Disusun Oleh:
Muhammad Gusviandy Verdyansyah
215311008
3 - MEA
Puji serta syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
dan karuniaNya makalah yang penulis beri judul “MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM RADIKALISME DAN TERORISME DI TANAH AIR” ini dapat selesai tepat pada
waktunya guna untuk memenuhi tugas tertulis mata kuliah pendidikan agama Islam yang
diberikan oleh dosen Dudi Lutpy, S.Ag.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Memahami secara komprehensif mengenai radikalisme;
2. Memahami secara komprehensif mengenai terorisme;
3. Mengetahui asal munculnya radikalisme;
4. Mengelaborasi teori mengenai radikalisme dan terorisme dengan studi kasus yang
sedang hangat terjadi di Indonesia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.2 Pengertian Terorisme
4
sendiri”ibn syaihaban 4686, jadi Jihad tergantung situasinya dan sekali lagi Jihad artinya
(perjuangan) identik dengan perjuangan menjadi pribadi yang lebih baik jadi jihad
artinya bukan Holly war (perang suci) apalagi terorisme.
Berbagai pendapat pakar dan badan pelaksana yang menangani masalah terorisme,
mengemukakan tentang pengertian terorisme secara beragam.
Whittaker (2003) mengutip beberapa pengertian terorisme antara lain menurut Walter
Reich yang mengatakan bahwa terorisme adalah suatu strategi kekerasan yang dirancang
untuk meningkatkan hasil-hasil yang diinginkan, dengan cara menanamkan ketakutan di
kalangan masyarakat umum.
Pengertian lain yang dapat dikutip dari beberapa badan yang berwenang dalam
menangani terorisme, adalah penggunaan kekerasan yang diperhitungkan dapat
memaksa atau menakut-nakuti pemerintah-pemerintahan, atau berbagai masyarakat
untuk mencapai tujuan-tujuan yang biasanya bersifat politik, agama atau ideologi.
5
negara Muslim dalam konflik utara-selatan menjadi penopong utama munculnya
radikalisme.
Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan
oleh kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan
membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-
politik. Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis bahwa umat Islam
tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan
terhadap kekuatan yang mendominasi.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum
radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk
mencapai tujuan “mulia” dari politiknya. Tentu saja hal yang demikian ini tidak
selamanya dapat disebut memanipulasi agama karena sebagian perilaku mereka
berakar pada interpretasi agama dalam melihat fenomena historis. Karena dilihatnya
terjadi banyak Islam dan Wacana penyimpangan dan ketimpangan sosial yang
merugikan komunitas Muslim maka terjadilah gerakan radikalisme yang ditopang
oleh sentimen dan emosi keagamaan.
b. Kedua, Faktor Emosi Keagamaan.
Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor
sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk
kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan
sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci yang absolut)
walalupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama
seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini yang
dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang
sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.
c. Ketiga, Faktor Kultural.
Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar belakangi munculnya
radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan
Musa Asy’ari 12 bahwa di dalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk
melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak
sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai anti tesa
terhadap budaya sekularisme.
6
Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggab sebagai musuh
yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya
dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim.
Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi dominan dan universal umat
manusia yang telah dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-
sendi kehidupan muslim sehingga umat Islam menjadi terbelakang dan tertindas.
d. Keempat, Faktor Ideologis Anti Westernisme.
Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan Muslim
dalam mengaplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus
dihancurkan demi penegakan syari’at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti
Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan
kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan
mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.
e. Kelima, Faktor Kebijakan Pemerintah.
Ketidakmampuan pemerintahan di negara-negara Islam untuk bertindak
memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat
Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara
besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri-negeri Muslim belum atau kurang
dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan
(radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi
umat. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan umat
Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan oleh
umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat
dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yaitu perilaku radikal
sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.
7
2.4 Asal Kemunculan Radikalisme
Sejarah kemunculan gerakan radikalisme dan kelahiran kelompok fundamentalisme
dalam islam lebih di rujuk karena dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah adanya legitimasi teks keagamaan, dalam melakukan
“perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan
maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. untuk kasus gerakan “ekstrimisme
islam” yang merebak hampir di seluruh kawasan Islam (termasuk indonesia) juga
menggunakan teks-teks keislaman (Alquran, hadits dan classical sources kitab
kuning) sebagai basis legitimasi teologis, karena memang teks tersebut secara
tekstual ada yang mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme dan ekstrimisme
ini.
Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi
yang mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya “negara islam
internasional” sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis mengebom fasilitas
publik dan terorisme. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme
adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih
tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab di antaranya:
a. Pertama, Dari Aspek Ekonomi Politik
Kekuasaan depostik pemerintah yang menyeleweng dari nilai-nilai
fundamental islam. Itu artinya, rezim di negara-negara islam gagal menjalankan
nilai-nilai idealistik islam. Rezim-rezim itu bukan menjadi pelayan rakyat,
sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan menyengsarakan rakyat.
Penjajahan Barat yang serakah, menghancurkan serta sekuler justru datang
belakangan, terutama setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme menjadi
pemenang. Satu ideologi yang kemudian mencari daerah jajahan untuk dijadikan
“pasar baru”. Industrialisasi dan ekonomisasi pasar baru yang dijalankan dengan
cara-cara berperang inilah yang sekarang hingga melanggengkan kehadiran
fundamentalisme islam.
8
b. Kedua, Faktor Budaya
Faktor ini menekankan pada budaya barat yang mendominasi kehidupan saat
ini, budaya sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus
dihilangkan dari bumi.
c. Ketiga Faktor Sosial Politik
Pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah teroris ini juga
dapat dijadikan sebagai salah satu faktor masih maraknya radikalisme di kalangan
umat islam.
9
BAB III
STUDI KASUS
10
Menanggapi dakwaan jaksa, Aman Abdurrahman mengatakan tidak mengajukan
eksepsi. Namun, dia mengaku keberatan dengan sebagian dakwaan jaksa.
Jumat, 18 Mei 2018
Aman Abdurrahman dituntut hukuman mati karena diyakini menjadi penggerak
sejumlah teror di Indonesia. Aksi teror, disebut jaksa, dilakukan setelah Aman
menginisiasi terbentuknya Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Teror-teror yang disebut jaksa dipengaruhi Aman di antaranya aksi teror bom di gereja
Samarinda pada 13 November 2016, bom Thamrin pada Januari 2016, bom Kampung
Melayu pada 24 Mei 2017, serta penusukan polisi di Sumut dan penembakan polisi di
Bima pada 2017.
Jaksa menganggap perbuatan Aman sangat sadis sehingga tak ada hal yang dapat
meringankan tuntutannya selain vonis mati. "Hal yang meringankan, tidak ditemukan
hal yang meringankan," ujar jaksa Anita Dewayani.
Jumat, 25 Mei 2018
Dalam pleidoinya, Aman Abdurrahman membantah mempengaruhi orang lain untuk
menggerakkan aksi teror. Aman menyebut kasusnya politis.
Aman menyebut aksi teror di sejumlah tempat itu terjadi saat dirinya berada di Lapas
Nusakambangan. Dia mengaku tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun saat
dipenjara.
Rabu, 30 Mei 2018
Jaksa meminta majelis hakim menolak nota pembelaan (pleidoi) Aman Abdurrahman.
Aman diyakini menjadi penggerak sejumlah teror.
Jaksa Anita Dewayani berkeyakinan Aman terlibat sejumlah teror di Indonesia. Karena
itu, jaksa meminta hakim menjatuhkan hukuman mati sebagaimana tuntutan jaksa.
Jumat, 22 Juni 2018
Aman Abdurrahman divonis dengan hukuman mati. Aman terbukti menjadi penggerak
sejumlah teror di Indonesia termasuk bom Thamrin pada 2016.
Kuasa hukum Aman Abdurrahman menyatakan pikir-pikir untuk mengajukan banding.
Sedangkan Aman langsung dibawa keluar ruang sidang. Tidak ada pernyataan dari
Aman di luar ruang siding
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari literatur pada bab landasan teori, maka dapat menjawab poin-poin yang menjadi
permasalahan pada bab pendahuluan.
4.1 Pengertian Radikalisme
Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan. Sementara itu,
radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara
drastis dan kekerasan. Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahkan perlawanan. Kaum radikalis
memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa.
