Nanopartikel emas digunakan sebagai dibanding obat kanker biasa (Sunderland et al.
pengatur pelepasan obat dalam tubuh. Proses 2006). Senyawa-senyawa yang bersifat
pelepasan obat pada sel target dapat antioksidan umumnya memerlukan penyalut
dikendalikan dengan pelapisan nanopartikel agar aktivitas antioksidan tetap optimal.
emas pada dinding partikel polimer pengantar Mozafari et al. (2006) menunjukkan bahwa
obat. Dinding polimer pengantar obat akan penggunaan nanopartikel senyawa antioksidan
terbuka apabila nanopartikel emas terkena seperti vitamin E, vitamin C, karotenoid, dan
sinar laser dari luar tubuh. Kelebihan fenol dengan penyalut asal lemak seperti
nanopartikel emas sebagai sistem pengantar nanoliposom, arkaeosom, dan nanokokleat
obat adalah pengendaliannya dapat dilakukan mampu memberikan perlindungan yang
secara eksternal. Pada umumnya pelepasan signifikan terhadap senyawa antioksidan.
obat dikendalikan oleh perubahan lingkungan Penggunaan penyalut berbahan dasar lemak
pada sel target (Radt et al. 2004). dapat meningkatkan potensi pengiriman
Nanopartikel kalsium fosfat digunakan intraseluler.
dalam sistem pengantaran insulin secara oral. Nanoenkapsulasi memiliki banyak
Nanopartikel kalsium fosfat yg terisi insulin keuntungan antara lain melindungi senyawa
direaksikan dengan polietilen glikol (PEG) dari penguraian, meningkatkan akurasi obat
dan diendapkan dengan kasein sehingga dapat pada target, dan mengendalikan pelepasan
dikonsumsi secara oral. Dosis tunggal dari senyawa aktif seperti obat (Mozafari et al.
campuran tersebut diujikan terhadap mencit 2006). Pengendalian pelepasan obat dilakukan
yang mengalami diabetes non obesitas agar penggunaan obat lebih efisien, untuk
sebelum dan sesudah makan untuk mengamati memperkecil efek samping, serta untuk
aktivitas glikemik. Hasil pengujian mengurangi frekuensi penggunaan obat
menunjukkan kadar hipoglikemik yang (Babtsov et al. 2005).
berkepanjangan setelah pemberian secara oral Senyawa aktif yang dienkapsulasi
nanopartikel kalsium fosfat-insulin pada umumnya yang mudah bereaksi dengan
mencit yang mengalami diabetes. senyawa lain, cenderung tidak stabil, atau
Nanopartikel kalsium fosfat melindungi memiliki waktu paruh eliminasi yang singkat
insulin dari degradasi ketika melewati (Birnbaum & Peppas 2003). Senyawa aktif
lingkungan asam lambung (Morcol et al. dapat terletak tepat di tengah-tengah kapsul
2004). dan bertindak sebagai intinya, atau tersebar di
Siklodekstrin merupakan kelompok seluruh kapsul atau tidak terpusat pada satu
oligosakarida siklik dengan permukaan luar titik saja (Mozafari et al. 2006).
yang bersifat hidrofilik dan pusat rongga yang Polimer yang bisa digunakan pada proses
bersifat lipofilik. Nanopartikel siklodekstrin enkapsulasi suatu senyawa aktif adalah yang
digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan bersifat biokompatibel dan biodegradabel. Hal
stabilitas senyawa dalam air (Memisoglu- ini disebabkan produk yang dihasilkan akan
Bilensoy & Hincal 2006). dimasukkan ke dalam tubuh baik secara oral
Nanopartikel kitosan dibentuk dengan maupun intravena. Selain itu, polimer sebagai
ikatan ionik dengan tripolifosfat (TPP). penyalut tidak boleh bereaksi secara kimia
Penggunaan nanopartikel kitosan dapat dengan senyawa aktif yang dibawa. Polimer
meningkatkan efisiensi protein Bovine Serum yang dapat digunakan untuk proses
Albumin (BSA) tersalut kitosan hingga 90%. enkapsulasi antara lain alginat, kitosan (Ain et
Ukuran nanopartikel kitosan-BSA yang al. 2003) dan etilselulosa (Warsiti 2008).
