyo peningkatan efisiensi penyerapan. Selama ini
2009). Pengolahan produk kitosan dalam pengobatan penyakit mata terhambat oleh
negeri diharapkan dapat menciptakan nilai sistem pertahanan kompleks sel epitel
tambah dari limbah kulit udang dan konjugtiva pada kornea mata sehingga
menanggulangi masalah pencemaran limbah penyerapan obat kurang efisien. Penggunaan
kulit udang. nanopartikel kitosan sebagai pengantar obat
Kitosan telah digunakan dalam bidang fluorescein isothiocyanate-bovine serum
pertanian, pengolahan air, industri pangan, albumin (FITC-BSA) pada kelinci yg
industri kosmetika, farmasi, kedokteran, mengalami inflamasi pada kornea mata
industri aneka (seperti industri cat dan tekstil), menunjukkan penurunan secara signifikan
bioteknologi, dan sektor industri lainnya. ketika diamati dengan mikroskop konvokal.
Dalam bidang makanan, kitosan dapat Pengamatan efek samping pemberian
berfungsi sebagai bahan pembentuk gel, nanopartikel kitosan dilakukan setiap 30 menit
pembentuk tekstur, dan pelembut (Hirano selama 6 jam. Hasil pengamatan menunjukkan
1996). Dalam bidang kesehatan dan farmasi, tidak adanya efek samping dan kelinci tetap
kitosan dapat digunakan sebagai diet serat dan nyaman sehingga kitosan aman dikonsumsi
obat penurun kandungan kolesterol di dalam dan dapat diterima oleh sel kornea (Enriquez
darah (Hennen 1996). Glukosamin dari de Salamanca et al. 2006)
kitosan juga telah dipdroduksi secara luas.
Produk glukosamin dapat dikonsumsi Ekstrak Temulawak (Curcuma
langsung atau dalam bentuk suplemen xanthorrhiza Roxb)
(Alasalvar dan Taylor 2002). Temulawak merupakan tanaman obat
Kitosan bersifat biokompatibel, berbatang semu. Tanaman ini memiliki tinggi
biodegradabel dan non toksik. Beberapa antara 1-2 meter dan berwarna hijau atau
5

coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan Tabel 1 Kandungan kimia ekstrak temulawak
sempurna, bercabang kuat, dan berwarna hijau hasil ekstraksi alkohol 70%
gelap. Temulawak di Indonesia dikenal (Sembiring et al. 2006)
dengan berbagai nama daerah seperti Kandungan ekstrak
temulawak di Sumatra; koneng gede, temu Kadar (%)
temulawak
raya, temu besar, aci koneng, koneng tegel,
dan temulawak di Jawa; temulobak di Minyak atsiri 6,48
Madura; tommo di Bali; tommon di Sulawesi Kurkumin 1,36
Selatan; atau karbaga di Ternate (Dalimartha Xantorizol 1,86
2000). Secara lengkap taksonomi temulawak
adalah sebagai berikut: Dunia Plantae, Divisi
Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae,
Kelas Monocotyledoneae, Keluarga
Zingiberaceae, Genus Curcuma, dan Spesies
Curcuma xanthorrhiza Roxb. Bagian yang
paling banyak dimanfaatkan dari tanaman ini
adalah rimpang temulawak.
Kandungan kimia rimpang temulawak
sebagai sumber bahan pangan, bahan baku
industri atau bahan baku obat dapat dibedakan Gambar 2 Struktur kimia kurkumin
menjadi beberapa fraksi yaitu fraksi pati, (Ravindran et al. 2007).
kurkuminoid, dan fraksi minyak atsiri (Sidik
et al. 1995). Selain ketiga fraksi tersebut, Xantorizol merupakan komponen khas
masih terdapat kandungan lain dalam rimpang minyak atsiri hasil ekstraksi menggunakan
temulawak yaitu lemak, serat kasar, dan metanol dari famili Zingiberaceae dan
protein (Suwiah 1991). Senyawa aktif yang Astericeae seperti rimpang temulawak.
banyak dimanfaatkan dari ekstrak tanaman Komponen ini termasuk dalam kelompok
temulawak adalah kurkuminoid dan seskuiterpen tipe bisabolen (Aguilar et al.