Dalam gerakan sosial, kaum radikalis memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap
benar dengan sikap emosional yang menjurus pada kekerasan. Secara empirik,
radikalisme agama di belahan dunia muncul dalam bentuknya yang paling konkret, yakni
kekerasan atau konflik. Pandangan ini tetap hidup dalam kelompok sempalan beberapa
agama dan semuanya berakar pada radikalisme dalam penghayatan agama. Secara
teoretis, radikalisme muncul dalam bentuk aksi penolakan, perlawanan, dan keinginan
dari komunitas tertentu agar dunia ini diubah dan ditata sesuai dengan doktrin agamanya.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Radikalisme merupakan paham yang menginginkan perubahan social politik dengan
cara yang sangat keras dan drastis, mereka yang menganut paham ini akan melakukan
segala cara untuk mencapai tujuan yang mereka yakini, baik itu dengan tindak kekerasan
sekalipun.
Terorisme adalah suatu strategi kekerasan dengan cara menanamkan ketakutan di
kalangan masyarakat umum, dapat memaksa atau menakut-nakuti pemerintahan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang biasanya bersifat politik, agama atau ideologi dan
mengatasnamakan agama (jihad). Tindakan terorisme yang umum terjadi merupakan
pengeboman di tempat umum sehingga banyak nyawa tak bersalah melayang,
pembunuhan pihak-pihak tertentu dengan tujuan mengancam pemerintahan dan lain
sebagainya.
5.2 Saran
Tujuan dari terorisme adalah membentuk teror di masyarakat, maka harus dibentuk
program untuk memperlemah gerakan terorisme dengan mempromosikan masyarakat
sadar dan kebal teroris. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat
untuk menangani kasus terorisme:
a. Memutus akar teroris sejak dini;
b. Menghambat masuknya satu individu pada organisasi teroris dengan menutup
informasi tentang keberadaan organisasi teroris;
c. Memfasilitasi kemungkinan keluarnya satu anggota organisasi teroris dari
organisasinya;
d. Mengurangi dukungan terhadap pemimpin organisasi radikal teroris dan terhadap
organisasinya.
Selain upaya pencegahan gerakan terorisme yang dilakukan masyarakat, pemerintah
yang dalam hal ini adalah lembaga tertinggi dari suatu negara juga melakukan berbagai
upaya untuk mencegah kasus terorisme di Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam
pemberantasan terorisme adalah mendirikan lembaga-lembaga khusus anti terorisme
seperti Intelijen, TNI dan POLRI
14
Selain membentuk badan khusus penanganan teroris, pemerintah juga melakukan
upaya kerjasama yang telah dilakukan dengan beberapa negara seperti Thailand,
Singapura, Malaysia, Philipina, dan Australia, bahkan negara-negara seperti Amerika
Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, dan Jepang. Hal ini dilakukan untuk mencegah para
teroris berpindah-pindah negara dan melaksanakan pencegahan kasus terorisme secara
bersama.
Satu hal yang terpenting adalah mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. agar tidak mudah termakan ajakan-ajakan sesat dari kaum teroris dan
radikalis, karena lemahnya iman dan ketakwaan terhadap Allah merupakan salah satu
celah para teroris untuk mengajak seseorang dengan mengiming-imingi surga dan pahala
dimana itu semua merupakan kebohongan semata untuk mencuci otak korban yang
lemah imannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://prasetyo27.blogspot.co.id/2016/06/makalah-terorisme-dan-radikalisme.html
(Diakses Pada 23 Juni 2018)
http://aribherzi020696.blogspot.co.id/2015/04/makalah-radikalisme.html
(Diakses Pada 23 Juni 2018)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180622120758-16-308034/video-pn-jakarta-
selatan-vonis-mati-aman-abdurrahman
(Diakses Pada 23 Juni 2018)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180622142455-12-308066/tak-terlibat-teror-
langsung-aman-pengaruhi-pengikut-dari-bui
(Diakses Pada 23 Juni 2018)
https://news.detik.com/berita/4077837/perjalanan-kasus-aman-abdurrahman-hingga-
divonis-hukuman-mati
(Diakses Pada 23 Juni 2018)
16