dihasilkan mencapai 110-180 nm. Efisiensi
nanoenkapsulasi meningkat seiring Kitosan
bertambahnya konsentrasi BSA (Xu et al. Kitosan merupakan senyawa berbobot
2003). molekul besar yang memiliki rantai
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa polisakarida β(1-4)-2-amino-2-deoksi-D-
penggunaan obat-obatan dalam ukuran glukosa dengan rumus kimia (C6H11NO4)n.
nanometer mampu meningkatkan kelarutan Gugus amino menggantikan –OH pada atom
dan penyerapan oleh tubuh. Selain itu, C2 (Gambar 1) (Muzzarelli & Peter 1997).
penggunaan obat-obatan dalam skala nano Kitosan memiliki bobot molekul besar, tidak
dapat mengurangi dosis obat yang dapat bersifat racun, larut dalam asam pada suhu
mengakibatkan efek samping pada beberapa kamar, tidak larut dalam pelarut organik
pasien (Malsch 2005). Penggunaan seperti metanol, mampu mengikat air, dan
nanopartikel dalam mendeteksi dan mengobati mampu membentuk penyalut (Alasalvar &
sel target yang terkena kanker lebih efektif Taylor 2002).
4
coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan Tabel 1 Kandungan kimia ekstrak temulawak
sempurna, bercabang kuat, dan berwarna hijau hasil ekstraksi alkohol 70%
gelap. Temulawak di Indonesia dikenal (Sembiring et al. 2006)
dengan berbagai nama daerah seperti Kandungan ekstrak
temulawak di Sumatra; koneng gede, temu Kadar (%)
temulawak
raya, temu besar, aci koneng, koneng tegel,
dan temulawak di Jawa; temulobak di Minyak atsiri 6,48
Madura; tommo di Bali; tommon di Sulawesi Kurkumin 1,36
Selatan; atau karbaga di Ternate (Dalimartha Xantorizol 1,86
2000). Secara lengkap taksonomi temulawak
adalah sebagai berikut: Dunia Plantae, Divisi
Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae,
Kelas Monocotyledoneae, Keluarga
Zingiberaceae, Genus Curcuma, dan Spesies
Curcuma xanthorrhiza Roxb. Bagian yang
paling banyak dimanfaatkan dari tanaman ini
adalah rimpang temulawak.
Kandungan kimia rimpang temulawak
sebagai sumber bahan pangan, bahan baku
industri atau bahan baku obat dapat dibedakan Gambar 2 Struktur kimia kurkumin
menjadi beberapa fraksi yaitu fraksi pati, (Ravindran et al. 2007).
kurkuminoid, dan fraksi minyak atsiri (Sidik
et al. 1995). Selain ketiga fraksi tersebut, Xantorizol merupakan komponen khas
masih terdapat kandungan lain dalam rimpang minyak atsiri hasil ekstraksi menggunakan
temulawak yaitu lemak, serat kasar, dan metanol dari famili Zingiberaceae dan
protein (Suwiah 1991). Senyawa aktif yang Astericeae seperti rimpang temulawak.
banyak dimanfaatkan dari ekstrak tanaman Komponen ini termasuk dalam kelompok
temulawak adalah kurkuminoid dan seskuiterpen tipe bisabolen (Aguilar et al.
xantorizol. Presentase komposisi ekstrak 2001). Xantorizol memiliki rumus molekul
temulawak dapat dilihat pada Tabel 1. C12H22O7 dengan bobot molekul 218.335
Fraksi kurkuminoid merupakan komponen g/mol (Gambar 3) (Sidik et al. 1995).