xantorizol. Presentase komposisi ekstrak 2001). Xantorizol memiliki rumus molekul
temulawak dapat dilihat pada Tabel 1. C12H22O7 dengan bobot molekul 218.335
Fraksi kurkuminoid merupakan komponen g/mol (Gambar 3) (Sidik et al. 1995).
yang memberi warna kuning berbentuk serbuk Xantorizol merupakan antibakteri yang
dengan rasa pahit, larut dalam aseton, alkohol, memiliki spektrum luas terhadap aktivitas
asam glasial, alkohol hidroksida, tidak larut antibakteri, stabil terhadap panas, dan aman
dalam air, memiliki aroma yang khas, dan terhadap kulit manusia. Xantorizol secara
tidak bersifat toksik. Kurkuminoid rimpang efisien dapat menghambat infeksi pada gigi
temulawak terdiri atas desmetoksikurkumin dan penyakit kulit, dapat dimanfaatkan pada
dan kurkumin yang memiliki rumus struktur berbagai produk, misalnya digunakan sebagai
C21H20O6 (Gambar 2) dan bobot molekul 368 agen antibakteri, pasta gigi, sabun, pembersih
g/mol (Sidik et al. 1995). Hal ini berbeda mulut, permen karet, dan kosmetik yang
dengan kandungan kurkuminoid pada rimpang memerlukan aktivitas antibakteri. Aktivitas
kunyit (Curcuma domestica Vahl.) yang antibakteri dari xantorizol mempunyai
memiliki komponen lain yaitu stabilitas yang baik terhadap panas yaitu
bisdemetoksikurkumin di samping memiliki masih terdapat aktivitas antibakteri pada
kedua komponen di atas. Sifat menarik dari temperatur tinggi antara 60-120 °C (Hwang
bisdemetoksikurkumin ini adalah aktivitas 2004).
kerjanya terhadap sekresi empedu yang Xantorizol diketahui dapat menghambat
antagonis dengan kurkumin dan pertumbuhan berbagai macam bakteri seperti
desmetoksikurkumin. Berdasarkan hal Streptococcus mutans, S. sobrinus, S.
tersebut, penggunaan rimpang temulawak salivarius, Bifidobacterium bifidum,
sebagai sumber kurkuminoid lebih Staphylococcus aureus, dan beberapa bakteri
menguntungkan dibandingkan dengan lainnya. Di antara bakteri-bakteri tersebut,
rimpang kunyit walaupun kandungan rimpang yang mengalami hambatan pertumbuhan
temulawak lebih rendah dari rimpang kunyit paling besar adalah Streptococcus mutans.
Kandungan kurkuminoid rimpang temulawak Xantorizol mampu menghambat bakteri S.
kering berkisar 3.16 % sedangkan mutans pada konsentrasi yang rendah yaitu
kurkuminoid rimpang kunyit sebesar 6.9 % 0.0002 % (b/v) sebagai konsentrasi hambat
(Afifah et al. 2003). minimum (Hwang 2004).
6

Metode polimer hidrofilik tidak


memerlukan surfaktan seperti metode
polimerisasi monomer. Polimer yang
digunakan dalam metode ini merupakan
polimer larut air seperti kitosan larut air,
natrium alginat dan gelatin. Nanopartikel
umumnya terbentuk secara spontan ataupun
dengan penambahan pengemulsi (Soppimath
Gambar 3 Struktur kimia xanthorrizol et al. 2001)
(Ravindran et al. 2007). Metode evaporasi pelarut menggunakan
pelarut organik seperti diklorometan,
Pembuatan Nanopartikel kloroform atau etil asetat untuk melarutkan
Sediaan nanopartikel dapat dibuat dengan polimer. Senyawa obat atau pengisi
berbagai metode. Hingga saat ini, ada enam ditambahkan dalam campuran kemudian
metode pembuatan nanopartikel yang sering diemulsifikasi dengan penambahan surfaktan.
digunakan yaitu metode emulsifikasi spontan Homogenasi atau sonikasi dilakukan agar
atau difusi pelarut, salting out, fluida emulsi menjadi stabil. Nanopartikel kemudian
superkritis, polimerisasi monomer, polimer dikeringkan untuk memperoleh produk dalam
hidrofilik, dan dispersi pembentukan polimer bentuk serbuk nanopartikel. Metode ini sangat
(Soppimath et al. 2001). cocok dilakukan untuk skala laboratorium
Metode emulsifikasi spontan (Soppimath et al. 2001).
menggunakan prinsip difusi antara pelarut
larut air seperti aseton atau metanol dengan Ultrasonikasi
pelarut organik tidak larut air seperti Ultasonik merupakan vibrasi suara dengan
kloroform dengan penambahan polimer. frekuensi melebihi batas pendengaran
Difusi yang terjadi antara dua pelarut tersebut manusia yaitu di atas 20 KHz (Tipler 1998).
mengakibatkan emulsifikasi pada daerah di Ultrasonikasi merupakan salah satu teknik
antara dua fase pelarut. Partikel yang berada paling efektif dalam pencampuran, proses
di antara dua fase pelarut tersebut berukuran reaksi, dan pemecahan bahan dengan bantuan
lebih kecil dari pada kedua fase pelarut itu energi tinggi (Pirrung 2007). Batas atas
sendiri (Soppimath et al. 2001). rentang ultrasonik mencapai 5 MHz untuk gas
Metode salting out merupakan modifikasi dan 500 MHz untuk cairan dan padatan
dari metode emulsifikasi spontan. Penggunaan (Mason & Lorimer 2002).
pelarut organik pada metode emulsifikasi Penggunaan ultasonik berdasarkan
spontan dapat membahayakan lingkungan rentangnya yang luas ini dibagi menjadi dua
serta sistem fisiologis sehingga diperlukan bagian. Bagian pertama adalah suara
pemisahan pelarut organik (Soppimath et al. beramplitudo rendah (frekuensi kebih tinggi).
2001). Gelombang beramplitudo rendah ini secara
Metode fluida superkritis menggunakan umum digunakan untuk analisis pengukuran
senyawa yang memiliki suhu dan tekanan di kecepatan dan koefisien penyerapan
atas titik kritis. Senyawa yang termasuk dalam gelombang pada rentang 2 hingga 10 MHz.
golongan ini antara lain karbon dioksida, air, Bagian kedua adalah gelombang berenergi
dan gas metan. Senyawa ini digunakan tinggi dan terletak pada frekuensi 20 hingga
sebagai pengganti pelarut organik yang 100 KHz. Gelombang ini dapat digunakan
berbahaya bagi lingkungan (Soppimath et al. untuk pembersihan, pembentukan plastik, dan
2001). modifikasi bahan-bahan organik maupun
Metode polimerisasi monomer anorganik (Mason & Lorimer 2002).
menggunakan senyawa polialkilsianoakrilat Ultrasonikasi dengan intensitas tinggi
(PACA). Metil atau etil sianoakrilat dapat menginduksi secara fisik dan kimia.
dimasukkan dalam media asam dengan Efek fisik dari ultrasonikasi intensitas tinggi
penambahan surfaktan. Monomer sianoakrilat salah satunya adalah emulsifikasi. Beberapa
ditambahkan dalam campuran yang sedang aplikasi ultrasonikasi ini adalah dispersi bahan
diaduk dengan magnetic stirrer. Senyawa obat pengisi dalam polimer dasar, emulsifikasi
ditambahkan baik sebelum penambahan partikel anorganik pada polimer dasar, serta
monomer maupun setelah reaksi polimerisasi. pembentukan dan pemotongan plastik
Suspensi nanopartikel yang terbentuk (Suslick & Price 1999).
dimurnikan dengan ultrasentrifugasi Efek kimia pada ultrasonikasi ini
(Soppimath et al. 2001). menyebabkan molekul-molekul berinteraksi
7

sehingga terjadi perubahan kimia. Interaksi elektron pada terowongan antara permukaan
tersebut disebabkan panjang gelombang partikel spesimen dengan tip probe atau
ultrasonik lebih tinggi dibandingkan panjang sebuah probe yang menangkap gaya dorong
gelombang molekul-molekul. Interaksi antara permukaan dengan tip probe (Poole &
gelombang ultrasonik dengan molekul- Owens 2003).
molekul terjadi melalui media cairan. Analisis difraksi sinar X (XRD)
Gelombang yang dihasilkan oleh tenaga listrik menggunakan prinsip emisi sinar X yang
diteruskan oleh media cair ke medan yang dihasilkan oleh tumbukan elektron dan atom
dituju melalui fenomena kavitasi akustik yang Cr, Fe, Co, Cu, Mo, atau W. Analisis XRD
menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan dapat memberikan informasi mengenai
lokal dalam cairan (Wardiyati et al. 2004). struktur sampel seperti parameter kisi,
Ultrasonikasi pada cairan memiliki berbagai orientasi, dan sistem kristal. Analisis XRD
parameter seperti frekuensi, tekanan, suhu, juga berguna untuk mengindentifikasi fase
viskositas, dan konsentrasi suatu sampel. sampel semi kuantitatif, dengan menghitung
Aplikasi ultrasonikasi pada polimer fraksi volume suatu sampel dan perbandingan
berpengaruh terhadap degradasi polimer fraksi area kristalin terhadap fraksi total area
tersebut (Wardiyati et al. 2004). (Poole & Owens 2003).