yang memberi warna kuning berbentuk serbuk Xantorizol merupakan antibakteri yang
dengan rasa pahit, larut dalam aseton, alkohol, memiliki spektrum luas terhadap aktivitas
asam glasial, alkohol hidroksida, tidak larut antibakteri, stabil terhadap panas, dan aman
dalam air, memiliki aroma yang khas, dan terhadap kulit manusia. Xantorizol secara
tidak bersifat toksik. Kurkuminoid rimpang efisien dapat menghambat infeksi pada gigi
temulawak terdiri atas desmetoksikurkumin dan penyakit kulit, dapat dimanfaatkan pada
dan kurkumin yang memiliki rumus struktur berbagai produk, misalnya digunakan sebagai
C21H20O6 (Gambar 2) dan bobot molekul 368 agen antibakteri, pasta gigi, sabun, pembersih
g/mol (Sidik et al. 1995). Hal ini berbeda mulut, permen karet, dan kosmetik yang
dengan kandungan kurkuminoid pada rimpang memerlukan aktivitas antibakteri. Aktivitas
kunyit (Curcuma domestica Vahl.) yang antibakteri dari xantorizol mempunyai
memiliki komponen lain yaitu stabilitas yang baik terhadap panas yaitu
bisdemetoksikurkumin di samping memiliki masih terdapat aktivitas antibakteri pada
kedua komponen di atas. Sifat menarik dari temperatur tinggi antara 60-120 °C (Hwang
bisdemetoksikurkumin ini adalah aktivitas 2004).
kerjanya terhadap sekresi empedu yang Xantorizol diketahui dapat menghambat
antagonis dengan kurkumin dan pertumbuhan berbagai macam bakteri seperti
desmetoksikurkumin. Berdasarkan hal Streptococcus mutans, S. sobrinus, S.
tersebut, penggunaan rimpang temulawak salivarius, Bifidobacterium bifidum,
sebagai sumber kurkuminoid lebih Staphylococcus aureus, dan beberapa bakteri
menguntungkan dibandingkan dengan lainnya. Di antara bakteri-bakteri tersebut,
rimpang kunyit walaupun kandungan rimpang yang mengalami hambatan pertumbuhan
temulawak lebih rendah dari rimpang kunyit paling besar adalah Streptococcus mutans.
Kandungan kurkuminoid rimpang temulawak Xantorizol mampu menghambat bakteri S.
kering berkisar 3.16 % sedangkan mutans pada konsentrasi yang rendah yaitu
kurkuminoid rimpang kunyit sebesar 6.9 % 0.0002 % (b/v) sebagai konsentrasi hambat
(Afifah et al. 2003). minimum (Hwang 2004).
6
sehingga terjadi perubahan kimia. Interaksi elektron pada terowongan antara permukaan
tersebut disebabkan panjang gelombang partikel spesimen dengan tip probe atau
ultrasonik lebih tinggi dibandingkan panjang sebuah probe yang menangkap gaya dorong
gelombang molekul-molekul. Interaksi antara permukaan dengan tip probe (Poole &
gelombang ultrasonik dengan molekul- Owens 2003).
molekul terjadi melalui media cairan. Analisis difraksi sinar X (XRD)
Gelombang yang dihasilkan oleh tenaga listrik menggunakan prinsip emisi sinar X yang
diteruskan oleh media cair ke medan yang dihasilkan oleh tumbukan elektron dan atom
dituju melalui fenomena kavitasi akustik yang Cr, Fe, Co, Cu, Mo, atau W. Analisis XRD
menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan dapat memberikan informasi mengenai
lokal dalam cairan (Wardiyati et al. 2004). struktur sampel seperti parameter kisi,
Ultrasonikasi pada cairan memiliki berbagai orientasi, dan sistem kristal. Analisis XRD
parameter seperti frekuensi, tekanan, suhu, juga berguna untuk mengindentifikasi fase
viskositas, dan konsentrasi suatu sampel. sampel semi kuantitatif, dengan menghitung
Aplikasi ultrasonikasi pada polimer fraksi volume suatu sampel dan perbandingan
berpengaruh terhadap degradasi polimer fraksi area kristalin terhadap fraksi total area
tersebut (Wardiyati et al. 2004). (Poole & Owens 2003).
Spektroskopi infra merah (FTIR)
Karakterisasi Nanopartikel digunakan untuk mengidentifikasi gugus
Ukuran nanopartikel yang sangat kecil kompleks dalam senyawa tetapi tidak dapat
memerlukan karakterisasi yang berbeda menentukan unsur-unsur penyusunnya. Pada
dengan mikromolekul pada umumnya. FTIR, radiasi infra merah dilewatkan pada
Karakterisasi nanopartikel kitosan dapat sampel. Sebagian radiasi sinar infra merah
dilakukan secara fisiologi dan struktur fisik. diserap oleh sampel dan sebagian lainnya
Beberapa karakterisasi fisiologis yang telah diteruskan. Jika frekuensi dari suatu vibrasi
dilakukan antara lain stabilitas nanopartikel spesifik sama dengan frekuensi radiasi infra
dalam larutan garam, nilai pH, serta fenomena merah yang langsung menuju molekul,
agregrasi akibat pengaruh suhu dan waktu molekul akan menyerap radiasi tersebut.
(Kauper et al. 2007). Spektrum yang dihasilkan menggambarkan
Poole & Owens (2003) membagi metode penyerapan dan transmisi molekuler.
karakterisasi fisik nanopartikel menjadi tiga Transmisi ini akan membentuk suatu sidik jari
macam yaitu metode kristalografi, molekuler suatu sampel. Karena bersifat sidik
mikroskopi, dan spektroskopi. Kristalografi jari, tidak ada dua struktur molekuler unik
dengan menggunakan sinar X sangat berguna yang menghasilkan spektrum infra merah
untuk mengidentifikasi kristal isomorfik yaitu yang sama (Kencana 2009).
kristal yang memiliki kesamaan struktur tetapi
berbeda dalam pola-pola geometrisnya. BAHAN DAN METODE
Metode mikroskopi dapat digolongkan
menjadi mikroskop elektron transmisi, Alat dan Bahan
mikroskop elektron payar, dan mikroskop
medan ion. Karakterisasi dengan spektroskopi Alat yang digunakan untuk pembuatan
dapat menggunakan fotoemisi, spektroskopi nanopartikel ekstrak temulawak adalah labu
resonansi magnetik, spektroskopi infra merah Erlenmeyer 600 mL, 250 mL, gelas piala,
(Fourier Transform Infra Red/ FTIR), dan neraca analitik, magnetic stirrer, gelas ukur
spektroskopi sinar X (X ray diffractometry/ 100 mL, pipet Mohr 5 mL, 25 mL,
XRD). ultrasonikator, pengering beku, pengering
Mikroskop elektron payaran (SEM) semprot Buchi 190. Alat yang digunakan
digunakan dalam pengamatan morfologi dan untuk karakterisasi nanopartikel ekstrak
penentuan ukuran nanopartikel. Metode ini temulawak adalah penyalut JFC 1600,
merupakan cara yang efisien dalam mikroskop elektron payaran (scanning
memperolah gambar permukaan spesimen. electron microscopy/SEM) JSM 6510,
Cara kerja mikroskop ini adalah dengan defraktometer sinar X (X ray diffractometry/
memancarkan elektron ke permukaan XRD), dan spektrofotometer Fourier
spesimen. Informasi tentang permukaan Transform Infra Red (FTIR).
partikel dapat diperoleh dengan pengenalan Bahan yang digunakan dalam penelitian
probe dalam lintasan pancaran elektron yang ini adalah serbuk kitosan, tripolifosfat (TPP),
mengenai permukaan partikel. Informasi juga ekstrak temulawak, asam asetat 2%, etanol
dapat dibawa oleh probe yang menangkap 70%, dan akuades.