Spektroskopi infra merah (FTIR)
Karakterisasi Nanopartikel digunakan untuk mengidentifikasi gugus
Ukuran nanopartikel yang sangat kecil kompleks dalam senyawa tetapi tidak dapat
memerlukan karakterisasi yang berbeda menentukan unsur-unsur penyusunnya. Pada
dengan mikromolekul pada umumnya. FTIR, radiasi infra merah dilewatkan pada
Karakterisasi nanopartikel kitosan dapat sampel. Sebagian radiasi sinar infra merah
dilakukan secara fisiologi dan struktur fisik. diserap oleh sampel dan sebagian lainnya
Beberapa karakterisasi fisiologis yang telah diteruskan. Jika frekuensi dari suatu vibrasi
dilakukan antara lain stabilitas nanopartikel spesifik sama dengan frekuensi radiasi infra
dalam larutan garam, nilai pH, serta fenomena merah yang langsung menuju molekul,
agregrasi akibat pengaruh suhu dan waktu molekul akan menyerap radiasi tersebut.
(Kauper et al. 2007). Spektrum yang dihasilkan menggambarkan
Poole & Owens (2003) membagi metode penyerapan dan transmisi molekuler.
karakterisasi fisik nanopartikel menjadi tiga Transmisi ini akan membentuk suatu sidik jari
macam yaitu metode kristalografi, molekuler suatu sampel. Karena bersifat sidik
mikroskopi, dan spektroskopi. Kristalografi jari, tidak ada dua struktur molekuler unik
dengan menggunakan sinar X sangat berguna yang menghasilkan spektrum infra merah
untuk mengidentifikasi kristal isomorfik yaitu yang sama (Kencana 2009).
kristal yang memiliki kesamaan struktur tetapi
berbeda dalam pola-pola geometrisnya. BAHAN DAN METODE
Metode mikroskopi dapat digolongkan
menjadi mikroskop elektron transmisi, Alat dan Bahan
mikroskop elektron payar, dan mikroskop
medan ion. Karakterisasi dengan spektroskopi Alat yang digunakan untuk pembuatan
dapat menggunakan fotoemisi, spektroskopi nanopartikel ekstrak temulawak adalah labu
resonansi magnetik, spektroskopi infra merah Erlenmeyer 600 mL, 250 mL, gelas piala,
(Fourier Transform Infra Red/ FTIR), dan neraca analitik, magnetic stirrer, gelas ukur
spektroskopi sinar X (X ray diffractometry/ 100 mL, pipet Mohr 5 mL, 25 mL,
XRD). ultrasonikator, pengering beku, pengering
Mikroskop elektron payaran (SEM) semprot Buchi 190. Alat yang digunakan
digunakan dalam pengamatan morfologi dan untuk karakterisasi nanopartikel ekstrak
penentuan ukuran nanopartikel. Metode ini temulawak adalah penyalut JFC 1600,
merupakan cara yang efisien dalam mikroskop elektron payaran (scanning
memperolah gambar permukaan spesimen. electron microscopy/SEM) JSM 6510,
Cara kerja mikroskop ini adalah dengan defraktometer sinar X (X ray diffractometry/
memancarkan elektron ke permukaan XRD), dan spektrofotometer Fourier
spesimen. Informasi tentang permukaan Transform Infra Red (FTIR).
partikel dapat diperoleh dengan pengenalan Bahan yang digunakan dalam penelitian
probe dalam lintasan pancaran elektron yang ini adalah serbuk kitosan, tripolifosfat (TPP),
mengenai permukaan partikel. Informasi juga ekstrak temulawak, asam asetat 2%, etanol
dapat dibawa oleh probe yang menangkap 70%, dan akuades.

Anda mungkin juga menyukai